• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bahasa Inggris memiliki peranan penting di era globalisasiini. Betapa tidak, bahasaInggrismerupakanbahasa yang digunakan sebagai jembatan komunikasi

Internasional. Berbagai masyarakat global

menggunakanbahasaInggrisuntukmelakukan interaksi. Tidak hanya sebagai alat komunikasi antarbangsa, bahasa Inggris pun kini semakin luas dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti aspek ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan seni. Semua literatur dalam berbagai aspek kehidupan tersebut telah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Oleh karena itu untuk memperoleh informasi dan memperluas wawasan masyarakat secara global, maka diperlukan pemahaman bahasa Inggris sebagai kunci utamanya.

Di Indonesia, bahasa Inggris bukanlah merupakan bahasa pertama yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehair-hari. Bahasa pertama yang digunakan merupakan bahasa daerah, misalnya bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Adapun bahasa kedua yang digunakan oleh masyarakat adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Hal inilah yang lantas menjadikan bahasa Inggris menempati posisi bahasa asing (lingua franca) bagi masyarakat Indonesia. Lingua franca dapat didefinisikan sebagai bahasa yang secara luas diadopsi untuk berkomunikasi diantara dua pembicara yang memiliki bahasa pertama yang berbeda satu sama lain dan dimana salah satu atau kedua pembicara tersebut menggunakan bahasa yang diadopsi itu sebagai bahasa keduanya. (Harmer, 2001, hlm. 1).

Menyadari peran penting bahasa Inggris dalam menghadapi persaingan global, maka pemerintah telah menjadikan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa di berbagaijenjangpendidikan dari mulai SekolahDasar, SekolahMenengahPertama, SekolahMengengahAtas, hingga jenjangPerguruanTinggi.

(2)

Di jenjangpendidikanSekolahDasar sebagai wadah pertama bagi penyelenggaraan proses pembelajaran secara formal,mata pelajaran bahasa Inggris sebagaimana yang tertera dalam Standar Isimemiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi lisanyang diiringi dengan tindakan (language accompanying action) dalam lingkup yang sederhana yakni di lingkungan sekolah. Kemampuan komunikasi siswa dapat diperoleh melalui proses dari serangkaian kegiatan dalam memahami informasi sehingga siswa dapat mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, dan perasaan secara verbal dan nonverbal. Tidak hanya memiliki kemampuan berkomunikasi, siswa juga perlu menyadari akan hakikat pentingnya bahasa Inggris. Hal ini dinilai penting, demi peningkatan mutu generasi bangsa dalam menghadapi persaingan di era globalisasi. Lebih lanjut, ruang lingkup kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris yang harus dikuasai siswa meliputi aspek-aspek keterampilan mendengarkan/menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). (BSNP, 2006, hlm. 136; Depdiknas, 2006, hlm. 4)

Keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Inggris merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dan dikembangkan di Sekolah Dasar. Keterampilan membaca tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berbahasa lainnya. Hal ini dikarenakan keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan suatu kesatuan yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, dan akan saling menunjang permerolehan kemampuan berbahasa siswa.

Banyak manfaat yang bisa didapat siswa dari kegiatan membaca. Dengan membaca, siswa akan mendapatkan berbagai informasi dan pengetahuan baru, sehingga wawasan siswa terhadap berbagai aspek kehidupan pun akan semakin luas. Berbagai pengalaman ketika membaca juga akan membuat siswa mampu berpikir kritis terhadap sesuatu, Selain itu, kecerdasan dan prestasi siswa pun akan meningkat setelah siswa rajin melakukan kegiatan membaca. (Gibson, 2003)

Suatu hal sangat dibutuhkan dalam keterampilan membaca adalah penguasaan kemampuan membaca. Penguasaan kemampuan membaca didapat melalui serangkaian pengalaman siswa ketika membaca. Oleh karena itu

(3)

membaca tidak dapat dikuasai secara instan, tapi membutuhkan proses yang sistematis dan berkesinambungan. Proses dari kegiatan membaca meliputi tiga tahap yaitu recording, decoding, dan meaning. Dalam proses recording siswa dituntut harus memiliki pengetahuan tentang kata dan mengasosikan kata-kata tersebut ke dalam bunyi atau ejaan yang sesuai. Setelah proses recording dilalui, maka siswa harus menerjemahkan rangkaian kata-kata tersebut, proses inilah yang dinamakan proses decoding. Sedangkan proses meaning merupakan proses dalam memahami makna kata-kata yang berlangsung dari tingkat pemahaman yakni pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Ketiga proses dalam kegiatan membaca ini saling berkaitan satu sama lain. Keterkaitanya tampak pada proses yang harus dilalui siswa secara bertahap dan berkesinambungan. (Rahim, 2008, hlm. 2).

Dalam Depdiknas (2006, hlm. 4) dijelaskan bahwa pembelajaran membaca pada mata pelajaran Bahasa Inggris di SD meliputi membaca nyaring dan memahami makna dalam intruksi, informasi, teks fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar sangat sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar. Membaca nyaring (reading aloud) merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dengan suara keras untuk melatih kefasihan siswa dalam pengucapan (pronunciation) bahasa Inggris. Pengucapan (pronunciation) dalam kegiatan membaca nyaring meliputi pelafalan, jeda, tekanan, dan intonasi yang tepat sesuai teks bacaan. Namun karena bahasa Inggris relatif berbeda dengan bahasa asli siswa, maka banyak siswa mengalami kesulitan dalam hal pengucapan kalimat bahasa Inggris. Selain itu perasaan jenuh dan frustasi pun acap kali menghampiri siswa ketika pembelajaran membaca bahasa Inggris berlangsung, hal ini menyebabkan motivasi siswa menjadi berkurang.

Dalam membangkitkan motivasi siswa untuk belajar bahasa Inggris, dibutuhkan peran seorang guru. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Tanpa adanya guru maka kegiatan pembelajaran tidak akan terjadi dengan baik. Dan untuk membangkitkan motivasi siswa, guru seyogyanya harus mampu menyediakan pembelajaran yang bermakna dan suasana yang menyenangkan bagi siswa.

(4)

Hasil studi pendahuluan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen menunjukkan bahwa dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris siswa memiliki berbagai kesulitan. Kesulitan tersebut terletak pada pengasosiasian antara teks bacaan dengan pengucapan (pronunciation) yang cenderung berbeda, siswa pun memiliki pemahaman yang kurang terhadap makna teks bacaan. Selain itu, ketika guru meminta anak untuk membaca nyaring, siswa merasa malu dan takut pengucapannya salah, sehingga membuat siswa menjadi tidak berani melafalkan kalimat bahasa Inggris dengan baik dan benar. Dengan adanya kesulitan inilah, yang lekas membuat siswa merasa tidak tertarik dengan pembelajaran membaca dan akhirnya siswa memiliki semangat belajar yang kurang. Salah satu upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi berbagai kesulitan siswa tersebut yakni dengan memberikan dorongan semangat kepada siswa supaya siswa memiliki minat atau ketertarikan dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris. Dorongan semangat tersebut berupa ucapan good untuk siswa yang berhasil melafalkan kalimat dengan baik, dan tulisan excellent pada buku tulis siswa karena telah mengerjakan tugas dengan baik dan benar. Dorongan semangat tersebut senantiasa disertai dengan latihan dan pengembangan keterampilan membaca nyaring siswa secara terus menerus. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan menyuguhkan permainan ketika pembelajaran berlangsung pun dilakukan guru agar siswa tidak merasa jenuh. Guru meyakini bahwa dengan suasana belajar yang menyenangkan akan berdampak positif pada pencapaian hasil belajar yang optimal pada pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris.

Berbagai bentuk upaya dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca nyaring yang telah dipaparkan diatas merupakan implikasi dari salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai guru yakni penguasaan keterampilan memberikan penguatan (reinforcement skill). Keterampilan mengajar sangat penting sebagai penunjang guna mencapai keberhasilan dalam proses dan hasil belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Moh. Uzer Usman (2006, hlm. 74) mengemukakan delapan jenis keterampilandasarmengajar (teaching skills) yang harusdikuasai guru adalahketerampilanbertanya (questioning skills), keterampilan

(5)

memberikanpenguatan(reinforcement

skills),keterampilanmengadakanvariasi(variation skills),

keterampilanmenjelaskan(explaning skills),

keterampilanmembukadanmenutuppembelajaran(set induction and closure), keterampilanmembimbingkelompokkecil, keterampilanmengelolakelas, danketerampilanmengajarperseorangan

Reinforcement merupakan suatu upaya atau usaha yang dilakukan oleh guru guna memperoleh respon atau umpan balik terhadap perilaku siswa, sebagai kegiatan dalam memodifikasi perilaku siswa supaya perilaku siswa sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan guru menggunakan reinforcement yakni supaya perilaku positif yang diharapkan dari siswa dapat terulang kembali dan perilaku negatif yang kurang diharapkan dari siswa dapat diperbaiki ataubahkan cenderung dihilangkan. Dengan penggunaan reinforcement diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai seoptimal mungkin. (Moh Uzer Usman, 2006, hlm. 80)

Skinner (dalam Bimo Walgito, 1980, hlm. 81) sebagai penggagas munculnya istilah reinforcement, mengklasifikasikan reinforcement kedalam dua jenis yaitu positive reinforcement dan negative reinforcement. Positive reinforcement ini diidentikkan dengan konsekuensi atas perilaku positif yang telah dilakukan individu, dengan maksud supaya perilaku positif tersebut dapat terulang kembali. Sedangkan negative reinforcement merupakan bentuk konsekuensi yang diberikan terhadap perilaku negatif individu yang tidak diharapkan dan tentu saja hal tersebut diberikan untuk merubah perilaku negatif tersebut menjadi perilaku yang diharapkan, atau bila dianggap beresiko maka perilaku negatif tersebut dapat dihilangkan. Perbedaan yang mendasari antara positive reinforcement dan negative reinforcement dari Skinner terletak pada stimulus atau rangsangan, jika pada positive reinforcement terjadi penambahan stimulus terhadap respon individu yang diharapkan sebelumnya, maka pada negative reinforcement, terjadi penarikan atau pengurangan stimulus. Penambahan dan pengurangan stimulus tersebut tersebut tentunya merupakan salah satu cara untuk memodifikasi perilaku agar sesuai dengan yang diharapkan.

(6)

Sementara Turney (1983) mengklasifikasikan reinforcement ke dalam enam jenis yaitu verbal reinforcement, gesture reinforcement, activity reinforcement, proximity reinforcement, contact reinforcement, dan token reinforcement. Verbal reinforcement berhubungan erat dengan kata-kata yang diucapkan guru sebagai penguat perilaku siswa seperti good, excellent, dan that’s right. Gesture reinforcement berhubungan dengan mimik wajah dan gerak tubuh guru selama kegiatan pembelajaran. Activity reinforcement berhubungan dengan penyediaan berbagai aktifitas yang menyenangkan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran, seperti bernyanyi, mendengarkan musik, dan bermain. Proximity reinforcement, berhubungan dengan gerakan guru dalam mendekati siswa seperti berjalan menghampiri siswa dan duduk dengan siswa. Adapun contact reinforcement, berhubungan dengan sentuhan guru terhadap siswa. Sentuhan tersebut dapat berupa usapan kepala atau bahu siswa, dan berjabat tangan dengan siswa. Sedangkan token reinforcement berhubungan dengan benda yang diberikan guru kepada siswa, seperti mainan, alat tulis, stiker, dan komentar tertulis pada buku siswa.

Lemann (1998) dalam Flora (2004, hlm. 4-5) mengungkapkan bahwa pada tahun 1975 di daerah Houston Texas terdapat sekolah bernama Wesley Elementary yang dipimpin oleh Thaddeus Lott sebagai kepala sekolah. Wesley Elementary memiliki populasi siswa minoritas sebesar 99%, dan hanya 18% dari anak kelas tiga yang mampu membaca. Namun berselang beberapa tahun kemudian pada tahun 1998, Wesley Elementary menempati peringkat 13 dari 182 sekolah yang terdapat di Houston dalam hal keterampilan membaca siswa. Kesuksesan Lott tersebut terletak pada penggunaan reinforcement dalam program sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru di sekolah tersebut ketika proses belajar mengajar menggunakan metode direct instruction. Dalam metode direct instraction, siswa secara sistematis dan berkelanjutan diberikan latihan membaca oleh guru. Selain itu, siswa juga mendapatkan konsekuensi dari setiap perilaku yang diperbuatnya, misalnya jika siswa menjawab pertanyaan dengan benar maka diberikan reinforcement, namun jika

(7)

siswa melakukan kesalahan maka dengan segera dikoreksi oleh guru. Hal inilah yang membuat siswa di sekolah tersebut sukses dalam keterampilan membacanya.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui secara lebih mendalam dan menyeluruh tentang jenis-jenis reinforcement yang diberikan guru kepada siswa yang dianalisis berdasarkan teori Skinner (1938) dan Turney (1983). Selain itu, peneliti juga hendak mengetahui tentang frekuensi pemberian reinforcement guru berdasarkan jadwal reinforcement dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di kelas V Sekolah Dasar. Dengan demikian peneliti mengangkat judul “Reinforcement dalam Pembelajaran Membaca Nyaring Bahasa Inggris di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Penelitian

Pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di SDN Citapen dilakukan melalui serangkaian kegiatan untuk memberikan pengalaman belajar yang mengesankan bagi siswa. Pengalaman belajar tersebut diperoleh dari latihan yang sengaja disuguhkan guru untuk mengembangkan kemampuan membaca nyaring siswa secara fasih. Kefasihan siswa dalam membaca berkaitan erat dengan lafal, intonasi, penekanan, jeda, serta artikulasi ketika membaca. Agar siswa memperoleh pengucapan yang fasih, maka ketika pembelajaran berlangsung guru memberikan contoh pengucapan kalimat yang baik dan benar serta memberikan latihan pengucapan dengan metode drill yang dilakukan secara berulang-ulang.

Guru menyediakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa agar siswa memiliki semangat yang tinggi dalam belajar. Hal tersebut diperlukan demi kelancaran proses pembelajaran dan ketercapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain itu, guru pun selalu memberikan reinforcement terhadap perilaku siswa. Reinforcement merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh dalam memodifikasi perilaku siswa. Reinforcement dinilai perlu karena hal tersebut dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar dan dapat memicu terjadinya kembali perilaku yang dikehendaki oleh guru. Guru biasanya

(8)

memberikan positivereinforcement maupun negativereinforcement dalam bentuk verbal dan non-verbal. Misalnya ucapan good, senyuman, mengerutkan kening, acungan jempol, menyediakan permainan, dan, bernyanyi. Berbagai bentuk penguatan tersebut diberikan sebagai konsekuensi terhadap perilaku siswa, dengan maksud agar perilaku positif siswa yang timbul saat pembelajaran dapat terulang kembali di kemudian hari, dan perilaku negatif siswa dapat diperbaiki secara bertahap dan berkesinambungan.

Dalam pembelajaran membaca nyaring di kelas V, guru telah menggunakan reinforcement sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan motivasi siswa ketika belajar. Namun nampaknya peneliti belum mampu untuk mendeskripsikan secara jelas perihal jenis-jenis reinforcement yang digunakan guru. Lebih lanjut, peneliti mempunyai rasa ingin tahu yang mendalam tentang bagaimana proses ketika guru memberikan reinforcement terhadap siswa dan jadwal reinforcement yang digunakan guru selama kegiatan pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris. Hal inilah yang kemudian diidentifikasikan sebagai masalah dalam penelitian ini yang hendak diteliti secara mendalam. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan penelitian pada jenis-jenis reinforcement yang digunakan guru, dan penggunaan jadwal reinforcement dalam pembelajaran membaca nyaring pada mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas V SD Negeri Citapen.

2. Rumusan Masalah Penelitian

Iskandar (2008, hlm. 166) menyatakan bahwa ”Rumusan masalah merupakan uraian dari masalah yang dimunculkan dalam latar belakang yang dikemukakan”. Rumusan masalah dapat dinyatakan dengan kalimat pertanyaan dan pernyataan yang jelas dan padat.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Apa saja jenis-jenis reinforcement yang dilakukan guru dalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya?

(9)

b. Bagaimana penggunaan jadwal reinforcement guru dalam pembelajaran membaca nyaring Bahasa Inggris di kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pemberian reinforcement gurudalam pembelajaran membaca nyaring bahasa Inggris di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya. Adapun secara khusus dan terperinci, tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis reinforcementyang dilakukan guru dalam pembelajaran membaca nyaring Bahasa Inggris di kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya.

2. Untuk mendeskripsikan penggunaan jadwal reinforcement guru pada pembelajaran membaca nyaring Bahasa Inggris di kelas V Sekolah Dasar Negeri Citapen Kota Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam rangka pengembangan wawasan di ranah pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat penelitian secara teoritis dan manfaat penelitian secara praktis.

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan bahasa Inggris di Sekolah Dasar khususnya yang berkaitan dengan reinforcement yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan, diantaranya bagi guru, siswa, pihak sekolah, dan peneliti.

(10)

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan guna meningkatkan kompetensi mengajar guru khususnya yang berkaitan dengan reinforcement dalam pembelajaran membaca bahasa Inggris.

b. Bagi Siswa

Dengan pemberian reinforcement diharapkan dapat menambah pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran membacapada mata pelajaran bahasa Inggris c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai penambah pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan yang tercermin dari kemampuan profesional mengajar guru terutama pada keterampilan memberikan reinforcement dalam pembelajaran membacabahasa Inggris di Sekolah Dasar.

d. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menembah pengetahuan dan pengalaman peneliti, serta dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut khususnya bagi yang akan mengkaji permasalahan yang relevan dengan reinforcement.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur penulisan yang terdapat dalam penelitian skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu bab I, bab II, bab III, bab IV, dan bab V.

Bab I Pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Beberapa pertimbangan sebagai alasan dilaksanakannya penelitian yang didasarkan atas kondisi yang terjadi di lapangan dirangkum dalam latar belakang masalah. Dalam identifikasi masalah, peneliti mengkaji secara lebih mendalam perihal masalah yang terjadi sebagai fokus dalam penelitian. Selanjutnya masalah yang telah teridentifikasi, dirumuskan

(11)

dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah ini dideskripsikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang hendak diteliti secara mendalam. Semua ekspektasi akan pencapaian sasaran yang diharapkan dalam penelitian dituangkan pula dalam tujuan penelitian. Adapun manfaat penelitian, berisi beberapa penjelasan tentang kegunaan yang didapat dari pelaksanaan penelitian. Selanjutnya, sistematika penulisan laporan penelitian ini dituangkan dalam struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, berisikan telaah terhadap berbagai teori yang memiliki keterhubungan dengan masalah penelitian. Teori tersebut digunakan sebagai landasan dalam proses dan hasil penelitian yang digunakan dalam menganalisis data temuan selama penelitian berlangsung. Selain itu, telaah tentang penelitian yang relevan pun terdapat pada bab ini.

Bab III Metode Penelitian, mendeskripsikan cara yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Adapun isi dari bab ini berkaitan erat dengan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Lokasi dan subjek penelitian berkaitan dengan tempat penelitian dilaksanakan beserta orang yang akan diamati perilakunya. Desain penelitian menjelaskan proses alur dilaksanakannya peneritian yang diawali dengan perencanaan rancangan kegiatan hingga penyusunan laporan penelitian. Cara yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian dijabarkan dalam metode penelitian secara lebih rinci. Definisi operasional berhubungan dengan batasan konsep dari variabel penelitian. Kemudian intrumen penelitian digunakan peneliti sebagai alat dalam memperoleh data. Teknik pengumpulan data berkaitan erat dengan teknik yang dipilih peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data hasil penelitian dengan teknik-teknik yang sesuai, dan hal tersebut tersantum dalam teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menyajikan berbagai data hasil temuan yang relevan dengan permasalahan penelitian beserta pembahasan dari setiap data temuan yang dihubungkan dengan kajian teori dan permasalahan penelitian. Selanjutnya data temuan tersebut dianalisis sehingga menghasilkan

(12)

jawaban dari permasalahan yang hendak diteliti dan diketahui secara mendalam. Dari hasil penelitian dan pembahasan in, nantinya dapat diambil suatu kesimpulan dan saran dalam bab V.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dianalisis oleh peneliti serta saran yang ditujukan peneliti terhadap berbagai pihak dituangkan dalam bab V ini.

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat peran beras sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor

Analisis SWOT merupakan penelusuran terhadap faktor-faktor dari lingkungan eksternal yang berpotensi menciptakan peluang dan ancaman/ tantangan serta titik-titik

Perencanaan pembangunan yang partisipatif terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat sebagaimana terakomodir dalam UU No 25 tahun 2004 haruslah dimaknai sebagai sebuah proses

Implementasi data warehouse sistem penjualan batik di Batik Mahkota Laweyan mempermudah pengelolaan data dan pembuatan laporan secara multidimensi sehingga dapat

Tujuan penelitian ini adalah meneliti apakah adopsi dan implementasi International Public Sector Accounting Standard (IPSAS) dengan basis akrual akan meningkatkan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelembab yang mengandung urea atau niasinamid juga dapat meningkatkan hidrasi kulit pasien DA secara signifikan dengan harga

Siswa melihat video pembelajaran tentang organ peredaran darah melalui link yang sudah dibagikan oleh guru.!. Siswa membaca teks mengenai alat peredaran darah yang ada

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Kombinasi Ekstrak Daun Alpukat dan Ekstrak Bunga