• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI KRASAK II ( Design of Steell Structure Krasak’s River II Bridge ) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI KRASAK II ( Design of Steell Structure Krasak’s River II Bridge ) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

BAB IV

PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

IV.1 Analisa Geoteknik

Analisa terhadap data tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisis dan sifat teknis dari tanah guna mengevaluasi dan memberikan rekomendasi penyelesaian permasalahan pada pondasi. Data tanah untuk jembatan Krasak II diambil dari daerah sekitar sungai Krasak.

VI.1.1 Hasil Penyelidikan Tanah

1. Pekerjaan Uji Bor dan SPT

Pada pekerjaan bor, alat yang digunakan adalah bor mesin (Kano Boring). Bor mesin dilakukan sampai dengan total kedalaman 55 m atau mencapai kedalaman tanah dengan nilai N-SPT ≥ 50 untuk ketebalan tanah ≥ 3 m. Uji bor mesin dan SPT dilakukan di dua lokasi (titk BH-1 yaitu pada lokasi rencana pilar dan titik BH-2 yaitu pada lokasi rencana Abutmen).

Lokasi pengujian bor mesin dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar IV .1 Denah Lokasi Pengujian Bor Mesin

(2)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

Hasil pengujian bor mesin tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel IV.1. Hasil Pekerjaan Pengeboran Mesin BH-1

KEDALAMAN (m) JENIS TANAH N-SPT

0 - 1.30 Pasir halus kerakalan

1.30 - 5.00 Pasir kasar kerakalan 27 - 33

5.00 - 6.70 Pasir sedang 27 - 33

6.70 - 7.70 Andesit 27 - > 60

7.70 - 8.70 Pasir sedang kerakalan > 60

8.70 - 9.50 Andesit > 60

9.50 - 11.00 Pasir halus kerakalan > 60

11.00 - 12.00 Pasir Halus 24 - 35

12.00 - 15.00 Pasir Kasar 24 - 29

15.00 - 16.00 Pasir halus lanauan 17

16.00 - 17.00 Pasir halus 20

17.00 - 18.00 Pasir sedang > 60

18.00 - 19.40 Batu pasir > 60

19.40 - 21.70 Pasir halus 21 - 23

21.70 - 22.00 Batu pasir 21 - 23

(3)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

Tabel IV.2. Hasil Pekerjaan Pengeboran Mesin BH-2

KEDALAMAN (m) JENIS TANAH N-SPT

0 – 1.00 Pasir halus > 60

1.00 – 9.50 Pasir kasar kerakalan > 60

9.50 – 10.50 Pasir sedang > 60

10.50 – 12.50 Pasir sedang kerakalan > 60

12.50 – 13.50 Pasir halus > 60

13.50 – 15.00 Pasir halus kerakalan 33

15.00 – 15.80 Batu pasir 53

15.80 – 17.00 Andesit > 60

17.00 – 24.00 Batu pasir 51 - > 60

24.00 - 25.00 Pasir sedang 25

25.00 – 28.00 Pasir halus 27 - > 60

28.00 - 29.00 Batu pasir > 60

29.00 – 30.00 Pasir sedang kerakalan > 60

2. Penyelidikan Laboratorium

Penyelidikan Laboratorium yang dilaksanakan meliputi pekerjaan sifat-sifat fisis (physical properties) dan sifat-sifat mekanis tanah (mechanical properties).

