• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asih Dwi Astuti, Agustini. Akademi Kebidanan Anugerah Bintan ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asih Dwi Astuti, Agustini. Akademi Kebidanan Anugerah Bintan ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG LATIHAN BAB DAN BAK (TOILET

TRAINING) PADA BATITA USIA 18-24 BULAN DI POSYANDU WIJAYA KUSUMA

WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEKAR BARU TAHUN 2017

Asih Dwi Astuti, Agustini

Akademi Kebidanan Anugerah Bintan

astutiasih_eub@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar belakang : Di Indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30% dari 259 juta jiwa penduduk Indonesia, diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK (ngompol) diusia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak (29%), fenomena yang terjadi di masyarakat akibat dari konsep toilet training yang tidak diajarkan secara benar dapat menyebabkan anak tidak dapat secara mandiri mengontrol buang air besar dan buang air kecil (Survey Kesehatan Rumah Tangga, 2012 dalam jurnal Mega Marlina, dkk, 2013). Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang latihan (toilet training) tentang pengertian toilet training, proses toilet training, cara melakukan toilet training dan dampak toilet training.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan.teknik sampel yang digunakan

purposive sampling. Jumlah responden sebanyak 31 responden ibu yang memiliki batita usia

18-24 bulan. Data diperoleh menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan rumus persentase.

Hasil : Dari 31 responden pengetahuan ibu tentang pengertian toilet training mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 20 responden (64,5%) , pengetahuan ibu tentang proses

toilet training mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 19 responden (61,3%),

pengetahuan ibu tentang cara melakukan toilet training mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 21 responden (67,8%) , pengetahuan ibu tentang dampak toilet training mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 21 responden (67,8%).

Kesimpulan : Berdasarkan data yang telah dihitung didapatkan bahwa sebagian besar ibu berpengetahuan kurang sebanyak 19 responden (61,3%) yaitu pada kategori proses toilet

training.

Kata kunci : Pengetahuan, Toilet Training, batita

Daftar pustaka : 28 (2008-2017) (12 Buku +5 Jurnal +2 Skripsi+4 Internet) Academy of Midwifery Anugerah Bintan Tanjungpinang

PENDAHULUAN

Toilet training pada anak adalah

suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Dalam melakukan latihan buang air kecil dan buang air besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis

maupun secara intelektual, melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar atau kecil secara sendiri (Hidayat, 2012).

Di Indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30% dari 259 juta jiwa penduduk Indonesia tahun 2011 dan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga

(2)

(SKRT) nasional tahun 2012, diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK (ngompol) diusia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak (29%), fenomena yang terjadi di masyarakat akibat dari konsep toilet training yang tidak diajarkan secara benar dapat menyebabkan anak tidak dapat secara mandiri mengontrol buang air besar dan buang air kecil.(Survey Kesehatan Rumah Tangga, 2012 dalam jurnal Mega Marlina, dkk, 2013)

Faktor yang mempengaruhi toilet

training adalah peran keluarga terutama

orang tua karena peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak adalah berada pada fase anal (1-3 tahun) di mana pada tahap ini daerah sensitif untuk memperoleh kenikmatan adalah pada daerah anus dan proses menahan pengeluaran tinja (Firdaus, dkk, 2014).

Sebenarnya toilet training harus dikenalkan pada anak sebelum usianya menginjak 2 tahun supaya anak terbiasa BAB dan BAK pada tempatnya dan tidak boleh sembarangan, jadi keterlibatan orang tua sangat diperlukan dalam mengajarkan toilet training kepada anak (Larasati, 2017).

Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat dari orang tua yang dapat mengganggu kepribadian anaknya dimana anak bisa bersikap keras kepala, tetapi bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih lega, cenderung ceroboh, suka membuat

gara-gara, emosional dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Hidayat, 2012 ).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Posyandu Dahlia wilayah kerja Puskesmas Mekar Baru, didapatkan data pada bulan November 2016 jumlah anak usia 18-24 bulan berjumlah 76 anak. Survey pendahuluan dilakukan oleh peneliti terhadap 4 anak, semuanya belum menerapkan toilet training karena ibu belum tahu tentang toilet training yang membuat para ibu bingung harus memulai kapan, bagaimana caranya mengajarkan toilet

training pada anak.

