• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI ANTARA SIKAP TERBUKA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KORELASI ANTARA SIKAP TERBUKA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

KORELASI ANTARA SIKAP TERBUKA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LIMBOTO BARAT

KABUPATEN GORONTALO OLEH

Nitasari, Maryam Rahim, Meiske Puluhulawa

ABSTRAK

NITA SARI. 111410219. Korelasi Antara Sikap Terbuka dengan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Limboto Barat Kabupaten Goronlao. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, Dra. Hj. Maryam Rahim, M.Pd, dan pembimbing II, Meiske Puluhulawa S.Pd, M.Pd. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan yang positif antara sikap terbuka dengan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Limboto Barat Kabupaten Gorontalo? Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap terbuka dengan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu angket dan observasi. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan uji regresi linear sederhana dan korelasi. Hasil analisis regresi menunjukkan Ỹ=7,71+1,012X, artinya setiap terjadi perubahan peningkatan pada variabel sikap terbuka maka akan diikuti dengan peningkatan variabel komunikasi interpersonal sebesar 1,012, jadi semakin tinggi sikap terbuka maka akan semakin tinggi komunikasi interpersonal siswa. Selanjutnya hasil koefisien korelasi menunjukkan harga r= 0,940 dan harga koefisien determinasi (r2)= 0,88 atau 88% komunikasi interpersonal dijelaskan oleh sikap terbuka dan 12% lainnya dijelaskan oleh faktor lain, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan yang positif antara sikap terbuka dengan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Limboto Barat Kabupaten Gorontalo”, dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian maka dalam rangka mewujudkan komunikasi interpersonal yang efektif hendaknya dikembangkan sikap terbuka pada setiap siswa.

Kata kunci: Sikap Terbuka, Komunikasi Interpersonal. _________________________

1

Nita sari; Sebagai peneliti d SMP Negeri 2 Limboto Barat Kabupaten Gorontalo,

2

Dra. Hj. Maryam Rahim, M.Pd. 3Meiske Puluhulawa, S.Pd, M.Pd selaku Dosen tetap pada Jurusan Bimbingan Dan Konseling pada Universitas Negeri Gorontalo

(3)

3

Menjalani kehidupan bermasyarakat individu dihadapkan dengan pola interaksi dengan individu lainnya. Interaksi yang berlangsung tidak terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Komunikasi yang terjadi merupakan dasar dari semua interaksi yang berlangsung di antara manusia.

Komunikasi merupakan hal penting dalam memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial, dengan komunikasi yang efektif seseorang akan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang abstrak. Remaja yang mempunyai kemampuan komunikasi yang efektif akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan (Effendy, 2007: 2).

Menurut Cangara (dalam Rejeki, 2011) dengan melakukan komunikasi interpersonal dengan baik akan menghasilkan umpan balik yang baik pula. Komunikasi interpersonal diperlukan untuk mengatur tata krama pergaulan antar manusia, sebab dengan melakukan komunikasi interpersonal dengan baik akan memberikan pengaruh langsung pada struktur seseorang dalam kehidupannya.

Terciptanya komunikasi interpersonal yang efektif akan menimbulkan interaksi yang baik antara remaja dan orang dewasa maupun dengan teman sebaya, karena dari komunikasi ini akan tercermin sebuah perhatian yang dibutuhkan oleh remaja dalam proses komunikasi yang berlangsung.

Dalam kenyataannya, berdasarkan observasi yang dilakukan pada siswa SMP Negeri 2 Limboto Barat didapatkan gambaran tentang perilaku siswa dalam komunikasi yang masih belum efektif, hal ini dapat dilihat ketika mereka berkomunikasi kepada teman sebaya mereka maupun teman yang berbeda kelas dengannya mereka cenderung menggunakan kata-kata yang tidak sopan, mengejek teman yang dianggap memilki kekurangan, memaksakan kehendaknya dalam berbicara dengan orang lain, mendominasi pembicaraan, dan kurang memilki empati terhadap lawan bicara.