1. Sifat fisis (physical properties)

Metode yang digunakan untuk mencari sifat fisis di atas adalah dengan standar ASTM, sedangkan parameter yang dicari adalah:

(4)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

Bulk Density γb (gram/cm3)

Dry Density γd (gram/cm3)

Atterberg Limit LL,PL,IP (%) Water Content w (%)

Void Ratio e

Porosity n (%)

Grain size accumulation curve grafik

2. Sifat mekanis/ mechanical properties

Untuk pekerjaan ini digunakan alat Direct Shear Test. Dari tes dengan peralatan tersebut didapatkan harga-harga sifat makanis antara lain:

Cohesion Cu (kg/cm2) Angle of Internal Friction Ø derajat

Untuk nilainya dapat dilihat di lampiran penyelidikan tanah. IV.1.2 Kesimpulan Hasil Penyelidikan Tanah

Dari data hasil penyelidikan tanah, dapat disimpulkan Lapisan tanah dengan nilai N-SPT > 50 dijumpai dari permukaan sampai kedalaman 30 m untuk lokasi BH-2, namun pada kedalaman 13,50 m – 27,00 m dijumpai nilai N-SPT < 50. Berbeda dengan lokasi BH-1 sampai dengan kedalaman 25,00 m dijumpai nilai N-SPT < 50, namun pada kedalaman 7,00 m – 10,00 m dan 19,00 m nilai N-SPT > 50

IV.1.3 Pemilihan Struktur Bawah Jembatan

Melalui beberapa analisa yang telah dilakukan mengenai alternatif pemilihan bangunan bawah jembatan dan penyelidikan tanah di lokasi, maka dapat segera dipilih struktur bangunan bawah serta jenis pondasinya.

1. Abutmen (Abutment) dan Pilar (Peir)

(5)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

jumlah beban mati (dead load) yang akan diteruskan ke struktur pondasi dan secara keseluruhan perencanaannya dapat lebih ekonomis.

Sedangkan pilar yang letak konstruksinya bakal berada dalam aliran muka air banjir dipilih tipe pilar pilar tembok (Hp= 5-25 m), karena selain konstruksinya yang tinggi, tipe ini memiliki ujung bundar dan alinyemen tembok sesuai arah aliran yang membantu mengurangi gaya aliran dan gerusan lokal.

Data tanah yang diperlukan untuk keperluan perencanaannya antara lain nilai kohesi tanah Cu, sudut geser tanah &, berat jenis tanah γt dan data soil properties lainnya. Dalam perencanaannya nanti perlu juga ditinjau kestabilan terhadap sliding, guling, bidang runtuh tanah serta penurunan tanahnya/ settlement.

2. Pondasi

Karena lapisan tanah pada daerah sungai Krasak terdiri atas butiran-butiran tanah yang keras maka penggunaan tiang pancang sebagai pondasi akan sulit dilakukan, hal ini disebabkan butiran tanah akan saling merapat pada saat tiang dipancang, sehingga tiang sulit masuk ke dalam tanah dan apabila diteruskan tiang dapat patah. Untuk itu dipilih pondasi tipe tiang bor atau pondasi sumuran.

3. Dinding Penahan Tanah

Konstruksi dinding penahan tanah direncanakan untuk mencegah bahaya keruntuhan tanah pada bagian curam / lereng, pada belokan alur sungai ataupun pada tanah yang tidak dijamin kestabilannya.

IV.2 Analisa Data Hidrologi

Data-data hidrologi yang diperlukan dalam merencanakan suatu jembatan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Peta topografi DAS

2. Peta situasi dimana jembatan akan dibangun 3. Data curah hujan dari stasiun pemantau terdekat

(6)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

IV.2.1 Analisa Data Curah Hujan

Dari data curah hujan yang didapat, dihitung curah hujan rencana dengan distribusi Gumbell. Sebagai pendekatan analisa frekuensi curah hujan ini hanya dikhususkan pada curah hujan maksimum dalam satu tahun. Data curah hujan yang diambil dari 1 stasiun pencatat, yaitu stasiun Tempel yang terletak pada dusun Karanggawang desa Mororejo kecamatan Tempel.