Pada survey awal peneliti juga mendapatkan ibu batita yang menggunakan popok sekali pakai dari kecil sehingga anak sudah terbiasa BAB dan BAK nya menggunakan popok sekali pakai sampai sekarang, maka dari itu anak lebih nyaman menggunakan popok sekali pakai dari pada ia harus ke toilet. Hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan ibu masih kurang tentang pentingnya mengajarkan anak untuk latihan toilet

training sejak dini, adapun keberhasilan toilet training dipengaruhi oleh lingkungan

tempat dia tinggal dan minat anak juga akan berengaruh juga dalam proses toilet

training.

Berdasarkan latar belakang di atas mengingatnya pentingnya toilet training

pada batita maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “ Gambaran pengetahuan ibu tentang latihan BAB dan BAK (toilet

training) pada batita usia 18-24 bulan di

(3)

Puskesmas Mekar Baru tahun 2017”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian (Toilet training), proses (Toilet training), cara melakukan (Toilet training), dan dampak (Toilet training),

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini menggunakan survei deskriptif. Survei deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam masyarakat (Notoatmojdo, 2010) .

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Aanlisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus persentase unutk melihat distribusi dari presentasi setiap sub variabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Di bawah ini adalah sub variabel penelitian yang dikategorikan dan dimasukan dalam tabel kemudian dianalisis sebagai berikut: Pengetahuan ibu tentang pengertian latihan BAB dan BAK (toilet training)

Tabel 1 : Distribusi Frekuensi

Pengetahuan Ibu tentang Pengertian Latihan BAB dan BAK (Toilet Training) di Posyandu Wijaya Kusuma Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Baru Tahun 2017

(Sumber : Data Primer)

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari pengetahuan responden yang memiliki batita usia 18-24 bulan tentang pengertian latihan BAB dan BAK (toilet

training) dari 31 responden mayoritas

adalah kategori kurang sebanyak 20 responden (64,5 %).

Pengetahuan ibu tentang proses latihan BAB dan BAK (toilet training)

Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Proses Latihan BAB dan BAK (Toilet Training) di Posyandu Wijaya Kusuma Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Baru Tahun 2017

(Sumber : Data Primer)

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari pengetahuan responden yang memiliki batita usia 18-24 bulan tentang proses latihan BAB dan BAK (toilet training) dari 31 responden mayoritas adalah kategori kurang sebanyak 19 orang (61,3%). Kategori pengetahuan n % Baik 5 16,1 Cukup 7 22,6 Kurang 19 61,3 Total 31 100

(4)

Pengetahuan ibu tentang cara melakukan latihan BAB dan BAK (toilet training)

Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Cara Melakukan Latihan BAB dan BAK (Toilet

Training) di Posyandu Wijaya

Kusuma Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Baru Tahun 2017

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari pengetahuan responden yang memiliki batita usia 18-24 bulan tentang cara melakukan latihan BAB dan BAK (toilet

training) dari 31 responden mayoritas

adalah kategori kurang sebanyak 21 responden (67,8%).

Pengetahuan ibu tentang Dampak latihan BAB dan BAK (toilet training)

Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Dampak Latihan BAB dan BAK (Toilet Training) di Posyandu Wijaya Kusuma Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Baru Tahun 2017

(Sumber : Data Primer)

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa dari pengetahuan responden yang memiliki batita usia 18-24 bulan tentang dampak latihan BAB dan BAK (toilet training) dari 31 responden mayoritas adalah kategori kurang sebanyak 21 responden (67,8 %).

Gambaran umum pengetahuan tentang latihan BAB dan BAK (toilet training)

Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Pengetahuan I bu tentang Latihan BAB Dan BAK (Toilet Training) di Posyandu Wijaya Kusuma Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Baru Tahun 2017 Kategori pengetahuan n % Baik 3 9,7 Cukup 8 25,8 Kurang 20 64,5 Total 31 100

(Sumber : Data Primer)

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari pengetahuan responden yang memiliki batita usia 18-24 bulan tentang latihan BAB dan BAK (toilet

training) dari 31 responden mayoritas

adalah kategori kurang sebanyak sebanyak 20 responden (64,5%). Kategori pengetahuan n % Baik 4 12,9 Cukup 7 22,6 Kurang 20 64,5 Total 31 100 Kategori pengetahuan n % Baik 3 9,6 Cukup 7 22,6 Kurang 21 67,8 Total 31 100 Kategori pengetahuan n % Baik 4 12,9 Cukup 6 19,3 Kurang 21 67,8 Total 31 100

(5)

PEMBAHASAN

1. Pengetahuan Ibu tentang Pengertian Latihan BAB dan BAK (Toilet Training)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan ibu tentang pengertian latihan BAB dan BAK (toilet training) di Posyandu Wijaya Kusuma Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Baru, yaitu menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 20 responden (64,5%). Sebanyak 6 responden (30%) yang menjawab pertanyaan negatif secara benar pada nomor 12 yaitu pertanyaannya adalah “Latihan BAB dan BAK adalah sesuatu yang tidak harus dikenalkan terlalu cepat karena nanti anak bisa belajar sendiri saat dia sudah dewasa” sedangkan 14 responden (70%) responden menjawab salah dikarenakan pada soal nomor 12 seharusnya jawabannya adalah salah tetapi dijawab benar.

Faktor-faktor yang menyebabkan responden menjawab salah disebabkan oleh faktor pekerjaan, hal ini bisa dilihat dari 20 responden (64,5%), sebanyak 17 responden (85%) tidak bekerja (IRT). Hal ini sesuai dengan teori menurut (Mubarak, 2011) Pekerjaan merupakan lingkungan yang dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Pengetahuan Ibu tentang Proses Latihan

BAB dan BAK (Toilet Training)

Berdasarkan hasil penelitian pada didapatkan distribusi pengetahuan ibu tentang proses latihan BAB dan BAK (toilet training) di Posyandu Wijaya Kusuma Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Baru, yaitu menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 19 responden (61,3%). Sebanyak 3 responden (15,8%) yang menjawab pertanyaan negatif secara benar pada nomor 11 yaitu pertanyaannya adalah “Seharusnya 5 jam sekali orang tua mengajak anaknya untuk latihan buang air besar dan buang air kecil” sedangkan 16 responden (84,2%) menjawab salah dikarenakan pada soal nomor 11 seharusnya jawabannya adalah salah tetapi dijawab benar.

Faktor-faktor yang menyebabkan responden menjawab salah disebabkan oleh faktor pekerjaan, hal ini bisa dilihat dari 19 responden (61,3%), sebanyak 18 responden (94,7%) tidak bekerja (IRT). Hal ini sesuai dengan teori menurut (Mubarak, 2011) Pekerjaan merupakan lingkungan yang dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Pengetahuan Ibu tentang Cara

Melakukan Latihan BAB dan BAK (Toilet

Training)

Berdasarkan hasil penelitian pada didapatkan distribusi pengetahuan ibu tentang cara melakukan latihan BAB dan BAK (toilet training) di Posyandu Wijaya Kusuma Wilayah Kerja Puskesmas

(6)

Mekar Baru, yaitu menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 21 responden (67,8%). Sebanyak 5 responden (23,8%) yang menjawab benar pada pertanyaan positif nomor 14 yaitu pertanyaannya adalah “Pada saat batita sedang latihan buang air besar dan buang air kecil boleh diberikan buku gambar atau boneka” sedangkan 16 responden (76,2%) menjawab salah dikarenakan pada soal nomor 11 seharusnya jawabannya adalah benar tetapi dijawab salah.

Faktor-faktor yang menyebabkan responden menjawab salah disebabkan oleh faktor pekerjaan, hal ini bisa dilihat dari 21 responden (67,8%), sebanyak 17 responden (81%) tidak bekerja (IRT). Hal ini sesuai dengan teori menurut (Mubarak, 2011) Pekerjaan merupakan lingkungan yang dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 4. Pengetahuan Ibu tentang Dampak

Latihan BAB dan BAK (Toilet Training) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi pengetahuan ibu tentang dampak latihan BAB dan BAK (toilet training) di Posyandu Wijaya Kusuma Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Baru, yaitu menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 21 responden (67,8%). Sebanyak 5 responden (23,8%) yang menjawab pertanyaan negatif secara benar pada

nomor 16 yaitu pertanyaannya adalah “Anak yang bisa latihan buang air besar dan buang air kecil sendiri akan menjadi lebih pendiam diakrenkan dari kecil sudah terbiasa melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri” sedangkan 16 responden (76,2%) menjawab salah dikarenakan pada soal nomor 16 seharusnya jawabannya adalah salah dan dijawab benar.

Faktor-faktor yang menyebabkan responden menjawab salah disebabkan oleh faktor pekerjaan, hal ini bisa dilihat dari 21 responden (67,8%), sebanyak 19 responden (90,5%) tidak bekerja (IRT). Hal ini sesuai dengan teori menurut (Mubarak, 2011) Pekerjaan merupakan lingkungan yang dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 5. Pengetahuan Ibu tentang Latihan BAB

dan BAK (Toilet Training)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi secara keseluruhan pada pengetahuan ibu tentang pengertian, proses, cara melakukan dan dampak latihan BAB dan BAK (toilet

training) di Posyandu Wijaya Kusuma

Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Baru, yaitu menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 21 responden (67,8%) dari 31 responden (100%). Sebanyak 12 responden (38,7%) yang menjawab pertanyaan negatif secara benar pada nomor 11 yaitu pertanyaannya adalah “Seharusnya 5 jam sekali orang tua

(7)

mengajak anaknya untuk latihan buang air besar dan buang air kecil” sedangkan 19 responden (61,3%) menjawab salah dikarenakan pada soal nomor 11 seharusnya jawabannya adalah salah dan dijawab benar.

Faktor-faktor yang menyebabkan responden menjawab salah disebabkan oleh faktor pekerjaan, hal ini bisa dilihat dari 31 responden (100%), sebanyak 27 responden (87,1%) tidak bekerja (IRT). Hal ini sesuai dengan teori menurut (Mubarak, 2011) Pekerjaan merupakan lingkungan yang dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan pada pengetahuan ibu tentang pengertian, proses, cara melakukan dan dampak latihan BAB dan BAK (toilet training) adalah kategori baik sebanyak 2 responden (6,4%) dari 31 responden (100%). Sebanyak 23 responden (74,2%) yang menjawab benar pada nomor 10 yaitu pertanyaannya adalah “Batita yang berusia 15 bulan sudah bisa diajarkan latihan buang air besar dan buang air kecil” sedangkan 8 responden (25,8%) menjawab salah dikarenakan pada soal nomor 10 seharusnya jawabannya adalah salah tetapi dijawab benar.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian secara umum gambaran pengetahuan ibu tentang latihan BAB dan BAK (toilet training)

pada batita 18-24 bulan di Posyandu Wijaya Kusuma Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Baru tahun 2017 dapat disimpulakn sebagai berikut :

1. Pengetahuan ibu yang memiliki batita usia 18-24 bulan tentang pengertian latihan BAB dan BAK (toilet training) mayoritas memiliki hasil yang kurang sebanyak 20 responden (64,5%).

2. Pengetahuan ibu yang memiliki batita usia 18-24 bulan tentang proses latihan BAB dan BAK (toilet

training) mayoritas memiliki hasil

yang kurang sebanyak 19 responden (61,3%).

3. Pengetahuan ibu yang memiliki batita usia 18-24 bulan tentang cara melakukan latihan BAB dan BAK (toilet training) mayoritas memiliki hasil yang kurang sebanyak 21 responden (67,8%).

4. Pengetahuan ibu yang memiliki batita usia 18-24 bulan tentang dampak latihan BAB dan BAK (toilet

training) mayoritas memiliki hasil

yang kurang sebanyak 21 reponden (67,8%) .

5. Secara keseluruhan pada pengetahuan ibu tentang pengertian, proses, cara melakukan dan dampak latihan BAB dan BAK (toilet training) di Posyandu Wijaya Kusuma Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Baru, yaitu menunjukan bahwa mayoritas memiliki hasil yang kurang sebanyak 20 responden (64,5%) dari 31 responden (100%)

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, dkk (2010). Hubungan tingkat

pendidikan dan penegtahaun ibu tentang asi dengan lama pemeberian asi eklusif pada balita usia 6-24 bulan. Jurnal kesehatan

masyarakat indonesia vol 6 no 2 th 2010.

Ansik, (2011). Hubungan antara paritas

dengan keterampilan menyusui yang benar pada ibu nifas. Jurnal

Midpro, edisi 2 / 2011.

Ardhiyanti, ( 2015). Hubungan antara

pendidian ibu dengan keberhasilan toilet training pada batita umur 1-3 tahun. Jurnal kebidanan volume 9

no 1 maret 2015 (hal 35-41)

Ayahbunda, (2015). 6 trik toilet training.

www.ayahbunda.co.id. On line : 24

april 2015

Depkes, (2009). Departemen kesehatan

republik indonesia kategori umur.

Dharma, (2011). Metodologi penelitian

keperawatan. Jakarta timur: CV.

Trans indo media

Dheta, (2016). Hubungan status pekerjaan

ibu dengan pemberian asi ekslusif pad bayi usia 7-12 bulan di dusun sari agung wonosobo. Skripsi STIKES

‘Aisyiyah, yogyakarta

Firdaus, & Devi M.R (2015). Hubungan

peran orang tua dengan keamampuan toilet training pada anak usia toddler dipaud permata

bunda. Jurnal ilmiah kesehatan, vol

8, no 1, februari (Hal 68-75)

Hidayat, (2012). Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta:

Salemba medika

Larasati, (2017). Cara mengurus bayi 0-3

tahun. Yogyakarta: Huta media.

Marlina, Heni S & Eko M (2011). Hubungan

antara pengetahuan dan sikap ibu tentang toilet training dengan praktik toilet training pada anak usia 18-36 bulan.

Mubarak, (2011). Promosi kesehatan untuk

kebidanan. Jakarta : Salemba

medika.

Nasir, ABD dkk (2011). Metodologi

penelitian kesehatan.Yogyakarta :

Nuha medika

Nelson, (2012). Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Buku kedokteran EGC Notoatmodjo, (2010). Metodologi

penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta

(2012). Promosi kesehatan dan

perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka

cipta

Nursalam, Reekawati S & Utami S (2008).

Asuhan keperawatan bayi dan anak (Untuk Perawat dan Bidan).

Jakarta : Salemba medika

Pusparini, (2010). Hubungan pengetahuan ibu tentang toilet treining dengan perilaku ibu dalam

(9)

melatih toilet training pada ana usia toddler. Skripsi FIK-UM, Surakarta

Saputri, L.D dkk (2015). Teori & Konsep

Tumbuh kembang bayi, Toddler, anak dan usia remaja. Yogyakarta :

Nuha medika

Wawan, & Dewi M., (2011). Teori &

Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta :

Mutia Medika.

Wikipedia, (2017). Pemimpin Agama.

www.wikipedia.org. On line : 27 Januari 2017 (2017). Wikipedia, (2017) Lingkungan. www.wikipedia.org. On line : 27 Januari 2017

Wong, (2009). Buku ajar keperawatan

pediatrik. Jakarta : Buku kedokteran

Gambar

Tabel  4  :  Distribusi  Frekuensi  Pengetahuan  Ibu tentang Dampak Latihan BAB  dan  BAK  (Toilet  Training)  di  Posyandu  Wijaya  Kusuma  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Mekar  Baru Tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.7 Grafik Pengaruh Intensitas Hujan dan Kemiringan Lereng terhadap Laju Erosi Tanah Andosol Desa Cikole Kecamatan Lembang (Hasil Uji Lab.) ...62.. Gambar 4.8 Grafik

pengujian stabilitas sediaan krim. Antioksidan dari ekstrak etanol daun sirsak ini tergolong kuat. Kestabilan sediaan krim dipengaruhi oleh formulasinya. Pada penelitian ini

[r]

Sedangkan pada penelitian Hutami (2010) membuktikan secara parsial risiko pembiayaan mudharabah maupun murabahah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

gabungan, harga emas dunia dan nilai tukar mata uang asing terbukti.. berpengaruh secara signifikan

Approval of the Board of Directors’ report regarding the Company’s performance during the year 2011, including the report of supervisory duty activities of the Board

Nama pengapalan yang sesuai dengan PBB : Tidak diatur Kelas Bahaya Pengangkutan : Tidak diatur Kelompok Pengemasan (jika tersedia) : Tidak diatur. Bahaya Lingkungan :

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA RAGAM TULIS FORMAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN..