• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Koperasi Jasa Keuangan Syari ah (KJKS) Koperasi berasal dari kata Cooperation, yang berarti kerjasama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Koperasi Jasa Keuangan Syari ah (KJKS) Koperasi berasal dari kata Cooperation, yang berarti kerjasama."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS)

Koperasi berasal dari kata Cooperation, yang berarti kerjasama. Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu perkumpulan yang dibentuk oleh para anggota peserta yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya dengan harga yang relatif rendah dan bertujuan untuk memajukan tingkat hidup bersama.

Koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang menjadi anggota koperasi, dimana dalam perkumpulan ini terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan bersama dalam arti mempunyai tujuan yang bersama diantara para anggotanya. Pembentukan koperasi berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong khususnya.1

Rudianto menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat.2

1 Koermen, Manajemen Koperasi Terapan Serial Praktis Pengetahuan Dasar

Koperasi, (Surabaya: Prestasi Pustakarya, 2002), h.34-35

2

(2)

Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/kep/IV/KUKM/IX/2004 adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syari’ah). Selain itu, dikenal juga unit jasa keuangan syari’ah, yang selanjutnya disebut UJKS, adalah unit kopersi yang bergerak dibidang usaha pembiayaan, investasi dan simpanan pola bagi hasil (syari’ah) sebagai bagian dri kegiatan koperasi yang bersangkutan.3

Sebagian ulama menyebut koperasi dengan syirkah Ta’awuniyah (persekutuan tolong-menolong) yaitu, suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha, sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar membagi untung menurut perjanjian.4

Adapun dasar hukum syari’ah KJKS terdapat di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2, Allah SWT berfirman:

































3

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia,

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 91/kep/IV/KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah, (Jakarta:XKemenKUKM RI, 2004), h.2

4

(3)

Artinya:

“… Dan tolong-menolonglah kamu (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

Koperasi Jasa Kuangan Syariah (KJKS) didirikan dengan maksud agar dapat memberikan pelayanan dan pendamping kepada masyarakat usaha mikro dan kecil untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah. Fitri Nurhartati mengatakan bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana, menyalurkan dana masyarakat melalui kegiatan simpan pinjam dari anggota dan untuk anggota koperasi. Kegiatan usaha simpan pinjam sangat dibutuhkan oleh para anggota koperasi karena banyak manfaat yang diperoleh terutama dalam rangka meningkatkan modal usaha sehingga tercipta kesejahteraan hidup yang baik.

Lembaga KJKS yang merupakan lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil bawah golongan ekonomi lemah dengan berlandaskan sistem syari’ah Islam. Badan hukum KJKS dapat berupa koperasi yang telah mempunyai kekayaan lebih dari Rp 50 juta dan telah siap secara administrasi untuk menjadi koperasi yang sehat dilihat dari segi pengelolaan koperasi dan baik “thayyibah” di analisa dari segi ibadah, amalan shaliha para pengurus yang telah mengelola KJKS secara syari’ah

(4)

Islam. Sebelum berbadan hukum kopersai, KJKS dapat berbentuk sebagai KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang dapat berfungsi sebagai pra koperasi.5

2. Sisa Hasil Usaha (SHU) a. Pengertian

Sisa hasil usaha adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya, termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta diguna kan untuk keperluan lain dari koperasi sesuai dengan Rapat Anggota.

Pendapatan koperasi adalah kontribusi anggota koperasi, biaya-biaya operasional koperasi, dipergunakan oleh koperasi (tugas pengurus koperasi) untuk membayar segala pengeluaran koperasi dalam rangka memutar roda organisasi koperasi agar mampu mencapai tujuannya. Sebagai badan usaha, pendapatan atau hasil usaha sangat menentukan besar kecilnya SHU yang diperoleh koperasi.6

5

Fitri Nurhartati, Koperasi Syari’ah, (Surakarta: PT. Era Intermedia, 2008), h. 12-13

(5)

Kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi koperasi pada setiap tahunnya menjadi sangat penting. Melalui SHU koperasi dapat memupuk modal sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal.