Data curah hujan yang digunakan pada laporan ini didapat dari data sekunder yang diambil dari Pemerintah Kabupaten Sleman Dinas Pengairan. Data curah hujan maksimum pada Stasiun Tempel tahun 1996-2008 dapat dlihat pada tabel berikut:

Tabel IV.3. Data Curah Hujan Maksimum Sta. Tempel

Tahun Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jml Max

1996 266 227 192 115 14 42 8 75 - 529 391 274 2.133 529 1997 415 459 120 73 94 - - - - 15 65 358 1.599 459 1998 275 702 527 401 139 321 284 56 50 501 420 369 4.045 702 1999 404 340 446 211 215 3 66 16 - 308 426 381 2.816 446 2000 330 461 440 398 200 79 - - - 362 256 299 2.825 461 2001 290 372 490 254 55 46 7 - 10 502 436 79 2.541 502 2002 378 535 334 339 101 20 - - - - 106 590 2.403 590 2003 392 627 414 99 114 36 - - 17 133 339 538 2.709 627 2004 321 345 248 58 80 4 64 3 1 37 327 610 2.098 610 2005 330 266 238 170 31 25 61 41 42 160 194 314 1.872 330 2006 563 353 192 279 216 - 3 - - 2 62 466 2.136 563 2007 82 389 240 627 30 97 - - - 68 328 416 2.277 627 2008 314 404 406 153 11 15 - - - 277 702 237 2.519 702

Sumber Dinas Pengariran Pemerintah Kabupaten Sleman

Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Metode Distribusi Gumbell

(7)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

Pada perhitungan curah hujan rencana, curah hujan yang digunakan adalah curah hujan maksimum yang terjadi dalam 1 tahun, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel IV.4. Perhitungan Curah Hujan Rencana

103,85 10784,82 5 2000

610 60,15 3618,023 10 2005

330

-219,85 48334,02 11 2006 Jumlah 7,148 0,00 141596,83

(8)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

Faktor Frekuensi Gumbell (Rumus Subarkah 1980) :

Kr = 0,78 *

IV.2.2. Analisa Debit Banjir

Analisa debit banjir diperlukan untuk mengetahui besarnya debit banjir pada periode ulang tertentu. Periode ulang debit banjir yang direncanakan adalah 50 tahunan (QTr=Q50) karena luas DPS ( Daerah Pengaliran Sungai) ≥ 200 Ha. Data Sungai yang didapat, dihitung dari Peta Topografi yang didapat dari Dinas Bina Marga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut ini adalah data sungai Krasak yang akan digunakan dalam perhitungan banjir rencana :

• Luas daerah Pengaliran Sungai (DPS), A = 19,15 Km2

• Panjang Sungai (L) = 9,19 Km (panjang sungai dari hulu ke lokasi jembatan) • Kemiringan dasar sungai (i) = 0,14

• Selisih elevasi (H) = 9190 * 0,14 = 1286,6 m

Perhitungan banjir rencana akan menggunakan formula Rational Mononobe:

(9)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

= 24

14 , 503

x 0,67

92 , 6

24

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

= 48,23 mm/jam

Debit banjir (QTr) = 0,278 (C.I.A)

= 0,278 (0,6 * 48,23* 19,15)

= 154,057 m3/dt

C = 0,6 (diambil koefesien run off sebesar 0,6 berdasarkan analisa secara visual pada daerah lokasi jembatan, yaitu bahwa pada daerah sungai Krasak merupakan sungai besar yang lebih dari setengah daerah pengalirannya terdiri dari dataran, sesuai dengan Tabel 2.6)

Gambar IV. 2 Penampang Melintang Sungai Krasak

Q = .R .S .A

R = dimana :

R = jari-jari hidrolis

S = kemiringan saluran (sloope) = 0,14 A = luas penampang basah

P = keliling basah

n = koefisien manning = 0,045 maka,

n1 = 0,045 n

1 23 2 1

(10)
(11)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

. 0,14 . 4,18(2h-7,022)

(12)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

. 0,14 . 7,47(2h-0,905)

(13)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

Tabel IV.5. Hasil Perhitungan Debit

h (m) Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Jumlah

10 56 254 348 336 424 963 5312 4430 2423 14545

9 0 98 172 160 258 728 4417 3642 1850 11325

8 0 8 49 40 127 521 3590 2917 1341 8593

7 0 0 0 0 36 342 2833 2258 899 6368

6 0 0 0 0 0 195 2149 1668 531 4543

5 0 0 0 0 0 83 1543 1151 245 3022

4 0 0 0 0 0 13 1020 715 55 1803

3 0 0 0 0 0 0 587 365 0 953

2 0 0 0 0 0 0 256 117 0 373

1 0 0 0 0 0 0 45 0 0 45

Dengan cara coba-coba, nilai debit yang mendekati nilai debit rencana 50 tahunan, yaitu pada ketinggian 2,0 meter. Berdasar hasil perhitungan di atas, maka minimal tinggi jembatan dari dasar sungai adalah h + tinggi jagaan = 2,0 + 1,5 = 3,5m ≈ 4 m.

IV.2.3 Analisa Terhadap Penggerusan Dasar Sungai

Penggerusan (scouring) terjadi di dasar sungai di bawah abutment akibat aliran sungai yang mengikis lapisan tanah dasar sungai. Dalamnya penggerusan dihitung dengan menggunakan metode Lacey. Analisis penggerusan sungai diperhitungkan untuk keamanan dari adanya gerusan aliran sungai.

• Jenis tanah dasar adalah pasir kasar (coarse sand), maka berdasarkan tabel 2.7 didapatkan faktor lempung lacey ( f ) = 1,5

• Bentang jembatan ( L ) = 99 m • Lebar alur sungai ( W ) = 55 m

Rumusan yang dipakai untuk menganalisis gerusan sebagai berikut :

Untuk L > W → d = 0,473 x

33 , 0 ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛

f Q

dimana :

(14)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

Q = debit banjir maksimum (m3/det)

f = faktor Lempung Lacey yang merupakan keadaan tanah dasar h = tinggi muka air banjir (m)

• Dari rumus Lacey :

d = 0,473 x

33 , 0 ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛

f Q

= 0,473 x

33 , 0

5 , 1 373

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

= 2,9 m

• Karena kondisi aliran sungai Krasak adalah aliran lurus, maka : Kedalaman penggerusan maximum = 1,27 d (Tabel 2.8)

= 1,27 x 2,9

= 3,68 m dari muka air banjir Kedalaman penggerusan yang terjadi = d – h = 3,68 m – 2,0 m = 1,683 m

Jadi, karena tinggi muka air banjir yang sangat rendah maka disini kedalaman dari scouring tidak berpengaruh.

IV.3 Analisa Jaringan Jalan

Prinsip perencanaan suatu jembatan perlu ditinjau tingkat kepadatan lalu lintas yang akan melalui jembatan tersebut. Dengan didapatkannya data lalu lintas yang lewat pada suatu ruas jalan dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (smp), maka akan dapat diketahui kelas jalan tersebut, sehingga kita dapat menentukan lebar perkerasan jalan. Besarnya volume lalu lintas yang melewati ruas jalan Sleman-Tempel digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dalam menentukan lebar efektif jembatan.

(15)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

adanya jembatan sembir diperkirakan adalah kecamatan Sleman, Tempel, Muntilan, dan daerah sekitar lainnya.

berdasarkan MKJI Perencanaan Jalan Perkotaan, untuk menilai setiap kendaraan ke dalam satuan mobil penumpang (smp) maka volume setiap kendaraan harus dikalikan dengan faktor equivalensinya (emp

IV.3.1 Analisa Data Lalu-Lintas

Besarnya volume lalu-lintas yang ada sangat mempengaruhi lebar efektif jembatan, Perbandingan banyaknya lalu lintas yang melewati jalur jalan tersebut akan menjadi dasar perancangan geometri jalan dan lebar rencana jembatan. Data sekunder lalu lintas ruas jalan Sleman-Tempel diperoleh dari tahun 2001-2007 adalah seperti tabel di bawah ini :

