• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TRANSFORMASI CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS XI SMAN 3 ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TRANSFORMASI CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS XI SMAN 3 ENREKANG"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Oleh HASPIA 105331107516

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)
(3)
(4)

iv

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

مــــيحرلا نمـحرلا هـللا مــــــسب SURAT PERNYATAAN

Mahasiswa yang bersangkutan: Nama Mahasiswa : Haspia

Stambuk : 105331107516

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dengan Judul : Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Teknik Transformasi Cerita Rakyat Pada Siswa Kelas XI SMAN 3 Enrekang

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, September 2020 Yang Membuat Pernyataan

Haspia

NIM. 105331107516

(5)

v

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

مــــيحرلا نمـحرلا هـللا مــــــسب SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Haspia

Stambuk : 105331107516

Jurusan : Pendidikaan Bahasa dan Sastra Indoneisa Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, September 2020 Yang Membuat Perjanjian

Haspia

(6)

vi Perubahan ada pada diri sendiri

Setiap mengarah ke perubahan yang lebih baik akan ada banyak tantangan Teruslah bergerak ke depan

Lakukanlah dengan baik

Sesungguhnya

Allah tidak membebani seseorang melaikan sesuai dengan kesanggupannya.

(QS. Al-Baqarah 286) Dan

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. ( QS. Al-Insyirah 5)

Kupersembahkan kepada:

kedua orang tuaku ayahanda Alm. Laga dan ibunda Hanija, saudaraku, teman-temanku atas kekihlasan dan doanya dalam mendukung penulis

(7)

vii

Haspia, 2020. “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Dengan Menggunakan Teknik Transformasi Cerita Rakyat pada Siswa Kelas XI SMAN 3 Enrekang”. Skripsi Program Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Munirah dan Pembimbing II Muhammad Dahlan.

Tujuan penelitian ini yakni meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara mendalam dengan tahapan-tahapan pelaksanaan yaitu, perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi secara berulang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang dengan jumlah siswa 28. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Instrument yang digunakan berupa lembar observasi dan tes menulis. Teknik pengumpulan data tiap siklus dan observasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di siklus I dan terlebih di siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan hasil belajar sebelum tindakan menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat. Hal tersebut dibuktikan bahwa penggunakan teknik transformasi cerita rakyat berhasil meningkatkan nilai hasil belajar menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang. Nilai rata-rata pada siklus I mencapai 70.21 sedangkan nilai rata-rata siklus II lebih meningkat mencapai 81.35. Aktivitas siswa setelah belajar menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat, siswa lebih aktif dan mudah berfikir untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya ke dalam naskah drama dan motivasi belajarpun meningkat dan lebih menyenangkan.

(8)

viii

Tiada kata yang lebih mulia penulis persembahkan kecuali puji dan syukur ke hadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan segala nikmat berupa kesempatan, kesehatan, ketabahan, petunjuk, dan kekuatan iman sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Salam serta salawat tak lupa penulis hantarkan kepada nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabatnya yang tetap istiqamah di jalan Allah.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan studi pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun judul skripsi ini adalah ” Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Dengan Menggunakan Teknik Transformasi Cerita Rakyat Pada Siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang” Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan tantangan akan tetapi, semua itu dapat diatasi berkat petunjuk dari Allah Swt, serta kerja keras dan rasa percaya diri dari penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima dengan ikhlas segala kritikan dan masukan-masukan guna penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat bermanfaat.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dengan setulusnya kepada semua pihak yang turut serta memberikan bantuan baik berupa materi maupun moral. Ananda haturkan penghormatan dan terima kasih yang setulusnya kepada:

(9)

ix

jiwa raganya dalam membiayai pendidikan sampai bisa menyelesaikan studi dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada kakak-kakak saya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu kedua orang tua dalam membiayai kuliah dan biaya hidup sehari-hari selama kuliah.

Dr. Munirah, M. Pd. pembimbing I dan Muhammad Dahlan, S. Pd., M. Pd pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk mencurahkan segenap perhatian, arahan, dorongan, dan semangat serta pandangan-pandangan dengan penuh rasa kesabaran sehingga dapat membuka wawasan berpikir yang sangat berarti bagi penulis sejak penyusunan proposal hingga skripsi ini selesai. Bapak dan Ibu dosen Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membagikan ilmunya kepada penulis selama ini.

Dr. Munirah, M. Pd., Ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Dr. Muhammad Akhir, M. Pd., Sekretaris jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan petunjuk serta saran dalam aktifitas akademik.

Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag Selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membina Universitas Muhammadiyah Makassar ke arah yang lebih baik, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Erwin Akib, S. Pd., M. Pd., Ph D. Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada kedua Keluarga Besar:baik dari pihak bapak maupun dari pihak ibu yang telah memberikan arahan dan motivasinya serta menyumbangkan sedikit berupa materi, sehingga Ananda bersemangat dalam setiap jejak langkah dalam menuntut ilmu dan kakanda-kakanda senior yang telah membantu, serta memberikan arahan, teman-teman angkatan 2016 khususnya kelas C, sahabat

(10)

x

motivasi, dukungan, dan mengajarkan arti kesabaran dalam mengerjakan skripsi ini. Keluarga besar Sanggar Seni Matawai dan keluarga besar Komunitas seni Massenrempulu yang sudah memberikan wadah sebagai tempat menuntut ilmu selain di bangku perkuliahan.

Terima kasih atas segala doa, motivasi, dan dukungan serta masukan-masukannya sehingga skripsi ini diselesaikan dengan kendala yang tak begitu berarti. Semoga bantuan yang telah kalian berikan bernilai pahala di sisi Allah Swt.

Segenap kemampuan, tenaga, dan daya pikir telah dicurahkan dalam menyelesaikan penulisan ini untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun, sesempurnanya manusia adalah ketika ia melakukan kesalahan karena dengan kesalahan dapat mengambil pelajaran yang berharga dan itu semua tidak dapat diraih dengan begitu saja tanpa pengorbanan, ikhtiar, dan doa. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam tulisan ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Makassar, September 2020 Penulis

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 6

A. Kajian Pustaka ... 6

1. Penelitian Relevan ... 6

2. Pengertian Menulis... 9

3. Teori Sastra ... 15

(12)

xii

7. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Teknik Transformasi

Cerita Rakyat ... 26

B. Kerangka Pikir ... 27

C. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Setting Dan Subjek Penelitian ... 30

C. Faktor yang diselediki ... 30

D. Prosedur Penelitian... 30

E. Instumen Penelitian ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 38

H. Indikator Keberhasilan ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42 B. Pembahasan... 52 BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 56 B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(13)

xiii

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi perilaku siswa pada siklus I ... 43 Tabel 4.2 nilai hasil tes keterampilan menulis naskah drama siklus I ... 45 Tabel 4.3 Persentase ketuntasan menulis naskah drama pada siswa kelas