Perilaku dalam berkomunikasi yang ditunjukan tersebut memilki tujuan semacam menciptakan kesan-kesan yang tidak menguntungkan dalam komunikasi. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui komunikasi

(4)

4

interpersonal individu lebih mampu menciptakan dan mengolah hubungan dengan orang lain dengan lebih baik. Komunikasi interpersonal bisa interaktif apabila individu yang berkomunikasi saling terbuka antara satu dengan yang lainnya.

Sikap terbuka sangat penting dalam melakukan komunikasi interpersonal. Dengan sikap terbuka berarti individu belajar mengenal berbagai karakter kepribadian orang lain (Surya, 2010: 39). Dalam hal ini berarti dengan sikap terbuka individu belajar berbagai karakter kepribadian orang lain yang sedang berkomunikasi dengannya.

Untuk mendukung terwujudnya sikap terbuka dalam komunikasi interpersonal, individu memilki keberanian untuk menjalin interaksi dengan siapa saja. Dalam berinteraksi dengan orang lain, individu membangun kehangatan dan suasana yang menyenangkan dalam berkomunikasi.

Selanjutnya, dengan sikap terbuka individu dapat menerima pendapat maupun kritikan orang lain sebagai masukan yang berharga. Dengan menerima kritikan atau pendapat berarti individu telah memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

Permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sikap terbuka yang belum dimiliki oleh siswa SMP Negeri 2 Limboto Barat secara optimal dalam melakukan interaksi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kecenderungan sikap terbuka yang belum optimal tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal, misalnya sulit mengubah pendapatnya sendiri, tidak mau menerima kritikan dan saran dari orang lain, cenderung tidak mau berbagi pendapat dengan teman jika tidak ditanyai, dan mencari informasi dengan kepercayaannya sendiri.

Memperhatikan kondisi tersebut, maka untuk mengetahui hubungan komunikasi interpersonal dengan sikap terbuka pada siswa SMP Negeri 2 Limboto Barat maka dilakukan penelitian yang berjudul: “Korelasi Antara Sikap Terbuka dengan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Limboto Barat Kabupaten Gorontalo”.

(5)

5 KAJIAN TEORI

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna yaitu komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan (Effendy, 2007:9).

Akan tetapi, komunikasi yang dijelaskan diatas sifatnya dasaraiah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain besedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana seorang individu menyampaikan pesan baik berupa symbol atau kata-kata untuk memberikan pengaruh kepada individu lain.

Komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) didefenisikan oleh Joseph A. Devito sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (dalam Effendy, 2003:60).

Dalam komunikasi interpersonal situasi menjadi sangat penting karena dalam situasi tertentu memungkinkan berlangsungnya komunikasi secara timbal balik. Komunikasi secara timbal balik dalam hubungan interpersonal menunjukkan adanya interaksi. Orang yang terlibat dalam komunikasi ini berperan ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi yang timbal balik tampak adanya upaya dari individu yang saling berkomunikasi untuk terjadinya pengertian bersama dan menumbuhkan empati.

Disebutkan juga dalam komunikasi interpersonal proses psikologis merupakan bagian yang tak terpisahkan, hal ini terjadi karena dalam komunikasi interpersonal kita mencoba menginterpretasikan diri kita sendiri, diri orang lain dan hubungan yang

(6)

6

terjadi. Kesemuanya terjadi melalui suatu proses pikir yang melibatkan penarikan kesimpulan (Senjaya, 2007:21).

Komunikasi interpersonal memilki pemahaman yang mendalam terhadap sebuah hubugan yang dijalin anatara pelaku komunikasi, karena sifat dan mutu hubungan yang baik antara individu akan tampak dalam komunikasi yang efektif dimana terjadi umpan balik yang baik diantara individu yang saling berkomunikasi.

Bentuk-bentuk Komunikasi Interpersonal Siswa

Salah satu langkah untuk meningkatkan hubungan interpersonal yang baik di antara individu yaitu dengan melakukan komunikasi yang baik di antara sesama. Karena sebagai individu yang hidup berinteraksi dengan orang lain seringkali masyarakat menilai perilaku seseorang, baik itu perilaku dalam berkomunikasi. Dalam hal ini individu dapat menggolongkan dengan siapa ia berhubungan sehingga tercipta komunikasi yang baik dan efektif.

Hubungan yang baik tidak terjadi begitu saja dan juga tidak tumbuh dan terpelihara secara otomatis, maksudnya bahwa kebanyakan orang yang berakal sehat tahu bahwa hubungan memerlukan usaha. Hubungan pribadi ialah dimana orang mengungkapkan informasi terhadap satu sama lain dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi satu sama lain. Dalam hal ini Verdeber (Budyatna & Ganiem, 2011:37) menggolongkan orang dengan siapa individu berhubungan sebagai kenalan, teman, atau keluarga. Berdasarkan hal tersebut maka bentuk-bentuk komunikasi interpersonal siswa dibagi menjadi 3 yakni:

a. Komunikasi dengan guru

Guru dan siswa merupakan dua komponen yang dapat dianalogikan seperti teori simbiosis mutualisme yaitu peran yang saling menguntungkan satu dengan yang lain. Jika salah satu komponen saja yang aktif tentunya tidak akan menghasilkan dampak yang maksimal. Sebagai timbal balik kemampuan komunikasi yang baik , siswa sebagai peserta didik hendaknya memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik kepada guru. Interaksi komunikatif seperti inilah yang akan mendatangkan

(7)

7

kenyamanan siswa serta mendatangkan dampak positif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah (Rozaq, 2012: 2).

Berdasarkan penjelasan di atas, dipahami bahwa dalam berkomunikasi dengan guru seorang siswa dituntut untuk berkomunikasi dengan cara yang baik yaitu mendengar secara aktif dan tidak hanya menyerap informasi secara pasif, menggunakan bahasa yang baik serta mampu menghargai seorang guru.

b. Komunikasi dengan orang tua

Menurut Galvin & Brommel (Budyatna & Ganiem, 2011:169) Sebuah keluarga adalah sebuah kelompok manusia yang memilki hubungan yang akrab yang mengembangkan rasa berumah tangga dan identitas kelompok, lengkap dengan ikatan yang kuat mengenai kesetiaan dan emosi, dan mengalami sejarah dan menatap masa depan.

Kebanyakan fungsi mengenai system keluarga merupakan produk dari komunikasi didalam keluarga. Verdeber (Budyatna & Ganiem, 2011:169) mengemukakan paling tida komunikasi keluarga memilki tiga tujuan utama bagi para anggota keluarga individu.

1) Komunikasi keluarga berkontribusi bagi pembentukan konsep diri

Salah satu tanggung jawab utama yang dimiliki para anggota keluarga terhadap satu sama lain ialah berbicara yang meliputi unsure-unsur komunikasi verbal maupun nonverbal dengan cara yang akan berkontribusi bagi pengembangan konsep diri yang kuat bagi semua anggota keluarga terutama anak-anak.

2) Komunikasi keluarga memberikan pengakuan dan dukungan yang diperlukan Tanggung jawab kedua adalah berinteraksi terhadap satu sama lain dengan cara-cara yang mengakui dan mendukung secara-cara individual. Pengakuan dan dukungan membantu para anggota keluarga merasa diri mereka berarti dan membantu mereka mengatasi pada masa-masa sulit dimana setiap individu akan mengalaminya.

3) Komunikasi keluarga menciptakan model-model

Tanggung jawab yang ketiga ialah berkomunikasi demikian rupa yang dapat bertindak sebagai model atau contoh mengenai komunikasi yang baik bagi para anggota keluarga yang lainnya.

(8)

8

Jika komunikasi antara anak dan orang tua terbuka, maka memungkinkan para anggota keluarga untuk saling mengetahui satu sama lain dengan baik. Dalam berkomunikasi dengan orang tua, remaja dituntut untuk mampu mendengarkan, memahami dan menanggapi dengan baik persoalan yang dibicarakan bersama.

c. Komunikasi dengan teman

Teman adalah mereka dengan siapa individu telah mengadakan hubungan yang lebih pribadi secara sukarela. Komunikasi dengan teman sebaya dapat berlangsung ketika individu yang awalnya hanya berbicara mengenai suatu persoalan mengenai pelajaran yang telah selesai berlangsung, kemudian antara individu tersebut memutuskan untuk pergi bersama dan merasa mendapatkan kecocokan terhadap satu sama lain dan akhirnya menjadi teman (Budyatna & Ganiem, 2011:37).