Tabel IV.6 LHR tiap golongan kendaraan pada Ruas Jalan Sleman-Tempel

NO Tahun

GOLONGAN KENDARAAN

Total (smp) 1 2 3 4 5a 5b 6 7a 7b 7c 8 0,25 1 1 1 2,5 2,5 2,5 3 3 3 7 1 1999 15766 6478 1353 1917 850 523 1499 999 183 45 17

24670 3941,5 6478 1353 1917 2125 1307,5 3747,5 2997 549 135 119 2 2001 16571 6809 1422 2015 893 550 1576 1050 192 47 18

25929 4142,75 6809 1422 2015 2232,5 1375 3940 3150 576 141 126 3 2003 15360 5287 1059 4918 746 826 954 2636 536 45 96

31742 3840 5287 1059 4918 1865 2065 2385 7908 1608 135 672 4 2005 1875 7236 1583 3143 1997 845 785 2676 531 93 66

31860 468,75 7236 1583 3143 4992,5 2112,5 1962,5 8028 1593 279 462 5 2007 23948 9175 2298 2625 844 857 814 2492 542 65 79

36223 5987 9175 2298 2625 2110 2142,5 2035 7476 1626 195 553

Sumber : Data LHR DPU Bina Marga IV.3.2 Angka Pertumbuhan Lalu-Lintas

Perkiraan pertumbuhan lalu lintas dapat dihitung dengan menggunakan dua macam metode yaitu :

1. Metode Eksponensial

Perhitungan pertumbuhan lalu lintas dengan metode eksponensial dihitung berdasarkan LHRT, LHRo serta umur rencana (n). Rumus umum yang

dipergunakan adalah:

(16)

LAPORAN TUGAS AKHIR  Dimana :

LHRT = LHR akhir umur rencana n = umur rencana (tahun) LHRo = LHR awal umur rencana i = angka pertumbuhan

Dengan menggunakan data sekunder maka nilai pertumbuhan (i) dapat dihitung dan hasil perhitungannnya ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel IV.7 Angka Pertumbuhan Lalu lintas Metode Eksponensial

NO Tahun LHR LHRo LHRT n I(%)

1 1999 24670 24670 0 0 0,00%

2 2001 25929 24670 25929 1 -5,10%

3 2003 31742 25929 31742 2 10,64%

4 2005 31860 31742 31860 3 0,12%

5 2007 36223 31860 36223 4 -3,26%

Pertumbuhan (i) 2,4%

Dari hasil perhitungan dengan metode eksponensial maka didapat angka pertumbuhan lalu lintas (i) sebesar 19,12 %.

2. Metode Regresi Linier

Perkiraan pertumbuhan lalu lintas menggunakan regresi linier merupakan metode penyelidikan data dan statistik. Analisis tingkat pertumbuhan lalu lintas dengan meninjau data LHR yang lalu, yaitu dari tahun 2001 sampai tahun 2007, untuk lebih jelas tentang pertumbuhan lalu lintas pada ruas jalan tersebut, dapat dilihat pada tabel hubungan antara tahun dan LHR.

Tabel IV.8 Angka Pertumbuhan Lalu-Lintas Metode Regresi Linier Tahun Tahun

ke (X)

LHR

(Y) XY X² Y²

1999 0 24670 0 0 608584230

2001 1 25929 25929 1 672326006

2003 2 31742 63484 4 1007554564

2005 3 31860 95581 9 1015075530

2007 4 36223 144890 16 1312069506

(17)

LAPORAN TUGAS AKHIR  Keterangan :

Y = Data berkala (time series data) a dan b = Konstanta awal regresi

X = Waktu (tahun) n = Jumlah data Y = a + b (X)

b = ( n*ΣXY - ΣX*ΣY ) / {n*(Σ X2 ) – ( ΣX )}

= { ( 5*329884) – (10*150424) } / {(5*30)-10} = 1037 a = ΣY – (b*ΣX) / n = 150424 – (1037*10)/5 = 28011

Kemiringan regresi (i) = b / a x 100% = (1037 / 28011) * 100 % = 3,7 %

Dari hasil perhitungan dengan metode regresi linear diperoleh angka pertumbuhan sebesar 3,7 %.