Menurut Ninik Widiyanti bahwa koperasi adalah untuk menunjang usaha, atau meningkatkan daya beli anggota khususnya dan masyarakat sekitarnya pada umumnya. Karena itu yang menjadi ukuran bagi keberhasilan suatu koperasi bukan ditentukan berdasarkan sisa hasil usaha yang besar, melainkan diukur dari banyaknya anggota dan masyarakat memperoleh pelayanan dari koperasi. Jika koperasi memperoleh sisa hasil usaha, maka akan dibagikan kepada anggota berdasarkan jasa-jasa anggota itu terhadap koperasi.7

Menurut Thoby Mutis bahwa semakin besar SHU yang diperoleh koperasi akan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Untuk meningkatkan perolehan SHU

7 Ninik Widiyanti, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka

(6)

sangat tergantung dari besarnya modal dan keikutsertaan anggota dalam memajukan koperasi yang berhasil dihimpun oleh koperasi untuk menjalankan usahanya.8

Yudhi Yulius mengatakan bahawa jumlah sisa hasil usaha baru akan diketahui setelah penutupan tahun buku, sisa hasil usaha yang besar adalah suatu tanda operasi usaha yang efektif karena adanya pemanfaatan modal dan aktivitas yang sebaik mungkin.9

Sisa hasil usaha harus dirinci menjadi sisa hasil usaha yang diperoleh dari transaksi dengan para anggota dan sisa hasil yang diperoleh dari anggota dapat dikembalikan kepada masing-masing anggota sebanding dengan jasa yang diberikan.10

b. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) KJKS

Sisa Hasil Usaha yang diterima oleh setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukan anggota koperasi. Dari SHU bagian anggota koperasi harus ditetapkan beberapa persentase untuk jasa modal dan jasa usaha. Sebenarnya belum ada formula yang baku mengenai penentuan proporsi jasa modal dan jasa transaksi usaha,

8 Thoby Mutis, Pengembangan Koperasi, (Jakarta: PT Grasindo, 1992), h.94 9 Yudhi Yulius, et al, Diktat Kuliah Ekonomi Koperasi, (Jakarta: Dosen-STIE-YAI,

1996), h.73

10

(7)

tetapi hal ini dapat dilihat dari struktur permodalan koperasi itu sendiri. Apabila total modal sendiri yang dimiliki koperasi sebagian besar bersumber dari simpanan-simpanan anggota (bukan dari donasi ataupun dana cadangan). Hal ini harus diperhatikan untuk tetap menjaga karakter yang dimiliki oleh koperasi itu sendiri, dimana partisipasi usaha masih lebih diutamakan.

Sudarsono mengemukakan bahwa anggota merupakan pengguna jasa koperasi yang utama, oleh karena itu anggota berhak atas bagian sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi. Inilah yang menjadi dasar bahwa sisa hasil usaha harus dibagikan kembali kepada anggota koperasi yang bersangkutan. Sisa hasil usaha yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota, pada hakekatnya sisa hasil usaha yang dibagi kepada anggota adalah bersumber dari anggota sendiri. Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang di selenggarakan untuk anggota dalam kegiatan koperasi dapat dibagikan untuk cadangan koperasi, untuk anggota sebanding dengan jasa yang diberikannya, untuk dana pengurus, untuk dana pegawai atau karyawan, dana pendidikan koperasi, dana sosial, dan dana pembangunan daerah kerja.

Proses perhitungan SHU per-anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan dan terbuka, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung

(8)

berapa besar partisipasinya kepada koperasi. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan usaha dan pendidikan dalam proses demokrasi. Selain itu juga mencegah kecurigaan yang dapat timbul antara sesama anggota koperasi. SHU yang dibagikan per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya. 11

Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Semakin besarnya transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya maka semakin besar SHU yang akan diterima, dengan tingginya jumlah SHU yang diterima, maka semakin tinggi alokasi balas jasa terhadap anggota dan akan meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi.12

11 Sudarsono, Koperasi Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya,

2002), h.112-115

12

(9)

c. Dampak Sisa Hasil Usaha (SHU) Terhadap KJKS

Menurut Thoby Mutis bahwa semakin besar SHU yang diperoleh koperasi akan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya.13

Sutantya Rahardja Hadikusuma mengatakan bahwa sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi, selain digunakan untuk peningkatan kesejahteraan anggotanya juga menjamin kelangsungan dan kesinambungan kehidupan koperasi itu sendiri, dengan sisa hasil usaha yang dihasilkan koperasi juga dapat membiayai operasi usahanya. Sebagai suatu badan usaha koperasi di dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu juga menghendaki untuk mendapatkan sisa hasil usaha. Jika koperasi bisa mendapatkan sisa hasil usaha yang cukup banyak, maka sisa hasil usaha tersebut dapat disisihkan sebagian untuk cadangan koperasi, yang selanjutnya bisa dipergunakan untuk menambah modal koperasi. Apabila modal koperasi bertambah besar, maka dengan sendirinya lingkup usaha koperasi akan dapat bertambah besar pula.14

13 Thoby Mutis, Op.cit, h.94

14 Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT

(10)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KJKS

Besarnya SHU pada koperasi tergantung dari kegiatan yang dilakukan oleh koperasi itu sendiri. Faktor- faktor yang mempengaruhi sisa hasil usaha adalah sebagai berikut:

1. Modal merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan pendapatan usaha, dengan modal yang besar maka pemilik usaha lebih terjamin dalam pengadaan barang baik hal dalam variasi maupun jesinsnya.

2. Jumlah Simpanan merupakan sejumlah uang yang diserahkan oleh anggota koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan yang dapat sewaktu-waktu sesuai perjanjian dan pinjaman adalah pemberian sejumlah uang dari satu pihak (lembaga keuangan, seseorang atau perusahaan), ini salah satu komponen yang turut serta menentukan kegiatan perkoperasian di koperasi tersebut.

3. Jumlah Hutang (Pinjaman) merupakan volume usaha yang harus ditingkatkan oleh koperasi akan terlaksana modal yang mencukupi, baik berasal dari para anggota maupun modal yang digali dari luar (hutang).

4. Volume Usaha merupakan Peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan yang dijalankannya

(11)

sehingga aspek volume usaha yang dijalankan oleh koperasi akan sangat menentukan pendapatannya.

5. Jumlah Anggota merupakan semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada koperasi diharapkan akan meningkatkan SHU yang akan diperoleh koperasi.15

3. Modal Koperasi a. Pengertian Modal

Menurut Muhammad H. Behesti modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tak langsung dalam proses produksi untuk menambah output. Masalah modal dapat ditinjau dari dua aspek yaitu kekurangan dalam alat-alat modal dan kekurangan dana modal untuk membiayai pembentukan modal yang baru. Terbatasnya modal dalam usaha dagang dapat dilihat dari terbatasnya jumlah prasarana dan terbatasnya alat-alat modal yang modern yang dapat digunakan dalan kegiatan produksi. 16

Munawir menyatakan bahwa modal mempunyai hubungan terhadap pendapatan, dimana jumlah modal yang dimiliki mempengaruhi tingkat keuntungan yang akan diperoleh.17

15 Tantri, Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses,

(Jakarta: Selemba Empat, 2008), h.25

16 Muhammad H. Behesti, Kepemilikan dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Hidayah,

1992), h. 45

17 S. Munawir, Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ke-4, (Yogyakarta: Liberty,

(12)

Menurut Thoby Mutis bahwa keberhasilan koperasi didalam melaksanakan peranannya sebagai badan usaha sangat tergantung pada kemampuan koperasi menghimpun dan menanamkan modalnya dengan cara pemupukan berbagai sumber hasil usaha dan banyaknya jumlah anggota.18

Setiap usaha sangat memerlukan modal untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tanpa adanya modal aktivitas usaha tidak dapat berjalan dengan baik. Besar kecilnya lapangan usaha termasuk koperasi yang tergantung pada besar kecilnya modal yang dapat dihimpun. Peranan modal tersebut terjadi semakin penting, karena tanpa modal yang cukup maka usaha yang dijalankan oleh suatu badan usaha tidak dapat berjalan dengan lancar.