XI MIPA I SMAN 3 Enrekang pada siklus I... 46 Tabel 4.4 Distribusi frekuensi perilaku siswa pada siklus II ... 48 Tabel 4.5 nilai hasil tes keterampilan menulis naskah drama siklus II ... 50 Tabel.4.6 Tabel 4.6 Persentase ketuntasan menulis naskah drama pada

siswa kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang pada siklus II ... 51 Tabel 4.7 Hasil belajar menulis naskah drama... 53

(14)

xiv

Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 28 Gambar 3.1 Bagan Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II ... 31

(15)

1 A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia merupakan suatu tujuan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada di sekolah. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa yang meliputi aspek-aspek menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dari keempat aspek tersebut, menulis adalah aspek yang paling sulit, karena menulis tidak hanya menyalin kata- kata atau kalimat, melainkan menuangkan ide-ide dan gagasan. Dan keterampilan menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang penting dalam kehidupan manusia.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang melibatkan berbagai keterampilan lainnya, di antaranya kemampuan menyusun pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk kalimat yang tepat dan sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa kemudian disusun dalam bentuk paragraph. Oleh karena itu keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling rumit.

Menurut Tarigan (2013), menulis adalah keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi secara langsung dengan orang lain. Lebih lanjut, beliau juga mengatakan bahwa keterampilan menulis suatu kegiatan yang produktif dan

(16)

ekspresif. Di sisi lain, menulis mempunya manfaat bagi seseorang, salah satunya motivasi untuk tetap berminat dalam kegiatan menulis.

Penulisan naskah drama di sekolah diakui masih sangat minim. Kenyataan ini berdampak pada lemahnya apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap karya sastra. Pembelajaran sastra di sekolah sering dianaktirikan. Pembelajaran sastra dianggap tidak penting dan menghabiskan waktu. Salah satu sebab diabaikannya pembelajaran sastra di sekolah adalah media yang dipakai untuk melaksanakan proses pembelajaran sastra tidak menarik atau membosankan. Permasalahan lain yang muncul yaitu kemampuan siswa tergolong rendah dan kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama.

Pembelajaran keterampilan menulis naskah drama di Sekolah Menengah Atas, siswa dituntun menulis naskah drama dari pengalaman yang menarik ataupun hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Model yang bias diberikan oleh guru masih bersifat tradisional, misalnya guru menentukan topik dan kerangka kemudian siswa hanya mengembangkan apa yang telah diberi oleh guru.

Berdasarkan observasi yang dilakukan diperoleh informasi bahwa pembelajaran sastra di SMAN 1 Enrekang kelas XI selama ini kurang sesuai dengan harapan. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Kendala yang dihadapi antara lain materi yang disampaikan hanya terbatas pada sumber buku dan Lembar Kerja Siswa (LKS), dan media yang digunakan sangat minim. Khusus pembelajaran menulis drama, kurangnya

(17)

motivasi serta tidak adanya model untuk dijadikan contoh bagi siswa-siswa yang sudah mempunyai minat menulis khususnya menulis drama. Kurang tertariknya siswa untuk menulis drama dan minimnya pengetahuan tentang bagaimana cara menulis drama. Semua itu menimbulkan anggapan bahwa menulis drama itu sulit untuk mereka lakukan.

Dipilihnya SMAN 3 Enrekang kelas XI sebagai subjek penelitian karena kemampuan siswanya masih tergolong rendah karena masih banyak siswa yang belum bisa mencapai standar kurikulum yang telah ditetapan, yaitu 75. Sarana dan prasarana pendukung pelajaran yang kurang memadai, penggunaan model dan teknik pembelajaran yang kurang optimal.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti memilih teknik transformasi cerita rakyat sebagai teknik menulis naskah drama untuk memecahkan masalah dan meningkatkann efektifitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar. Pemilihan cerita rakyat sebagai media yang transformasi ke dalam naskah drama karena berbagai pertimbangan salah satunya, yaitu cerita rakyat memiliki unsur-unsur yang ada juga dalam drama seperti, adanya konflik, alur, tokoh, dan latar. Hal lain yang dimiliki oleh cerita rakyat adalah dialog antar tokoh seperti yang ada dalam drama. Selain itu, dalam cerita rakyat juga ada nilai moral yang bisa dijadikan dijadikan pembelajaran bagi siswa salah satunya yaitu nilai pendidikan karakter.

Berdasarkan teknik yang telah peneliti rancang, maka peneliti berharap keterampilan siswa dalam menulis terutama menulis naskah drama dapat meningkat dan dapat meraih nilai ketuntasan yang telah disepakati di Sekolah. Dalam penelitian ini, nilai KKM yang diterapkan oleh peneliti adalah 75, siswa

(18)

yang sudah meraih nilai rata-rata 75 dikatakan lulus. Sedangkan siswa yang meraih nilai dibawah 75 dikatakan tidak lulus. Berdasarkan nilai yang telah ditentukan, apabila siswa mendapatkan nilai di atas rata-rata lebih banyak daripada siswa yang mendapatkan nilai di bawah yang telah ditentukan maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Begitupun sebaliknya apabila siswa banyak yang mendapatkan nilai di bawah yang telah ditentukan maka dapat disimpulkan bahwa peneliti gagal dalam menerapkan teknik yang telah dirancang. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “ Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Teknik Transformasi Cerita Rakyak Pada Siswa Kelas XI SMAN 3 Enrekang “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “ Apakah dengan menggunkan teknik transformasi cerita rakyat dapat meningkatkan keterampilan menulis naskah drama pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang ?”

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang.

(19)

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentunya mengharapkan hasil yang sangat memuaskan. Oleh karena itu, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Secara teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai kajian keilmuan yang memberikan bukti secara ilmiah tentang peningkatan keterampilan menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat dan menjadikan sebagai acuan dalam pembelajaran keterampilan menulis naskah drama.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti: sebagai penambah pengetahuan tentang keterampilan menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat.

b. Bagi guru: dapat memberikan alternatif dalam pembelajaran keterampilan menulis naskah drama dan menciptakan suasana belajar yang menarik dan tidak membosankan.

c. Bagi siswa: dengan melalui pembelajaran dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat , siswa mampu meningkatkan keterampilan mereka tentang menulis naskah drama pada pembelajaran bahasa Indonesia dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

(20)

6 A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini yakni penelitian yang dilakukan oleh Delfanida (2018) berjudul “ Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Media AudioVisual Siswa Kelas Kelas VII SMP 26 Pekanbaru”. Kesimpulan dalam penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan menulis naskah drama pada siswa kelas VII SMP 26 Pekanbaru. Meningkatnya keterampilan menulis naskah drama pada penilitian ini disebabkan karena penggunaan media audiovisual yang lebih diminati oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan saat pembelajaran berlangsung dan menciptakan susasana belajar yang menyenangkan pada siswa.

Kesamaan yang terdapat dapat penelitian Delfanida dengan penelitian ini adalah sama-sama meniliti kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Sedangkan yang membedakan penelitian ini adalah media yang diguanakan. Peneliti sebelumnya menggunakan media audiovisual sebagai media pembelajaran sedangkan penelitian ini menggunakan cerita rakyat sebagai objek yang akan ditransformasi menjadi naskah drama.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Syaeful Rahman (2017) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama dengan

(21)

Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) “. Penelitian ini menyimpulan bahwa dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning pada siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama. Peningkatan terjadi pada penelitian tersebut, karena penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning yang diterapakan dapat menciptakan suasana belajar menjadi lebih termotivasi dan rileks dalam mengikuti pembelajaran. Siswa lebih senang dalam menulis naskah drama sehingga tercipta suasana yang aktif, kreatif, inovatif dan efektif.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Muh. Ariful Burhan (2017) yang berjudul “Pembelajaran Menulis Naskah Drama Dengan Pendekatan Kontekstual Teknik Learning Community pada Siswa Kelas XI Tanriwiyah”. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual teknik Learning Community dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis drama pada siswa kelas XI Tanrawiyah meningkat.

Berdasarkan penelitian relevan yang dilakukan oleh Ahmad Syaeful Rahman dan Muh. Ariful Burhan dengan penelitian ini sama-sama meneliti kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitin yang dilakukan oleh Ahmad Syaeful Rahmad dan Muh. Ariful Burhan ialah penelitian ini menggunakan teknik transformasi dalam peningkatan menulis naskah drama sedangkan penelitian Ahmad Syaeful Rahmad dan Muh. Ariful Burhan menggunakan pendekatan Contextual Learning. Hanya saja penelitian Muh. Ariful Burhan fokus pada pendekatan kontekstual teknik Learning Community.

(22)

Penelitian relevan selanjutnya yang dilakukan oleh N. Yuli Mutiara (2013) berjudul “Penerapan Teknik Transformasi Cerpen dalam Pembelajaran Menulis Naskah Drama pada Siswa kelas VIII SMP UPI Bandung”. Penelitian tersebut mengalami peningkatan menulis naskah drama pada Siswa kelas VIII setelah menerapkan teknik transformasi cerpen. Penelitian relevan yang dilakukan oleh N. Yuli Mutiara hampir sama dengan penelitan ini karena sama-sama menggunakan teknik transformasi, hanya saja yang membedakan dari kedua penelitian tersebut ialah objek yang akan ditransformasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Mutmainnah (2016) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama Melalui Pembelajaran Brain Based Learning Peserta Didik Kelas IX SMPN 2 Campalagian” mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar pada siswa khususnya siswa kelas IX SMPN 2 Campalagian dengan proses pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan Brain Based Learning sangat efektif dalam pembelajaran menulis naskah drama.

Berdasarkan peneliti relevan yang dilakukan oleh Mutmainnah jika dibandingkan dengan penelitian ini sama-sama meneliti kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Sedangkan yang membedakan ialah model pembelajarannya.

(23)

2. Menulis

1. Pengertian menulis

Menulis adalah salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Menulis atau mengarang adalah salah satu metode terbaik untuk mengembangkan keterampilan di dalam menggunkan suatu bahasa. Menulis merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Kegiatan ini melibatkan cara berpikir yang teratur dan kemampuan mengungkapkan dalam bentuk bahasa tertulis dengan memperhatikan beberapa syarat.

Secara umum, menulis adalah suatu kegiatan mengungkapkan gagasan, pikiran, pengalaman dan pengetahuan kedalam bentuk catatan dengan menggunakan aksara, lambang atau simbol yang dibuat secara sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain. Keterampilan menulis merupakan sebuah kemampuan motorik sehingga dapat dikembangkan dengan kegiatan lain untuk menunjang keberhasilan dalam menulis seperti saat bermain sambil menulis apa saja yang dikerjakannya. Keberhasilan menulis adalah dengan menggunakan lambang-lambang dari bahasa yang dipahami oleh penulis maupun pembaca yang menggunakan bahasa yang sama.

Menurut Tarigan (2013) menulis adalah keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang lain. Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Sementara itu pengertian menulis telah banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya, Kurniawan (2014), mengungkapkan

(24)

bahwa menulis kreatif bagi anak adalah menulis pengalaman yang dialami dengan mengkreasikan fantasi dan imajinasi anak-anak. Kreativitas yang dimaksud di sini adalah melalui imajinasi dan fantasi anak-anak mengelolah pengalaman sendiri menjadi karya kreatif berupa tulisan yang indah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mrngarang dan membuat surat ) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bias diketahui banyak orang melalui tulisan yang dituliskan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan yang banyak menuntut kemampuan bidang kebahasaan dan pengetahuan di luar kebahasaan yang menjadi isi tulisan, yang merupakan ide atau gagasan secara sistematis sehingga mudah dipahami oleh pembacanya.

2. Tujuan Menulis

Tujuan menulis dapat mewujudkan tujuan yag tidak sederhana. Menurut Tarigan, tujuan menulis adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis dari pembaca. Berdasarkan batasan tujuan tersebut, maka tujusn menulis meliputi hal-hak berikut:

1. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajarkan disebut wacana informasi (informative discourse).

2. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan untuk menyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasive (persuasive discourse).

(25)

3. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer ( wacana kesustraan atau literaty discourse).

4. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat dan berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspressive discourse).

HugonHartig mengemukakan tujuan menulis sebagai berikut:

1. Assignment Purpose ( tujuan penguasaan), yaitu menulis yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas bukan atas kemauan sendiri. 2. Altruistic Purpose ( Tujuan altruistic), bertujuan untuk menyenangkan

para pembaca, ingin menolog para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya.

3. Persuasive purpose ( tujuan persuasive), yaitu tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. 4. Informasional purpose ( tujuan pesuasif), yaitu tulisan yang bertujuan

memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca. 5. Self- ekspresive (tujuan pernyataan diri), yaitu tukisan yang bertujuan meperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

6. Creative purpose (tujuan kreatif), tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistic, nilai kesenian.

7. Problem-solving purpose (tujuan pemrcahan masalah), yaitu keinginan penulis utuk memecahkan masalah dengan menjelaskan, menjernihkn, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran dan

(26)

gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah mengenali kemampuan dan potensi diri sampai dimana pengetahuan yang dimiliki dan memperluas wawasan baik secara teoritis maupun mengenal fakta-fakta yang berhubungan.

3. Manfaat Menulis

Menulis memiliki peran yang sangat penting bagi manusia yang selalu dituntut untuk bersosialisasi dengan orang lain, banyak manfaat yang bias diperoleh dari aktivitas menulis.

Menurut Semi (2007:4) berpendapat bahwa manfaat menulis dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas disekitar lingkungan itulah yang kadang dimiliki oleh orang yang bukan penulis. Seseorang dalam menulis memiliki rasa ingin tahu dan melatih kepekaannya terhadap lingkungan sekitar.

Pendapat lain dikemukakan oleh Laksana (2008:10), manfaat menulis dapat menambah wawasan, melatih diri untuk berpikir lebih baik dan memelihara akal sehat. Manfaat menulis dapat memberikan kekuatan lisan dan kemahiran dengan gerakan lidah dan penanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis memiliki manfaat yang sangat luas. Selain dapat mengenali kemampuan dan potensi diri, menulis merupakan cara menyampaikan perasaan berupa pengetahuan, pikiran, perasaan, dan pengalaman kita kepada orang lain.

(27)

4. Jenis-jenis Menulis

Banyak cara yang dipilih seseorang untuk mengemukakan gagasannya dalama sebuah tulisan. Cara yang dipilih serta tujuan penulisan menghasilkan berbagai bentuk tulisan. Semi (2007), mengemukakan empat bentuk atau jenis tulisan yaitu:

1. Narasi adalah tulisan yang tujuannya meceritakan kronologis peristiwa kehidupan manusia.

2. Eksposisi merupakan tulisan tulisan yang bertujuan memberikan informasi, menjelaskan, dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan bagaimana.

3. Deskripsi merupkan tulisan yang bertujuan untuk memberikan rincian atau detail tentangobjek sehingga dapat memberikan pengaruh pada emosi dan menciptakan imajinasi pembaca bagaikan melihat, mendengar, atau meraskan langsung apa yang disampaikan penulis.

4. Argumentasi merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat penulis.

5. Tahap-tahap Menulis

Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik, kita kita terlebih dulu mengetahui tahap-tahap dalam menulis. Komaidi (2011 :26-29) mengemukakan bahwa tahap-tahap menulis sebagai berikut.

a. Sebelum menulis(persiapan)

Proses membangun suatu fondasi untuk topic yang berdasarkan pada pengetahuan, gagasan, dan pengalaman anda.

(28)

b. Draft kasar

Mulai membangun dan mengembangkan gagasan-gagasan. c. Berbagi

d. Dapat dilakukan dengan cara meminta sesorang teman, rekan, pasangan atau teman sekelas anda membacanya dan dan mengatakan mana yang benar-benar kuat.

e. Perbaikan(revisi)

Setelah mendapatkan umpan balik tentang mana yang baik dan mana yang perlu digaraplagi, diulangi, dan diperbaiki.

f. Penyuntingan( editing)

Pada tahap ini, perbaikan semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda baca.

g. Penulisan kembali

Tulislah kembali tulisan anda, masukkan isi yang baru dan perubahan-perubahan penyuntingan.

h. Evaluasi

Periksalah untuk memastikan apa yang anda rencanakan dan apa yang anda sampaikan.

3. Teori Sastra

Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta „Sastra‟, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar „Sas‟ yang berarti "instruksi" atau "ajaran" dan „Tra‟ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada

(29)

"kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan. Istilah tersebut kemudian mengalami perkembangan. Keusastraan tidak hanya berupa tulisan, tetapi ada pula yang berbentuk lisan. Karya semacam itu disebut dengan sastra lisan. Oleh karena itu, sekarang dinamakan dengan kesusastraan meliputi karya sastra lisan dan tulisan dengan ciri khasnyaa terdapat pada keindahan bahasanya.

Sastra merupakan hasil karya manusia dengan mendayungkan imajinasi yang terdapat dalam diri pengarangnya. Keberadaan karya sastra dalam kehidupan manusia dapat mengisi kedahagaan jiwa karena membaca karya sastra bukan saja memberikan hiburan, tetapi dapat memberikan pencerahan jiwa. Dengan kata lain, karya sastra dapat memberikan hiburan dan manfaat.

Sastra merupakan suatu bentuk budaya universal. Sastra merupakan produk karya seni kreatif yang objeknya adalah manusia dengan segala permaslahannya dan disampaikan atau diwadahi oleh bahasa yang khas yang mengandung nilai estetik. Sastra tidak pernah sama antara satu tempat di dunia ini dengan tempat lain, tidak pernah sama antara waktu dengan waktu yang lain. Selain itu, karya sastra merupakan suatu tiruan alam, mimesis, tetapi juga merupakan imanjinasi dan produk kreativitas.

Karya sastra sering dinilai objek yang unik dan sering kali sukar diberikan rumusan yang jelas dan tegas. Sastra sebagai objek ilmu yang tidak perlu diragukan lagi. Walaupun unik dan sukar dirumuskan dalam suatu rumusan yang universa, karya sastra adalah sosok yang dapat diberikan batasan dan

(30)

ciri-ciri, serta dapat diuji dengan pancaindra manusia (Semi, 2012 : 24). imajinasi yang terdapat dalam diri pengarangnya.

Berdasarkan urain di atas, dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai pengantar dan memiliki nilai estetik.

Sastra menempati posisi penting dalam pembentukan karakter karena sastra memiliki potensi fungsional untuk menumbuhkan ide dan sikap bagi pembaca. Dalam karya sastra terdapat teori pembentukannya yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik sebagai berikut:

a. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang berada di dalam karya sastra itu sendiri. Adapun unsur-unsur tersebut meliputi, tema, latar, alur, tokoh atau penokohan, karakter, konflik, sudut pandang, dan gaya bahasa.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra, antara lain, nilai moral, pendidikan pengarang, ekonomi, dan social.

4. Pengertian Drama

Drama secara harfiah, dama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat atau bertindak. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Drama juga merupakan proses pemeranan diri kita menjadi seseorang harus diperankan di dalam pementasan. Dan drama adalah kehidupan sehari-hari yang dipentaskan dengan sistematis dan menarik.

(31)

Wiyanto (2002 : 1-2) berpendapat bahwa drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama. Drama merupakan proses pemeranan diri kita menjadi seseorang yang harus diperankan di dalam pementasan.

Menurut fauzi (2007:9) drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Merujuk pada defenisi drama tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dialog-dialog yang ada dalam drama merupakan yang paling penting karena berfungsi membangun cerita atau menghidupkan tokoh-tokohnya. Drama merupakan aktivitas kreatif dalam dirinya sendiri meliputi konvensi dan keterampilan yang menambah nilai pendidikan.

Berdasarkan bebrapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa drama sebagai cabang karya sastra dengan bentuk dialog atau percakapan sebagai ciri utamanya, dan memiliki konvensi penulisn tersendiri yang berbeda dengan karya sastra lain.

1. Unsur-unsur Drama

Secara umum, unsur-unsur drama dibedakan menjadi unsur intrinsik dan ekstrinsik. Berikut penjelasannya:

a. Unsur-unsur Intrinsik

Unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur pembentuk drama dari dalam. Komponen-komponen yang termasuk sebagai unsur intrinsic drama antara lain adalah tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dialog bahasa, konflik, dan amanat.

(32)

1) Tema

Tema merupakan ide pokok atau gagasan utama sebuah cerita drama. Tema juga dapat dikatakan sebuah gagasan pokok dari keseluruhan isi cerita dalam drama.

2) Alur

Alur dalam drama adalah jalan cerita dari sebuah pertunjukkan drama mulai babak pertama hingga babak terakhir. Alur juga disebut plot. Umumnya alur cerita dimulai dari tahapan eksposisi, komplikasi, klimaks, dan resolusi.

3) Tokoh

Tokoh merupakan pemeran yang ada dalam cerita. Tokoh dibedakan menjadi beberapa jenis misalnya seperti tokoh protagonis atau tokoh utama, serta tokoh figuran yang menjadi peran pembantu.

4) Latar/setting

Latar terdiri dari tempat untuk menggambarkan lokasi drama, latar waktu untuk memberi info kapan terjadi adegan dalam drama, serta latar situasi untuk menjelaskan suasana dalam cerita di drama tersebut.

5) Dialog

Dalam drama, juga terdapat unsur dialog. Dialog merupakan serangkaian percakapan dalam cerita. Dialog bisa terdiri satu tokoh

(33)

dengan tokoh lain, bias juga berupa dialog sendiri atau disebut sebagai monolog.

6) Bahasa

Bahasa atau gaya bahasa digunakan dalam percakapan cerita drama. Bahasa juga bisa menggambarkan watak tokoh, latar, atapun peristiwa yang sedang terjadi.

7) Konflik

Konflik adalah pertentangan atau masalah yang terjadi pada suatu dram. Adanya konflik menjadi inti permasalahan yang ada dalam drama.

8) Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampikan oleh pengarang kepada penonto. Amanat drama atau pesan disampaikan melalui peran para tokoh dalam cerita drama.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik drama merupakan unsur-unsur pembentuk drama dari luar. Komponen-komponen yang termasuk sebagai unsur ekstrinsik drama antara lain adalah:

1) Latar belakang pengarang 2) Nilai agama dan kepercayaan 3) Psikologis pengrang

(34)

2. Jenis- Jenis Drama

Pratiwi. dkk (2014: 21-26) mengungkapkan bahwa, berdasarkan isi, naskah drama terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

a. Tragedi (Drama Duka)

Drama tragedi (drama duka) adalah drama yang menceritakan jalan hidup tokoh yang erat dengan penderitaan, kesedihan, situasi yang tidak menguntungkan, dan berakhir dengan nasib tokoh yang tragis.

b. Drama Komedi (Drama Ria)

Naskah drama komed ialah naskah drama dengan jalan cerita dan tema yang ringan, bersifat menghibur, dengan selorohan ringan, bersifat menghibur, dengan selorohan ringan di dalamnya yang dapat bersifat menyindir pihak-pihak tertentu, dan selalu diakhiri dengan peristiwa yang menggembirakan (happy ending).

c. Tragikomedi (Naskah Drama Dukaria) Naskah drama tragikomedi adalah naskah drama yang menggunakan alur duka cita, tetapi berakhir dengan kebahagiaan.

3. Langkah-langkah Menulis Naskah Drama

Adapun langkah-langlah dalam menulis naskah drama, antara lain: 1) Menentukan tema

Tema adalah dasar cerita, gagasan umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung dalam teks sebagai stuktur semantic dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.

(35)

2) Menentukan plot atau kerangka cerita

Plot adalah jalinan cerita atau kerangka awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antar dua orang atau dua tokoh yang berlawanan.

3) Menentukan Penokohan

Penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

4) Menentukan setting dan latar

Setting meliputi, waktu dan suasana sedangkan latar yaitu, tempat kejadian. Latar dan setting dalam drama selain berfungsi untuk membuat cerita menjadi lebih tampak hidup dan menggambarkan gagasan tertentu secara tidak langsung.

5) Membuat dialog

Dialog merupakan bahan dasar sebuah drama. Dialog adalah unsur terpenting dalam drama. Melalui dialog, akan timbul suatu komunikasi antar tokoh dengan tokoh lain maupun dengan lingkungannya sehingga membentuk alur yang diinginkan.

6) Menentukan amanat

Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan pengarang melalui dramanya kepada pembaca atau pengamat. Amanat dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pendangannya tentang nilai-nilai kebenaran.

(36)

5. Cerita rakyat

1. Pengertian cerita rakyat

Cetira rakyat merupakan salah satu kearifan lokal. Yang dimaksud dengan kearifan lokal adalah pandangan terhadap kehidupan dan ilmu pengetahuan, serta berbagai strategi kehidupan yang diwujudkan pada sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam mengatasi problematika dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepkan sebagai kebijakan setempat, dalam konsep “local wisdom” yang bermakna pengetahuan setempat serta “local knowledge” yang bermakna kecerdasan di wilayah setempat. Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut.

Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau. Cerita rakyat merupakan suatu bagian dari sebuah dogeng. Cerita rakyat biasanya disampaikan dengan cara lisan dan sudah berkembang turun-menurun.

Cerita rakyat merupakan sebuah kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, dibarengi dengan pesan moral yang mengandung makna kehidupan dan tata cara dalam berinteraksi dengan makhluk.

Menurut Suripan, cerita rakyat adalah cerita yang diwariskan secara turun temurun dari generasi lama ke generasi baru secara lisan. Cerita rakyat bisa diartikan sebagai wujud ekspresi suatu budaya yang ada di masyrakat melalui

(37)

tutur yang mempunyai hubungan secara langsung dengan berbagai aspek budaya serta susunan nilai social masyarakat itu sendiri.

Sisyono (2008 : 4) mengemukakan cerita rakyat merupakan salah satu karya sastra yang berwujud cerita yang lahir, hisup, dan berkembang di masyarakat tradisional yang disebarkan secara lisan, mengandung survival, sifatnya abonim, dan disebarkan diantara kolektif khusus dalam jangka yang lumayan lama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat merupakan sebuah kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, dibarengi dengan pesan moral yang mengandung makna kehidupan dan tata cara dalam berinteraksi dengan makhluk.

2. Unsur-unsur cerita rakyat

Adapun unrus-unsur cerita rakyat sebagai berikut: a. Unsur intrinsik

1) Tema merupakan pokok dari pemikiran yang menjadi jiwa dan dasar pada suatu cerita.

2) Alur/plot adalah rangkaian peristiwa yang dibuat dan dijalin secara teliti guna membentuk suatu cerita dalam hubungan sebab akibat. Pada dasarnya, alur dibedakan menajdi alur maju dan mundur.

3) Setting/latar cerita merupakan gambaran mengenai suasana, tempat, dan waktu ketika terjadinya peristiwa tersebut.

(38)

4) Penokohan meliputi penciptaan, penentuan, citra/gambar (biasa berupa gambaran sifat atau watak tokoh pelaku).

5) Sudut pandang adalah bagaimana cara pandangan si pengarang ketikan ,emceritakan suatu cerita.

6) Gaya bahasa pengarang

7) Amanat biasanya berupa gagasan yang mendasari cerita, serta mengandung pesan dan nasihat yang ingin disampaian pleh si penulis/pengarang kepada pembaca.

