• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Hasil Penelusuran Literatur Terkait Pengembangan Kepemimpinan. No. Kata Pencarian Jumlah Artikel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Hasil Penelusuran Literatur Terkait Pengembangan Kepemimpinan. No. Kata Pencarian Jumlah Artikel"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan satu bidang interdisipliner yang baru, meskipun sejak tahun 1960-an telah muncul teori Douglas McGregor dalam bukunya “The human side of Enterprise” yang menulis tentang teori perilaku dalam pengelolaan SDM. Selama satu abad terakhir, hanya sedikit artikel terkait dengan kepemimpinan yang telah diterbitkan dan hanya sedikit yang fokus kepada tujuan dan manfaat pengembangan kepemimpinan. Program pengembangan kepemimpinan (Leadership Development Programs) menjadi sesuatu yang banyak dibahas dalam dua dekade terakhir sebagai respon atas kebutuhan mendesak untuk mempersiapkan pemimpin, baik di sektor publik maupun bisnis yang kompeten dalam menghadapi tantangan dan kondisi ketidakpastian. Meskipun demikian ternyata hanya sedikit yang fokus untuk melakukan evaluasi program tersebut (Ely et al., 2010).

Hasil penelusuran literatur yang telah dilakukan oleh Penulis, diketahui bahwa tema buku-buku dan makalah terkait pengembangan kepemimpinan selama 10 tahun terakhir (tahun 2007-2017) relatif terlalu banyak variasi pilihan judul. Sebagai gantinya ketika beberapa kata kunci dipilih, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1.1 Hasil Penelusuran Literatur Terkait Pengembangan Kepemimpinan

No. Kata Pencarian Jumlah Artikel

1 Leadership Development Programs 12.400 2 Leadership Development Training 12.500 3 Leadership Development Evaluation 6.490

Dari sebanyak 12.400 tulisan tersebut ternyata hanya sebagian kecil saja yang terkait langsung dengan topik tulisan ini. Referensi terkait Program pengembangan kepemimpinan yang diterbitkan sejak tahun 2007 ini menjadi penting karena akan sangat membantu penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

(2)

Terdapat banyak definisi tentang pengembangan kepemimpinan (Leardership Development/LD) itu sendiri, di antaranya adalah:

1. Pengembangan kepemimpinan dalam memperluas kapasitas individu untuk tampil dalam peran kepemimpinan di dalam organisasi. (https://en.wikipedia.org/wiki/ Leadership_development)

2. Sebuah proses untuk memperluas kapasitas organisasi untuk menghasilkan kepemimpinan dalam mencapai tujuan organisasi. (Allen, Conklin, dan Hart, 2008)

3. Mengajarkan kualitas kepemimpinan, termasuk komunikasi, kemampuan untuk memotivasi orang lain, dan manajemen, kepada individu yang mungkin atau mungkin tidak menggunakan keterampilan terpelajar dalam posisi kepemimpinan.

( http://www.businessdictionary.com/definition/leadership-development.html)

4. Pengembangan kepemimpinan yang mengacu pada kegiatan yang akan meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan kepercayaan pemimpin. (https://www.hrzone.com/hr-glossary/what-is-leadership-development)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kepemimpinan merupakan suatu program pengembangan kualitas kepemimpinan yang terpadu terhadap individu dan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2007-2008 setelah sebelumnya juga terjadi awal tahun 1990 serta awal tahun 2000-an, telah menyadarkan para pemimpin/pejabat terhadap adanya tantangan akibat meningkatnya tingkat kompleksitas dan ketidakpastian dunia saat ini. Sebagai contoh adalah saat terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2008 yang dikenal sebagai krisis subprime mortgage akibat macetnya kredit perumahan di AS yang dampaknya dirasakan juga oleh hampir semua negara di dunia, termasuk di Indonesia yang ditandai oleh anjloknya kinerja eksport dan defisit neraca pembayaran dan nilai tukar rupiah.

Tantangan yang dihadapi para pejabat pemerintah pada era global saat ini berubah dengan sangat cepat, baik dari segi pola maupun tingkat

(3)

kompleksitasnya. Pada beberapa dekade terakhir ini, kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya di dunia mengalami perubahan yang sangat pesat. Hubungan perdagangan, kemajuan pengetahuan dan teknologi, serta kerjasama internasional telah merubah pola kehidupan bernegara dan bermasyarakat di semua negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Kekhawatiran terhadap kondisi saat ini ternyata juga dialami oleh dunia usaha. Hasil studi IBM terhadap lebih dari 1.541 CEO, General Manager, dan pemimpin sektor publik dari 60 negara serta 33 industri mengungkapkan bahwa kompleksitas lingkungan bisnis merupakan fokus perhatian mereka nomor satu saat ini. Kekhawatiran para CEO ini adalah apabila organisasi mereka tidak siap dan tidak dipersiapkan untuk menghadapi situasi yang semakin kompleks tersebut (IBM, 2010). Kondisi ini telah merubah pandangan para pemimpin, baik di sektor bisnis maupun publik.

Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa kriteria yang membuat lingkungan global saat ini sulit untuk dikelola, antara lain:

 Permasalahan saling berhubungan, jarang yang berdiri sendiri (kompleks).  Informasi dalam sistem sangat ambigu, tidak lengkap, atau susah

dimengerti. Interaksi antarelemen sistem bersifat nonlinier dan tertutup rapat sehingga perubahan kecil dapat menghasilkan efek besar yang tidak proporsional.

 Solusi muncul dari dinamika yang ada dalam sistem dan tidak dapat dipaksakan dari luar dengan hasil yang dapat diprediksi.

 Memahami situasi yang terjadi, tidak hanya mengarahkan pandangan ke depan karena unsur dan kondisi sistem akan terus berubah.

Tingkat interkoneksi dan interdependensi merupakan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perubahan lingkungan global ini berskala luas, substansial, dan drastis yang bukan saja akan merubah tatanan sektor bisnis saja tetapi juga struktur sosial. Perubahan ini akan mepengaruhi lingkungan kerja di mana para pemimpin tersebut bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh sektor bisnis dan publik di masa mendatang bukan lagi hanya sebuah tantangan kepemimpinan, namun telah

(4)

berkembang menjadi sebuah tantangan pengembangan (proses menumbuhkan pemikiran yang lebih besar lagi).

Tantangan kepemimpinan ini telah digambarkan oleh Nick Petrie (2014) sebagai berikut:

 Kondisi lingkungan kerja lebih kompleks, mudah berubah, dan tidak dapat diprediksi.

 Keterampilan kepemimpinan juga telah berubah, dibutuhkan kemampuan berpikir yang lebih kompleks dan adaptif.

 Metode yang saat ini digunakan untuk pengembangan kompetensi kepemimpinan belum banyak berubah (banyak).

 Mayoritas pemimpin dikembangkan dari hasil pengalaman kerja, Pelatihan, dan Coaching/ Mentoring.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa lingkungan baru yang ditandai oleh peningkatan tingkat kompleksitas dan keterkaitan ini harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan manajemen dari para pemimpin untuk menghadapinya.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eddie Blast (2007) menunjukkan bahwa sebagian besar pengembangan kepemimpinan saat ini masih berkutat pada bagian kepemimpinan yang terlihat, dapat diverifikasi, dan eksplisit. Pengetahuan dan pengalaman (tacit knowledge) para pemimpin yang merupakan kemampuan inti yang tidak tampak, seringkali cenderung diabaikan, padahal kemampuan ini seharusnya menjadi hal penting dalam sebuah program pengembangan kepemimpinan. Saat ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam program kepemimpinan dan manajemen yang lebih menyasar kepada sisi manusianya dengan fokus kepada individu dari pada proses manajemennya sendiri. Perubahan paradigma kepemimpinan masa depan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

(5)

FOKUS SAAT INI FOKUS MASA DEPAN Apa kepemimpinan? Apa dan bagaimana

pengembangannya?

Pengembangan horisontal Pengembangan horisontal dan vertikal Lembaga pelatihan/SDM;

Pengembangan mandiri

Setiap orang mengembangkan diri Kepemimpinan ada pada individu Kepemimpinan kolektif menyebar ke

seluruh jaringan Sumber: Nick Petrie, 2014

Tantangan kepemimpinan ini harus mampu dijawab oleh institusi/ lembaga pendidikan dan pelatihan yang bergerak dalam pengembangan kepemimpinan. Program pengembangan kepemimpinan yang tepat dianggap sebagai komponen kunci dalam membentuk para pemimpin yang mampu menjawab tantangan global saat ini. Melalui pengembangan kapasitas kepemimpinan, sebuah lembaga/institusi pemerintah diharapkan mampu mencapai tujuan mereka secara efektif dan efisien.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa ketepatan dalam merancang sebuah program pengembangan kepemimpinan akan sangat dipengaruhi oleh ketepatan dalam penentuan kurikulum/silabus, materi, metode, dan sistem evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan. Pendekatan penelitian yang dilakukan mengacu pada keberadaan program Diklat Kepemimpinan yang ada di Indonesia saat ini dan dampaknya terhadap peningkatan kapasitas kepemimpinan pejabat publik saat ini.

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara program pengembangan kepemimpinan saat ini dengan kebutuhan, khususnya di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Program pengembangan ini terutama terkait model desain pembelajaran yang terdiri atas kompetensi dan metode pembelajaran yang dikembangkan.

Untuk menilai apakah penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV yang telah diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia telah mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan, maka perlu dilakukan penelitian

(6)

terhadap penyelenggaraan diklat pada tahun 2017 tersebut. Tulisan ini nantinya diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyaan terkait penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan yang telah diselenggarakan selama ini, antara lain:

1) Seberapa besar manfaat setiap mata Diklat pada setiap agenda pembelajaran Diklat Kepemimpinan?

2) Seberapa besar efektivitas penyelenggaraan program Diklat kepemimpinan yang ada saat ini?

3) Apa yang masih kurang dalam program pengembangan ini?

Beberapa pertanyaan tersebut diharapkan dapat terjawab melalui penelitian yang dilakukan ini.

Manfaat penelitian ini bagi Widyaiswara dapat menjadi umpan balik untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan bagi pihak penyelenggara menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya dan bagi para pengambil kebijakan diharapkan dapat menjadi masukan untuk pengembangan diklat kepemimpinan ke depannya.

D. Metode Penelitian

Tulisan ini merupakan kajian terkait trend pengembangan kepemimpinan (Leadership Development Programs) yang berkembang saat ini. Pembahasan akan difokuskan kepada keberadaan program pengembangan kepemimpinan yang ada di Indonesia, terutama pada sektor publik (pemerintahan), meliputi peran penting, tujuan, pola, dan efektivitasnya.

Obyek dalam penelitian ini adalah para alumni Diklatpim Tingkat IV di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui studi literatur yang terkait langsung dengan program pengembangan kepemimpinan yang ada saat ini dan penyebaran kuesioner. Pendekatan ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Penulis melalui rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah diajukan yang diharapkan akan menggambarkan kejadian, fakta, keadaan, fenomena, atau variabel yang terjadi pada saat penelitian berlangsung guna menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian dilakukan

(7)

pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta tersebut. Skala Likert (Likert Scale) digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat para alumni diklat kepemimpinan tersebut. skala Likert merupakan skala yang berisi lima tingkat jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap statemen atau pernyataan yang dikemukakan mendahului opsi jawaban yang disediakan. Pertanyaan-pertanyaan kuesioner ini dilakukan secara terbuka dan tertutup (open and closed question) guna memberikan kesempatan kepada para responden apabila memiliki pendapat yang berbeda. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 53 orang alumnus Diklatpim Tingkat IV tahun 2017 dengan tingkat kesalahan 5% (significance level).

(8)

BAB II

PROGRAM PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN

A. Model Pengembangan Kepemimpinan

Sumber daya manusia dalam suatu organisasi dianggap memiliki posisi vital (human capital) karena akan menjadi kekuatan pendorong di balik pencapaian tujuan sebuah organisasi, baik dalam fungsi operasional, efektivitas, dan keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Oleh karena itu, penting bahwa para pemimpin dalam sebuah organisasi kompeten, berintegritas, terinspirasi, dan termotivasi dalam tugas yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada semua tingkat manajerial di pemerintahan, pejabat publik harus mampu melaksanakan fungsi manajerial dan sekaligus memimpin implementasinya.

Dalam hal ini pengembangan kepemimpinan menjadi penting karena adanya kebutuhan akan pemimpin publik yang berpengetahuan luas dan terlatih di semua tingkatan manajerial yang bertanggung jawab kepada tugas dan fungsinya dalam penyediaan layanan publik. Beberapa pembahasan tentang program pengembangan kepemimpinan yang ditemukan dalam literatur, terkait dengan struktur dan metode pelatihan serta ranah kompetensi yang selama ini dikembangkan, meliputi kemampuan kognitif, sosio-emosional dan perilaku, serta keterampilan dan pengetahuan. Pengembangan kepemimpinan di dalam institusi, baik sektor bisnis maupun pemerintahan menjadi hal yang selalu diperdebatkan. Ketidakpuasan terhadap pola pendekatan program pengembangan kepemimpinan model lama telah menyebabkan diversifikasi dalam berbagai inisiatif program yang ditawarkan.

Sejumlah trend program pengembangan kepemimpinan tersebut dapat dilihat melalui beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, diantaranya:

1. United States Office of Personnel Management

Kajian ini mencakup matriks kompetensi pengembangan kepemimpinan yang berisi 20 kompetensi kepemimpinan inti dan enam (6) kompetensi dasar serta metode pembelajaran yang dilakukan. Matrik Pengembangan

(9)

kepemimpinan yang direkomendasikan tersebut akan dijelaskan dalam Tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1 Matrik Pengembangan Kompetensi Kepemimpinan

Aspek Kompetensi Deskripsi

Kompetensi Inti

A. Memimpin perubahan (Leading Change): 1. Kreativitas dan

Inovasi

Mengembangkan wawasan baru dalam berbagai situasi; mempertanyakan pendeatan konvensional; mendorong gagasan dan inovasi baru; merancang dan menerapkan program/proses baru atau mutakhir. 2. Kesadaran eksternal Memahami dan terus mengikuti kebijakan dan tren

lokal, nasional, dan internasional yang mempengaruhi organisasi dan membentuk pandangan para pemangku kepentingan; menyadari dampak organisasi terhadap lingkungan eksternal.

3. Fleksibilitas Terbuka untuk perubahan dan informasi baru; dengan cepat menyesuaikan diri dengan informasi baru, perubahan kondisi, atau hambatan tak terduga

4. Gaya Lenting

(Resiliensi) Menghadapi tekanan secara efektif; tetap optimis dangigih, bahkan di bawah kesulitan. Pulih secara cepat dari kegagalan

5. Berpikir Strategis Merumuskan tujuan dan prioritas, dan menerapkan rencana yang konsisten dengan kepentingan jangka panjang organisasi di lingkungan global. Memanfaatkan peluang dan mengelola risiko

6. Visioner Memiliki visi jangka panjang dan membangun visi bersama dengan orang lain; bertindak sebagai katalisator untuk perubahan organisasi. Mempengaruhi orang lain untuk mewujudkan visi ke dalam tindakan

B. Memimpin Orang (Leading People)

1. Manajemen Konflik Mendorong cara berpikir kreatif dan perbedaan pendapat. Mengantisipasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah konfrontasi yang kontra-produktif. Mengelola dan menyelesaikan konflik dan pertentangan secara konstruktif

2. Memanfaatkan perbedaan (Leveraging Diversity)

Memupuk tempat kerja yang inklusif dimana keragaman dan perbedaan individu dinilai dan dimanfaatkan untuk mencapai visi dan misi organisasi 3. Mengembangkan

anak buah (Developing Others)

Mengembangkan kemampuan orang lain untuk berkinerja baik dan berkontribusi pada organisasi dengan memberikan umpan balik yang berkelanjutan dan dengan memberikan kesempatan untuk belajar

(10)

melalui metode formal dan informal 4. Membangun Tim

(Team Building)

Menginspirasi dan menumbuhkan komitmen tim, semangat, kebanggaan, dan kepercayaan. Memfasilitasi kerjasama, dan memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan kelompok

C. Hasil yang Diinginkan (Result Driven)

1. Akuntabilitas Bertanggung jawab atas diri sendiri dan orang lain atas hasil yang terukur berkualitas tinggi, tepat waktu, dan hemat biaya. Menentukan tujuan, menetapkan prioritas, dan mendelegasikan pekerjaan. Menerima tanggung jawab atas kesalahan. Mematuhi sistem pengendalian dan peraturan yang ada

2. Pelayanan Pelanggan

Mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan pelanggan internal maupun eksternal. Memberikan produk dan layanan berkualitas tinggi; berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan

3. Ketegasan Membuat keputusan dengan baik, efektif, dan tepat waktu, bahkan ketika data terbatas atau solusi menghasilkan konsekuensi yang tidak menyenangkan; merasakan dampak dan implikasi keputusan

4. Kewirausahaan Mengidentifikasi peluang untuk mengembangkan dan memasarkan produk dan layanan baru di dalam atau di luar organisasi. Bersedia mengambil risiko; menginisiasi tindakan yang melibatkan risiko yang disengaja untuk mencapai keuntungan atau keuntungan yang diakui

5. Pemecahan

Masalah (Problem Solving)

Mengidentifikasi dan menganalisis masalah; berat relevansi dan akurasi informasi; menghasilkan dan mengevaluasi solusi alternatif; membuat rekomendasi 6. Kredibilitas Teknis Memahami dan menerapkan secara tepat prosedur,

persyaratan, peraturan, dan kebijakan yang terkait dengan keahlian khusus

D. Ketajaman Bisnis 1. Manajemen Keuangan, Human Capital Management, Manajemen Teknologi Manajemen Keuangan:

Memahami proses keuangan organisasi. Menyiapkan, mengoreksi, dan mengelola anggaran program. Mengawasi pengadaan dan kontrak untuk mencapai hasil yang diinginkan. Memonitor pengeluaran dan menggunakan pemikiran biaya-manfaat untuk menetapkan prioritas.

Human Capital Management:

Membangun dan mengelola tenaga kerja berdasarkan tujuan organisasi, pertimbangan anggaran, dan

(11)

kebutuhan kepegawaian. Memastikan bahwa karyawan direkrut dengan tepat, dipilih, dinilai, dan diberi penghargaan; mengambil tindakan untuk mengatasi masalah kinerja. Mengelola tenaga kerja multi sektor dan berbagai situasi kerja

Manajemen Teknologi:

Terus mengupdate perkembangan teknologi. Membuat penggunaan teknologi yang efektif untuk mencapai hasil. Memastikan akses dan keamanan sistem teknologi.

2. Kemitraan Mengembangkan jaringan dan membangun aliansi, bekerja sama melintasi batas-batas untuk membangun hubungan strategis dan mencapai tujuan bersama.

3. Kecerdasan Politik Mengidentifikasi politik internal dan eksternal yang berdampak pada pekerjaan organisasi. Menyadari realitas organisasi dan politik dan bertindak sesuai. 4. Mempengaruhi /

Negosiasi

Meyakinkan orang lain; membangun konsensus melalui memberi dan menerima; mendapatkan kerja sama dari orang lain untuk mendapatkan informasi dan mencapai tujuan

Kompetensi Dasar 1. Interpersonal

Skills

Perlakukan orang lain dengan sopan, sensitif, dan hormat. Mempertimbangkan dan merespons secara tepat kebutuhan dan perasaan orang yang berbeda dalam situasi yang berbeda

2. Komunikasi Tertulis Menulis dengan jelas, ringkas, teratur, dan meyakinkan bagi khalayak yang dituju

3. Komunikasi Lisan Membuat presentasi lisan yang jelas dan meyakinkan. Mendengarkan secara efektif; Menejelaskan informasi sesuai kebutuhan

4. Integritas/ Kejujuran Berperilaku dengan jujur, adil, dan etis. Menunjukkan konsistensi dalam kata-kata dan tindakan. Model standar etika tinggi

5. Pembelajaran

Berkelanjutan Menilai dan mengenali kekuatan dan kelemahan dirisendiri; mengejar pengembangan diri 6. Motivasi Pelayanan

Publik

Menunjukkan komitmen untuk melayani masyarakat. Memastikan bahwa tindakan memenuhi kebutuhan masyarakat; menyelaraskan tujuan dan praktik organisasi dengan kepentingan publik

Kompetensi pengembangan kepemimpinan di USA terdiri atas kompetensi inti dan kompetensi dasar. Kompetensi inti terdiri dari empat elemen, yaitu: 1. Kemampuan untuk memimpin perubahan (leading change);

(12)

2. Kemampuan untuk memimpin orang (leading people);

3. Kemampuan untuk menghasilkan produk yang diinginkan (result driven). 4. Kemampuan untuk mengasah ketajaman bisnis (sense of business). Sedangkan kompetensi dasar yang terdiri dari beberapa kompetensi penunjang manajerial, seperti interpersonal skill, komunikasi, integritas, pengenalan potensi diri, dan motivasi. Sedangkan aktivitas pembelajaran yang dibangun dalam program pengembangan kepemimpinan dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Aktivitas Pembelajaran dalam Program Pengembangan

Kepemimpinan

Aspek Kompetensi Deskripsi

1. Dipimpin instruktur Pelatihan difasilitasi oleh instruktur secara on line dan tatap muka

2. Program pelatihan terstruktur; formal; lokakarya

keterampilan; berbasis web

Ceramah teori, model, prinsip dan keterampilan kepemimpinan. Peserta diberikan ceramah, demonstrasi, dan latihan untuk menumbuhkan pengetahuan dan keterampilan.

3. Diskusi Kasus Metode pendekatan studi kasus organisasi, melalui pembelajaran menganalisis dan mendiskusikan kasus secara kelompok, menetapkan strategi solusi secara tepat

4. Keragaman Pengalaman

Variasi pengalaman yang melibatkan peserta dengan beberapa skenario masalah terstruktur yang bervariasi dalam jenis solusi yang dibutuhkan untuk menghasilkan kesuksesan 5. Asimilator Budaya Pelatihan asimilasi budaya berbasis komputer di

melalui serangkaian sketsa antar budaya dan pertanyaan tentang nuansa dan perbedaan budaya diikuti dengan timbal balik.

6. Kegiatan berbasis pengalaman

Aktivitas eksperiensial memungkinkan peserta menghasilkan pertanyaan terapan dan dijawab pertanyaan melalui display komputer

7. Action learning; Active learning

Pembelajaran tindakan dan aktif melalui pendekatan mandiri untuk belajar di mana individu dan tim mengembangkan dan menyajikan solusi untuk masalah organisasi yang sebenarnya

8. Latihan tantangan outdoor; Program pertumbuhan pribadi

Latihan tantangan luar lapangan dalam tim yang berorientasi fisik untuk menumbuhkan kepercayaan tim, komunikasi tim, dan kerjasama interpersonal. Program pertumbuhan pribadi lebih memfokuskan pengambilan keputusan dan eksplorasi diri untuk menumbuhkan kesadaran diri yang lebih besar

(13)

9. Pembelajaran Pelayanan

Pembelajaran layanan secara aktif dimana tugas dan masalah utama terhadap layanan masyarakat sebagai fokus utama

10. Perencanaan Skenario Peserta mempertimbangkan dan mengembangkan beberapa alternatif strategis masa depan untuk organisasi melalui diskusi, kemudian mengambil keputusan, dan sebagai pembelajaran organisasi

11. Pelatihan dari

kesalahan Manajemen

Peserta didorong untuk bereksperimen dengan solusi yang berbeda, dan belajar dari kesalahan yang mereka buat dalam pemecahan masalah. 12. Simulasi; Permainan Peserta dengan skenario masalah yang realistis

mengharuskan mereka berperan dalam menghasilkan solusi.

13. Pemodelan perilaku; Pemodelan dan Bermain peran

Pemodelan adalah pendekatan pelatihan yang melibatkan meniru penggunaan perilaku dan keterampilan yang ditargetkan dalam konteks yang didefinisikan.

14. Tugas-tugas Pengembangan

Tugas pengembangan dirancang untuk memperluas dan mengembangkan keterampilan melebihi keahlian yang dimiliki untuk memenuhi persyaratan kinerja kepemimpinan yang lebih kompleks

15. Rotasi pekerjaan Peserta dipindahkan ke posisi lain di organisasi untuk belajar tentang berbagai bidang fungsional dan memperoleh pengetahuan dan keterampilan kerja baru

16. Seminar / Lokakarya (Stamping in

assignments)

Peserta didik diberi kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan yang diperoleh dalam kursus dan lokakarya formal

17. Hubungan Perkembangan (Developmental Relationships)

Secara formal atau informal dan melibatkan satu individu untuk mengambil minat aktif dan memulai tindakan untuk memajukan pengembangan orang lain

18. Coaching Coaching melibatkan interaksi antara pelatih dan pemimpin yang berfokus pada pengembangan pemahaman diri pemimpin, penyusunan rencana perkembangan individu, dan bimbingan serta dukungan dalam memenuhi rencana tersebut. 19. Jejaring Pembentukan kemitraan dalam pembelajaran, di

mana peserta didik memperoleh sumber dukungan sosial untuk usaha perkembangan mereka

20. Mentoring Mentoring adalah proses di mana anggota organisasi yang lebih berpengalaman dan senior memberikan dukungan pengembangan dan nasehat karir kepada anak didik yang kurang berpengalaman dan lebih junior. Mentor juga dapat membantu anak didik mendapatkan

(14)

pemahaman yang lebih baik mengenai lingkungan organisasi dan strategis yang kompleks

21. Panduan Adaptif Panduan adaptif melibatkan penyediaan informasi kepada peserta didik tentang strategi pengembangan dan pembelajaran mereka yang paling sesuai

22. Penilaian & Tanggapan (Assessments & Feedback)

Umpan balik dari banyak sumber adalah proses perolehan umpan balik kinerja dari berbagai penilaian dan sumber, termasuk atasan, atasan, dan bawahan.

23. Pengembangan diri Adalah proses belajar yang dimulai dari sendiri dan proaktif dimana peserta bertanggung jawab: (a) menilai kekuatan dan kebutuhan

perkembangan mereka sendiri,

(b) merancang dan menyelesaikan kurikulum instruksional mereka, dan

(c) mengevaluasi kemajuan pembelajaran mereka sendiri

2. Leadership Development Programs di India

Data ini diambil dari hasil kajian dari Harvard Business Publishing yang bertanggung jawab untuk menyediakan solusi atas pengembangan kepemimpinan yang berkualitas kepada Pemerintah India pada tahun 2011. Tren ini berpusat pada kebutuhan organisasi agar lebih cepat mengembangkan para pemimpin mereka dalam menghadapi tantangan yang berkembang, terutama bidang ekonomi.

a. Pemimpin di India harus memiliki kematangan

Penjelasan atas arti pendewasaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.3. Arti Pendewasaan Bagi Pemimpin di India

Aspek

Kompetensi Deskripsi

Kesadaran Diri: Sadar akan kekuatan dan kelemahan sendiri dan gaya kepemimpinan pribadi

Kecerdasan Emosional:

Menyadari emosi sendiri dan orang lain dan kemampuan mengelola emosi dengan cara yang lebih baik

Nilai

Kepemimpinan: Percaya dan menunjukkan nilai kepemimpinan.Menjadi kuat pada etika Kepemimpinan

Orang:

(15)

b. Kemampuan strategis untuk mengelola pertumbuhan

Keterampilan strategis ini diperlukan untuk menyeimbangkan antara kemampuan strategi dan operasional. Guna menutup kesenjangan ini, maka harus memiliki kemampuan antara lain:

Tabel 2.4. Kemampuan Strategis Manajerial Aspek

Kompetensi Deskripsi

Berpikir Strategis: Kemampuan untuk melihat isu-isu besar seperti persaingan pasar, tekanan bisnis global, dan pertumbuhan, dan kemudian menerjemahkannya ke dalam rencana pelaksanaan nyata.

Manajemen Perubahan dan Inovasi:

Kemampuan untuk menurunkan agenda pemimpin ke tataran organisasi (operasional) dan secara terus menerus merubah lingkungan organisasi untuk mendorong inovasi dan perubahan proaktif.

Talent

Management:

Kemampuan kepemimpinan untuk memimpin, memotivasi, dan menginspirasi orang serta mengembangkan jalur suksesi

Kepemimpinan Global:

Kemampuan untuk memimpin tim yang beragam melintasi budaya yang berbeda (dan terkadang generasi) dan seringkali secara virtual

Ketajaman Bisnis: Kemampuan untuk memahami pendorong utama organisasi/bisnis, mengembangkan proposal bisnis yang baik, dan menunjukkan ketajaman anggaran/ keuangan

c. Pembelajaran melalui inovasi

Organisasi perlu mempercepat pengembangan kepemimpinan melalui pembelajaran aksi inovatif. Organisasi dapat mempercepat pembangunan dengan menggunakan pembelajaran melalui tindakan (misalnya: tugas pekerjaan) secara lebih terstruktur. Program pengembangan simulasi kepemimpinan sebagai alat pembelajaran tindakan akan membantu orang tersebut mempelajari keterampilan baru. Hal ini sejalan dengan Prinsip pengembangan kompetensi kepemimpinan 70/20/10 yang dalam hal ini, 70% melalui tantangan tugas, 20% pengembangan hubungan (jejaring), dan pelatihan secara klasikal (10 persen).

(16)

d. Organisasi membutuhkan solusi pengembangan kepemimpinan yang terukur dan efektif

Organisasi di India membutuhkan solusi terukur yang memungkinkan mereka melatih ratusan pemimpin dengan kompetensi kunci secara cepat (Gambar 2.1). Salah satu alternatif solusi untuk menjawab kebutuhan itu adalah melalui penggunaan metode pembelajaran campuran (Blended Learning). Hal ini dikarenakan pembelajaran campuran menawarkan lebih banyak kesempatan untuk menciptakan solusi pengembangan kepemimpinan yang lebih berkelanjutan daripada yang sekali penyelenggaraan (one-off) saja.

Sumber: Survei dari Harvard Business Publishing (2011)

Gambar 2.1 Kompetensi Kepemimpinan Kunci

Saat ini, hanya sekitar 26% organisasi yang masih menggunakan pelatihan model lama (klasikal). Beberapa kelemahan model lama ini di antaranya, waktu penyelenggaraan lebih lama, biaya tinggi, produktivitas pegawai menurun, dan sulit mengukur keberhasilannya, serta kegagalan untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan.

Sumber: Survei dari Harvard Business Publishing (2011)

Gambar 2.2 Metode Pengembangan Kepemimpinan saat ini Pergeseran metode ini akan merubah pola lama, mulai dari pembelajaran teori dan praktik, metode pembelajaran, sarana dan prasarana, SDM pengajar, hingga pada jumlah anggaran yang dibutuhkan. Blended learning yang memadukan pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis telah menjadi metode pembelajaran yang paling banyak digunakan saat ini.

(17)

Seorang peneliti pada Centre for Leadership Studies, Universitas Exeter yang mengemukakan hasil penelitiannya tentang tren pengembangan manajemen dan kepemimpinan. Perubahan trend tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5. Perubahan Trend Model dalam Pengembangan Kepemimpinan

Trend Dari … Ke …

Jenis

pembelajaran

•Materi pelatihan yang telah ditentukan •Standarisasi •Teoritis/akademis •Intervensi/program pengembangan •Disesuaikan (kustomisasi) •Terapan/berdasarkan tantangan kehidupan nyata

Jangka waktu •Selesai dalam satu penyelenggaraan (one-off)

•Titik awal dan akhir berbeda

•Terus menerus

•Pengembangan berkelanjutan

Format/Metode

pembelajaran •Didaktik/Kognitif: ceramah dan presentasi •Abstrak/ konseptual

•Partisipatif: kegiatan interaktif dan kerja kelompok

•Berdasarkan pengalaman (experiential/reflectif) Lokasi/Tempat •Berbasis kelas

Di luar kelas (off site)

•Campuran berbagai metode pembelajaran (Blended learning)

Berbasiskan kerja maupun off site

Fokus Pelatihan •Pengembangan individu •Generik (umum)

•Pengembangan individu dan kelompok

•Vokasi (untuk maksud dan tujuan tertentu)

Peran penyedia

jasa ••Penyelenggara (supplier)Ekspert ••Partner, kolaborator, dan CoachCo-designer/fasilitator Sifat dukungan •Terbatas

•Terutama menyangkut akreditasi

•Teoritis/akademis

•Hubungan dengan manajemen yang lebih luas

•Terutama berkaitan dengan pengalaman klien

•Coaching dan mentoring

Fakta-fakta di atas menunjukkan adanya perubahan pola pengembangan kepemimpinan hampir di seluruh dunia sebagai respon atas kondisi global saat ini. Hal ini tentu saja akan menjadi tantangan bagi

(18)

pemegang kebijakan dan penyelenggara diklat kepemimpinan di Indonesia saat ini.

Berdasarkan studi literatur di atas, dapat disimpulkan bahwa trend dalam pengembangan kepemimpinan di masa depan, yaitu:

1. Lebih fokus pada pengembangan vertikal

Ada dua tipe pengembangan yang berbeda, yaitu horisontal dan vertikal. Pengembangan vertikal lebih pada bagaimana untuk memfungsikan kewenangan pada setiap level yang berbeda. Perkembangan vertikal akan memberikan keterampilan pribadi untuk mengatasi kondisi lingkungan pekerjaan yang berubah sesuai dengan kewenangannya. Selama ini sebagian besar waktu telah dihabiskan untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku (kompetensi teknis) yang baru, namun hanya sedikit waktu untuk pengembangan kompetensi vertikal (tahapan pengembangan). Pengembangan horizontal dalam diklat kepemimpinan sangat berguna saat masalah organisasi dapat didefinisikan dan dianalisis secara jelas dan ada teknik inovatif yang dikuasai untuk memecahkannya. Para peserta diklat juga akan belajar terkait pengelolaan kegiatan yang melibatkan tim kerja dan stakeholder. Pada pengembangan vertikal, para peserta diklat memasuki tahap pengembangan kompetensi yang lebih tinggi, menyadari tantangan global yang saat ini dengan cara yang lebih komplek dan inklusif dan pola berpikir mereka akan lebih berkembang. Pengembangan kompetensi horisontal bisa diajarkan (dari seorang ahli), karena ini seperti seperti menuang air ke dalam gelas dengan konten baru terkait kompetensi kepemimpinan dan manajerial, sedangkan pengembangan vertikal lebih cenderung kepada tahap kemajuan pemimpin itu sendiri terkait bagaimana mereka menyadari tantangan yang mereka hadapi saat ini (kesiapan mental dan spiritual).

2. Merubah pola tanggung jawab pengembangan kompetensi lebih besar terhadap individu

Orang akan berkembang paling cepat saat mereka merasa bertanggung jawab atas kemajuan kompetensi mereka sendiri. Model pengembangan

(19)

kompetensi pegawai saat ini hanya akan mendorong persepsi bahwa orang/ bagian lain yang akan bertanggung jawab atas perkembangan mereka, misalnya bagian sumber daya manusia, pimpinan, atau atasan mereka. Kita perlu membantu agar orang-orang ini dapat keluar dari pandangan yang salah ini dan menyadari pentingnya pengembangan diri mereka sendiri. Pembelajaran diklat kepemimpinan saat ini harus memungkinkan para peserta diklat untuk membuktikan kemampuannya untuk merancang dan mengimplementasikan suatu perubahan di unit kerjanya.