Samter (Budyatna & Ganiem, 2011:38) menjelaskan lima kompetensi penting yang perlu dalam hubungan persahabatan atau teman: Inisiasi, Sifat mau

mendengarkan, Pengungkapan diri, Dukungan emosional, Pengelolaan konflik.

Dalam komunikasi dengan teman sebaya, individu harus mampu mengembangkan hubungan timbal balik, membagi informasi kepada orang lain dan mengelolah konflik dengan baik agar tercipta hubungan pertemanan yang erat diantara sesama.

Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal dalam Komunikasi Interpersonal.

Menurut Rakhmat (2008: 129-134) pola-pola interpersonal mempunyai efek yang berlainan pada hubungan interpersonal. Dalam hal ini terdapat tiga faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik.

a. Percaya (trust)

Di anatara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya adalah yang paling penting dan menentukan efektifitas komunikasi. Menurut Giffin (dalam Rakhmat: 2008:129) percaya didefenisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam sitiasi yang penuh resiko. Terdapat tiga faktor utama yang dapat

(9)

9

menumbuhkan sikap percaya dalam mengembangkan komunikasi interpersonal menurut Rakhmat (2007:131) antara lain:

Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan

tanpa berusaha mengendalikan.

Empati adalah berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti

orang lain merasakannya. Dalam empati individu tidak menempatkan dirinya pada posisi orang lain, individu ikut serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain.

Kejujuran adalah menaruh keprcayaan pada orang terbuka, atau tidak mempunyai

pretense yang dibuat-buat. Kejujuran menyebabkan perilaku individu dapat diduga, ini mendorong orang lain untuk percaya pada individu.

b. Sikap Suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang yang memilki sikap suportif akan melahirkan iklim deskriptif, orientasi masalah, spontanitas, empati, persamaan dan provisionalisme dalam komunikasi interpersonal.

c. Sikap Terbuka

Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Karena dengan sikap terbuka seseorang akan menilai sebuah pesan yang diterima secara objektif.

Sikap Terbuka dalam Hubungannya dengan Komunikasi Interpersonal

Sikap adalah respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat internal maupun eksternal sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sebuah perilaku yang di tunjukan (dalam Sunaryo,2002:27). Sikap secara realitas menunjukan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu. Sedangkan keterbukaan mengisyaratkan adanya keterbatasan dari ide-ide yang terpatri kuat dan prasangka-prasangka serta pengetahuan tentang dunia luar. Di dalam keterbukaan ini tercakup pula pemahaman tentang dunia dalam sebagai diri pribadi, dan bahwa standar internal

(10)

10

yang dipunyai seseorang, nilai-nilai, asumsi-asumsi, persepsi dan mitos-mitos yang ada dapat diproyeksikan kepada orang lain (dalam Lesmana, 2008:67).

Menurut Hendra Surya (2010:37) sikap terbuka adalah kesediaan untuk menerima kehadiran orang lain maupun kesediaan menerima pendapat, pandangan, masukan, saran dan kritik dari orang lain. Sikap terbuka menunjukan kematangan berpikir dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Sikap terbuka dapat dikembangkan dengan menunjukan kesediaan untuk belajar dari orang lain dan memahami akan keterbatasan diri sendiri. Untuk mengembangkan sikap terbuka individu harus dapat menghilangkan rasa takut, sungkan atau ragu-ragu dalam bergaul. Dalam hal ini untuk mendukung sikap terbuka individu harus positif

thinking dan menepis perasaan suka berprasangka buruk, curiga serta tidak suka

terhadap orang lain (Surya, 2010:38).

Sikap terbuka akan memberi keuntungan karena memberi kemungkinan untuk mempelajari hal-hal yang belum diketahui melalui sarana atau pendapat orang lain sebagai penunjang keberhasilan diri. Sikap terbuka juga sangat diperlukan dalam menerima dan mengikuti perkembangan dan kemajuan dalam pengetahuan dan tekhnologi yang semakin canggih.