Berdasarkan persamaan Y = a + b (X) Y = 28011 + 1037 (X)

Tiap harga X di subtitusikan pada persamaan tersebut, sehingga didapat nilai-nilai LHR pada tahun yang direncanakan, yaitu 20 tahun kedepan (tahun 2029) seperti tabel dibawah ini :

Tabel IV.9 Perhitungan Angka Pertumbuhan Lalu-Lintas Tahun Unit

Tahun LHR 2009 5 33196 2011 6 34233 2013 7 35270 2015 8 36307 2017 9 37344 2019 10 38381 2021 11 39418 2023 12 40455 2025 13 41492 2027 14 42529 2029 15 43566

(18)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

IV.3.3. Penentuan LHR Rencana

Jadi pada tahun yang direncanakan, yaitu tahun 2029, LHR yang melintasi ruas jalan Sleman-Tempel adalah 43566 kendaraan per hari. Dengan demikian dapat disusun desain perencanaan

IV.3.4. Penentuan Kelas Jalan

Untuk menentukan kelas jalan mengacu pada buku Spesifikasi Standar untuk Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TCPGJAK), 1997 sebagai berikut :

Tabel IV.10 Klasifikasi Fungsi Jalan dan Kelas Jalan

Sumber :Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TCPGJAK), 1997

Berdasarkan perhitungan LHR Tahun Rencana bahwa ruas jalan tersebut

digolongkan pada jalan Arteri Sekunder kelas 1 (LHRT rencana = 160540 smp/hari smp/hari).

Tabel IV.11 Penentuan Kecepatan Rencana

Kelas Kecepatan Rencana (km/jam)

Kelas 1 80

Kelas 2 dan Kelas 1* 60

Kelas 3 50

Kelas 4 dan Kelas 3* 40 Kelas 5 dan Kelas 4* 30

Kelas 5* 20

Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Luar Kota, 2004

Fungsi DTV (PCU) Class

Primer Arteri > 10,000 I

Kolektor < 10,000 I

< 10,000 II

Sekunder Arteri > 20,000 I

< 20,000 II

Kolektor > 6,000 II

< 8,000 III

Lokal > 500 III

(19)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

Berdasarkan tabel di atas, maka kecepatan rencana yang disarankan untuk jalan kelas 1 adalah 60 km/jam.

IV.3.5. Penentuan Jumlah Lajur

Penentuan jumlah lajur kendaraan untuk jalan antar kota mengacu pada buku “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997“ Dirjen Bina Marga.

Tabel IV.12 Penentuan lebar jalur dan bahu jalan

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, DPU Bina Marga, 1997

Keterangan:

** = mengacu pada persyaratan ideal

* = 2 jalur terbagi, masing-masing n x 3,5 m, dimana n = jumlah lajur per jalur = tidak ditentukan

IV.3.6. Penentuan Geometri Jalan

1. Kapasitas Jalan

Direncanakan lebar lajur 3,25 meter 2/2UD. Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas jalan perkotaan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, adalah sebagai berikut :

C = Co x FCw x FCSP x FCSF x FCCS

= 4 x 1700 x 1,00 x 1,00 x 1,00 x 0,95 = 6596 smp/ jam Dimana :

C = kapasitas (smp/jam) Co = kapasitas dasar (smp/jam) VLHR

(smp/hari)

ARTERI KOLEKTOR LOKAL

Ideal Minimum Ideal Minimum Ideal Minimum

Lebar Jalur (m)

Lebar Bahu

(m)

Lebar Jalur (m)

Lebar Bahu (m)

Lebar Jalur (m)

Lebar Bahu (m)

Lebar Jalur (m)

Lebar Bahu (m)

Lebar Jalur

(m)

Lebar Bahu (m)

Lebar Jalur

(m)

Lebar Bahu (m)

<3000 6 1,5 4,5 1 6 1,5 4,5 1 6 1,5 4,5 1

3000-10.000 7 2 6 1,5 7 1,5 6 1,5 7 1,5 6 1

10.001-25.000 7 2 7 2 7 2 ** ** - - - -

>25.000 2x3,5 2,5 2x2 2 2x3,5 2 ** ** - - - -

(20)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

FCw = faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas FCSP = faktor penyesuaian pemisah arah FCSF = faktor penyesuaian hambatan samping

FCCS = faktor penyesuaian ukuran kota. 2. Arus Jam Rencana (QDH)

QDH = k x LHRT = 0,07 x 43566 = 3049,62 smp/jam Dimana :

QDH = Arus jam rencana

k = 0,11 (MKJI 1997 untuk jalan antar kota) LHRT = lalu lintas harian rata-rata tahunan 3. Derajat Kejenuhan (DS) pada Tahun Rencana

DS = C QDH

DS = 0,46 6596

62 , 3049

=

Tabel IV.12 Perhitungan DS Tahun Unit

Tahun LHR VJP C DS Keterangan

2009 5 33196 2324 6596 0,35 Layak

2011 6 34233 2396 6596 0,36 Layak

2013 7 35270 2469 6596 0,37 Layak

2015 8 36307 2541 6596 0,39 Layak

2017 9 37344 2614 6596 0,40 Layak

2019 10 38381 2687 6596 0,41 Layak

2021 11 39418 2759 6596 0,42 Layak

2023 12 40455 2832 6596 0,43 Layak

2025 13 41492 2904 6596 0,44 Layak

2027 14 42529 2977 6596 0,45 Layak

2029 15 43566 3050 6596 0,46 Layak

(21)

LAPORAN TUGAS AKHIR 

Klasifikasi Perencanaan Jembatan Krasak II dipergunakan jalan 2 lajur 2 arah dengan median (4/2 D) dengan kelas jalan arteri sekunder kelas 1 dan kecepatan rencana 60 km/jam.

Gambar

Gambar  IV .1 Denah Lokasi Pengujian Bor Mesin
Tabel IV.1.  Hasil Pekerjaan Pengeboran Mesin BH-1
Tabel IV.2.  Hasil Pekerjaan Pengeboran Mesin BH-2
Tabel IV.3. Data Curah Hujan Maksimum Sta. Tempel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan flyover Jatingaleh Ruas jalan Teuku Umar – Setia Budi direncanakan untuk mengatasi dan mengantisipasi kemacetan lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas pada

jembatan ini dimulai dari pengumpulan data, meliputi data topografi berupa peta.. topografi maupun gambar situasi ; data lalu-lintas berupa data LHR

Sehingga diperlukan jembatan baru dan jalan alternatif dengan kelas yang sesuai.. dengan kebutuhan lalu lintas sekarang sampai dengan umur

mengetahui pertumbuhan lalu lintas ruas jalan yang akan

Pondasi Sumuran yang digunakan pada tiap abutment sebanyak 2 buah, dimana. tiap pondasi sumuran memiliki diameter 3,5 meter dengan kedalaman

• mengantisipasi volume lalu lintas yang relatif besar pada ruas jalan Kudus – Pati. • memperbaiki dan meningkatkan tingkat keselamatan pengguna jalan pada

analisa dari setiap data yang antara lain analisa data lalu lintas, analisa. data hidrologi, analisa data topografi, dan analisa

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KALI KRASAK II ( Design of Steell Structure Krasak’s River II Bridge ) Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis