• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis tentang sigat muntaha al-jumu’ sudah pernah diteliti oleh Fitriyah (020704007), dengan judul analisis sigat muntaha al-jumu‘ dalam Al-Qur’an, dan hasil dari penelitian beliau, bahwa terdapat 11 dari 19 pola sigat muntaha al-jumu‘, dan setiap kata dari pola yang 11 itu sering berulang-ulang penyebutannya dalam Al-Qur’an, penelitian beliau hanya ditinjau dari satu bidang ilmu yaitu ilmu sarf yang dikhususkan pada bentuk polanya, akan tetapi penulis menganalisis objek yang berbeda yaitu menganalisis tentang sigat muntaha al-jumu‘ dalam kitab bulugu al-maram yang dikhususkan pada bentuk polanya dan perubahan dari bentuk mufrad ke sigat muntaha al-jumu‘ serta keadaan i‘rabnya ditinjau dari ilmu nahwu.

Pengertian sigat muntaha al-jumu‘

Adapun sigat muntaha al-jumu‘ sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhyiddin (1993: 51) adalah :

/Ammā şigatu muntahā al-jumū‘i fadābituhā: an yakūna al-ismu jam‘a at-taksiri wa qad waqa‘a ba‘da ālifi taksirihi harfāni nahwu: masājidu, manābiru, au śalāśatu ahrufin wastuhā sākinun nahwu: mafātihu, ‘asāfīru/ “ Sigat muntaha al-jumu‘ ialah : isim yang berbentuk jama‘ taksir dan ada dua huruf yang terletak sesudah alif taksirnya contoh: masājidu , manābiru atau tiga huruf yang huruf tengahnya berharkat sukun (berbaris mati) contohnya: mafātihu, dan ‘asāfiru”

/Şiyagu al-muntahā al-jumū‘i hiya kullu jam‘in kāna ba‘da ālifi taksirihi harfāni, au śalāśatu ahrufin śānihā sākinun, nahwu: (ma‘ābidu) wa (mafātīhu) wa tusamma aidan: şiyagu al-jam‘i al-aqsā/ “Sigat muntaha al-jumu‘ adalah setiap jama‘ setelah alif taksirnya terdapat dua huruf, atau tiga huruf yang huruf keduanya sukun (mati) contohnya : (ma’ābidu) dan (mafātihu) dan dinamakan juga dengan şiyagu jam’i al-aqşa”(Asmir, 1993: 295)

(2)

/

Şiyagu muntahā jumū‘i min jumū‘i kaśrati jam‘un yuqālu lahu “ muntahā al-jumū‘i wa şigatu m untahā al-al-jumū‘i wa huwa kullu jam‘in kāna ba‘da ālifi takśirihi harfāni au śalāśatu ahrufin wastuhā sākinun kadarāhima wa danānīra/. “Sigat muntaha al-jumu‘ bagian dari jama‘ kasrah, Jama‘ yang dikatakan baginya muntaha al-jumu‘ atau sigat muntaha al-jumu‘ yaitu setiap jama‘ taksir (kasrah) yang sesudah alif taksirnya ada dua huruf atau tiga huruf yang tengah mati (sukun). Contohnya

:

darāhima beberapa Dirham) dan (danānira: beberapa Dinar)”

Menurut Al-Gulayaini pembentukan ism mufrad menjadi sigat muntaha al-jumu’ adalah : Apabila ism yang akan dibentuk itu dari ism yang hurufnya empat, baik dari ism yang huruf aslinya empat maupun ism yang huruf aslinya tiga dan ada tambahan satu huruf, maka sigat muntaha al-jumu‘nya dibentuk atas dasar huruf lafalnya, yakni dalam pembentukannya tidak ada pembuangan huruf.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/dirhamun/ /darāhimu/

‘uang dirham’ ‘beberapa uang dirham’

/masjidun/ /masājidu/

‘mesjid’ ‘beberapa mesjid’

Adanya penambahan alif taksir pada bentuk muntaha al-jumu‘(

,

) adalah ciri khas dari sigat muntaha al-jumu‘.

Sedangkan ism yang hurufnya lebih dari empat, apabila ingin dibentuk menjadi sigat muntaha al-jumu’ maka ketentuannya sebagai berikut :

1. Apabila ism yang hurufnya lebih dari empat (asli empat huruf dan mendapat tambahan) maka huruf tambahannya harus dibuang 1F

2

. Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

2

Dalam pembuangan huruf tambahan ditentukan sebagai berikut :A. huruf mim tambahan di awal lafal lebih baik ditetapkan dari pada huruf tambahan lainnya secara mutlak. B. huruf ta dan nun lebih baik ditetapkan dari yang lain kecuali mim . C. huruf tambahan hamzah dan ya lebih baik

ditetapkan kecuali ta dan nun . D. apabila huruf tambahannya sama derajatnya, maka boleh membuang salah satu yang dikendaki.

(3)

/gadanfarun/ /gadāfiru/

‘seekor singa’ ‘beberapa ekor singa’

Huruf yang dibuang ( ) adalah huruf /nun/ lalu ditambah dengan alif taksir (ciri khas dari sigat muntaha al-jumu’).

2. Apabila ism yang lebih dari empat huruf sedangkan huruf aslinya tiga maka dirinci sebagai berikut:

2.1 Apabila tambahan 2 (dua) huruf maka dibuang satu. Contoh :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/munţaliqun/ /maţāliqu/

‘orang yang berangkat’ ‘orang-orang yang berangkat’

Huruf tambahan( )berupa huruf /mim/ dan /nun/, huruf yang dibuang ketika dibentuk muntaha al-jumu‘ adalah huruf /nun/ dan ditambah alif taksir setelah huruf kedua.

2.2 Apabila tambahannya 3 (tiga) huruf maka ketika dibentuk sigat muntaha al-jumu‘ dibuang dua huruf.

Contoh :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/makhsyausyinun/ /makhāsyinu/

‘seorang yang kasar’ ‘beberapa orang yang kasar’ Huruf tambahannya ( ) berupa huruf /mim/,salah satu huruf /syin/ dan huruf /waw/ kemudian ditambah alif taksir setelah huruf kedua.

2.3 Apabila huruf tambahan itu berupa huruf ‘illat berbaris mati (sukun) yang berada sebelum akhir, maka huruf tambahan tersebut dirinci sebagai berikut

2.3.1 Apabila huruf tambahannya berupa huruf alif ( ) atau waw ( ) maka diganti dengan ya’ ( )

Contoh :

(4)

/qirţasun/ /qarāţisu/ ‘selembar kertas’ ‘beberapa lembar kertas’

/firdausun/ /farādisu/

‘surga’ ‘surga-surga’

2.3.2 Apabila huruf tambahannya berupa huruf ya’ ( ) maka tidak ada yang diganti (ditetapkan)

Contoh :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/qindilun/ /qanādilu/

‘lampu gantung’ ‘beberapa lampu gantung’

3. Apabila ism yang akan dibentuk sigat muntaha al-jumu’ dari ism yang huruf aslinya lima maka hendaknya huruf yang kelima dibuang dan dibentuk atas pola /fa‘ālilu/.

Contonya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/safarjalun/ /safāriju/

‘buah jambu’ ‘beberapa buah jambu’

Huruf yang dibuang (

)

adalah huruf yang kelima yaitu huruf (lam), kemudian ditambah alif taksir setelah huruf yang kedua.

4. Apabila ism yang akan dibentuk sigat muntaha al-jumu‘ dari ism yang hurufnya diatas lima, maka huruf yang kelima dan setelah huruf yang kelima hendaknya dibuang.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/’andalībun/ /’anādilu/

‘seekor burung ’ ‘beberapa ekor burung ’

Huruf yang dibuang (

)

adalah huruf ya’ ( ) dan huruf ba ( ), kemudian ditambah alif taksir setelah huruf yang kedua.

5. Sebagian dari pola-pola sigat muntaha al-jumu‘ dapat disambung (ditambah) dengan ta marbutah ( ) di akhirnya, yaitu :

(5)

5.1 Apabila bentuk mufradnya dari ism yang hurufnya di atas tiga dan ada huruf ya’ nisbah (yang menunjukkan kebangsaan).

Contonya : Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/magribiyyun/ /magāribatu/

‘orang maroko’ ‘orang-orang maroko’

5.2 Bentuk mufradnya tidak memakai ya nisbah tetapi huruf sebelum akhir berupa huruf mad ( ) tambahan, dan huruf mad ini harus dibuang apabila huruf ta marbutah dimasukkan

Contoh : Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/gaţrifun/ /gaţārifatu/

‘seorang yang dermawan’ ‘beberapa orang yang dermawan’ 5.3 Bentuk mufradnya dari ism ‘ajam (bukan arab) dan hurufnya lebih dari tiga.

Contoh : Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/jaurabun/ /jawāribatu/

‘sepasang kaus kaki’ ‘beberapa pasang kaus kaki’

Sigat muntaha al-jumu’ mempunyai sembilan belas (19) Wazan, Yang seluruhnya ada pada ism sulasi mazid dan tidak ada pada ism ruba’i al-usul ( ism yang huruf aslinya empat )atau khumasi al-usul( ism yang huruf aslinya lima), kecuali yang mengikuti wazan /fa‘ālilu dan / fa‘ālilu, Sebagaimana sulasi mazidpun ada yang mengikuti dua wazan tersebut.

Wazan-wazan sigat muntaha al-jumu’yang sembilan belas ialah : 1. dan 2. Wazan /fa‘ālilu dan /fa‘ālilu

Ism yang jama’nya dapat dibentuk seperti wazan /fa‘ālilu ialah :

1.1 Setiap Ism yang empat huruf aslinya (ruba’i al-usul) baik yang mujarrad (tidak ada tambahan) maupun yang mazid (ada tambahan) pada bentuk mufradnya (bentuk tunggal).

(6)

Contoh ruba’i muzarrad.

Bentuk mufrad Muntaha al-jumu’

/dirhamun/ /darāhimu/

‘satu dirham’ ‘beberapa dirham’

(Tidak ada huruf yang dibuang hanya penambahan alif taksir setelah huruf kedua) Contoh ruba’i mazid.

Bentuk mufrad muntaha al-jumu’

/gadanfarun/ /gadāfiru/

‘seekor singa’ ‘beberapa ekor singa’

(Asalnya /gadfarun/, mendapat huruf tambahan /nun/ dan huruf tambahan tersebut dibuang pada sigat muntaha al-jumu’, Kemudian ditambah alif taksir setelah huruf kedua).

1.2 Ism yang huruf aslinya lima (Khumasi usul) baik yang mujarrad ataupun yang mazid pada bentuk mufradnya.

Contoh khumasi muzarrad:

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/safarjalun/ /safāriju/

‘buah jambu’ ‘beberapa buah jambu’

(huruf yang dibuang ialah /lam/, dan penambahan berupa alif taksir setelah huruf kedua).

Contoh khumasi mazid.

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/ ‘andalībun/ / ‘anādilu/

‘seekor burung murai’ ‘beberapa ekor burung murai’

(Huruf yang dibuang /ya/ dan /ba/ dan ditambah alif taksir setelah huruf yang kedua).

Sedangkan Ism yang bentuk Jama’nya mengikuti Wazan

ialah : seperti Ism yang jama‘nya mengikuti Wazan

tetapi ada huruf tambahan sebelum akhir

(7)

yang berupa huruf illat ( ) yang berharkat sukun (berbaris mati) pada bentuk mufradnya.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/qirţāsun/ /qarāţisu/

‘satu kertas’ ‘beberepa kertas’

(Penggantian huruf alif dengan huruf ya’ dan tambahan alif taksir setelah huruf kedua).

3. dan 4. Wazan /afā‘ilu dan /afā‘ilu

Ism yang mengikuti wazan / afā‘ilu ini ada dua yaitu :

3.1 Ism yang mengikuti Wazan / af‘ala dan sebagai sifat tafdhil (makna lebih/paling).

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/afdalu/ /afādilu/

‘yang lebih utama’ ‘beberapa yang lebih utama’

Dan apabila ism tersebut tidak merupakan shifat tafdhil, maka tidak dapat dijama‘kan mengikuti wazan tetapi harus dijama‘kan mengikuti wazan /fu‘lun/.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Bentuk Jama’

/ahmarun/ /humrun/

‘warna merah’ ‘beberapa warna merah’

3.2 Ism yang empat hurufnya dan huruf pertamanya berupa huruf Hamzah sebagai huruf tambahan.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/asba‘un/ /asābi‘u/

‘satu jari tangan’ ‘beberapa jari tangan’ (hanya penambahan alif taksir setelah huruf kedua).

(8)

Sedangkan sigat muntaha al-jumu’ yang mengukuti wazan /afā‘ilu ialah ism yang seperti tersebut di atas tetapi huruf sebelum akhir berupa huruf mad.( ).