Keterbukaan mempunyai beberapa fungsi penting. Pertama, dapat mengakomodasi perasaan, sikap dan tingkah laku orang lain yang berbeda dengan dirinya. Kedua, memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan berbagai macam orang. Dan akhirnya, keterbukaan merupakan persyaratan untuk komunikasi yang jujur.

Individu dengan karakter terbuka dapat dilihat dari apa yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka lebih suka mengarahkan energy dan perhatian terutama pada hal-hal di luar aktivitas mereka. Mereka lebih suka melakukan tindakan daripada berwacana panjang lebar yang akhirnya tidak membawa kemajuan.

Menurut Rokeac (Rakhmat, 2007:136) Karakteristik orang memilki sikap terbuka dapat terlihat dengan: (1) menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika; (2) membedakan dengan mudah, melihat nuansa; (3) berorientasi pada isi; (4) mencari informasi dari berbagai sumber; (5) lebih bersifat

(11)

11

provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya; dan (6) mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan.

Dalam kaitannya dengan komunikasi interpersonal individu yang memilki sikap terbuka sangat menyukai keterbukaan karena mereka tidak menyimpan apapun ketika berkomunikasi dengan orang lain. Mereka lebih suka segera bertindak dan tidak suka dengan konsep belakangan. Individu dengan sikap terbuka lebih menyukai hal-hal yang bersifat social, tidak kaku, dan santai (dalam Liaw, 2005: 65).

Dengan sikap terbuka komunikasi yang dilakukan akan menghasilkan umpanbalik yang baik, sebab dengan melakukan komunikasi interpersonal yang baik akan memberrikan pegaruh langsung pada seseorang dalam kehidupannya.

Bentuk-bentuk Sikap Terbuka dalam Komunikasi Interpersonal

Sikap terbuka merupakan kompenen penting dalam komunikasi interpersonal, karena dengan sikap terbuka individu dapat mengungkapkan berbagai informasi kepada orang lain yang mungkin membutuhkan informasi tersebut.

Menurut Devito (Gainau, 2011:4) sikap terbuka dalam komunikasi interpersonal dapat dilihat antara lain: (1) keterbukaan diri adalah suatu tipe komunikasi tentang informasi diri yang pada umumnya tersimpan, yang dikomunikasikan kepada orang lain, (2) keterbukaan diri adalah informasi diri yang seseorang berikan merupakan pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang lain dengan demikian harus dikomunikasikan, (3) keterbukaan diri adalah informasi tentang diri sendiri yakni tentang pikiran, perasaan dan sikap, (4) keterbukaan diri dapat bersifat informasi secara khusus. Informasi secara khusus adalah rahasia yang diungkapkan kepada orang lain secara pribadi yang tidak semua orang ketahui, dan (5) keterbukaan diri melibatkan sekurang-kurangnya seorang individu lain, oleh karena itu keterbukaan diri merupakan informasi yang harus diterima dan dimengerti oleh individu lain.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpilkan bahwa dengan bersikap terbuka dalam komunikasi interpersonal berarti individu mampu mengungkapkan diri dari pengalamannya dalam hubungan dengan orang lain agar memperoleh informasi

(12)

12

dari berbagai sumber, individu lebih mengenal dirinya, menerima orang lain tanpa memilah-milah, serta rasa mampu untuk percaya kepada orang lain.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih, dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Limboto Barat dan dilaksanakan selama tiga bulan, mulai dari bulan Mei – bulan Juni 2014.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yang akan dianalisis, yaitu variabel X (sikap terbuka) dengan indikator sikap terbuka: menilai pesan secara objektif, membedakan dengan mudah, berorientasi pada isi, mencari informasi dari berbagai sumber, bersedia mengubah kepercayaan, dan mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan. Sedangkan variabel Y (komunikasi interpersonal siswa) dengan indikator dari komunikasi interpersonal siswa yaitu: komunikasi dengan guru, komunikasi dengan teman dan komunikasi dengan orang tua.

Anggota populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Limboto Barat tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 58 siswa yang terdiri dari 3 kelas.

Berdasarkan ketentuan maka jumlah sampel dalam penelitian ini di tetapkan seluruh anggota populasi. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 58 orang siswa.

Untuk memperoleh data yang diinginkan dan sesuai dengan kepentingan peneliti maka, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui angket yang terdiri dari angket tentang sikap terbuka dan angket tentang komunikasi interpersonal siswa , sebelum angket ini digunakan terlebih dahulu di uji tingkat validitasnya di SMP Muhamadiyyah Pone untuk mengetahui angket yang digunakan valid atau tidak.

(13)

13

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis hubungan yaitu pengujian regresi linear sederhana untuk mengetahui derajad atau kekuatan hubungan, bentuk atau arah hubungan di antara variabel-variabel, dan besarnya pengaruh variabel yang satu (variabel bebas) terhadap variabel lainnya (variabel terikat).

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan analisis regresi diperoleh regresi Ỹ= 7,71+1,012 Hasil ini mengandung makna bahwa setiap terjadi perubahan peningkatan pada

variabel X, maka akan di ikuti oleh perubahan peningkatan rata-rata sebesar 1,012 pada variabel Y. Berarti jika terjadi perubahan pada indikator sikap terbuka, maka diikuti perubahan pada indikator komunikasi interpersonal.

Berdasarkan perhitungan korelasi antara variabel sikap terbuka (X) dan komunikasi interpersonal (Y) diperoleh koefisien r = 0,940 dan = 0,88. Uji signifikan koefisien korelasi dengan menggunakan uji t maka harga thitung didapatkan sebesar 20,33. Sedangkan dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh t= n-2 (58-2) = 2,000. Ternyata harga thitung lebih besar dari ttabel, atau harga berada di luar daerah penerimaan , sehingga dapat disimpulkan bahwa tolak dan terima

. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi signifikan.

PEMBAHASAN

Dari Hasil pengujian hipotesis pada variabel X dan Y bahwa persamaan regresi sikap terbuka dan komunikasi interpersonal adalah Ỹ= 7,7+1,012X. Persamaan regresi yang telah teruji keberartian pada α = 0,05 merupakan hubungan yang berlaku pada populasi. Berdasarkan sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan bahwa antara sikap terbuka dengan komunikasi interpersonal mengalami penaikan. Persamaan ini mengandung makna bahwa setiap terjadi perubahan peningkatan pada variabel X atau sikap terbuka meningkat 1 maka akan diikuti peningkatan variabel Y atau komunikasi interpersonal sebesar 1,012.

Selanjutnya dengan menggunakan rumus rxy dapat dilihat adanya korelasi yang positif sebesar 0,940 anatara sikap terbuka dengan komunikasi interpersonal. Data

(14)

14

dan koefisien yang diperoleh dalam sampel tersebut diambil atau data tersebut mencerminkan keadaan populasi.

Pengujian signifikan koefisien korelasi selanjutnya dihitung dengan menggunakan uji t, ternyata harga thitung sebesar 20,33 dan dibandingkan dengan harga ttabel untuk taraf kesalahan 5% dan dk= 56 maka diperoleh ttabel = 2,000. Ternyata harga thitung lebih besar dari ttabel sehingga H0 ditolak.

Selanjutnya, dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien korelasi (r2). Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena varians yang terjadi pada variabel X dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel Y. Melalui hasil pengujian koefisien sederhana, maka diperoleh harga r = 0,940 dengan koefisien determinasi sebesar 0,88 atau 88 % komunikasi interpersonal dijelaskan oleh sikap terbuka, sedangkan 12% lainnya dijelaskan oleh faktor lain misalnya sikap percaya dan empati. Sedangkan berdasarkan hasil uji koefisien korelasi yang telah dianalisis yang dihubungkan dengan kriteria pengujian statistika t bahwa thitung lebih besar dari pada ttabel sehingga harga berada di luar daerah penerimaan . Maka ditolak dan diterima, dalam arti hubungan antara sikap terbuka dengan komunikasi interpersonal siswa SMP Negeri 2 Limboto Barat Kab. Gorontalo berarti.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut mengisyaratkan bahwa sikap terbuka berpengaruh terhadap komunikasi interpersonal. Hal ini sejalan dengan pendapat Rakhmat (2007: 138-139) memberikan pengertian bahwa sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan melahirkan hubungan interpersonal yang efektif, sikap tertutup atau dogmatisme harus digantikan dengan sikap terbuka sehingga mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.

(15)

15 PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil peneitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan antara variabel X ( sikap terbuka ) dengan variabel Y ( komunikasi interpersonal ) adalah sebesar 0,940, dengan koefisien determinasi sebesar 0,88 atau 88%. Ini berarti varians yang terjadi pada variabel komunikasi interpersonal dapat oleh sikap terbuka, dan 12% lainnya dijelaskan oleh faktor lain. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis penelitian yaitu “terdapat hubungan yang positif antara sikap terbuka dengan komunikasi interpersonal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Limboto Barat Kabupaten Gorontalo” dapat diterima.

Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan, maka perlu dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

a. Untuk membangun hubungan interpersonal siswa dalam komunikasi interpersonal, perlu dikembangkan sikap terbuka di antara individu yang saling berkomunikasi.

b. Hendaknya guru BK dapat membantu mengembangkan sikap terbuka pada diri siswa sehingga siswa mampu mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif.

c. Siswa hendaknya mengembangkan sikap terbuka untuk menunjang komunikasi diantara sesama.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara

Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori,Paradigma, dan Diskursus

Tekhnologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana

Budyatna, Muhammad & Ganiem, Leila Mona. 2011. Teori Komunikasi

(16)

16

Effendi, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

………. 2003. Ilmu,Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti Gunawan, Hendri. 2013. Jurnal Ilmu Komunikasi: Jenis Pola Komunikasi Orang tua

dengan Anak Perokok Aktif di Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.

Gainau, Maryam. 2009. Jurnal Skripsi: Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa

dalam Perspektif Budaya dan Implikasinya Bagi Konseling.

Lesmana, Jeanette Murad. 2008. Dasar-dasar Konseling. Universitas Indonesia. Liaw, Ponijan. 2005. Understanding Your Communication Styles (memahami gaya

komunikasi anda. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Rakhmat, Jalaluddin.2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Rejeki, Sry Ayu. 2011. Jurnal Psikologi: Hubungan antara Komunikasi Intrpersonal

dalam Keluarga dengan Pemahaman Moral pada Remaja.

Rozaq, Fadli. 2012. Jurnal Skripsi: Hubungan Komunikasi Interpersonal antara Guru

dan Siswa dengan Keaktifan Belajar Siswa Kelas XI Program Keahlian Teknik Otomotif di SMK Muhamadiyah 4 Klaten Tengah Tahun Ajaran 2012/2013.

Santoso, Slamet. 2010. Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama Senjaya, Sasa Djuarsa. dkk. 2007. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Surya, Hendra. 2010. Jadilah Pribadi yang Unggul. Jakarta: Elex Media Komputindo Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Karena sejatinya kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

Prarencana Pabrik Anti-pruritus spray layak untuk didirikan baik ditinjau dari segi teknis maupun dari segi ekonomi.. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa

Kemiskinan merupakan potret buram dari realitas sosial yang sampai saat ini masih membelenggu ruang gerak kemajuan rakyat untuk hidup “merdeka”. Memahami

Dalam hal terjadinya kahar atau gangguan teknis (contoh : gangguan daya listrik, gangguan jaringan, gangguan aplikasi) terkait dengan pelaksanaan e-Tendering

MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN MENINGKATKAN PELAYANAN PEMERINTAH GUNA MENINGKATKAN. DAYA

Kelompok dr gas gas lain yg memiliki pengaruh buruk terhadap kesehatan dan sifat meracun yg ditentukan oleh rantai dr senyawa organik dan reaktivitasnya.... Cairan yg dgn mudah

pemberian program undian berhadiah terhadap loyalitas nasabah tabungan di. PT Bank Rakyat Indonesia

Silogisme Premis kedua dapat dituliskan dalam kalimat positif, yaitu semua peserta beladiri atau renang adalah peserta melukis... P1 : Setiap siswa peserta kesenian adalah