Modal dalam arti sempit adalah sejumlah dana atau sejumlah nilai uang yang dipergunakan dalam membelanjai semua keperluan usaha. Sedangkan dalam arti luas modal adalah semua peralatan yang berupa uang atau barang yang diperlukan untuk menjalankan usaha lebih lanjut. Modal juga termasuk harta yang dipergunakan untuk menghasilkan kekayaan.19

Menurut pandangan sistem ekonomi islam modal harus berkembang, dalam arti tidak boleh stagnan, apalagi sampai terjadi

18 Thoby Mutis, Loc.cit, h.40

19 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: PT.

(13)

idle (menganggur). Artinya, hendaknya modal harus berputar. Islam

dengan sistemnya sendiri, di dalam upaya memanfaatkan dan mengembangkan modal, menekankan agar tetap memikirkan kepentingan orang lain. Oleh karena itu dalam kaitan dengan penggunaan jasa keuangan misalnya, islam menempuh cara bagi hasil dengan prinsip untung dibagi dan rugi ditanggung bersama. Dengan sistem ini modal akan terus terselamatkan tanpa merugikan pihak manapun. 20

b. Sumber Modal Koperasi

Sumber permodalan koperasi KJKS berasal dari anggota dan dari luar. Secara keseluruhan, perincian sumber modal koperasi adalah:21

1. Modal dari anggota koperasi sendiri

Modal dari anggota koperasi sendiri terdiri dari simpanan-simpanan anggota. Modal sendiri itu diperoleh dari simpanan-simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela.

a. Simpanan Pokok

Simpanan pokok adalah simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya dan sama besarnya bagi setiap anggota.

20 Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: UPP AMP YPKN, 2004), h. 24 21

(14)

Misalnya dalam anggaran dasarnya ditetapkan simpanan pokok Rp 100.000 berarti bahwa semua orang yang didaftar dalam

buku daftar anggota harus membayar masing-masing Rp 100.0000 simpanan pokok.

Jadi, dapat diketahui bahwa kalau modal masing-masing anggota hanya terbatas pada simpanan pokok saja, maka modal koperasi akan lambat bertamabah. Karena modal baru akan bertambah kalau ada anggota baru yang masuk dan memasukkan simpanan pokok. Tetapi apabila ada anggota yang keluar tentu saja modal akan berkurang, karena simpanan pokoknya diambil kembali. Simpanan pokok tidak boleh diambil selama masih menjadi anggota. Oleh sebab itu modal sendiri perlu ditambah caranya dengan simpanan wajib.22

b. Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah simpanan yang sudah ditentukan jumlahnya dan wajib disimpan oleh setiap anggota pada waktu tertentu, misalnya tiap hari atau tiap minggu, tiap bulan atau setiap musim. Jelas bahwa dengan simpanan wajib demikian maka modal koperasi sendiri akan tumbuh dan berkembang. Modal sendiri adalah kebanggaan koperasi karena merupakan wujud dari pada prinsip koperasi menolong diri sendiri. Oleh

22

(15)

sebab itu, maka simpanan wajib hanya boleh diambil kembali dengan cara yang sudah ditentukan di dalam anggaran dasar, agar modal koperasi tidak goncang. 23

c. Simpanan Sukarela

Simpanan sukarela yaitu jumlah nilai uang tertentu yang diserahkan anggota atau bukan anggota atas kehendak sendiri sebagai simpanan.

2. Modal dari Sisa Hasil Usaha Koperasi (Cadangan)

Modal dari sisa hasil usaha, diperoleh dari tiap tahun setelah diadakan perhitungan rugi laba akan diketahui berapa sisa hasil usaha atau keuntungan bersih. Menurut anggaran dasar sekurang-kurangnya 25% dari sisa hasil usaha itu harus disisihkan dan dimasukkan ke dalam cadangan. Maksud diadakan cadangan antara lain adalah untuk menutup kerugian bila hal itu terjadi.Oleh sebab itu peraturan menentukan bahwa uang cadangan dapat digunakan juga sebagai modal.

Cadangan ialah sebagian atau sisa hasil usaha yang ditahan dalam koperasi yang tidak dibagikan kepada anggota. Pembentukan cadangan akan dapat menambah besarnya modal

(16)

koperasi yang harus mendapat persetujuan lebih dahulu dari anggota.

Ninik Widiyanti mengemukakan bahwa modal sendiri di dalam koperasi merupakan sumber permodalan yang utama. Hal tersebut karena alasan:

a. Alasan Kepemilikan

Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud kepemilikan anggota koperasi terhadap koperasi beserta usahanya. Anggota yang memodali usaha koperasi akan lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan koperasi.

b. Alasan Ekonomi

Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah, karena tidak disertai dengan beban bunga.

c. Alasan Resiko

Bila usaha-usaha dibiayai dengan modal sendiri, maka resiko yang ditanggung koperasi juga akan lebih kecil, khususnya pada saat usaha tidak berjalan dengan lancar.24

24

(17)

3. Modal dari luar (Pemerintah)

Koperasi Jasa Keuangan Syariah sebagai badan usaha umumnya agak sulit untuk memperoleh permodalan, berbeda dengan badan usaha swasta lainnya. Badan usaha lainnya tujuan utamanya adalah keuntungan. Sedangkan KJKS tujuan utamanya kesejahteraan anggota dan masyarakat. Justru dengan KJKS yang baru berkembang memerlukan bantuan modal dari luar, seperti fasilitas pemerintah.

Besar kecilnya lapangan usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah tergantung pada besar kecilnya modal anggota. Perkumpulan koperasi mempunyai dua aspek. Aspek sosial merupakan perkumpulan orang-orang yang mempunyai kepentingan bersama, dan aspek usaha ekonomi (aspek bisnis) dalam bentuk kerja sama ekonomi yang berusaha di lapangan kerajinan industri, pertanian dan niaga.

Agar mendapatkan keringanan dalam kehidupan, aspek itu perlu diperhitungkan secara efisien unsur-unsur laba rugi, sedang aspek sosial lebih mengutamakan gotong royong antara anggota.

(18)

Jelaslah faktor modal dalam usaha KJKS salah satu alat yang turut menentukan majunya suatu koperasi.25

d. Peranan Modal Terhadap KJKS

Modal yang diperoleh koperasi untuk mengembangkan usaha-usahanya harus benar-benar dipelihara dan di pertanggungjawabkan secara terbuka, mengingat dengan segala sesuatunya merupakan milik bersama dan tanggung jawab bersama para anggota koperasi tersebut. Dalam jangka pemeliharaan dan pertanggungjawaban modal secara terbuka telah berarti bahwa penggunaan modal harus digunakan untuk usaha-usaha yang tepat dengan pengeluaran yang sehemat-hematnya, sehingga dengan demikian keberhasilan usaha akan tercapai.

Besar kecilnya modal yang diperoleh di dalam koperasi akan berpengaruh terhadap aktivitas koperasi itu sendiri, sehingga modal dalam koperasi merupakan salah satu alat yang ikut menentukan maju mundurnya koperasi. Tanpa adanya modal suatu usaha yang bersifat ekonomi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.26 Modal koperasi merupakan bagian dari kekayaan yang telah dianggarkan sedemikian

25 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada, 2001), h.92

26 G. Kartasapoetra, Praktek Pengelolaan Koperasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

(19)

rupa mencukupi pembiayaan usaha agar tujuan usaha dan perkembangan koperasi dapat tercapai dengan memuaskan.27

Modal yang diperoleh koperasi hendaknya didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan para anggota koperasi sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan koperasi. Pada berbagai koperasi, pendayagunaan modal dapat dibedakan oleh kebutuhan, kemanfaatan, dan kegunaannya bagi para anggotanya.

Koperasi yang bergerak di bidang usaha dan jasa penggunaan modal dapat mempertinggi tingkat pelayanan jasa-jasa kepada anggotanya, dan juga bagi koperasi yang bergerak di bidang usaha modal sangat digunakan untuk berbagai kegiatan dengan titik berat pada kebutuhan utama para anggotanya, bukan pada yang paling menguntungkan koperasi.

Mendayagunakan modal koperasinya harus bertitik berat pada usaha-usaha pemuasan kebutuhan atau kepentingan para anggotanya, jadi, berbeda dengan badan-badan usaha lain yang penggunaan modalnya dititikberatkan pada usaha yang paling menguntungkan, tidak peduli usahanya itu sesuai dengan kehendak para pembentukan modalnya.28

27 Ibid, h.46 28

(20)

Yudhi Yulius mengatakan bahwa modal merupakan suatu kebutuhan bagi suatu koperasi seperti modal yang di butuhkan untuk mendirikan sebuah koperasi, modal untuk perlengkapan koperasi setelah berdirinya koperasi, dan modal untuk kegiatan usaha atau aktivitas sehari-hari.29

4. Jumlah Simpanan

Rudianto menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat. Dalam sebuah koperasi keanggotaan memiliki karakteristik yang membedakannya dengan usaha lain. Anggota koperasi memiliki identitas ganda, yaitu sebagai pemilik dan pengguna jasa.

Sebagai pemilik anggota dapat berpartisipasi menginvestasikan dananya, partisipasi anggota dalam menginvestasikan dana tersebut disampaikan dalam bidang keuangan yang dinyatakan dengan pemenuhan kewajiban pembayaran simpanan. Aturan penentuan simpanan bervariasi, karena simpanan ditetapkan sesuai dengan kemampuan anggota, dan jauh dari unsure paksaan. Adanya keaktifan partisipasi para anggota dalam berkoperasi maka kegiatan koperasi dapat berjalan dengan lancar.

29

(21)

Semakin banyak transaksi pada koperasi oleh anggota maka akan semakin meningkatkan Sisa Hasil Usaha di koperasi.30

Revrisond Baswir mengatakan bahwa anggota koperasi merupakan individu yang menjadi bagian dari koperasi tersebut dengan persyaratn yang telah ditentukan. Sebagai anggota koperasi wajib membayar sejumlah uang untuk simpanan pokok dan simpanan wajib koperasi. Jumlah anggota koperasi yang banyak akan menambah modal yang di dapati darisimpanan pokok dan simpanan wajib.Perkembangan koperasi sangat ditentukan oleh besar kecilnyasuatu modal yang digunakan. Lebih lanjut dikatakan bahwa semakin berkembangnya kegiatan usaha koperasi, maka semakin besar dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha koperasi. Semakin berkembangnya usaha yang dilakukan koperasi maka akan memperbesar peluang koperasi untuk menghasilkan sisa hasil usaha yang maksimal.31

Menurut Sony Sumarsono Simpanan para anggota merupakan salah satu komponen yang turut serta menentukan kegiatan perkoperasian. Simpanan anggota yang berkarakteristik sebagai ekuitas adalah sejumlah tertentu dalam menilai uang yang diserahkan oleh anggota koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan yang dapat sewaktu-waktusesuai perjanjian. Simpanan ini tidak menanggung resiko kerugian dan sifatnya

30 Rudianto,Op.cit, h. 4 31

(22)

sementara karena diakui sebagai kewajiban. Semakin banyak anggota koperasi, maka semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dana (simpanan) pada koperasi ,maka akan meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan SHU yang akan diperoleh koperasi. Dari penjelasan tersebut bahwa simpanan anggota dalam suatu koperasi akan dapat berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha yang didapati oleh koperasi.32

5. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

a. Pengaruh Modal Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) KJKS Kec. Padang Selatan

Koperasi bukan merupakan bentuk kumpulan modal, namun sebagai suatu badan usaha yang didalamnya menjalankan usaha koperasi yang memerlukan modal. Modal merupakan dana yang akan digunakan untuk melaksanakan koperasi, modal dalam koperasi harus digunakan seefesien mungkin oleh pengurus koperasi. Optimalisasi penggunaan dana merupakan cara untuk mencapai tujuan koperasi. Mengoptimalkan modal akan dapat memaksimalkan SHU (Sisa Hasil Usaha) yang dapat menyejahterakan anggota koperasi.

32 Sony Sumarsono, Manajemen Koperasi teori dan praktik, (Bandung: Graha Ilmu,

(23)

Menurut Ninik Widayanti menyatakan bahwa sebagai badan usaha koperasi tetap membutuhkan modal guna menyokong usahanya. Koperasi bukan suatu usaha yang memburu keuntungan, melainkan suatu perkumpulan pemberi jasa, dengan demikian dalam koperasi tidak terdapat profit atau keuntungan melainkan surplus atau kelebihan hasil usaha. Jadi jumlah modal dalam koperasi akan berpengaruh terhadap sisa hasil usaha. Semakin besar modal yang dihimpun anggota dalam koperasi maka semakin besar pula Sisa Hasil Usaha (SHU) yang akan diterima, tetapi apabila semakin sedikit modal yang dihimpun anggota maka semakin sedikit pula Sisa Hasil Usaha (SHU) yang akan diterima oleh pihak koperasi.33

b. Pengaruh Jumlah Simpanan Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) KJKS Kec. Padang Selatan

Sonny Sumarsono menyatakan bahwa, modal koperasi diutamakan berasal dari anggota. Modal utama tersebut bersumber dari simpanan pokok, simanan wajib dan simpanan sukarela. Simpanan-simpanan tersebut akan berdampak pada jumlah SHU di dalam KJKS. Simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut serta menentukan kegiatan perkoperasian. Semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dana (simpanan) koperasi, maka

33

(24)

akan meningkatkan jumlah usaha kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan SHU yang akan diproses koperasi. 34

c. Pengaruh Modal dan Jumlah Simpanan Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) KJKS Kec. Padang Selatan

Andjar Pachta W menyatakan bahwa Sisa hasil usaha koperasi adalah merupakan laba atau keuntungan yang diperoleh dari menjalankan usaha.35 Menurut Muhammad Firdaus bahwa modal dan jumlah anggota koperasi secara bersama-sama memiliki hubungan dalam memperoleh sisa hasil usaha. Koperasi dikelola dan dibiayai oleh para anggota, semakin banyak jumlah anggota berarti bertambahnya pemasukan modal yang bersumber dari para anggota koperasi, maka akan bertambah juga simpanan anggota yang mana simpanan adalah sejumlah uang yang disetorkan anggota kepada koperasi. Sehingga semakin banyak anggota yang menyimpan dananya (simpanan) koperasi maka akan meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan Sisa Hasil Usaha yang akan diperoleh oleh koperasi.36

34

Sony Sumarsono, Op.cit, h.87

35Andjar Pachta W, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Group,

2005), h. 128

36 Muhammad Firdaus, Perkoperasian Sejarah, Teori dan Paraktik, (Jakarta: Ghalia

(25)

B. Penelitian Relevan

Berikut ini adalah hasil penelitian yang memiliki kesamaan dengan penelitian yang penulis sedang lakukan :

1. Wiyono (2016), Pengaruh Jumlah Anggota , Jumlah Simpanan dan Volume Usaha Terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi di Kabupaten BojoNegor. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel jumlah anggota, jumlah simpanan, dan volume usaha secara simultan berpengaruh terhadap sisa hasil usaha (SHU).

2. Eka Laras Satriawati (2013), Pengaruh Simpanan Koperasi Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Wanita Sekar Kartini Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Hasil penelitian menyatakan bahwa simpanan koperasi mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap sisa hasil usaha.

3. Revita Sari (2013). Pengaruh Tingkat Simpanan dan Pinjaman Anggota Terhadap Sisa Hasil Usaha Kopsyah BMT AL-AMIN Pekanbaru. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel simpanan anggota dan pinjaman anggota terdapat pengaruh signifikan secara simultan terhadap sisa hasil usaha.

4. Ni Made Taan Hayuk (2012), Pengaruh Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman, Jumlah Modal Terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi di Kabupaten Bandung Provinsi Bali. Hasil penelitian menyatakan bahwa jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, dan jumlah modal

(26)

terdapat hubungan yang positif dan signifikan secara simultan terhadap sisa hasil usaha koperasi..

5. Yuni Nurmawati, Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman, dan Jumlah Modal Terhadap Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Simpan Pinjam yang Bernaung di bawah Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kulon Progo. Hasil penelitian menyatakan bahwa antara variabel jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, dan modal sama-sama berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha di koperasi simpan pinjam.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah sebuah konsep untuk menjelaskan, mengungkapkan dan menunjukkan keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang akan diteliti berdasarkan batasan masalah dan perumusan masalah. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sisa hasil usaha KJKS di Kecamatan Padang Selatan. Dalam penelitian ini hanya akan membahas dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya sisa hasil usaha KJKS.

Adapun variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah modal (X1), dan jumlah simpanan (X2) sebagai variabel bebas (Independen) dan sisa

(27)

Berdasarkan pada landasan teori serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar perumusan hipotesis berikut disajikan kerangka pemikiran yang dijadikan pedoman dalam penelitian pada gambar berikut:

Gamabar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban atau pendapat sementara terhadap permasalahan yang ada, dimana kebenaran masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul. Pendapat tersebut merupakan dasar kerja atau panduan dalam suatu fenomena yang diidentifikasi.

Selanjutnya hipotesis akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(28)

1. Diduga modal berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha KJKS di Kecamatan Padang Selatan.

2. Diduga jumlah simpanan berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha KJKS di Kecamatan Padang Selatan.

3. Diduga modal dan jumlah simpanan secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha KJKS di Kecamatan Padang Selatan.

Referensi

Dokumen terkait

 Siswa diminta membahas contoh soal dalam Buku : Bahan Ajar Bahasa Inggris mengenai Tesk fungsional pendek “advertisement

Hasil analis menunjukan bahwa kelompok kontrol negatif memiliki perbedaan jumlah geliat yang bermakna

Dengan pemahaman bahwa pasar modal dapat mengalami penurunan dan juga sebaliknya akan mengalami kenaikan, seorang pemodal pemula yang memiliki jangka waktu investasi yang

Dari latar belakang permasalahan diatas penulis berkeinginan untuk meneliti permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “Proses Penetapan Tersangka oleh Penyidik

Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000

Aspirasi kacang di saluran napas merupakan keadaan gawat yang memerlukan penanganan secara cepat dan tepat, karena dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total sehingga

Hal-hal yang melatarbelakangi konsep bertahan hidup dan komunitas adalah : (1) Ekonomi : Pengguna ruang menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat mencari rejeki hidup

Pengaruh pengaktifan zeolit, yaitu dapat memurnikan zeolit dari komponen pengotor, menghilangkan jenis kation logam tertentu dan molekul air yang terdapat dalam rongga,