3. Membentuk pola kepemimpinan kolektif, bukan individu

Pengembangan kepemimpinan saat ini telah menjadi terlalu fokus pada sosok individunya. Terjadi sebuah transisi dari paradigma lama dimana pengembangan kompetensi kepemimpinan ada pada diri (peran seseorang) menuju ke paradigma baru dimana kepemimpinan adalah sebuah proses kolektif yang menyebar ke semua orang yang terkait. Pertanyaan akan berubah dari “Siapakah pemimpinnya? menjadi “bagaimana agar kepemimpinan tersebut dapat mengembangkan kemampuan individu/ kelompok yang dipimpinnya? Hal ini dapat diajarkan melalui pembelajaran kepada peserta diklat tentang pentingnya koordinasi dan kolaborasi serta kemampuan mempengaruhi semua pihak agar mendukung perubahan yang akan dilakukan.

4. Metode pengembangan kepemimpinan lebih difokuskan pada inovasi Belum ada model pengembangan kepemimpinan yang dianggap paling tepat untuk menjawab tantangan kepemimpinan dalam menghadapi masa depan yang semakin kompleks. Program pengembangan kepemimpinan model lama telah gagal untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang dapat membangun kesadaran terhadap budaya kepemimpinan modern. Praktik inovasi akan meningkatkan tingkat pengembangan kompetensi kepemimpinan horizontal para peserta diklat melalui pendekatan yang akan menggabungkan beragam gagasan baru dan berbagi dengan orang lain.

(20)

Perubahan konsepsi dan pendekatan tersebut telah mendorong munculnya sejumlah model pendidikan manajemen dan kepemimpinan yang ditandai dengan adanya trend, meliputi modularisasi yang lebih besar, fleksibilitas, dan pembelajaran berbasis kerja, serta pengembangan yang lebih informal dan personal (Mentoring, Coaching, umpan balik , tugas proyek, dan pembelajaran melalui implementasi serta fasilitasi tim kerja). Inti dari beberapa tren model pengembangan kepemimpinan tersebut adalah adanya perubahan cara pendekatan menjadi lebih fleksibel, berbasis pada pengalaman, lebih informal, dan disesuaikan dengan kebutuhan individu dan organisasi.

B. Program Pengembangan Kepemimpinan di Indonesia

Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan pola baru yang diselenggarakan sejak tahun 2014 telah mencoba mengadaptasi trend pola pengembangan kepemimpinan saat ini sehingga diharapkan dapat menyiapkan para pemimpin perubahan di lingkungan pemerintahan di Indonesia agar siap menghadapi tantangan global saat ini. Penyelenggaraan program diklat kepemimpinan pola lama, dianggap sudah tidak sesuai lagi karena terdapat banyak kelemahan sehingga dibutuhkan sebuah pembaharuan.

Kompetensi yang ingin dibangun pada penyelenggaraan Program Diklat Kepemimpinan Tingkat IV pola baru di Indonesia, sesuai dengan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 20 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV, yaitu agar memiliki kompetensi kepemimpinan operasional untuk merencanakan pelaksanaan kegiatan instansi dan kemampuan mempengaruhi serta memobilisasi bawahan dan pemangku kepentingan strategisnya dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan dengan diindikasikan oleh kemampuan:

1. Membangun karakter dan sikap perilaku integritas sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kemampuan untuk menjunjung tinggi etika publik, taat pada nilai-nilai, norma, moralitas dan bertanggung jawab dalam memimpin unit instansinya.

2. Membuat perencanaan pelaksanaan kegiatan instansi.

3. Melakukan kolaborasi secara internal dan eksternal dalam mengelola tugas-tugas organisasi ke arah efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan instansi.

(21)

4. Melakukan inovasi sesuai bidang tugasnya guna mewujudkan pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif dan efisien.

5. Mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya internal dan eksternal organisasi dalam implementasi kegiatan unit instansinya.

Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya, maka para pejabat struktural di lingkungan KESDM diharapkan telah memiliki kompetensi kepemimpinan tersebut sehingga dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara optimal. Tabel 5 berikut ini adalah mata diklat yang terdapat pada Diklat Kepemimpinan mulai dari Tingkat I hingga IV.

Tabel 2.6. Kompetensi Diklat Kepemimpinan Tingkat I hingga IV Aspek

Kompetensi I II III IV Deskripsi

I. Self Mastery 1. Integritas

(18 JP)

  Mengaktualisasikan integritas dalam mengelola pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja melalui pembelajaran

akuntabilitas, etika, dan aktualisasi akuntabilitas dan etika

2. Pilar-Pilar Kebangsaan (18 JP)

 Menginternalisasi dan mengaktualisasikan nilai dan semangat pilar-pilar kebangsaan dalam mengelola pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja

3. Wawasan Kebangsaan (18 JP)

 Mengaktualisasikan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme dalam

mengelola pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja melalui pembelajaran wawasan kebangsaan dan sikap nasionalisme 4. Standar Etika

Publik (18)

 Menginternalisasi dan mengaktualisasikan etika publik dalam mengelola pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerjanya melalui pembelajaran akuntabilitas, etika, dan aktualisasi akuntabilitas dan etika 5. Sistem

Administrasi Negara R I (9 JP)

 Menjelaskan posisi dan kedudukan unit organisasinya dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (Kelembagaan dan Tata Hubungan Kerja)

(22)

6. Integritas dan Wawasan Kebangsaan (18 JP)

  Kemampuan menunjukkan integritas dan semangat nasionalisme dalam mengelola arah kebijakan organisasi dan isu strategis nasional

II. Diagnosa Perubahan Organisasi: 1. Isu Strategis

(9 JP)

    Membahas isu-isu aktual strategis yang sedang berkembang saat ini, baik yang bersifat instansional, nasional, regional, maupun internasional (sesuai level jabatannya)

2. Diagnostic Reading (18 JP)

    Mengidentifikasi permasalahan dan alternatif pemecahan masalahnya pada “pengelolaan tugas dan fungsi pada unit kerjanya” sesuai level jabatannya

3. Organisasi Berkinerja Tinggi (9 JP)

 Memimpin implementasi strategi organisasinya menuju organisasi yang berkinerja tinggi, melalui kepercayaan publik, manajemen konflik, strategi

komunikasi, dan manajemen sumberdaya organisasi III. Inovasi: 1. Berpikir Kreatif dan Inovatif (18 JP)

 Berpikir kreatif dan inovatif dalam menyusun kegiatan organisasi melalui pembelajaran konsepsi, prinsip, dan strategi berpikir kreatif dan inovatif terkait dengan program organisasi

2. Inovasi (18 JP)

   Menginovasi program organisasi melalui pembelajaran konsepsi, prinsip dan praktik inovasi program organisasi di sektor publik 3. Pengenalan

Potensi Diri (9 JP)

 Mengidentifikasi potensi diri yang relevan dengan kepemimpinan, melalui

pembelajaran pengertian potensi diri dan berbagai jenis potensi diri

4. Pengembanga n Potensi Diri (18 JP)

 Merancang pengembangan potensi diri yang relevan dengan kepemimpinan, melalui pembelajaran konsepsi dan manfaat pengembangan potensi diri, dan rancangan pengembangan potensi

(23)

5. Budaya Kerja untuk

Efektifitas Kepemimpina n (9 JP)

 Membangun budaya kerja untuk efektifitas kepemimpinan melalui pembelajaran pluralisme budaya Indonesia, budaya lokal yang relevan dengan efektifitas

kepemimpinan, hambatan budaya kerja, dan membangun budaya kerja yang kondusif untuk efektifitas kepemimpinan 6. Benchmarking

ke Best Practice (27 JP)

    Mengadopsi dan mengadaptasi

keunggulan organisasi yang memiliki best practice (institusi/lembaga/BUMN) dalam pengelolaan tugas dan fungsi organisasi, melalui pembelajaran benchmarking, knowledge replication, dan knowledge customization

IV. Tim Efektif: 1. Membangun

Tim Efektif (18 JP)

 Membangun kolaborasi yang efektif dengan pemangku kepentingan internal dan eksternal untuk mengelola tugas dan fungsi unit kerjanya melalui pembelajaran identifikasi Pemangku Kepentingan,

pemetaan nilai dan kepentingan Pemangku Kepentingan, dan strategi berkomunikasi 2. Koordinasi

dan

Kolaborasi (9 JP)

 Menerapkan koordinasi dan kolaborasi melalui pembelajaran pengertian, peranan, dan penerapan koordinasi dan kolaborasi dalam mengelola tugas dan fungsi unit kerjanya

3. Membangun Tim Efektif (18 JP)

    Membangun kolaborasi yang efektif dengan pemangku kepentingan internal dan eksternal untuk mengelola tugas dan fungsi unit kerjanya melalui pembelajaran identifikasi Pemangku Kepentingan,

pemetaan nilai dan kepentingan Pemangku Kepentingan, dan strategi berkomunikasi 4. Jejaring Kerja

(9 JP)

 Menata ulang jejaring kerja personal dan organisasi untuk efektIIIitas pengelolaan program melalui pembelajaran konsep dasar jejaring kerja, model dan instrumen penataan jejaring kerja, dan penataan ulang jejaring kerja strategis

(24)

5. Kecerdasan Emosional (18 JP)

 Menerapkan kecerdasan emosional melalui pembelajaran pengertian kecerdasan emosional, peranan kecerdasan emosional dalam kepemimpinan, dan praktik

penerapan kecerdasan emosional V. Proyek Perubahan:

1. Proyek Perubahan (47 JP)

    Memahami konsepsi teori Proyek

Perubahan, penentuan area, ruang lingkup, dan muatan proyek perubahan, menyusun dan menyajikan rancangan proyek

perubahan, mengimplementasikan dan menyajikan hasil implementasi proyek perubahan serta berbagi pengalaman memimpin perubahan

2. Policy Brief (33 JP)

Menyusun dan mempresentasikan, policy brief untuk menangani isu strategis nasional

* JP adalah Jam Pelajaran

Pengembangan kompetensi kepemimpinan ini diberikan melalui kemampuan untuk merancang dan mengimplementasikan proyek perubahan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sedang tahapan penyelenggaraannya dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.

(25)

Tahapan penyelenggaraan Diklat ini memakan waktu pembelajaran sebanyak 893 Jam Pelajaran (JP) dengan rincian 290 JP untuk pembelajaran klasikal (on Class) dan 603 JP atau 67 hari kalender untuk non klasikal. Satu JP adalah 45 menit dan satu harinya 9 JP.

(26)

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kajian Literatur

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur (PPSDMA) telah menyelenggarakan Diklat Kepemimpinan Pola Baru sejak tahun 2017. Peserta Diklat Kepemimpinan adalah para pejabat struktural Eselon III dan IV yang berasal dari internal instansi di Kementerian Energi dan Sumber Daya mineral. (Lihat Tabel 7).

Tabel 3.1. Jumlah dan Peserta Diklatpim Tingkat III dan IV yang

Diselenggarakan di PPSDM Aparatur

Nama Diklat Jumlah Peserta

Diklatpim Tingkat III (Angk. I) 18 peserta Diklatpim Tingkat IV (Angk. I) 20 peserta Diklatpim Tingkat IV (Angk. II) 20 peserta Diklatpim Tingkat IV (Angk. III) 20 peserta

Sumber: Bidang Penyelenggaraaan PPSDM Aparatur

Hasil kajian literatur terhadap Program Pengembangan Kepemimpinan menunjukkan bahwa Diklat Kepemimpinan yang diselenggarakan di Indonesia pada dasarnya telah mengikuti trend model pengembangan kepemimpinan yang dianggap paling efektif saat ini yang diharapkan dapat mencetak para pemimpin di lingkungan KESDM yang siap menghadapi tantangan di masa depan. Namun satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa kompetensi untuk pengembangan kepemimpinan harus bersifat dinamis yang disesuaikan dengan karakteristik lingkungan kerja dan tantangan yang dihadapi sehingga harus disesuaikan dengan kebutuhan organisasi masing-masing.

Struktur organisasi Kementerian ESDM yang terdiri atas 7 (tujuh) unit eselon I memiliki karakteristik lingkungan kerja yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan pemerintah daerah atau Kementerian/lembaga pemerintah yang lain sehingga memiliki kebutuhan kompetensi yang sedikit berbeda (Gambar 4). Kompetensi yang ingin dibangun dalam Diklat

(27)

Kepemimpinan Tingkat I hingga IV saat ini masih bersifat generik sehingga harus ditunjang dengan diklat teknis penunjang manajerial lainnya.

Gambar 4. Struktur Organisasi KESDM

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia Aparatur

Sedangkan dari hasil analisis terhadap model penyelenggaraannya juga menunjukkan telah mengikuti trend model yang berkembang saat ini. (Lihat Gambar 6). Namun dari hasil analisis data yang dilakukan, diketahui adanya sedikit perbedaan terkait dengan pola pengembangan kompetensi kepemimpinan dan metode pembelajaran yang dilakukan, yaitu:

1. Pola pengembangan kompetensi kepemimpinan seharusnya berkelanjutan mengingat bahwa standar kompetensinya saat ini yang bersifat generik.

2. Perlu dipikirkan kompetensi yang lebih dalam untuk tahap pengembangan vertikal (kesiapan mental dan spiritual), karena hal ini akan menjadi salah satu metode untuk membantu para pemimpin berkembang di masa depan.

3. Saat ini metode pembelajaran klasikal pada Diklat Kepemimpinan memakan waktu cukup lama (290 JP) sehingga perlu dipertimbangkan penggunaan metode campuran (blended learning).

4. Evaluasi terhadap kualitas kepemimpinan Peserta diklat (evaluasi peserta) saat ini memang lebih difokuskan kepada inovasi, namun perlu dipikirkan adanya triangulasi (McCauley, 1994). Beberapa metode evaluasi peserta yang dapat dipertimbangkan antara lain, wawancara (interview), tugas-tugas, sikap dan perilaku, dan sebagainya.

(28)

Tabel 3.2 Perubahan Model Pengembangan Kepemimpinan di Indonesia Desain

Pembelajaran Pola Lama Pola Baru

Materi

pembelajaran

•Materi pelatihan yang telah ditentukan (standardisasi) terkait manajemen

stratejik, manajerial, dan pemberdayaan

•Menekankan pada aspek pengetahuan/ konseptual

•Intervensi/program pengembangan kepemimpinan

•Disesuaikan (kustomisasi) •Manajerial dan kepemimpinan •Prinsip belajar berdasarkan

pengalaman di tempat kerja

Jangka waktu •Selesai dalam satu kali penyelenggaraan (one-off) •Titik awal dan akhir

berbeda

On-Off (In class-Off class)

•Pengembangan berkelanjutan namun terbatas pada Proyek Perubahan

Format/ Metode pembelajaran

•Didaktik/kognitif: ceramah, tanya jawab, diskusi, dan demonstrasi/studi kasus, serta presentasi

•Teoritikal/ konseptual

•Partisipatif: ceramah interaktif, diskusi, dan praktik/kerja kelompok/individu dengan bimbingan instruktur

•Berdasarkan pengalaman (experiential/reflectif) dan ada praktik inovasi untuk penerapan kompetensi

Lokasi/ Tempat •Berbasis kelas •Kunjungan lapangan

•Campuran berbagai metode klasikal dan non klasikal (visitasi, praktik,

benchmarking)

•Berbasiskan pekerjaan masing-masing peserta seperti off site

Fokus Pelatihan•Pengembangan kompetensi individu •Generik (umum)

•Pengembangan individu dan kelompok

•Vokasi (untuk maksud dan tujuan tertentu) Peran penyedia jasa/ penyelenggara •Penyelenggaraan (supplier) •Ekspert

Partnership, kolaborator, dan Coach

Co-designer/fasilitator Sifat dukungan •Lebih ke administrasi

(akreditasi) •Teoritis/akademis

•Hubungan dengan manajemen yang lebih luas

(29)

Evaluasi Peserta

•Peserta (sikap dan perilaku) serta penguasaan materi •Widyaiswara

•Penyelenggara •Pasca diklat

•Peserta (perencanaan inovasi dan manajemen perubahan) •Widyaiswara

•Penyelenggara •Pasca Diklat

Meskipun Diklat Kepemimpinan yang diselenggarakan saat ini dianggap telah memberikan dampak manfaat bagi peningkatan kompetensi peserta diklat yang berujung pada peningkatan kinerja di KESDM, namun masih terdapat beberapa kelemahan dalam penyelenggaraanya sehingga perlu upaya perbaikan. Beberapa masukan tersebut menurut Abdullah (2017), antara lain:

a. Perlunya mendatangkan pemateri dari kalangan profesional dan praktisi sebagai narasumber;

b. Perlunya penyamaan persepsi terhadap kriteria penilaian dan format laporan;

c. Perlunya komitmen dan dukungan dari jajaran pimpinan dan staf (instansi pengirim peserta) agar pelaksanaan pembelajaran simulasi kepemimpinan melalui inovasi (Proyek Perubahan) dapat berjalan dengan baik.

Selanjutnya perlu kajian dan evaluasi yang lebih mendalam terkait kompetensi yang telah dibangun dan pola penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan di Indonesia saat ini.

B. Metode Pengumpulan Data Kuesioner Penelitian

Obyek penelitian ini adalah para peserta Diklatpim Tingkat IV yang telah diselenggarakan pada tahun 2017 di PPSDMA. Hasil analisis data yang berupa kuesioner ditambah dengan hasil studi literatur diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap pola dan efektivitas penyelenggaraan Diklatpim yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi diharapkan dapat memberikan saran dan rekomendasi untuk perbaikan penyelenggaraan ke depannya.