6. Teknik Trasnformasi Cerita Rakyat 1. Pengertian transformasi cerita

Transformasi cerita atau teks pada dasarnya adalah perubahan teks dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya sebagai perwujudan resepsi pembaca terhadap suatu teks.

Berkaitan dengan pembelajaran menulis naskah drama, proses transformasi cerita rakyat dapat diartikan ke dalam naskah drama dengan tetap memperhatikan unsur-unsur pembentukannya, seperti tema, setting, alur, tokoh, dan penokohan.

Menurut Teeuw (2003:152), mengemukakan bahwa interkstual, penyalinan dan penyaduran pada hakekatnya bentuk transformasi dari system yang lain. Dalam melakukan transformasi, penulis memberi kebebasan untuk mengembangkan cerita sesuai dengan daya apresiasinya dengan tidak menyimpang dari isi dan tema. Mentransformasikan suatu cerita berarti

(39)

mengalihkan bentuk cerita tersebut. Dalam hal ini, cerita rakyat dialihkan kedalam naskah drama.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat di simpulkan bahwa proses pentransformasian tidak hanya dipakai pada pengalihan bentuk dari drama ke cerita pendek. Pentransformasian pula dapat digunakan dalam pengalihan bentuk cerita rakyat ke dalam naskah drama.

2. Manfaat teknik transformasi

Menulis adalah hal yang mudah bagi orang yang biasa melakukannya. Namun, hal ini sering kali menjadi beban bagi mereka yang jarang melakukan proses menulis. Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran yang diadopsi dari teknik kesustraan yakni transformasi adalah:

1) Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengapresiasi sastra.

2) Meningkatkan keterampilan menceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sendiri.

3) Meningkatkan dan merumuskan kalimat topik yang tepat dan relevan dengan isi cerita.

7. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Teknik Transformasi Cerita Rakyat

Teknik transformasi ini hanya dapat digunakan dalam pembelajaran sastra saja. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

(40)

a. Memahani cerita rakyat

Tahap ini merupakan proses memahami cerita rakyat. Proses ini dapat dilakukan dengan cara dengan penuh penghayatan dan pendalaman. Hal yang utama diketahui yakni judul dari cerita rakyat tersebut untuk memberikan gambaran mengenai isi ceirta rakyat tersebut kemudian menganalisis kata-kata dari cerita rakyat tersebut.

b. Mengapresiasi cerita rakyat

Pada tahap apresiasi ini dilakukan dengan mencatat unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut.

c. Menceritkan kembali isi cerita rakyat dalam bentuk ringkasan

Tahap ini, siswa berusaha memaknai cerita rakyat dan menemukan tokoh dalam cerita rakyat tersebut serta mengungkapkan ide yang ada dalam cerita rakyat itu.

d. Menceritkan kembali isi cerita rakyat dalam bentuk naskah drama

Tahap ini merupakan tahap terkahir. Tahap ini merupakan hasil paraphrase di olah dengan cara memasukkan unsur-unsur naskah drama, diantaranya imajinasi, tokoh, latar, amanat, alur, dan memperhatikan pilihan kata.

Mentransformasikan cerita rakyat dapat dilakukan juga dengan cara memperluas unsur intrinsik dan unsur-unsur lain yang mendukung cerita rakyat misalnya (1) menambah tokoh (2) mengembangkan penokohan (3) menghidupkan konflik (4) menghadirkan latar yang mendukung (5) memunculkan penampilan (performance).

(41)

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yang meliputi keretampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis.

Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek yang harus dicapai dalam pembelajaran ini. Menulis adalah hal penting dalam mengembangkan pengetahuan masuia yang dapat mengubah perilaku manusia secara psikologis, dalam hal ini khususnya menulis naskah drama.

Berdasarakan observasi awal, kamampuan menulis naskah drama saat ini tergolong rendah dan belum menunjukkan hasil memuaskan. Maka peneliti ingin mengetahui dan meningkatkan keterampilan menulis drama dengan memberikan tes berupa penugasan menulis sebuah naskah drama dengan menggunaan teknik transformasi cerita rakyat.

Setelah siswa mengerjakan tes yang diberikan, maka selanjutnya peneliti menganalisis data dan berakhir pada penentuan nilai.

(42)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diubah dalam bentuk bagan:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

menyimak membaca berbicara Menulis

Keadaan awal Keterampilan Menulis

Naskah drama rendah

Tindakan Keadaan akhir Keterampilan menulis naskah drama meningakat Temuan Pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia

(43)

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut: jika teknik transformasi cerita rakyat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang, maka kemampuan menulis naskah drama dapat meningkat.

(44)

30 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi: perencanaan, pelaksanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi secara berulang.

Menurut Wiriatmaja (2005) menyatakan penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaan yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial termasuk pendidikan untuk memperbaiki rasionalissasi dan kebenaran dari praktik-praktik social atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri.

B. Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 3 Enrekang pada semester genap Tahun ajaran 2020/2021 selama dua bulan. Sebagai subjek penelitian adalah Siswa SMAN 3 Enrekang kelas XI MIPA I.

C. Faktor yang diselediki

Faktor yang diselediki pada penelitian ini adalah:

1. Faktor siswa yakni bagaimana kemampuan keterampilan menulis naskah drama dengan menggunakan transformasi cerita rakyat.

2. Faktor pembelajaran yaitu melihat terjadinya interaksi antara guru dengan siswa maupun dengan siswa lainnya saat proses belajar mengajar.

3. Faktor hasil yaitu dengan hasil prestasi belajar siswa setelah proses pembelajaran.

(45)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri atas dua siklus. Kedua siklus ini merupakan rangkaian kegiatan yang sering berkaitan, yang artinya pelaksanaan siklus II merupakan lanjutan atau perbaikan dari pelaksanaan siklus I. Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, dan siklus II pun dilaksanakan sebanyak tiga kali. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti yang telah didesain dalam faktor yang diselediki.

Untuk dapat mengetahui hasil belajar bahasa Indonesia khususnya Menulis Naskah drama pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang, maka diberikan tes awal dan hasilnya dianggap sebagai skor dasar. Selanjutnya dilakukan proses pembelajaran dengan penerapan teknik transformasi cerita rakyat.

Secara sederhana prosedur penelitian dapat digambarkan dalam bagan berikutn ini:

(46)

Gambar 3.1 Bagan Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II SIKLUS I

Tahap Perencanaan Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap Observasi dan Evaluasi Refleksi Belum SIKLUS II Tahap Perencanaan Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap Observasi dan Evaluasi Refleksi Hasil

(47)

Langkah-langkah pelaksanaan Siklus I dapat diuraiakan secara berikut: 1. Gambaran Pelaksanaan Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan yang dilakukan pada siklus I ini sebagai berikut:

1) Menelaah kurikulum SMA kelas XI Semester Ganjil tahun ajaran 2020/2021.

2) Membuat rencana pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menyatakan kegiatan dan topik utama pembelajaran yang akan diberikan, kompetensi dasar, bidang studi, kelas/semester dan alokasi waktu.

b) Menyatakan tujuan umum pembelajaran (indikator pencapaian hasil belajar).

c) Memberitahu model dan metode pembelajaran. d) Membuat skenario tahap demi tahap kegiatan siswa.

e) Menyatakan authentic assessment-nya yaitu dengan data siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

f) Membuat evaluasi berupa soal-soal yang disusun berdasarkan materi-materi yang telah diajarkan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas (mengajar) berdasarkan RPP yang telah dibuat. Pada pembelajaran menulis naskah drama, tindakan dilakukan oleh guru sebagai

(48)

penerapan upaya peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan Teknik transformasi cerita rakyat.

Tahap pelaksanaan dilaksanakan dua kali pertemuan, pertemuan pertama guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan langkah-langkah yang telah dibuat, dan pertemuan kedua guru melakukan pemberian tes berupa menulis naskah drama.

c. Tahap Observasi

Tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melaksanakan evaluasi. Tahap observasi ini dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Data hasil observasi tersebut dicatat dalam lembar observasi yang meliputi kehadiran siswa, keaktifan siswa baik dalam hal bertanya atau memberikan tanggapan, menjawab pertanyaan guru, dan menyelesaikan soal latihan.

Selanjutnya, evaluasi dilaksanakan pada akhir siklus I dengan memberikan tes tertulis. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang telah diperoleh selama siklus I berlangsung. Dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan secara tertulis mengenai pendekatan yang digunakan.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini, observasi dan evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Dalam hal ini, penulis dapat merefleksi diri dengan memperhatikan data hasil observasi. Kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(49)

Hasil refleksi pada siklus I dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan pada tahap siklus II, sedangkan hal-hal yang sudah baik akan dipertahankan.

2. Gambaran Pelaksanaan dari Siklus II

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pada siklus II diuraikan secara berikut:

a. Tahap Perencanaan

Rencana kegiatan yang dilakukan pada siklus II yaitu:

1) Merencanakan tindakan berdasarkan hasil refleksi tindakan dari siklus I.

2) Membuat model pembelajaran langsung dengan menggunakan media. 3) Membuat soal tes untuk melihat kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal berdasarkan materi yang diajarkan dalam siklus II.

4) Membuat lembar observasi siklus II sebagai lanjutan dari siklus I. 5) Menyiapkan alat bantu pembelajaran dalam rangka optimalisasi

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. b. Tahap Pelaksanaan

Tahap perencanaan yang telah disusun selanjutnya dijabarkan ke dalam tahap pelaksanaan. Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II sama dengan pelaksanaan dalam siklus I dengan menggunakan perbaikan atau penambahan sesuai dengan kenyataan..

(50)

Hal utama dalam siklus II dibanding dengankan siklus I adalah mengupayakan semaksimal mungkin agar kreativitas dan kemandirian serta keberanian timbul secara menyeluruh kepada setiap siswa sehingga dengan sendirinya mampu membuat hubungan antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari harinya serta berani mengeluarkan pertanyaan ataupun tanggapan.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

Observasi yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus I yaitu mengamati dan mencatat kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung yang meliputi kehadiran dan keaktifan siswa dalam hal bertanya dan memberikan tanggapan, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan tugas, dan menyelesaikan soal latihan. Sedangkan tahap evaluasi diberikan tes tertulis (tes akhir) guna mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa setelah diberikan tindakan.

Tahap siklus ini, siswa juga diberikan kesempatan untuk memberi tanggapan secara tertulis mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media.

d. Tahap Refleksi

Tahap refleksi ini digunakan pada akhir siklus, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. Begitu pula dengan evaluasi. Dengan demikian peneliti dapat memperhatikan dan merefleksi diri “Apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan kemampuan siswa dan hasil belajar siswa khususnya keterampilan menulis naskah drama”

(51)

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permaslahan penelitian. Dalam instrument penelitian terdapat beberapa bagian yaitu:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan lembar yang digunakan untuk melihat aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi terhadap guru dan siswa ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

b. Tes Menulis

Tes menulis merupaka n salah satu instrument penelitian untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi. Kriteria instrumen ini adalah hendaknya memiliki tingkat validitas ( dapat mengukur apa yang hendak diukur) dan memiliki tingkat reabilitas (tes dapat memberikan informasi yang konsisten).

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengandung data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa data-data perilaku siswa selama dalam proses penulisan naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat dan data kuantitatif berupa tingkat kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai tes penulisan naskah drama. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

(52)

1. Observasi

Observasi merupakan proses pengambilan data dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan melihat situasi penelitian. Observasi atau pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data terkait perilaku siswa dan guru dalam pembelajaran menulis naskah drama. Observasi kelas didukung oleh lembar observasi, dan penggunaan catatan lapangan untuk mencatat semua peristiwa dalam pembelajaran.

2. Tes Menulis (Naskah Drama)

Tes merupakan seperangkat rangsang (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam keterampilan menulis drama, maka dalam penelitian ini dilakukan tes penulisan naskah drama. Tes dilakukan tiga kali, yaitu pratindakan dan sesudah pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II. Peneliti melakukan evaluasi untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dengan cara membandingkan hasil pemerolehan skor tes. Data-data yang dihasilkan dari tes menulis naskah drama merupakan data kuantitatif yang kemudian dianalisis secara kuantitatif juga.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tersebut setelah dilakukannya pengambilan data, maka data tersebut akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data hasil observasi, dan catatan guru atau jurnal kelas dianalisis secara kualitatif. Sedangkan data hasil tes dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistika deskriptif yang

(53)

terdiri dari, rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum yang diperoleh setiap siklus.

Hasil menulis siswa akan dianalisis dengan menghitung kualitas pembelajaran yaitu dengan rumus:

Menurut Sudjana, (2006): Nilai Rata-rata

X= ∑x x 100% Keterangan:

X= Nilai rata-rata ∑x= Jumlah nilai siswa N=Jumlah Siswa

Rumus nilai ketuntasan belajar, sebagai berikut:

Keterangan:

NK = Nilai Ketuntasan

NS = jumlah skor siswa yang dicapai JS =Jumlah Skor Keseluruahn

Adapun tingkat kemampuan siswa sebagai berikut:

No Skor Ketrangan 1. 85-100 Sangat Baik 2. 75-84 Baik 3. 60-74 Cukup 4. 40-59 Rendah 5. 0-39 Rendah sekali N NK = NS x 100 JS

(54)

H. Indikator Keberhasilan

Sesuai dengan karakteristik penelitian dua kali tindakan, keberhasilan penelitian tindakan ditandai dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan, baik terikat dengan suasana belajar dan pembelajaran. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah jika skor rata-rata hasil tes siswa melalui penerapan teknik transformasi cerita rakyat mengalami peningkatan keterampilan siswa dalam menuis naskah drama, secara klasikal dan terjadi perubahan sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang ditandai dengan peningkatan keaktifan siswa dalam hal ini: mengemukakan pendapat, menyampaikan informasi, menjawab pertanyaan, kerjas sama dalam kelompok. Siswa dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh skor >75 secara individu dan skor ideal dari tuntas klasikal 85% dari siswa yang telah tuntas belajar.

(55)

41 A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang selama dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan, satu kali pertemuan proses pembelajaran dan satu kali pertemuan pemberian tes siklus. Metode pelaksanaannya mengikuti prinsip kerja PTK yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan evaluasi, dan refleksi.

1. Hasil Pelaksanaan Siklus 1 a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus I ini, peneliti menelaah kurikulum SMA kelas XI Semester Genap tahun ajaran 2020/2021, membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat lembar observasi membuat lembar kegiatan siswa, dan membuat alat evaluasi.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaa tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan guru setiap pertemuan adalah:

1) Mengimplemantasikan dan menerapkan rancangan yang telah dibuat sesuai dengan RPP.

2) Memberikan motivasi kepada siswa. 3) Memberikan dan mejelaskan materi.

(56)

5) Meminta kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. 6) Meberikan contoh soal yang akan diberikan kepada siswa.

7) Membimbing siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran menulis teks drama dengan penerapan teknik transformasi cerita rakyat.

8) Menutup pelajaran.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus I, diperoleh hasil pengamatan siswa selama proses pembelajaran di setiap pertemuan. Adapun deskripsi perilaku siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi perilaku siswa pada siklus I

No Komponen yang diamati Jumlah

siswa (%)

1 Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang teori drama.

20 71.42%

2. Siswa dapat memahami cerita rakyat 15 53.57% 3. Siswa dapat mengapresiasi cerita rakyat 20 71.42% 4. Siswa dapat menceritakan kembali isi cerita

rakyat dalam bentuk ringkasan.

21 75%

5 Siswa menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat.

28 100%

6 Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan menulis drama.

5 17.58%

7 Siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan menulis drama.

(57)

Hasil observasi pada siklus I, perilaku siswa selama proses pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat, Sebagian besar siswa sudah siap dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah drama, akan tetapi tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

Komponen pertama yang diamati pada siswa kelas XI SMAN 3 Enrekang yaitu, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang teori drama. Pada komponen tersebut, siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan Langkah-langkah menulis drama sebanyak 20 orang siswa atau 71.42%. terdapat 8 orang siswa atau 28.57% siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Dari hasil tersebut masih kurang baik karena masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.

Kedua, siswa dapat memahami cerita rakyat. Pada komponen ini siswa masih tergolong rendah dalam memahami cerita rakyat. Dari jumlah siswa 28 hanya 15 yang dapat memahami cerita rakyat atau 53.57%. Pada komponen ketiga, siswa dapat mengapresiasi cerita rakyat. Komponen in sudah tergolong kedalam kategori baik karena 20 dari 28 siswa atau 71.42% dapat mengapresiasi cerita rakyat. Komponen keempat, siswa dapat menceritakan kembali isi cerita rakyat. Komponen ini juga sudah tergolong kedalam kategori baik karena 21 dari 28 siswa atau 75% dapat menceritakan kembali isi cerita rakyat serta mengungkapkan ide yang ada dalam cerita rakyat tersebut.

Kelima, siswa menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat. Berdasarkan hasil observasi, keaktifan siswa dalam menulis naskah drama sebanyak 100% atau seluruh siswa menulis naskah drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat.

(58)

Berdasarkan hasil observasi pada komponen keenam, siswa yang aktif mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan drama sebanyak 5 orang siswa atau 17.85%

Pada komponen ketujuh, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebanyak 4 orang siswa atau 14.28% yang aktif menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan drama.

Pada saat pembelajaran atau pemberian materi telah selesai, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pemberian tes. Pemberian tes menulis naskah drama dilakukan untuk mengukur kemampuan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai Langkah awal dalam menerapkan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunkan teknik transformasi cerita rakyat. Adapun nilai hasil tes belajar menulis naskah drama pada siswa kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 nilai hasil tes keterampilan menulis naskah drama siklus I

No Skor Kategori Jumlah siswa Jumlah skor % Rata-rata

1 85-100 Sangat baik 4 340 14.29 2 75-84 Baik 4 309 14.29 3 60-74 Cukup 18 1.208 64.28 4 40-59 Rendah 2 109 7.14 5 0-39 Rendah sekali 0 0 0 Jumlah 28 1966 100

(59)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil tes menulis naskah drama secara klasikal adalah 70.21 atau dalam kategori cukup. Dari 28 siswa hanya 4 siswa yang mendapatkan hasil yang sangat baik atau 14.29%. Pada kategori baik hanya 4 siswa yang dapat dikategorikan dalam kategori baik dengan nilai 14,29. 18 siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup atau 64.28%. Dan selebihnya, 2 siswa yang memperoleh nilai rendah atau 7.14%. Sehingga 2 siswa tersebut dapat dikategorikan rendah dalam menulis naskah drama. Dari penjelasan hasil tes tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang memperoleh nilai sangat rendah.

Untuk melihat persentase ketuntasan menulis naskah drama pada siswa kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang setelah menerapkan pembelajaran menulis naskha drama dengan menggunakan teknik transformasi cerita rakyat pada siklus I sebagai berikut.

Tabel 4.3 Persentase ketuntasan menulis naskah drama pada siswa kelas XI MIPA I SMAN 3 Enrekang pada siklus I

Skor kategori Jumlah siswa Persentase

75-100 Tuntas 8 28.58

0-75 Tidak tuntas 20 71.42

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel di atas dapat disipulkan bahwa jumlah siswa yang tuntas adalah 8 siswa atau 28.58% dan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah terdapat 8 siswa atau 71.42%.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi perilaku siswa pada siklus I ..................................
Gambar 2.1 Kerangka Pikir...................................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Gambar 3.1 Bagan Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II SIKLUS I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian penggunaan video Opera Van Java untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis naskah drama siswa adalah pembelajaran menulis naskah drama yaitu

Kata kunci: keterampilan menulis naskah drama, teknik pancing, media karikatur media massa. Keterampilan menulis naskah drama siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Randudongkal

Pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media gambar berseri dan teknik pengandaian diri yang diterapkan guru sudah dapat diikuti dengan baik oleh siswa.

terjadi peningkatan keterampilan menulis naskah drama satu babak dengan teknik quantum writing pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 3 Sewon. Peningkatan dapat terjadi

Siklus I merupakan tindakan awal penelitian menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual

Hasil analisis data yang telah dilakukan pada aspek latar, kebanyakan siswa sudah dapat membuat naskah drama berdasarkan cerita rakyat Musi Rawas secara baik, sesuai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pemodelan dapat meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan menulis menulis naskah drama siswa kelas XI IPA 3

Keempat, Kemampuan Menulis Naskah Drama Melalui Teknik Bermain Drama Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam untuk indikator 4 dialog tergolong sempurna S, dengan