Contohnya:

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/uslūbun/ /asālibu/

‘satu jalan’ ‘beberapa jalan’

(Penggantian huruf waw dengan huruf ya’, Dan ditambah alif taksir setelah huruf kedua).

5. dan 6. Wazan / tafā‘ilu dan / tafā‘ilu

Ism yang jama’nya mengikuti Wazan / tafā’ilu ialah Ism yang empat hurufnya dan huruf depannya berupa huruf Ta’ tambahan / /taúzzāidah.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/tinbalun/ /tanābilu/

‘sebuah batu kecil’ ‘beberapa batu kecil’ (Hanya penambahan alif taksir setelah huruf kedua)

Sedangkan ism yang bentuk jama’nya mengikuti Wazan ialah Ism yang seperti tersebut diatas, tetapi sebelum huruf akhir ada huruf tambahan berupa huruf ‘illat

.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/taqsimun/ /taqāsimu/

‘satu bagian’ ‘beberapa bagian’ (Hanya penambahan alif taksir setelah huruf tang kedua).

7. dan 8.Wazan / mafā‘ilu dan / mafā‘ilu

Ism yang dapat dijama’kan mengikuti Wazan / mafā’ilu ialah Ism yang terdiri dari empat huruf dan huruf pertamanya berupa huruf tambahan “mim” ( )

(9)

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha a-Jumu’

/masjidun/ /masājidu/

‘satu mesjid’ ‘beberapa mesjid’ (Hanya penambahan alif taksir setelah huruf yang kedua)

Adapun ism tersebut diatas apabila huruf ketiganya berupa huruf mad, baik yang asli atau yang mengganti asal, maka dirinci sbb:

a. Apabila huruf ketiga berupa huruf ya’, maka ditetapkan seperti semula. Contoh : Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/ma‘īsyatun/ /ma‘āyisyu/ ‘kehidupan’ ‘kehidupan-kehidupan’

b. Apabila huruf ketiga tersebut mengganti huruf asal maka dikembalikan berupa huruf asalnya.

Contoh : Bentuk Mufrad Asal Muntaha al-Jumu’ /manāratun/ /an-nūru/ /manāwiru/ ‘menara api’ ‘cahaya’ ‘menara-menara api’

Sedangkan yang bentuk jama’nya mengikuti wazan / mafā‘ilu ialah ism yang seperti diatas tetapi sebelum huruf akhirnya ada huruf illat.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/misbāhun/ /masābihu/

‘sebuah lampu’ ‘beberapa buah lampu’

(Perubahan huruf alif diganti ya’ dan penambahan alif taksir setelah huruf yang kedua).

9.dan 10.Wazan / yafā‘ilu dan / yafā‘ilu

Ism yang jama’nya dapat dibentuk seperti Wazan / yafā‘ilu ialah : ism yang hurufnya empat dan huruf depannya berupa huruf tambahan Ya’( ).

Contohnya :

(10)

/yahmadun/ /yahāmidu/

‘yahmad (nama laki-laki)’ ‘beberapa orang bernama yahmad’ (Hanya penambahan alif taksir setelah huruf yang kedua).

Sedangkan ism yang bentuk jama’nya mengikuti wazan / yafā‘ilu ialah ism yang mengikuti wazan / yafā‘ilu dan sebelum akhir berupa huruf tambahan berupa huruf illat.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’ /yanbū‘un/ /yanābi‘u/ ‘satu mata air’ ‘beberapa mata air’

(Penggantian huruf ‘illat waw menjadi huruf ya’ serta penambahan alif taksir setelah huruf yang kedua).

11. dan 12. Wazan / fawā‘ilu dan / fawā‘ilu

Ism yang bentuk jama’nya mengikuti Wazan / fawā‘ilu ialah :

11.1 Ism yang hurufnya empat (ruba‘i) dan huruf yang kedua berupa waw tambahan atau Alif tambahan.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/kauśarun/ /kawāśiru/

‘telaga di surga’ ‘telaga-telaga di surga’

11.2 Ism shifat yang bentuk mufradnya mengikuti Wazan / fā‘ilun sama juga shifat Muannas (perempuan) atau shifat untuk Muzakkar ghairu ‘Aqil (yang tidak punya akal).

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/hāidun/ /hawāidu/

‘satu orang (pr)datang bulan’ ‘beberapa (pr)datang bulan’ Contoh muzakkar ghairu ‘aqil.

(11)

/şāhilun/ /şawāhil/

‘suara kuda yang meringkik’ ‘suara-suara kuda yang meringkik’

(Penggantian huruf mad alif dengan huruf waw dan penambahan alif taksir setelah huruf kedua).

11.3 Ism shifat yang mufradnya mengikuti wazan /fā‘ilatun. Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/syā’iratun/ /syawā’iru/ ‘seorang penyair (pr) ‘beberapa penyair (pr)

(Penggantian huruf mad alif dengan waw dan penambahan alif taksir setelah huruf kedua serta ta’ marbutah dibuang).

Sedangkan ism yang bentuk jama’nya boleh mengikuti wazan /fawā’ilu ialah ism yang tersebut diatas dan huruf sebelum akhir berupa huruf tambahan yang berwujud huruf mad.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntha al-Jumu’

/ţūmarun/ /ţawāmiru/

‘satu halaman kertas’ ‘beberapa halaman kertas’

(Penggantian huruf mad alif menjadi huruf ya’ , dan tambahan alif taksir setelah huruf yang kedua).

13. dan 14. Wazan / fayā‘ilu dan / fayā‘ilu

Ism yang bentuknya mengikuti wazan / fayā’ilu ialah ism yang empat hurufnya dan huruf yang kedua berupa ya’ selaku huruf tambahan /

/ yaúzzaidah.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’ /şairafun/ /şayārifu/ ‘seorang kasir’ ‘beberapa kasir’ (Hanya penambahan alif taksir setelah huruf kedua)

(12)

Sedangkan ism yang mengikuti wazan ialah ism yang tersebut diatas tetapi sebelum huruf akhir ada huruf tambahan yang berupa huruf illat.

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’ /şaikhudun/ /şayākhidu/

‘hari yang sangat panas’ ‘hari-hari yang sangan panas’

(Penggantian huruf mad waw menjadi ya’ dan penambahan alif taksir setelah huruf yang kedua)

15. Wazan / fa‘āilu

Ism yang dapat dijama’kan dengan mengikuti wazan tersebut diatas ada dua: 15.1 Ism muannas yang empat hurufnya dan huruf sebelum akhir berupa huruf mad

sebagai huruf tambahan, baik muanasnya dengan adanya tanda ataupun tidak. Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/sahābatun/ /sahāibu/

‘awan’ ‘awan-awan’

/syamālun/ /syamāilu/

‘angin kencang dari kutub’ ‘angin-angin kencang dari kutub’

(Penggantian huruf mad alif menjadi hamzah dan penambahan alif taksir setelah huruf kedua serta jika ada ta marbutah tidak dipakai)

15.2 Shifat yang mengikuti wazan / fa‘ilatun, tetapi memakai makna wazan

.

/ fā‘ilatun.

Contihnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/karīmatun/ /karāimu/

‘satu orang (pr) yang mulia’ ‘beberapa orang (pr) yang mulua’

(Penggantian huruf ya’ menjadi huruf hamzah serta penambahan alif taksir setelah huruf kedua, ta marbutah tidak dipakai).

(13)

16. Wazan / fa‘ālā. 17. Wazan fa‘āli. 18. Wazan / fu‘ālā.

Bentuk sigat muntaha al-jumu’ mengikuti pola no.16 & 17, /fa‘ālā dan /fa‘āli ialah:

a. ism yang bentuk mufradnya mengikuti pola / fa‘lā. Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/ fatwā/ /fatāwā dan /fatāwin2F

3

/ ‘fatwa/nasehat’ ‘beberapa fatwa/beberapa nasehat’

(Penambahan alif taksir setelah huruf kedua, apabila alif maqsurah dibuang maka menjadi munsarif)

b. ism yang bentuk mufradnya mengikuti pola / fi‘lā. Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/żifrā / /żafārā/ dan /żafārin/

‘tulang dibelakang telinga’ ‘tulang-tulang dibelakang telinga’

(Penambahan alif taksir setelah huruf yang kedua, apabila alif maqsurah dibuang maka menjadi munsarif).

c. ism yang bentuk mufradnya mengikuti pola / fa‘lā’u / baik dia sebagai ism (benda) ataupun sebagai shifat untuk muannas (perempuan) yang tidak ada muzakkarnya (laki-laki).

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/şahrāun/ /şahārā/dan /şahārin/

‘padang sahara’ ‘padang-padang sahara’

3

Ism yang mengikuti wazan / fa‘ali apabila tidak dimasuki dan tidak dimudafkan maka huruf

(14)

(Huruf hamzah dibuang dan penambahan alif taksir setelah huruf yang kedua, Apabila alif maqsurah dibuang maka menjadi munsarif).

d. ism yang bentuk mufradnya mengikuti pola

/fu‘lā/ yang digunakan untuk sifat perempuan dan sekali-kali tidak pernah untuk sifat muzakkar (laki-laki). Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/hubla/ /habāla/ dan /habālin/

‘seorang (pr) yang hamil’ ‘beberapa(pr) yang hamil’

(Penambahan alif taksir setelah huruf kedua, apabila alif maqsurah dibuang maka menjadi munsarif)

Sighat muntaha al-jumu’ yang mengikuti pola no.16 & 18, /fa‘ālā/ dan /fu‘ālā/ ialah sifat yang mufradnya (bentuk tunggal) mengikuti pola /fa‘lānun/ atau

/fa‘ā/ namun yang lebih baik dari kedua pola sigat muntaha al-jumu’ diatas huruf fa’nya dibaca dammah (berbaris depan).

Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/sakrānun/ atau- /sakrā/ /sakārā/ atau /sukārā/. ‘yang pemabuk’ ‘orang-orang yang pemabuk’

(huruf nun dibuang dan ditambah alif taksir setelah huruf yang kedua)

19. Wazan /Fa’āliyyu.

Ism yang jama’nya dapat dibentuk dengan wazan tersebut di atas ialah :

19.1 Ism yang tiga hurufnya dan ditambah pada akhirnya huruf Ya’ yang bertaysdid, tetapi bukan untuk nisbah.

Contohnya :

(15)

/kursiyyun/ /karāsiyyu/ ‘satu kursi’ ‘beberapa kursi’

(Penambahan alif taksir setelah huruf yang kedua).

19.2 Ism mazid yang ditambahkan di akhirnya huruf alif mamdudah. Contohnya :

Bentuk Mufrad Muntaha al-Jumu’

/harbā’u/ /harābiyyu/

‘seekor tokek jantan’ ‘beberapa tokek jantan’

(Huruf hamzah diganti dengan huruf ya’ yang bertasydid, dan ditambahkan alif taksir setelah huruf yang kedua).

Sigat muntaha al-jumu’ bagian dari Ismu al-lazi la yanşarif Menurut Ahmad tanpa tahun: 37)

/al-ismu al-lażī lā yanşarifu mā fīhi ‘illatāni min ‘ilali tis‘in au wā hidatin taqūmu maqāma ‘illataini/“ Ism yang tidak menerima tanwin ialah ism yang ada padanya dua ‘illat dari ‘illat-‘illat yang sembilan atau satu yang berada ditempat dua ‘illat”.

Adapun ‘illat yang sembilan menurut Ahmad (tanpa tahun: 38) ialah :

/wa al-‘ilalu tis‘u hiya al-jam‘u wa wajnu al-fi‘li wa al-‘adlu wa ta’nīsu wa at-ta‘rifu wa at-tarkibu wa al-alifu wa an-nunu az-zāidatāni wa al-‘ajmatu wa as-şifatu/ “Dan adapun ‘illat yang sembilan ialah jama‘, wajan fi’il, ‘udul, ta’nis, tarkib, alif dan nun tambahan,‘ajam dan sifat”.

(16)

/Fa al-jam‘u syarţuhu an yakūna ‘alā şigati muntahā al -jumū‘i wa hiya ‘alā şigati mafā‘ilu nahwu masājidu wa darāhimu wa ganā’imu au mafā‘ilu nahwu maşābihu / “Maka syarat jama’ ialah jika berbentuk sigat muntaha al-jumu’ dan dia diatas pola mafā’ilu contoh masājidu dan darāhimu dan ganā’imu atau diatas pola mafa’ila contoh maşābihu”.(Ahmad, tanpa tahun: 38)

‘Aqil (tanpa tahun: 97) mengatakan:

/wa ammā gairu munşarifi falā yadkhulu ‘alaihi hazā at-tanwīnu wa yujarru bi al-fathati illam yudif wa lam tadkhulu ‘alaihi alif lam/ “Dan adapun gairu munsarif, tidak boleh dimasuki tanwin dan dijarkan dengan fathah selama tidak diidafahkan dan tidak dimasuki alif lam”.

Al-Ghulayaini (1995: 207) mengatakan:

/al-ismu al-lazī lā yanşarifu yumtana‘u min at-tanwīni/ “Ismu al-lazi layansarif dilarang memakai tanwin”.

/wa huwa aidan yurfa‘u bi ad-dammati wa yunşabu bi al-fathati wa yujarru bi al- fathati badlu al-kasrati/ “Dan (ismu al-lazi layansarif) dirafa‘kan dengan dammah dinasabkan dengan fathah dan dizarkan dengan fathah ganti dari kasrah”.(Al-Gulayaini,1995: 207) Contohnya :

a. Dirafa’kan dengan dammah : / hazā masājidu/ ‘ ini adalah mesjid-mesjid’

(Kata adalah bentuk muntaha al-jumu’ yang dirafa‘kan dengan dammah ) b. Dinasabkan dengan fathah : /ra’aitu masājida/ ‘saya telah melihat

beberapa mesjid'

(Kata adalah bentuk muntaha al-jumu’ yang dinasabkan dengan fathah) c. Dijarkan dengan fathah : /şallaitu fi masājida/ ’ saya sudah shalat

di beberapa mesjid’

(Kata adalah bentuk muntaha al-jumu’ yang dijarkan dengan fathah). Sigat muntaha al-jumu’ dijarkan dengan fathah selama tidak tersusun dalam jumlah idafah dan tidak dimasuki alif dan lam dan bila tersusun dalam jumlah idafah dan dimasuki alif dan lam maka dijarkanlah dengan kasrah.

(17)

--

/fa al-mamnu‘u min as-sarfi izā sabaqathu (alif lam) au udifa yujarru bi al-kasrati ‘alā al-aşli : sārainā fi Syawāri’i al-madinati, şallaitu fi al-masājidi/ “Adapun ism yang tidak bertanwin jika dimasuki alif lam atau dimudafkan maka dijarkan dengan kasrah contoh sārainā fī Syawāri’i al-madinati, şallaitu fi al-masājidi”.(Al-Gulayaini,1995: 208)

Kedua contoh ism yang berbaris bawah di atas ( ,

)

merupakan bentuk ism yang mengikuti bentuk sigat muntaha al-jumu‘, ism yang pertama mengikuti pola dan ism yang kedua mengikuti pola , kedua ism tersebut terletak sesudah harfu jar ( ) yaitu fi ( ) sehingga dibaca majrur ( ) adapun tanda jarnya ialah kasrah karena menjadi mudaf ( ) kepada kata ism sesudahnya yaitu . Dan kata juga dibaca majrur tanda jarnya ialah kasrah karena didahului alif lam ( ).

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Undang-Undang No 11 tahun 1992 Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh organisasi atau badan yang mempekerjakan karyawan selaku Pendiri,

Pengertian akuntansi menurut Hansen dan Mowen (2012:229) adalah “alat fundamental untuk pengendalian manajemen dan ditentukan melalui empat elemen penting, yaitu

Menurut Soekanto (2002), proses pembentukan lembaga kemasyarakatan yaitu suatu proses yang dilewati oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah

Menurut Kotler (dalam Kasmir, 2008: 163) pengukuran kepuasan pelanggan dapat dilakukan melalui empat sarana, yaitu: Kepuasan nasabah yang diberikan bank akan berimbas

Proses pembentukan urin dalam ginjal melalui beberapa tahap yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubuler (Ward et al., 2007). Filtrasi glomerulus merupakan proses

Menurut Suwandiyanto (2010:02), terdapat empat tujuan strategi, yaitu: Pertama, Memberikan arah pencapain tujuan organisasi/perusahaan. Dalam hal ini, manajemen

PNPM-MP merupakan salah satu cara pemberdayaan yang dilakukan pada klaster ini, dimana masyarakat miskin dibentuk menjadi modal sosial atau kelompok masyarakat

Liposom dapat dibentuk dengan cara mendispersikan berbagai macam lipid baik alami atau sintetik ke dalam media cair, sehingga terbentuk vesikel sferis yang terdiri