Pengambilan data melalui kuesioner dilakukan setelah penyelenggaraan diklatpim berakhir. Data hasil kuesioner kemudian dianalisis

(30)

untuk meperoleh informasi yang diinginkan. Hasil analisis dan pengolahan data kuesioner tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Penentuan jumlah sampel ini menggunakan metode pengambilan non acak dengan metode purposive sampling menggunakan rumus uji kecukupan data dari Slovin:

Dalam hal ini:

n = jumlah sampel minimal

 = tingkat signifikansi/ kepercayaan N = ukuran populasi

Jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dengan tingkat signifikansi  = 0,05, sehingga jumlah sampel minimal adalah:

= 52,17  53 responden 2. Metode Pengolahan data

Setelah kuesioner dilakukan, maka akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas menggunakan perangkat lunak pengolah data SPSS untuk menguji keakuratan dan kehandalan kuesioner penelitian ini. Uji validitas dilakukan untuk memastikan valid atau tidaknya variabel penelitian. Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten.

Hasil pengujian validitas diketahui bahwa semua r hitung > r tabel yang menunjukkan bahwa semua atribut (pertanyaan kuesioner) yang diuji adalah valid, karena nilai r positif dan lebih besar dari pada nilai r tabel = 0,2706.

Hasil uji reliabilitas diketahui bahwa nilai Cronbach’s alpha > 0,7 yang menunjukkan bahwa r Cronbach’s alpha positif dan > r tabel sehingga atribut yang diuji dianggap reliabel.

(31)

C. Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Hasil kuesioner dari para responden diharapkan dapat mengukur sejauh mana kepuasan mereka terhadap Program Diklat Kepemimpinan yang telah diselenggarakan saat ini. Pengukuran tingkat kepuasan ini mencakup manfaat dan efektivitas penyelenggaraan serta pemenuhan kebutuhan kompetensi kepemimpinan mereka. Hasil pengolahan data kuesioner ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bagaimana para peserta Diklat menilai manfaat dari mengikuti program Diklat Kepemimpinan

Setiap responden ditanya sejauh mana pengetahuan dan keterampilan serta perilaku kepemimpinan mereka meningkat dalam setiap sesi pembelajaran mata diklat.

Hasil penelitian pada Tabel 3.3 diketahui bahwa setelah mengikuti pembelajaran dalam Program Diklat Kepemimpinan, para peserta mengalami peningkatan kompetensi hampir di semua mata diklat. Peningkatan kompetensi tertinggi terdapat dalam pembelajaran terkait materi berpikir kreatif dan inovatif (=3,26), identifikasi permasalahan organisasi (=3,23), integritas dan kecerdasan emosi (=3,19). Sedangkan nilai peningkatan terendah adalah kompetensi terkait materi isu-isu aktual strategis (=2,98), Benchmarking (=3,06), Pilar-pilar Kebangsaan dan sistem administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (=3,08), serta membangun tim efektif (=3,09) dan koordinasi dan kolaborasi (=3,11). Perlu penelitian lebih lanjut terkait hasil yang diperoleh belum diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran suatu mata diklat, diantaranya adalah Widyaiswara pengampu, kurikulum, sarana dan prasarana, dan sebagainya.

Tabel 3.3. Persepsi Terhadap Peningkatan Kompetensi kepemimpinan Pernyataan 4 3 2 1 Mean DeviasiStd.

(32)

Kemampuan saya untuk

memahami isu-isu aktual strategis yang sedang berkembang saat ini yang bersifat instansional dan nasional:

15,1 66,0 18,9 0 2,98 0,604

Pemahaman saya tentang bagaimana pentingnya

mengadopsi dan mengadaptasi keunggulan organisasi lain yang memiliki best practice (institusi/ lembaga/ BUMN) dalam

pengelolaan tugas dan fungsi organisasi (Benchmarking):

18,9 66,0 15,1 0 3,06 0,633

Kemampuan saya untuk mengaktualisasikan nilai dan semangat pilar-pilar kebangsaan (Pancasila, UU 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) dalam mengelola pelaksanaan tugas dan fungsi di unit kerja:

15,1 75,5 9,4 0 3,08 0,549

Pemahaman saya tentang posisi dan kedudukan unit organisasi KESDM dalam Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik

Indonesia (Kelembagaan dan Tata Hubungan Kerja):

22,6 60,4 17,0 0 3,08 0,646

Kemampuan saya dalam

membangun kolaborasi yang efektif dengan pemangku kepentingan internal dan eksternal untuk mengelola tugas dan fungsi unit kerja melalui pembelajaran identifikasi, pemetaan nilai dan kepentingan Pemangku

Kepentingan, dan strategi berkomunikasi:

22,6 62,3 15,1 0 3,09 0,658

Kemampuan saya dalam menerapkan koordinasi dan

kolaborasi dalam mengelola tugas dan fungsi unit kerja:

(33)

Kemampuan saya dalam merancang dan melaksanakan suatu perubahan (inovasi) pada pengelolaan tugas dan fungsi di unit kerja:

22,6 66,0 11,3 0 3,13 0,590

Kemampuan saya untuk memahami potensi diri yang relevan dengan kepemimpinan, melalui pembelajaran potensi diri dan berbagai jenis potensi diri:

22,6 67,9 9,4 0 3,15 0,601

Kemampuan saya untuk

mengaktualisasikan etika publik dalam mengelola pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerjanya melalui pembelajaran akuntabilitas, etika, dan aktualisasi akuntabilitas dan etika:

18,9 77,4 3,8 0 3,17 0,470

Kemampuan saya untuk mengaktualisasikan integritas dalam mengelola pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja melalui pembelajaran aktualisasi

akuntabilitas dan etika:

20,8 75,5 3,8 0 3,19 0,521

Kemampuan saya untuk menerapkan kecerdasan

emosional dalam kepemimpinan pada pengelolaan tugas dan fungsi unit kerja:

26,4 64,2 9,4 0 3,19 0,622

Kemampuan saya untuk

mengidentifikasi permasalahan organisasi (instansi) dan

menentukan alternatif pemecahan masalahnya pada pengelolaan tugas dan fungsi unit kerja:

26,9 69,2 1,9 1,9 3,23 0,581

Kemampuan saya untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam

menyusun kegiatan terkait dengan program organisasi melalui

pembelajaran konsepsi, prinsip, dan strategi berpikir kreatif dan inovatif:

(34)

Tabel 3.4 menunjukkan bagaimana kontribusi Program Diklat Kepemimpinan terhadap peningkatan kompetensi peserta diklat dan tingkat kepuasan mereka terhadap penyelenggaraannya.

Hasil pengolahan data kuesioner menunjukkan para responden setuju bahwa materi pembelajaran (mata diklat) dalam diklat kepemimpinan akan bermanfaat karena relevan dan terorganisir sehingga membantu dalam pekerjaan mereka. Widyaiswara, bahan ajar, waktu, dan fasilitas belajar dianggap telah dipersiapkan dengan baik. Tingkat kepuasan dan ketercapaian tujuan pembelajaran sangat tinggi (=4,19 dan =4,15). Peserta diklat merasa didorong untuk selalu berpartisipasi dan berinteraksi (=4,25) selama pembelajaran. Namun, hasil pengukuran terkait relevansi topik/materi pembelajaran dengan kebutuhan peserta diklat dan pengorganisasian materi pembelajaran memiliki nilai terendah (=3,77 dan =3,87) .

Tabel 3.4 Persepsi Terhadap Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Pernyataan 5 4 3 2 1 MeanDeviasiStd.

% % % % %

Pengalaman pembelajaran Diklat Pim ini akan berguna dalam pekerjaan saya

39,6 54,7 5,7 0 0 4.34 0,586

Partisipasi dan interaksi semua

Peserta diklat didorong 34,0 58,5 5,7 1,9 0 4.25 0,648 Secara keseluruhan, Saya puas

dengan Diklat Kepemimpinan ini

26,4 66,0 7,5 0 0 4.19 0,557

Semua pembelajaran Mata Diklat yang diberikan dalam Diklat Kepemimpinan sangat bermanfaat

32,1 50,9 17,0 0 0 4.15 0,690

Tujuan penyelenggaraan

pelatihan terpenuhi 22,0 69,8 7,5 0 0 4.15 0,533 Widyaiswara/Fasilitator memiliki

pengetahuan tentang topik pelatihan

(35)

Widyaiswara/Fasilitator telah dipersiapkan dengan baik dan menyajikannya secara

profesional

15,1 66,0 17,0 1,9 0 3.94 0,633

Waktu yang dialokasikan untuk pembelajaran sudah mencukupi

13,2 67,9 15,1 3,8 0 3.91 0,658 Ruang kelas dan fasilitas

lainnya memadai dan nyaman

18,9 58,5 18,9 1,9 1,9 3.91 0,791

Semua materi pembelajaran dalam Diklatpim terorganisir dan mudah diikuti

15,1 58,5 22,6 3,8 0 3.87 0,680

Bahan/media ajar yang didistribusikan sangat membantu

15,1 58,5 22,6 3,8 0 3.85 0,718

Semua topik/materi

pembelajaran yang dibahas relevan dengan kebutuhan saya

20,8 45,3 26,4 5,7 1,9 3.77 0,912

Hasil jawaban peserta diklat atas pertanyaan apa yang paling disukai dari diklat kepemimpinan ini, terutama adalah terkait bertambahnya wawasan (30,2%) dan bertambahnya jejaring kerja (28,3%), benchmarking (13,2%), dan kebersamaan (13,2%).

Gambar 3.2 Hal yang paling disukai dari Diklat Kepemimpinan Saat ditanyakan tentang aspek yang masih bisa diperbaiki dalam Diklat Kepemimpinan, jawaban para responden adalah metode pembelajaran (21%), kurikulum (19%), sarana dan prasarana (14%), media pembelajaran dan kompetensi Widyaiswara (12%), serta makanan dan mengundang tokoh nasional (5%).

Gambar 3.3 Aspek yang dapat diperbaiki dari Diklat Kepemimpinan 2. Kebutuhan kompetensi Kepemimpinan

Tujuan pertanyaan dalam kuesioner bagian ketiga ini, pertama untuk mengetahui sejauh mana Program Diklat Kepemimpinan yang telah

(36)

diselenggarakan selama ini telah memenuhi kebutuhan kompetensi kepemimpinan para peserta diklat. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui kompetensi kepemimpinan yang dibutuhkan oleh peserta diklat, namun belum diakomodir dalam kurikulum Diklat kepemimpinan Tingkat IV.

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua materi pembelajaran dalam Diklat Kepemimpinan sangat dibutuhkan oleh para responden karena relevan dengan kebutuhan kompetensi pejabat eselon IV. (Lihat Tabel 3.5). Materi kecerdasan emosi, berpikir kreatif dan inovasi, kaji banding (benchmarking), dan membangun tim efektif merupakan empat materi yang menduduki peringkat teratas. Sedangkan materi Proyek Perubahan, Pilar-pilar Kebangsaan dan Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia/SANRI menjadi tiga materi terakhir yang menjadi peringkat terakhir. Meskipun demikian tiga materi ini mendapatkan nilai rata-rata di atas skala 4.

Tabel 3.5. Persepsi Terhadap Materi Pembelajaran dalam Diklat Kepemimpinan

Pernyataan Mean DeviasiStd. Kecerdasan Emosional: Kemampuan untuk

menerapkan kecerdasan emosional dalam mengelola tugas dan fungsi unit kerjanya

4,36 0,591

Berpikir Kreatif dan Inovasi: Kemampuan untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam menyusun kegiatan organisasi

4,34 0,618

Benchmarking ke Best Practice: Kemampuan untuk mengadopsi dan mengadaptasi keunggulan organisasi yang memiliki best practice (institusi/lembaga/ BUMN) dalam pengelolaan tugas dan fungsi organisasi

4,30 0,723

Membangun Tim Efektif: Kemampuan untuk

membangun kolaborasi yang efektif dengan pemangku kepentingan internal dan eksternal untuk mengelola tugas dan fungsi unit kerjanya

4,30 0,540

Isu Strategis: Kemampuan untuk memahami isu-isu aktual strategis yang sedang berkembang saat ini, baik yang bersifat instansional, nasional, regional, maupun internasional

4,28 0,568

Pengenalan Potensi Diri: Kemampuan untuk

(37)

kepemimpinan

Diagnostic Reading: Kemampuan untuk

mengidentifikasi permasalahan dan penentuan alternatif pemecahan masalahnya pada “pengelolaan tugas dan fungsi di unit kerjanya”

4,27 0,744

Inovasi: Kemampuan untuk melakukan inovasi terhadap

kegiatan dan program organisasi 4,26 0,593 Koordinasi dan Kolaborasi: Kemampuan untuk

menerapkan koordinasi dan kolaborasi dalam mengelola tugas dan fungsi unit kerjanya

4,26 0,524

Jejaring Kerja: Kemampuan untuk menata ulang jejaring kerja personal dan organisasi untuk efektifitas

pengelolaan program

4,26 0,560

Standar Etika Publik: Kemampuan untuk

mengaktualisasikan akuntabilitas dan etika publik dalam mengelola pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerjanya

4,21 0,536

Wawasan Kebangsaan: Kemampuan untuk mengaktualisasikan wawasan kebangsaan dan

semangat nasionalisme dalam mengelola pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja

4,19 0,622

Integritas: Kemampuan untuk menerapkan akuntabilitas kinerja dan etika publik dalam mengelola pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja

4,17 0,580

Proyek Perubahan: Kemampuan untuk merancang dan mengimplementasikan perubahan pada pengelolaan tugas dan fungsi di unit kerjanya

4,17 0,727

Pilar-Pilar Kebangsaan: Kemampuan untuk mengaktualisasikan nilai dan semangat pilar-pilar kebangsaan dalam mengelola pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja

4,15 0,770

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia: Kemampuan untuk memahami posisi dan kedudukan unit organisasinya dalam Sistem Administrasi Negara

Kesatuan Republik Indonesia (Kelembagaan dan Tata Hubungan Kerja)

4,11 0,751

Saat ditanyakan terkait kompetensi kepemimpinan yang dibutuhkan oleh para responden namun belum terakomodir dalam kurikulum Diklat Kepemimpinan Tingkat IV, empat kompetensi yang mendapat nilai tertinggi, meliputi Pendelegasian Wewenang, Analytical Thinking and Creative Problem Solving, Pelayanan Publik, dan Leader as a Coach. Kompetensi yang ditawarkan ini diambil dari matrik kompetensi kepemimpinan yang ada saat ini berdasarkan hasil studi literatur yang ada.

(38)

Tabel 3.6 Persepsi Terhadap Kebutuhan Kompetensi Kepemimpinan

Pernyataan Mean DeviasiStd.

Pendelegasian Wewenang: Kemampuan untuk mendelegasikan tugas dan kewenangan secara efektif

4,30 0,575 Analytical Thinking and Creative Problem Solving:

Kemampuan untuk mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan secara kreatif dan inovatif

4,25 0,551

Pelayanan Publik: Menunjukkan kemampuan untuk

meningkatkan pelayanan publik 4,25 0,556

Leader as a Coach: Kemampuan untuk melakukan

Coaching dan mentoring terhadap staf/bawahan 4,25 0,585 Presentation Skill: Kemampuan untuk berkomunikasi

secara efektif melalui presentasi 4,23 0,577 Manajemen Sumber Daya: Kemampuan untuk

mengelola sumber daya organisasi (termasuk sumber daya manusia)

4,23 0,609

Kepemimpinan Efektif: Kemampuan untuk

mengidentifikasi dan menerapkan teori kepemimpinan kunci saat ini dan model-model kepemimpinan efektif

4,21 0.567

Komunikasi Strategis: Kemampuan untuk melakukan komunikasi efektif melalui komunikasi publik dan komunikasi tertulis

4,21 0,600

kepemimpinan efektif: Kemampuan untuk memimpin orang lain

4,19 0,557 Kepemimpinan Visioner: Kemampuan untuk

mengembangkan visi pribadi untuk kepemimpinan 4,17 0,672 Sistem Thinking (Berpikir Sistem): kemampuan untuk

berpikir secara kritis dan analitis 4,17 0,580 Manajemen Proyek: Kemampuan untuk mengelola

kegiatan (project management system) yang efektif dan efisien

4,17 0,612

Manajemen Risiko: Kemampuan untuk mengelola risiko pada pengelolaan program dan kegiatan di unit kerjanya

4,11 0,577

Manajemen Konflik: Kemampuan untuk menerapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam resolusi konflik di organisasi

4,11 0,543

Sedangkan jawaban atas pertanyaan mengenai kompetensi/materi tambahan lainnya yang dapat menunjang kompetensi kepemimpinan para responden. Masing-masing responden cenderung memberikan jawaban yang berbeda satu dengan lainnya. Empat kompetensi/ materi tambahan yang paling diinginkan tersebut meliputi, Problem Solving and Decision

Gambar

Tabel 2.1  Matrik Pengembangan Kompetensi Kepemimpinan
Tabel 2.3.  Arti Pendewasaan Bagi Pemimpin di India Aspek
Tabel 2.4.  Kemampuan Strategis Manajerial Aspek
Tabel 2.5.  Perubahan Trend Model dalam Pengembangan Kepemimpinan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa L 50 Akbar Budi Sulistyo, S.Farm, Apt Balikpapan, 24 April 1981 19810424 201101 1 001 III/c Pelaksana Seksi

tidak menjadikan suatu perjanjian sebagai sumber hukum, dan yang menjadi sumber hukum adalah Undang-Undang Dasar 1945,undang-undang/ perpu, Peraturan Pemerintah,

selaku Koordinator Tugas Akhir atas waktu, bimbingan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian tugas sarjana ini.. Seluruh Dosen Departemen Teknik Industri USU, yang

 Letak berkas pengangkut pada tumbuhan monokotil tersebar, tidak ada kambium... Lalulintas zat

[r]

penyesuaian diri di setiap sekolah. Untuk mengetahui akseptabilitas produk, berdasarkan hasil pengujian buku panduan kemampuan problem solving untuk siswa sekolah

Akibatnya jalan menggunting (Scissor gait), & telapak kakinya jinjit. 3) Kelainan alat gerak akibat tindakan operasi amputasi, fungsi kaki menjadi terhambat

GLS merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah,