• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2 tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2 tahun 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2 tahun 2016

1

Studi Komparatif Pengaruh Model Pembelajaran

Inquiry Terbimbing Dan Problem Based Learning

(PBL) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Pada

Mata Pelajaran TIK Siswa Kelas X di SMA

Laboratorium Undiksha Singaraja Tahun Ajaran

2015/2016

Made Ayu Putri Purwaningsih¹, Ketut Agustini², Nyoman Sugihartini³ Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali

Email : 1215051168@undiksha.ac.id¹, ketutagustini@undiksha.ac.id ², sugihartini@undiksha.ac.id ³

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Dan Problem Based Learning (PBL) Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran TIK Siswa Kelas X di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian desain Post Test Only With Non

Equivalent Control Grup Design. Teknik sampling yang

digunakan adalah simple random sampling. Pada penelitian ini sampel yang di gunakan sebanyak 3 kelas. Kelas X6 sebagai kelompok eksperimen I dengan model pembelajaran Inquiry Terbimbing, kelas X2 sebagai kelas eksperimen II dengan model pembelajaran

Problem Based Learning, dan kelas X3 sebagai kelas

kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif dan praktek yang digunakan untuk mengukur pengaruh hasil belajar TIK siswa. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan ANAVA satu jalur dan uji lanjutan mengggunakan uji T-Scheffe.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap model pembelajaran Inquiry Terbimbing dan model pembelajaran PBL. Berdasarkan perhitungan dengan ANAVA satu jalur didapat Fhitung sebesar 36,10 dan

Ftabel dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 3,11 maka

(Fhitung > Ftabel) sehingga perbedaan antar kelompok

signifikan. Kemudian dilanjutkan dengan uji t-scheffe dan mendapatkan hasil bahwa Ftabel < Fhitung maka

kedua kelompok signifikan. Berdasarkan hasil motivasi yang dihitung menggunakan metode angket menunjukkan hasil motivasi kelompok eksperimen I sangat tinggi dengan didapatkan rata-rata sebesar 84,867 sedangkan motivasi kelompok eksperimen II menunjukan tinggi dengan rata-rata 71.621 dan motivasi kelompok kontrol menunjukan tinggi dengan rata-rata 71.367. Untuk hasil respon terhadap model pembelajaran Inquiry Terbimbing di kelas eksperimen I menunjukkan sangat positif dengan rata-rata 66.667 sedangkan hasil respon terhadap model pembelajaran PBL di kelas eksperimen II menunjukkan positif dengan rata-rata 55.000.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inquiry Terbimbing lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Problem

Based Learning dilihat dari perolehan skor rata-rata

hasil belajar terbesar yaitu 40,43.

Kata Kunci: Inquiry Terbimbing, Problem Based

Learning, hasil belajar, motivasi belajar,

respon siswa

Abstract – The purpose of this study to identify and

analyze the influence of the effect of learning model guided inquiry and problem based learning (PBL) on

(2)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2 tahun 2016

2

motivation and learning outcomes in Information Communication Technology subject in grade X of SMA Laboratorium UNDIKSHA Singaraja in 2015/2016. This is a quasi-experimental research designed with Post Test Only With Non Equivalent Control Grup Design. The technique of data sampling used in this research is a simple random sampling technique. In this study, the samples used as many as three classes. Class X6 as an experimental group I with Guided Inquiry learning model, class X2 as an experimental group II with learning model Problem Based Learning, and class X3 as the control class with conventional learning models. The instrument used in this study is an objective test and practices that used to measure the impact and students result of ICT learning. The data were analyzed with descriptive statistics and ANOVA one lane and advanced test using T-Scheffe test.

The results of data analysis showed that the existence of a significant effect on Guided Inquiry learning model and learning model PBL. Based on the calculation of the track obtained by ANOVA F count equal to 36.10 and F table with a significance level of 0.05 3,11 then (F count> F table) so that the differences between groups were significant. Then continued with T-Scheffe test and get the results that Ftable <Fcount then the two groups were significant. Based on the results of motivation which is calculated using questionnaires shows the results of the experimental group motivation I obtained very high with an average of 84.867 while the experimental group motivation II obtained high with an average of 71.621 and the control group showed high motivation with an average of 71.367 or the response to the Guided Inquiry learning model in the experimental class I showed very positive with an average of 66.667 while the result of the response to the PBL learning model in the experimental class II showed positive with an average of 55.000.

So we can conclude that the model of Guided Inquiry learning is better than learning model Problem Based Learning viewed from the acquisition of the average score is 40.43 that the biggest learning outcomes.

Keywords: Guided Inquiry, Problem Based Learning, learning result scores, learning motivation, student response

I. PENDAHULUAN

Dewasa ini pendidikan di pandang sangat penting bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Masyarakat yang berpendidikan akan menjadi modal utama bagi kemajuan suatu negara, Negara dikatakan maju apabila negara tersebut maju diberbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan. Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan manipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas yaitu

informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, serta pemerintahan, dan merupakan informasi yang strategis untuk mengambil keputusan.

Berdasarkan pengamatan awal di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja peneliti menemukan terdapat mata pelajaran TIK yang dimana keberlangsungan proses pembelajaran TIK di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja tersebut mengalami beberapa permasalahan yang pertama yaitu rendahnya hasil belajar TIK yang diperoleh oleh siswa, Yang kedua guru masih melaksanakan pembelajaran TIK secara konvensional. Selama pembelajaran, guru hanya terpaku pada buku sumber. Guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif, kreatif, dan melibatkan siswa. Kegiatan pembelajaran hanya terpusat pada penyampaian materi dalam buku ajar. Pelaksanaan proses pembelajaran seperti ini hanya mengarahkan siswa untuk menghafal informasi. Yang ketiga dari hasil penyebaran angket di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja 79,41% siswa berpendapat bahwa siswa selalu membutuhkan bimbingan dari guru agar dapat memahami materi, kemudian 78,43% siswa

berpendapat bahwa pembelajaran dengan

mendengarkan guru menjelaskan materi dikelas itu membosankan dan membuat mereka malas belajar. Sehingga dari permasalahn tersebut dapat disimpulkan siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran TIK yang berlangsung.

Untuk meningkatkan motivasi siswa di dalam proses pembelajaran TIK maka diperlukan suatu model pembelajaran untuk mengemas mata pelajaran TIK agar menarik untuk dipelajari. Ada banyak jenis model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, dimana model pembelajaran tersebut memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangannya masing-masing. Akan tetapi tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, diantara banyak jenis model pembelajaran yang ada peneliti memilih untuk menerapkan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dan Problem Based

Learning. Kedua model pembelajaran ini peneliti

pilih karena model ini memiliki karakteristik yang sesuai dengan permasalahan yang ada.

Model pembelajaran Inquiry Terbimbing

merupakan merupakan salah satu model

pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep. Sedangkan model pembelajaran PBL (Problem Based

Learning) merupakan model pemebalajaran yang

menggunakan masalah sebagai materi dalam pembelajaran dan mengharuskan siswa berpikir kritis untuk memecahkan masalah tersebut.

(3)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2 tahun 2016

3

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Belajar

Pada penelitian ini menggunakan teori belajar konstruktivisme, karena kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Teori ini lebih menekankan pada sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, karena anak bukan lagi sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai subjek dalam pembelajaran. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat suatu keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mencari pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengaplikasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif dalam pembelajaran, mereka akan ingat lebih lama semua yang telah dipelajari.

B. Pengertian Model Pembelajaran

Secara ilmiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain [1]. Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Mengacu pada paparan tersebut, model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sengaja dirancang secara sistematis sebagai pengorganisasian pengetahuan atau bahan pelajaran baru untuk membelajarkan pembelajar dalam suatu kelas.

C. Model Pembelajaran Inquiry

Model pembelajaran inquiry merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau

peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan [2].

D. Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Inquiry Terbimbing (guided inquiry) merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep. Ketika menggunakan model pembelajaran ini, guru menyajikan contoh-contoh pada siswa, memandu mereka saat mereka berusaha menemukan pola-pola dalam contoh-contoh tersebut, dan memberikan semacam penutup ketika siswa telah mampu mendeskripsikan gagasan yang diajarkan oleh guru.

Model pembelajaran inquiry terbimbing melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan penyelidikan, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat/benar. Dalam model pembelajaran ini, guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan, yakni mendiagnosis kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Model inquiry terbimbing ini masih memegang peranan guru dalam memilih bahasan, pertanyaan dan menyediakan materi. Akan tetapi siswa diharuskan untuk mendesain atau merancang penyelidikan, menganalisa hasil, dan sampai kepada kesimpulan. Berikut merupakan sintak dari model pembelajaran Inquiry Terbimbing

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing

Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Fase 1 Perumusan Masalah Guru membawa situasi masalah kepada siswa. Siswa memperhatikan permasalahan yang dihadapkan oleh guru. Fase 2 Menyusun Hipotesis Guru membimbing siswa untuk mengajukan Siswa menjawab sementara tentang

(4)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2 tahun 2016

4

jawaban sementara tentang masalah tersebut. permasalahan tersebut Fase 3 Pengumpulan data Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi. Siswa mengumpulkan informasi yang diminta oleh guru. Fase 4 Menganalisis Data Guru mendorong siswa untuk menganalisis jawaban yang telah dikumpulkan kemudian di praktekan dan apakah jawaban tersebut benar atau tidak. Siswa mempraktekan jawaban yang telah didapat. Fase 5 Menyimpulkan Guru mendorong siswa untuk menyimpulkan hasil dari analisis yang telah di praktekan dengan bantuan guru dan di perbaiki secara sistematis. Siswa memberikan kesimpulan terhadap praktek yang dilakukan.

E. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) adalah model

pembelajaran yang menggunakan masalah di dunia nyata sebagai materi dalam pembelajaran dan mengharuskan siswa berpikir kritis untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam Problem

Based Learning (PBL) peran guru tidak terlalu

dominan, guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran, mulai dari mengubah kerangka pikir siswa, mengembangkan kemampuan bertanya, membuat siswa terlibat dalam pembelajaran kelompok, menuntut agar siswa mendapatkan strategi untuk memecahkan masalah, dan membantu proses mendapatkan informasi bagi siswa.

Masalah yang menjadi materi dalam model

Problem Based Learning (PBL) harus memiliki lima

kriteria berikut: (1) harus mengandung isu-isu yang

mengandung konflik yang dapat bersumber dari berita, rekaman video, dan lainnya; (2) masalah yang dipilih sebagai materi adalah bahan yang bersifat

familier dengan siswa, sehingga semua siswa dapat

mengikutinya dengan baik; (3) materi yang dipilih. Merupakan bahan yang berhubungan dengan keperluan orang banyak (universal) sehingga dirasakan manfaatnya; (4) materi yang dipilih harus mendukung kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai kurikulum yang berlaku; dan (5) materi yang dipilih sesuai dengan minat siswa [3]. Berikut merupakan sintak dari model pembelajaran PBL Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Fase Aktivitas Guru Aktivitas

Siswa Fase 1 Orientasi Siswa Kepada Masalah Guru memberikan suatu masalah yang harus dipecahkan kepada siswa. Siswa memperhatikan masalah yang diberikan oleh guru. Fase 2 Mengorganisasi kan Siswa Untuk Belajar Guru membimbing siswa untuk mengidentifika si dan mengorganisasi kan tugas belajar yang terkait dengan masalah yang disajikan. Siswa mengidentifika si masalah yang diberikan. Fase 3 Membimbing Penyelidikan Individu Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi kemudian di praktekan untuk mendapatkan pemecahan masalah. Siswa mengumpulkan informasi kemudian mempraktekan nya. Fase 4 Mengembangk an dan Menyajikan hasil karya Guru mendorong siswa untuk mempresentasi kan hasil praktek yang telah dilakukan. Siswa mempresentasi kan hasil praktek yang telah di lakukan Fase 5 Menganalisis Guru membimbing Siswa melakukan

(5)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2 tahun 2016

5

dan mengevaluasi proses pemecahan masalah siswa untuk refleksi atau evaluasi terhadap proses-proses yang mereka lakukan atau pembelajaran yang telah di praktekan. Dan menyimpulkan pembelajaran yang telah berlangsung. refleksi dan mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru serta menyimpulkan pembelajaran yang telah berlangsung.

F. TIK di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan teknologi tersebut. Mata pelajaran ini perlu di perkenalkan, dipraktikan, dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat.

Pada hakekatnya, kurikulum teknologi informasi dan komunikasi menyiapkan siswa agar terlibat pada perubahan yang pesat dalam dunia kerja maupun kegiatan lainnya yang mengalami penambahan dan perubahan informasi dan komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara kreatif namun bertanggung jawab. Siswa belajar bagaimana menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi agar dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan masyarakat, komunitas, dan budaya. Adapun karakteristik mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah keterampilan menggunakan komputer meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak sekedar terampil, tetapi lebih memerlukan kemampuan intelektual.

Guru dapat menggunakan berbagai teknik dan metode pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang optimal. Teknik dan metode pembelajaran yang dipilih harus dalam bentuk demonstrasi yang melibatkan partisipasi aktif siswa. Guru perlu mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru juga harus membuat perencanaan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, jenis penugasan dan batas akhir suatu tugas.

G. Motivasi Belajar

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Secara umum motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam [2], yaitu :

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Tingkah laku individu itu terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan. Tetapi individu bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengaruh tingkah laku dari dalam dirinya sendiri yang tidak bisa dilihat dari luar.

b. Motivasi ekstrinsik

Memberikan definisi motivasi ekstrisik sebagai motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat dikatakan lebih banyak dikarenakan pengaruh dari luar yang relatif berubah-ubah. Motivasi ekstrinsik dapat juga di katakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar di mulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Motivasi belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah motivasi sesuai dengan komponen yang dinyatakan pada teori Pintrich [5], meliputi :

1. Orientasi tujuan instrinsik sebagai motivasi yang berhubungan dengan aktivitas untuk kepentingan diri sendiri yang berpusat pada pembelajaran dan penguasaan.

2. Orientasi tujuan ekstrinsik menyiratkan motivasi yang melibatkan orang dalam suatu kegiatan untuk mendapatkan nilai dan persetujuan orang lain.

3. Nilai tugas yang mengacu pada penilaian tentang alasan individu melakukan tugas. 4. Control belajar terkait dengan harapan

(6)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2 tahun 2016

6

H. Hasil Belajar

Hasil belajar dapat di lihat dari adanya perubahan tingkah laku dalam diri manusia sebagai hasil dari pengalaman yang bersifat tahan lama dan bukan hasil dari suatu proses pertumbuhan. hasil belajar pada dasarnya adalah perolehan kemampuan berpikir, perasaan, dan keterampilan yang ditunjang dengan adanya interaksi belajar mengajar.

Hasil Belajar adalah hasil dari interaksi tindak belajar yang dilakukan oleh guru. Tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi, sedangkan tindak belajar merupakan puncak dari proses belajar dengan meningkatkan kemampuan [6]. Proses belajar mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu kesatuan, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan guru yang akhirnya siswa akan mendapatkan kemampuan yang merupakan hasil belajar tersebut. Hasil belajar diklasifikasikan dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir. Ranah afektif berhubungan dengan perasaan, sikap, dan nilai. Ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan yang dikendalikan oleh kematangan psikologis.

Dari pendapat diatas dapat di tegaskan bahswa hasil belajar pada dasarnya adalah perolehan kemampuan berpikir, perasaan, dan keterampilan yang ditunjang dengan adanya interaksi belajar mengajar.

III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, yang dimana desain penelitian yang digunakan adalah Post Test Only With Non

Equivalent Control Group Design. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Laboratorium Undiksha Singaraja yang berjumlah 7 kelas, sebelum menentukan sampel dilakukan Uji Kesetaraan terlebih dahulu, yang hasilya ketujuh tersebut dinyatakan stara. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X6 dengan jumlah 30 orang sebagai kelas ekpserimen I dengan model pembelajaran Inquiry Terbimbing, kelas X2 dengan jumlah 29 orang sebagai kelas eksperimen II dengan model pembelajaran PBL, dan kelas X3 dengan jumlah 30 orang sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan angket. Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar TIK siswa dengan menggunakan uji ketrampilan (Psikomotor) dan tes pilihan ganda (Kognitif). Metode angket digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dan respon siswa terkait dengan model pembelajaran yang digunakan. Data yang diperoleh

dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data tersebut diolah menggunakan analisis statistik dan analisis non statistik. Data kuantitatif akan dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mencari mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi) pada angket motivasi dan respon siswa, sedangkan statistik inferensial yang digunakan adalah uji anova satu jalur, uji pasangan t-Scheffe, terlebih dahulu dilakukan analisis uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data hasil belajar TIK pada kelas eksperimen I, II, dan kontrol dengan menggunakan analisis Chi-Kuadrat dan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians kelompok ekspeimen I, II, dan kontrol homogen atau sama, pengujian uji hipotesis I dilakukan dengan menggunakan uji anova satu jalur dan uji hipotesis II menggunakan pasangan lanjutan uji t-scheffe dan membandingakan skor rata-rata setiap kelompok. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis alternatif yang telah diajukan diterima atau ditolak. Skor rata-rata motivasi dan respon siswa didapatkan dengan membagi jumlah skor dengan jumlah siswa.

IV. PEMBAHASAN

Dari data hasil pengukuran terhadap hasil belajar siswa menunjukan bahwa pada kelompok eksperimen Inquiry Terbimbing yang berjumlah 30 siswa skor tertinggi adalah 47 dan skor terendah 32, dengan skor rata-rata 40,43.

Hasil posttest kelompok eksperimen model Inquiry Terbimbing dapat disajikan dalam histogram pada Gambar 4.1 sebagai berikut.

Gambar 4.1 Histogram Hasil Posttest Kelompok Eksperimen Model Inquiry Terbimbing Berdasarkan pada Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa hasil posttest siswa kelompok eksperimen model Inquiry Terbimbing sebanyak 67 % berkategori sangat tinggi, sebanyak 33 % berkategori

(7)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2 tahun 2016

7

tinggi, serta tidak ada yang tergolong dalam kategori sedang, rendah, maupun sangat rendah.

Kemudian data hasil pengukuran terhadap hasil belajar siswa menunjukan bahwa pada kelompok eksperimen PBL yang berjumlah 29 siswa skor tertinggi adalah 44 dan skor terendah 29, dengan skor rata-rata 35,72.

Hasil posttest kelompok eksperimen model PBL dapat disajikan dalam histogram pada Gambar 4.2 sebagai berikut.

Gambar 4.2 Histogram Hasil Posttest Kelompok Eksperimen Model PBL

Berdasarkan pada Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa hasil posttest siswa kelompok eksperimen model PBL sebanyak 17% berkategori sangat tinggi, sebanyak 69% berkategori tinggi, sebanyak 14% berkategori sedang, serta tidak ada yang tergolong dalam kategori rendah, maupun sangat rendah.

Sedangkan data hasil pengukuran terhadap hasil belajar siswa menunjukan bahwa pada kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa skor tertinggi adalah 41 dan skor terendah 26, dengan skor rata-rata 31,23.

Hasil posttest kelompok kontrol dapat disajikan dalam histogram pada Gambar 4.3 sebagai berikut.

Gambar 4.3 Histogram Hasil Posttest Kelompok Kontrol

Berdasarkan pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa hasil posttest siswa kelompok kontrol sebanyak 3% berkategori sangat tinggi, sebanyak 63% berkategori tinggi, sebanyak 33% berkategori sedang, serta tidak ada yang tergolong dalam kategori rendah, maupun sangat rendah.

Hasil perhitungan uji normalitas dan homogenitas ketiga kelompok memiliki data yang normal dan homogen. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, pada kelompok eksperimen I diperoleh X hitung 5,072, kelompok eksperimen II diperoleh X hitung 3,205, sedangkan kelompok kontrol diperoleh X hitung 4,880 dan X tabel sebesar 7,815 untuk ketiga kelompok. Karena X hitung dari ketiga kelompok lebih kecil dari X tabel maka dapat dinyatakan bahwa distribusi data dari ketiga kelompok tersebut berdistribusi normal.

Hasil perhitungan uji homogenitas yang telah dilakukan diperoleh F hitung sebesar 1,26 dengan F tabel 1,90. Karena nilai F hitung lebih kecil dari F tabel maka dapat dinyatakan bahwa varians dari kedua kelompok adalah homogen.

Perhitungan uji hipotesis I dengan menggunakan rumus Anova satu jalur dengan taraf signifikan 5% diperoleh F hitung 36,10 dengan F tabel 3,11. F tabel lebih keci dari F hitung, keputusannya signifikan,

Kemudian dilanjutkan dengan rumus t-scheffe. Adapun perhitungan uji t-scheffe seperti tabel 4.1. Tabel 4.1 Perhitungan uji t-scheffe

Perbandingan Fhitung Ftabel Keputusan

KE I dengan KE II 4.31 4.02 Signifikan KE I dengan Kontrol 8.49 4.02 Signifikan KE II dengan Kontrol 4.11 4.02 Signifikan

Berdasarkan pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa Ftabel < Fhitung maka ketiga kelompok signifikan. Maka

H0 di tolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL).

Hasil dari analisis angket motivasi siswa terhadap pembelajaran pada mata pelajaran TIK di kelas X6 adalah sangat tinggi dilihat dari rata-rata skor perolehan siswa yang diperoleh sebesar 84.867. Hasil angket motivasi belajar siswa divisualisasikan kedalam bentuk grafik akan tampak seperti Gambar 4.4

(8)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2 tahun 2016

8

Gambar 4.4 Hasil Grafik Motivasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen I

Berdasarkan grafik pada Gambar 4.4 dapat diketahui sebanyak 16 siswa (53%) mempunyai motivasi sangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran dikelas pada mata pelajaran micosoft office word, sebanyak 12 siswa (40%) mempunyai motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran dikelas pada mata pelajaran micosoft office word, dan sebanyak 2 siswa (7%) mempunyai motivasi yang sedang dalam mengikuti pembelajaran dikelas pada mata pelajaran micosoft office word, data itu dapat diperoleh dari hasil pemberian angket motivasi siswa yang digolongkan dengan sebaran skor angket motivasi siswa yang sudah ditentukan.

Dilihat berdasarkan hasil analisis angket motivasi yang diberikan di kelas eksperimen I yaitu X6. Maka dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa kelompok eksperimen I dalam mengikuti pembelajaran tergolong sangat tinggi dengan rata-rata 84,867 yang dimana interval skornya X ≥ 84 termasuk dalam kategori sangat tinggi yang berarti bahwa siswa kelas X6 SMA Laboratorium undiksha Singaraja aspek yang mempengaruhi motivasi belajar siswa menjadi sangat tinggi yaitu aspek orientasi tujuan ekstrinsik dengan indikator menunjukkan tujuan siswa belajar di kelas, penghargaan atau keberhasilan, atau bersaing dengan orang lain, yang berarti siswa mampu meningkatkan nilai di atas rata-rata, sehingga perhatian utama siswa adalah mendapatkan nilai yang baik.

kemudian rata-rata hasil analisis angket motivasi di kelas X2 adalah tinggi dilihat dari rata-rata sebesar 71.621 Hasil angket motivasi belajar siswa divisualisasikan kedalam bentuk grafik akan tampak seperti Gambar 4.5

Gambar 4.5 Hasil Grafik Motivasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen II

Berdasarkan grafik pada Gambar 4.5 dapat diketahui sebanyak 1 siswa (4%) mempunyai motivasi sangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran dikelas pada mata pelajaran micosoft office word, sebanyak 21 siswa (72%) mempunyai motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran dikelas pada mata pelajaran micosoft office word, dan sebanyak 7 siswa (24%) mempunyai motivasi yang sedang dalam mengikuti pembelajaran dikelas pada mata pelajaran micosoft office word, data itu dapat diperoleh dari hasil pemberian angket motivasi siswa yang digolongkan dengan sebaran skor angket motivasi siswa yang sudah ditentukan.

Dilihat berdasarkan hasil analisis angket motivasi yang diberikan di kelas eksperimen II yaitu X2. Maka dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa kelompok eksperimen II dalam mengikuti pembelajaran tergolong tinggi, dengan rata-rata 71,621 yang dimana interval skornya 84 > X ≥ 68 termasuk dalam kategori tinggi, yang berarti bahwa siswa kelas X2 SMA Laboratorium undiksha Singaraja aspek yang mempengaruhi motivasi belajar siswa menjadi tinggi yaitu aspek orientasi tujuan ekstrinsik dengan indikator menunjukkan tujuan siswa belajar di kelas, penghargaan atau keberhasilan, atau bersaing dengan orang lain, yang berarti siswa mampu meningkatkan nilai di atas rata-rata, sehingga perhatian utama siswa adalah mendapatkan nilai yang baik.

Dan rata-rata hasil analisis angket motivasi di kelas X3 adalah tinggi dengan rata-rata sebesar 71.367. Hasil angket motivasi siswa divisualisasikan kedalam bentuk grafik akan tampak seperti Gambar 4.6

Gambar 4.6 Hasil Grafik Motivasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen I

Berdasarkan grafik pada Gambar 4.6 dapat diketahui sebanyak 5 siswa (17%) mempunyai motivasi sangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran dikelas pada mata pelajaran micosoft office word, sebanyak 16 siswa (40%) mempunyai motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran dikelas pada mata pelajaran micosoft office word, sebanyak 7 siswa (23%) mempunyai motivasi yang sedang dalam mengikuti pembelajaran dikelas pada mata pelajaran micosoft office word , dan sebanyak 2 siswa (7%)

(9)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2 tahun 2016

9

mempunyai motivasi yang rendah dalam mengikuti pembelajaran dikelas pada mata pelajaran micosoft office word, data itu dapat diperoleh dari hasil pemberian angket motivasi siswa yang digolongkan dengan sebaran skor angket motivasi siswa yang sudah ditentukan.

Dilihat berdasarkan hasil analisis angket motivasi yang diberikan di kelas kontrol yaitu X3. Maka dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa kelompok kontrol dalam mengikuti pembelajaran tergolong tinggi dengan rata-rata 71,367 yang dimana interval skornya 84 > X ≥ 68 termasuk dalam kategori tinggi, yang berarti bahwa siswa kelas X3 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja aspek yang mempengaruhi motivasi belajar siswa menjadi tinggi yaitu aspek orientasi tujuan ekstrinsik dengan indikator menunjukkan tujuan siswa belajar di kelas, penghargaan atau keberhasilan, atau bersaing dengan orang lain, yang berarti siswa mampu mempelajari konsep-konsep dasar yang diajarkan.

Hasil dari analisis respon siswa yang diberikan pada kelompok eksperimen I dengan model pembelajaran Inquiry Terbimbing adalah sangat positif dilihat dari rata-rata skor respon siswa yang diperoleh sebesar 66.667. Hasil respon siswa divisualisasikan kedalam sebuah grafik akan tampak seperti pada Gambar 4.7 sebagai berikut.

Gambar 4.7 Grafik respon Siswa Model Inquiry Terbimbing

Berdasarkan grafik pada Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa sebanyak 21 siswa (70%) merespon sangat positif, sebanyak 8 siswa (27%) merespon positif, sebanyak 1 siswa (3%) merespon cukup positif. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil respon siswa yang digolongkan dengan sebaran skor respon siswa yang sudah ditentukan.

Dilihat berdasarkan hasil analisis angket respon yang diberikan di kelas eksperimen I dengan model pembelajaran Inquiry Terbimbing yaitu X6. Maka dapat diketahui bahwa respon siswa kelompok eksperimen I dalam mengikuti pembelajaran tergolong sangat positif dengan rata-rata 66,667 yang dimana interval skornya X ≥ 63 termasuk dalam kategori sangat positif, yang berarti bahwa siswa kelas X6 SMA Laboratorium undiksha Singaraja indikator yang mempengaruhi respon siswa menjadi sangat positif yaitu indikator melaksanakan

tahapan-tahapan model pembelajaran Inquiry Terbimbing, yang berarti siswa mampu menjadi lebih terlatih untuk berdiskusi seperti mengemukakan pendapat, menyanggah pendapat teman dan memberikan klarifikasi suatu konsep.

Sedangkan respon siswa pada kelas eksperimen II dengan model pembelajaran Problem

Based Learning adalah positif dilihat dari rata-rata

skor respon siswa yang diperoleh sebesar 55.000. Hasil respon siswa divisualisasikan kedalam sebuah grafik akan tampak seperti pada Gambar 4.8 sebagai berikut.

Gambar 4.8 Grafik respon Siswa Model PBL Berdasarkan grafik pada Gambar 4.8 dapat diketahui bahwa sebanyak 25 siswa (86%) merespon positif, sebanyak 4 siswa (14%) merespon cukup positif. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil respon siswa yang digolongkan dengan sebaran skor respon siswa yang sudah ditentukan.

Dilihat berdasarkan hasil analisis angket respon yang diberikan di kelas eksperimen II dengan model pembelajaran Problem Based Learning yaitu X2. Maka dapat diketahui bahwa respon siswa pada kelompok eksperimen II dalam mengikuti pembelajaran pada model pembelajaran Problem

Based Learning tergolong positif dengan rata-rata

55,000 yang dimana interval skornya 63 > X ≥ 51 termasuk dalam kategori positif, yang berarti bahwa siswa kelas X2 SMA Laboratorium undiksha Singaraja indikator yang mempengaruhi respon siswa menjadi sangat positif yaitu indikator melaksanakan tahapan-tahapan model pembelajaran Problem Based

Learning, yang berarti siswa mampu menjadi lebih

terlatih untuk berdiskusi seperti mengemukakan pendapat, menyanggah pendapat teman dan memberikan klarifikasi suatu konsep.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

Adanya perbedaan yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran Inquiry Terbimbing dan Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Laboratorium Undiksha Singaraja Tahun Ajaran 2015/2016. Hal tersebut

(10)

ISSN 2252-9063

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI)

Volume 5, Nomor 2 tahun 2016

10

dapat dilihat pada pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus anava satu jalur, kriteria pengujian adalah apabila nilai Fhitung 36.10041 > Ftabel

3.11 maka H0 ditolak dan Ha diterima dengan derajat

kebebasan adalah 5% atau 0,05. Sehingga perbedaan antar ketiga kelas signifikan. Jadi terdapat perbedaan hasil belajar TIK antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran Inquiry Terbimbing dan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran Problem Based Learning.

Model pembelajaran Inquiry Terbimbing lebih baik daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran Problem Based Learning. Hal tersebut dapat dilihat dengan menggunakan uji t-scheffe. Hasil yang didapat dalam pengujian t-scheffe adalah (Ftabel <

Fhitung) maka H0 ditolak dan Ha diterima dan dapat

dikatakan semua kelompok sampel signifikan. Selanjutnya, untuk melihat kelompok yang memiliki nilai yang lebih besar bisa dilihat dari nilai rata-rata pada masing-masing kelompok. Maka didapat hasil dari skor rata-rata model pembelajaran adalah 40.4333 dan model pembelajaran Problem Based

Learning adalah 35.7241. Dengan demikian dapat

dikatakan rata-rata posttest hasil belajar TIK pada kelompok yang menggunakan model pembelajaran Inquiry Terbimbing lebih besar dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning.

Hasil dari analisis angket motivasi siswa terhadap pembelajaran pada mata pelajaran TIK di kelas X6 adalah sangat tinggi dilihat dari rata-rata skor perolehan siswa yang diperoleh sebesar 84.867, kemudian rata-rata hasil analisis angket motivasi di kelas X2 adalah tinggi dilihat dari rata-rata sebesar 71.621, dan rata-rata hasil analisis angket motivasi di kelas X3 adalah tinggi dengan rata-rata sebesar 71.367.

Hasil dari analisis respon siswa yang diberikan pada kelompok eksperimen I dengan model pembelajaran Inquiry Terbimbing adalah sangat positif dilihat dari rata-rata skor respon siswa yang diperoleh sebesar 66.667 sedangkan respon siswa pada kelas eksperimen II dengan model pembelajaran

Problem Based Learning adalah positif dilihat dari

rata-rata skor respon siswa yang diperoleh sebesar 55.000.

REFERENSI

[1]. Trianto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif

Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

[2]. Miftahul. (2013). Model-model Pengajaran dan

Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[3]. Rusmono. (2012). Pembelajaran dengan Problem Based

Learning itu Perlu. Jakarta: Ghaila Indonesia

[4]. Prastiwi, Yurika. (2013). Pengaruh Motivasi Belajar Dan

Kesadaran Metakognitif Terhadap Prestasi Belajar Fisika

Siswa Kelas X SMA Negeri di Kota Singaraja Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika,

Universitas Pendidikan Ganesha.

[5]. Mudjiono, dan Dimayanti. (1994). Belajar dan

Gambar

Tabel  2.1  Sintak  Model  Pembelajaran  Inquiry  Terbimbing
Gambar 4.1 Histogram Hasil Posttest Kelompok  Eksperimen Model Inquiry Terbimbing Berdasarkan pada Gambar 4.1 dapat diketahui  bahwa  hasil  posttest  siswa  kelompok  eksperimen  model  Inquiry  Terbimbing  sebanyak  67  %  berkategori sangat tinggi, seba
Gambar 4.2 Histogram Hasil Posttest Kelompok  Eksperimen Model PBL
Gambar 4.5 Hasil Grafik Motivasi Belajar Siswa  Kelompok Eksperimen II
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari nilai persentase fotodegradasi ini, fotokatalis komposit Ag/ZnO ini lebih efektif dalam mendegradasi fenol 50 ppm dibandingkan dengan fotokatalis ZnO yang

Nama pengapalan yang sesuai dengan PBB : Tidak diatur Kelas Bahaya Pengangkutan : Tidak diatur Kelompok Pengemasan (jika tersedia) : Tidak diatur. Bahaya Lingkungan :

Oleh sebab itu, banyak sekali aturan-aturan atau pemikiran tentang adat maupun perpaduan adat dengan Islam yang belum ditulis dengan baik, sehingga tidaklah mudah bagi

Mengubah ukurannya, mengatur posisinya terhadap objek lain (misalnya: teks) dan lain sebagainya. Kotak dialog Frame untuk memformat frame dan kotak dialog Graphics

Pada penelitian tentang penentuan guru berprestasi pada SMK Hutama Bekasi ini, penulis menggunakan metode FIS Mamdani (Fuzzy Inference System), karena FIS Mamdani

BAGI Anda yang ingin membuka suatu usaha namun memiliki kendala modal maka BAGI Anda yang ingin membuka suatu usaha namun memiliki kendala modal maka sebaiknya membuat proposal

Namun hasil penelitian ini belum sesuai dengan harapan, dimana pada penelitian ini menyatakan bahwa hampir sebagian perawat yang bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah Babat

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara BPD Malut dengan BPD Sulut jika diukur