• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN SABO DAM DAN BENDUNG DI KALI PUTIH KABUPATEN MAGELANG PROPINSI JAWA TENGAH - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN SABO DAM DAN BENDUNG DI KALI PUTIH KABUPATEN MAGELANG PROPINSI JAWA TENGAH - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISA DATA SABO DAM DAN BENDUNG

4.1. ANALISA DATA SABO DAM

4.1.1. Peta Topografi Wilayah Perencanaan 4.1.1.1. Data Peta Topografi

Secara garis besar situasi topografi Gunung Merapi terletak ± 30 km sebelah utara Yogyakarta dengan elevasi puncak 2965 m di atas permukaan laut. Bagian puncak mempunyai kemiringan yang sangat terjal membentuk lembah-lembah yang curam serta alur-alur sungai yang dalam.

Secara umum berdasarkan ketinggian, morfologis daerah lereng barat dan barat daya Gunung Merapi dapat dibedakan menjadi tiga daerah, yaitu daerah hulu atas, daerah hulu tengah dan daerah hulu bawah. Secara detail akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Daerah hulu atas

Daerah ini meliputi bagian di atas ketinggian 2000 m di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 30o - 40o yang merupakan daerah produksi material endapan dan tidak ada tumbuh-tumbuhan yang hidup. Sebagian besar material tersebut turun mengalir ke arah barat dan barat daya bersama aliran lahar sampai di daerah lereng bawah dan mengakibatkan kerusakan.

2. Daerah hulu tengah

Daerah ini mempunyai elevasi 500 m – 2000 m di atas permukaan laut dan sebagian besar daerah ini terancam bahaya awan panas yang bergerak menyebar ke arah alur-alur sungai. Daerah ini merupakan perkampungan dan ladang serta banyak endapan lepas akibat longsoran dan endapan dari banjir lahar dingin (aliran debris ).

3. Daerah hulu bawah

(2)

padat penduduk. Daerah ini banyak memiliki endapan material akibat perubahan-perubahan alur banjir lahar dingin.

Dalam perencanaan sabo dam dan bendung ini digunakan peta topografi dengan skala 1 : 25000 untuk mencari batas daerah aliran sungai (DAS) dan juga untuk menentukan atau mencari lokasi bangunan pengendali sedimen dan bendung yang tepat berdasarkan letak geografisnya dengan meninjau potongan melintang dan memanjangnya dengan melihat pada data gambar yang ada.

4.1.1.2. Analisis Data Topografi

Berdasarkan peta topografi diketahui ketinggian Kali Putih terletak pada ketinggian antara 350 m di atas permukaan air laut sampai dengan 1270 m di atas permukaan air laut.

4.1.2. GEOMETRI SUNGAI 4.1.2.1. Data Geometri Sungai

Dari gambar potongan melintang Kali Putih dengan skala ( V = 1:100 ; H = 1:100 ) dan potongan memanjang dengan skala ( V = 1:400 ; H = 1:2000 ) maka dapat ditentukan lokasi bangunan yang sesuai. Kali Putih panjangnya + 15000 m.

4.1.2.2. Analisis Data Geometri Sungai

Dari data geometri sungai diketahui kemiringan dasar sungai rata-rata adalah 6 %. Lokasi bangunan sabo dam dan bendung direncanakan terletak pada potongan melintang yang memiliki kemiringan dasar sungai 4 % dengan elevasi dasar sungai untuk bangunan bendung + 706,884 m sedangkan elevasi untuk bangunan sabo dam + 708,643 m.

4.1.3. GEOLOGI SUNGAI

4.1.3.1. Data Geologi Sungai

Daerah Gunung Merapi mempunyai kondisi geologis yang dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam, antara lain :

1. Batuan dasar

(3)

2. Teras sungai dan endapan-endapan yang terdapat di dasar sungai. 3. Hasil erupsi baru

Kelompok ini sebagian terdiri lava dan fragmen-fragmen piroklastik yang berasal dari endapan Gunung Merapi sejak tahun 1888 dan lahar yang terjadi sejak tahun 1930.

4. Hasil erupsi Gunung Merapi muda

Kelompok ini adalah endapan lahar dan lava akibat aktivitas Gunung Merapi sebelum tahun 1930.

5. Hasil erupsi Gunung Merapi tua.

Hasil erupsi Gunung Merapi tua ini terdiri dari aliran lava Gunung Merapi tua, batuan-batuan intrusif dan piroklastik.

4.1.3.2. Analisis Data Geologi Sungai

Berdasarkan data geologi, dapat diketahui bahwa daerah Gunung Merapi mempunyai batuan dasar berupa kelompok batuan dan endapan vulkanik yang mendasari batuan Gunung Merapi.

4.1.4. MEKANIKA TANAH 4.1.4.1. Data Mekanika Tanah

Data mekanika tanah yang digunakan adalah berdasarkan hasil boring pada lokasi bangunan. Pengeboran dilakukan sampai kedalaman 20 m, dimana lapisan tanahnya terdiri dari lapisan pasir batuan dengan diameter 1 cm pada kedalaman 0 – 6,00 m, lapisan pasir batuan dengan diameter 2 cm pada kedalaman 6,00 – 11,50 m dan lapisan pasir batuan dengan diameter 2,5 cm pada kedalaman 11,50 – 20,00 m.

Secara umum lapisan tanah terdiri dari lapisan pasir. Parameter yang didapat dari hasil penyelidikan tanah adalah sebagai berikut :

1. Spesific gravity (Gs) = 2,745

2. Berat isi kering (γd) = 1,68 gr/cm3

3. Kohesi (c) = 0,08 kg/cm2 4. Sudut geser = 34 o

(4)

6. Permeabilitas = 0,90 x 10-2 m/det. 7. Analisis mekanis tanah

Tabel 4.1. Analisa Ukuran Butiran Nomor

dalam TimProyek Pengendalian Banjir Lahar Gunung Merapi Yogyakarta, 1988

4.1.4.2. Analisis Data Mekanika Tanah

Dari data mekanika tanah dimana tanah pada daerah tersebut merupakan daerah dengan lapisan pasir maka diusahakan pondasi bangunan tidak terlalu dalam (digunakan pondasi dangkal) sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terlalu sukar.

4.1.5. HIDROLOGI 4.1.5.1. Data Hidrologi

(5)

dengan curah hujan rata-rata 1300 – 4000 mm/tahun, dimana 80 % hujan terjadi pada musim hujan.

Dalam perencanaan bangunan sabo dam dan bendung digunakan data curah hujan untuk menentukan besarnya debit air yang melewati alur Kali Putih. Curah hujan di daerah aliran sungai ( DAS ) Kali Putih relatif tinggi. Data curah hujan yang berpengaruh pada DAS Kali Putih terdiri dari beberapa stasiun, yaitu tercantum pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Stasiun Yang Berpengaruh Pada DAS Kali Putih

No Stasiun Hujan Tahun Data

1. 2. 3.

Babadan Plawangan

Mranggen

1988 – 1997 1988 – 1997 1988 – 1997

Data curah hujan yang dipakai adalah data curah hujan harian selama 10 tahun. Peta letak Stasiun curah hujan Kali Putih untuk Stasiun Babadan, Stasiun Plawangan dan Stasiun Mranggen disajikan pada Gambar 4.1.

(6)

4.1.5.2. Analisis Data Hidrologi

Analisa hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana pada perencanaan bangunan air, dalam hal ini adalah bangunan pengendali sedimen (sabo dam) dan bendung.

Pada tugas akhir ini, data yang digunakan untuk menentukan debit banjir rencana adalah data curah hujan. Data curah hujan merupakan salah satu dari beberapa data yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana.

Pada perencanaan dam penahan sedimen (sabo dam) dan bendung, data curah hujan harian selama 10 tahun akan diolah menjadi data curah hujan rencana, yang kemudian diolah lagi menjadi debit banjir rencana. Data curah hujan didapat dari 3 buah stasiun yang terdekat dengan lokasi Kali Putih yang dianggap dapat mewakili daerah aliran sungai Kali Putih. Stasiun-stasiun tersebut terletak kurang lebih antara lain Stasiun Babadan ( + 1278 m ), Stasiun Plawangan ( +1275 m ) dan Stasiun Mranggen + 516 m.

Langkah-langkah dalam analisa hidrologi adalah sebagai berikut : - Menentukan daerah aliran sungai (DAS) beserta luasnya.

- Menentukan luas pengaruh dari stasiun-stasiun penakar hujan yang mewakili daerah aliran sungai Kali Putih.

- Menentukan curah hujan maksimum tiap tahunnya dari data curah hujan yang ada.

- Menganalisa curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun.

- Menghitung debit banjir rencana berdasarkan besarnya curah hujan rencana di atas pada periode ulang T tahun.

4.1.5.2.1. Penentuan Daerah Aliran Sungai ( Catchment Area )

(7)

topografi dengan skala 1 : 25.000 didapat luas daerah aliran sungai Kali Putih sebesar 8,6875 km2.

4.1.5.2.2. Perhitungan Curah Hujan Daerah

Dalam perhitungan curah hujan daerah, digunakan Metode Thiessen karena kondisi dan jumlah stasiun memenuhi syarat untuk digunakan metode ini. Pada perhitungan ini digunakan prinsip rata-rata tertimbang, dimana besarnya pengaruh masing-masing stasiun tergantung oleh luas daerah yang ditunjukkan oleh poligon Thiessen yang didapat dengan cara menarik garis lurus dari masing-masing Stasiun sehingga membentuk segitiga, kemudian kita bagi segitiga tersebut pada batas garis sumbunya. Dalam perhitungan digunakan Persamaan 2.5 sebagai berikut :

R =

n n n A A

A

R A R

A R A

+ + +

+ + +

... . ... . .

2 1

2 2 1

1

R =

i

n n

A R A .

dimana :

R = curah hujan daerah ( mm )

R1, R2, …, Rn = curah hujan pada stasiun pengamatan 1, 2, …, n ( mm )

A1, A2, …, An = luas derah pada poligon 1, 2, …, n (km2)

(8)

Sta. Plawangan Sta. Babadan

Sta. Mranggen

Lokasi sabo dam P.179 Batas luas DAS

Kali Putih

Lokasi bendung P.175

+ 1278 + 1275

+ 706

+ 516

+ 722

Gambar 4.2. Sketsa DAS Kali Putih cara Poligon Thiessen

Besarnya luas pengaruh stasiun terhadap daerah aliran sungai Kali Putih dapat dilihat pada pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Luas Pengaruh Stasiun Terhadap DAS Kali Putih

No. Nama Stasiun Luas ( Km2 ) Bobot ( % )

1 2 3

Babadan Plawangan

Mranggen

4,50 2,9375

1,25

51,80 33,81 14,39

Luas Total DAS 8,6875 100

Untuk keperluan pada penyusunan tugas akhir ini, data hujan yang akan digunakan adalah hasil perhitungan dengan Metode Thiessen karena cara ini merupakan cara yang paling sesuai dengan kondisi dan keadaan lokasi daerah sekitar Gunung Merapi. Selain itu pemilihan metode ini dengan pertimbangan sebagai berikut :

(9)

2. Metode ini akan lebih akurat jika daerah yang ditinjau dengan stasiun pengukuran hujan yang tidak rata, stasiun tersebar merata dengan variasi hujan tahunan tidak terlalu tinggi.

Curah hujan maksimum dihitung berdasarkan rekapitulasi data curah hujan harian setiap tahun di masing-masing Stasiun penakar hujan. Hasil perhitungan curah hujan daerah rata-rata dengan menggunakan Metode Thiessen ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Perhitungan Curah Hujan Daerah Metode Thiessen

Tahun Tanggal

Curah Hujan Harian Maksimum

(mm) Rh Maks 4 Februari 21 Desember

150 14 Desember

59

14 Januari 5 Desember 17 Desember

47,5

15 Januari 15 April

12 Januari 9 April 17 Nopember

76,5

19 Januari 22 Nopember

10 Desember

23

27 Januari 16 Nopember

7 Desember

37,6

11 Februari 19 Februari

1 Maret

8 Nopember 1 Desember 5 Desember

(10)

8 Desember 12 Desember

100 83

119 105

129 73

110,597 88,9992

Berikut ini contoh perhitungan curah hujan maksimum dengan Metode Thiessen untuk tahun pengamatan 1988 adalah sebagai berikut :

RHmaks 1988 = ( 150 x 51,80 % ) + ( 68 x 33,81 % ) + ( 81 x 14,39 % )

= 112,3467 mm

4.1.5.2.3. Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana

Berdasarkan curah hujan tahunan, perlu ditentukan kemungkinan terulangnya curah hujan harian maksimum tersebut untuk menentukan debit banjir rencana.

Suatu kenyataan bahwa tidak semua variat dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai rata-ratanya, akan tetapi kemungkinan ada nilai variat yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Besarnya derajat dari sebaran variat di sekitar nilai rata-ratanya disebut dengan variasi atau dispersi. Cara mengukur besarnya dispersi adalah dengan pengukuran dispersi.

1. Pengukuran Dispersi

Untuk memudahkan perhitungan dispersi maka dilakukan perhitungan parameter statistik untuk nilai (Xi-X), (Xi-X)2, (Xi-X)3 dan (Xi-X)4 terlebih

dahulu, dimana : Xi = besarnya curah hujan daerah ( mm )

X = rata-rata curah hujan daerah ( mm ).

Hasil perhitungan parameter statistik dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini :

Tabel 4.5. Parameter Statistik Curah Hujan

No. Tahun Rh ( mm ) (Xi-X) (Xi-X)2 (Xi-X)3 (Xi-X)4

1 1988 150.303 28.229 796.870 22494.762 635002.165

2 1989 116.918 -5.157 26.590 -137.120 707.006583

3 1990 105.859 -16.216 262.943 -4263.751 69138.897 4 1991 109.793 -12.281 150.833 -1852.442 22750.603 5 1992 142.603 20.529 421.435 8651.599 177607.733 6 1993 139.669 17.595 309.573 5446.843 95835.5143

7 1994 131.609 9.5346 90.908 866.774 8264.338

(11)

9 1996 113.346 -8.728 76.1764 -664.861 5802.846 10 1997 110.597 -11.477 131.726 -1511.851 17351.831

Jumlah 1220,742 0 2752.311 18340.514 1267933.595 Rata-rata (X) = 122,07

Berikut ini contoh perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan untuk tahun 1988 adalah sebagai berikut :

Xi = 150,303

X = 122,07

Sehingga parameter statistik curah hujannya adalah sebagai berikut : (Xi-X) = 28,229

(Xi-X)2 = 796,870

(Xi-X)3 = 22494,762

(Xi-X)4 = 635002,165

Berikut ini adalah macam pengukuran dispersi antara lain sebagai berikut :

a. Deviasi Standar ( S )

Perhitungan deviasi standar digunakan Persamaan 2.7 sebagai berikut :

S =

1 ) (

1

2

− −

=

n X X n

i i

dimana :

S = deviasi standar Xi = nilai variat ke i

X = nilai rata-rata variat n = jumlah data

S = deviasi standar S =

) 1 10 (

) 311 , 2752 (

(12)

b. Koefisien Skewness ( Cs )

Kemencengan ( Skewness ) adalah suatu nilai yang menunjukkan derajat ketidaksimetrisan dari suatu bentuk distribusi. Perhitungannya digunakan Persamaan 2.8 sebagai berikut :

Cs = 1 3

Koefisien kurtosis digunakan untuk menentukan keruncingan kurva dari bentuk kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi normal. Perhitungannya digunakan Persamaan 2.9 sebagai berikut :

(13)

Ck = 4

Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara deviasi standar dengan nilai rata-rata hitung suatu distribusi. Perhitungannya menggunakan Persamaan 2.10 sebagai berikut :

Cv =

2. Pengukuran Dispersi Dengan Data Log

Untuk memudahkan perhitungan dispersi maka dilakukan perhitungan parameter statistik untuk nilai (LogXi- LogX), (LogXi- LogX)2, (LogXi- LogX)3

dan (LogXi- LogX)4 terlebih dahulu, dimana :

Xi = besarnya curah hujan daerah ( mm )

X = rata-rata curah hujan daerah ( mm ).

Hasil perhitungan parameter statistik dengan data log dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini :

Tabel 4.6. Parameter Statistik Curah Hujan Dengan Data Log

(14)

8 1995 100.046 2,000 -0,0825 0,0068 -0,000562 0,00004637 9 1996 113.346 2,054 -0,0282 0,0008 -0,000022 0,00000063 10 1997 110.597 2,044 -0,0389 0,0015 -0,000059 0,00000229

Jumlah 1220,74 20,827 0 0,0337 0,000576 0,00018564

Rata-rata 122,074 2,0826

Berikut ini contoh perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan dengan data log untuk tahun 1988 adalah sebagai berikut :

Xi = 150,303

X = 122,074

Sehingga parameter statistik curah hujannya adalah sebagai berikut : Log Xi = 2.177

(LogXi - LogX) = 0.0943 (LogXi - LogX)2 = 0.0089

(LogXi - LogX)3 = 0.0008

(LogXi - LogX)4 = 0,00007

Berikut ini adalah macam pengukuran dispersi antara lain sebagai berikut :

a. Deviasi Standar ( S )

Perhitungan deviasi standar digunakan Persamaan 2.7 sebagai berikut :

S =

1 ) (

1

2

− −

=

n

LogX LogX

n

i

i

dimana :

S = deviasi standar Xi = nilai variat ke i

X = nilai rata-rata variat n = jumlah data

S = deviasi standar S =

) 1 10 (

) 03369389 ,

0 (

(15)

c. Koefisien Skewness ( Cs )

Kemencengan ( Skewness ) adalah suatu nilai yang menunjukkan derajat ketidaksimetrisan dari suatu bentuk distribusi. Perhitungannya digunakan Persamaan 2.8 sebagai berikut :

Cs = 1 3

Koefisien kurtosis digunakan untuk menentukan keruncingan kurva dari bentuk kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi normal. Perhitungannya digunakan Persamaan 2.9 sebagai berikut :

(16)

Ck = 4

Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara deviasi standar dengan nilai rata-rata hitung suatu distribusi. Perhitungannya menggunakan Persamaan 2.10 sebagai berikut :

Cv =

3. Pemilihan Jenis Sebaran

Dalam statistik dikenal beberapa jenis distribusi, diantaranya yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah sebagai berikut :

1. Distribusi Normal 2. Distribusi Gumbel Tipe I 3. Distribusi Log Pearson Tipe III

Tabel 4.7. Macam Distribusi dan Kriteria Pemilihannya

No. Jenis Distribusi Syarat Hitungan Keterangan

(17)

4. Metode Smirnov Kolmogorov

Metode Smirnov Kolmogorov dikenal dengan uji non parametrik karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi. Ketentuan pengujiannya adalah sebagai berikut :

ƒ Data diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil atau sebaliknya dan ditentukan peluangnya dari masing-masing data tersebut P(X).

P(x) = ) 1 (n+

m

dimana : P (X) = peluang dari X m = nomor urut

n = jumlah data

ƒ Menentukan nilai variabel reduksi F(t) dengan persamaan sebagai berikut :

F(t) = S

X Xr

dimana : F(t) = variabel reduksi X = curah hujan

Xr = harga rata-rata dari X

ƒ Menentukan peluang teoritis P’(X) dari nilai F(t) dengan tabel

ƒ Dari nilai peluang tersebut ditentukan selisih antara pengamatan dan peluang teoritis Dmaks = Maks [ P(X) – P’(X) ].

ƒ Berdasarkan tabel nilai kritis Smirnov Kolmogorov ditentukan harga Do sehingga DoMaks < Do untuk harga yang memenuhi.

Perhitungan uji Smirnov Kolmogorov adalah sebagai berikut :

X = 1149

Xr = 114,9

S =

1 ) (

1

2

− −

n Xr X n

= 9

9 , 640

= 8,44 n = 10

(18)

Hasil perhitungan Uji Smirnov Kolmogorov dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini :

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Uji Smirnov Kolmogorov

No X P(X) =

m/(n+1) P (X<) f(t) = (X-Xr)/S P'(X) P'(X<) D (1) (2) (3) (4)=1-(3) (5) (6) (7)=1-(6) (8)=(7)-(4)

1 103 0,090909091 0,909091 -1,409952607 0,0735 0,9265 0,017409 2 105 0,181818182 0,818182 -1,172985782 0,1056 0,8944 0,076218 3 108 0,272727273 0,727273 -0,817535545 0,1977 0,8023 0,075027 4 110 0,363636364 0,636364 -0,58056872 0,2578 0,7422 0,105836 5 113 0,454545455 0,545455 -0,225118483 0,4013 0,5987 0,053245 6 116 0,545454545 0,454545 0,130331754 0,5360 0,4640 0,009455 7 120 0,636363636 0,363636 0,604265403 0,7422 0,2578 -0,10584 8 122 0,727272727 0,272727 0,841232227 0,8023 0,1977 -0,07503 9 125 0,818181818 0,181818 1,196682464 0,8944 0,1056 -0,07622 10 127 0,909090909 0,090909 1,433649289 0,9265 0,0735 -0,01741

Contoh perhitungannya Uji Smirnov Kolmogorov untuk nomor 1 adalah sebagai berikut :

Nomor = 1 X = 103 P(X) = 0,090909 F(t) =

44 , 8

) 9 , 114 103

( −

= -1,4099

P'(X) = berdasarkan F(t) dari tabel diperoleh 0,0735 dari tabel P'(X<) = 1- 0,0735

D = 0,017409.

Dari hasil perhitungan tabel di atas diperoleh Dmaks Distribusi Gumbel Tipe I

= 0,106 < 0,41 maka Distribusi Gumbel Tipe I dapat diterima, sehingga untuk selanjutnya digunakan Distribusi Gumbel Tipe I dalam perhitungan.

5. Plotting Data

Setelah pemilihan jenis sebaran dilakukan, maka dilakukan prosedur selanjutnya antara lain sebagai berikut :

(19)

2. Memberikan tiap harga pengamatan suatu nomor urut

3. Penghitungan probabilitas untuk tiap harga pengamatan, karena koefisien skewness (Cs) = 0,48 dan koefisien kurtosis (Ck) = 2,69 maka digunakan

Persamaan 2.11 yaitu Distribusi Gumbel Tipe I sebagai berikut : P (X≤x)= e

y e

− − ) (

Y = a (X – Xo)

a = 1,283/S Xo = X – 0,455S

dimana :

P (X≤x)= fungsi densitas peluang Gumbel Tipe I e = 2,71828

Y = faktor reduksi Gumbel

X = besar curah hujan pada periode tertentu x = nilai curah hujan rata-rata

S = deviasi standar Dari data diketahui :

S = 17,49 X = 122,07 Perhitungan :

a = 49 , 17

283 , 1

= 0,073

Xo = 122,07−0,455x(17,49)= 114,11

Y = 0,073(X −114,11)

Maka pada tahun 1988 untuk nomor 10 dengan X = 150,30mm Y = 0,073(150,30−114,11)

= 2,655

P = 2,71828(−2,71828)−2,655 = 0,932

(20)

Tabel 4.9. Nilai Probabilitas Curah Hujan

No. X X S e a Xo Y P

1 100.046 122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112 -1,033 0,060 2 105.859 122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112 -0,604 0,160 3 109.793 122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112 -0,318 0,253 4 110.597 122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112 -0,258 0,274 5 113.346 122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112 -0,056 0,347 6 116.918 122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112 0,206 0,443 7 131.609 122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112 1,284 0,758 8 139.669 122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112 1,876 0,858 9 142.603 122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112 2,088 0,883 10 150.303 122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112 2,655 0,932

4. Pengujian kecocokan sebaran

Pengujian kecocokan sebaran digunakan untuk menguji apakah sebaran dari data yang ada memenuhi syarat untuk digunakan sebagai data perencanaan. Dalam tugas akhir ini digunakan pengujian kecocokan sebaran dengan Metode Uji Chi-Kuadrat seperti pada Persamaan 2.12 sebagi berikut :

Xh2 =

=

G

i i

i i

E E O

1

2

) (

dimana :

Xh2 = parameter Chi-kuadrat

G = jumlah sub-kelompok

Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub-kelompok ke I

Ei = jumlah nilai teoritis pada sub-kelompok ke I

Perhitungan : G = 1+1,33.ln.n

= 1 + 1,33. ln10 = 4,06 diambil 5 dk = G−(R+1)

untuk Gumbel Tipe I besarnya R = 1 dk = 5−(1+1) = 3

Ei = G

n

= 5 10

(21)

Oi = data yang diamati

Hasil perhitungan uji Chi-Kuadrat dapat kita lihat pada Tabel 4.8 di bawah ini :

Tabel 4.10. Perhitungan Uji Chi-Kuadrat

Kemungkinan Ei Oi (Ei – Oi) (Ei – Oi)2/Ei

nilai Chi-Kuadrat (λh2) = 5, dari tabel Chi-Kuadrat didapat derajad kebebasan (α) = 0,5991 atau sekitar 59 %, karena derajad kebebasan lebih besar dari 5 % maka distribusi Gumbel I dapat diterima.

Mencari curah hujan dengan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 50 tahun dan 100 tahun. Dari distribusi Gumbel Tipe I didapat :

(22)

Berdasarkan tabel nilai variabel reduksi Gumbel ( dalam Soewarno, 1995 ) didapat variabel reduksi Gumbel sebagai berikut :

untuk periode ulang 2 tahun Y = 0,366

4.1.5.2.4. Perhitungan Debit Banjir Rencana

Analisa debit banjir rencana dihitung dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :

1. Metode Rasional

(23)

r = intensitas hujan selama t jam ( mm/jam ) r =

3 / 2 24 24

24 ⎟⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

T R

R24 = curah hujan harian ( mm )

T = w

l

T = waktu konsentrasi ( jam ) W = 20

l H0,6

( m/det )

w = 72 l H0,6

( km/jam )

w = waktu kecepatan perambatan ( m/det atau km/jam )

l = jarak dari ujung daerah hulu sampai titik yang ditinjau ( km ) A = luas DAS ( km2 )

H = beda tinggi ujung hulu dengan tinggi titik yang ditinjau ( m )

dimana untuk menentukan besarnya koefisien pengaliran (f) digunakan Tabel 2.2.

Dari perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut :

R24 untuk periode ulang 2 tahun = 119,13 mm

R24 untuk periode ulang 5 tahun = 134,79 mm

R24 untuk periode ulang 10 tahun = 144,94 mm

R24 untuk periode ulang 20 tahun = 154,80 mm

R24 untuk periode ulang 50 tahun = 167,54 mm

R24 untuk periode ulang 100 tahun = 177,12 mm

A = 8,6875 km2 l = 7,75 km

f = 0,75 (untuk daerah perbukitan ) H = 1135 m

(24)

Tabel 4.11. Perhitungan Debit Banjir Rasional

T (tahun)

A (km2)

R (mm)

L (km)

H (km) f

w (km/jam)

T (jam)

r (mm/jam)

Q (m3/det)

2 8,6875 119,13 7,75 1,135 0,75 10,02 0,7732 49,03 88,73 5 8,6875 134,79 7,75 1,135 0,75 10,02 0,7732 55,47 100,40 10 8,6875 144,94 7,75 1,135 0,75 10,02 0,7732 59,65 107,96 20 8,6875 154,80 7,75 1,135 0,75 10,02 0,7732 63,71 115,30 50 8,6875 167,54 7,75 1,135 0,75 10,02 0,7732 68,95 124,79 100 8,6875 177,12 7,75 1,135 0,75 10,02 0,7732 72,89 131,92

Berkut ini contoh perhitungan untuk Tabel 4.11 pada periode ulang 2 tahun adalah sebagai berikut :

Dari data diperoleh : A = 8,6875 km2 L = 7,75 km

f = 0,75 ( untuk daerah perbukitan ) H = 1135 m

R24 untuk periode ulang 2 tahun = 119,13 mm

Perhitungan waktu kecepatan perambatan ( w ) dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

w = 72 l H0,6

( km/jam )

= 72 75 , 7 135 , 1 0,6

= 10,02 km/jam

Perhitungan waktu konsentrasi ( T ) dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

T = w

l

= 02 , 10

75 , 7

(25)

Perhitungan intensitas hujan ( r ) dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

r =

Maka perhitungan debit banjir rencana ( Q ) dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

Q = f.r.A

Perhitungan debit banjir rencana dengan Metode Weduwen digunakan Persamaan 2.14 sebagai berikut :

Qt = α.β.qn.A

(26)

A = luas daerah pengaliran ( km2 ) sampai 100 km2 t = lamanya curah hujun ( jam )

L = panjang sungai ( km )

I = gradien sungai atau medan yaitu kemiringan rata-rata sungai ( 10 % bagian hulu dari panjang sungai tidak dihitung. Beda tinggi dan panjang diambil dari suatu titik 0,1 L dari batas hulu DAS ).

Hasil perhitungan debit banjir rencana dengan Metode Weduwen dapat kita lihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen

T (tahun)

A (km2)

L (km) I

Rt

(mm) t (jam) β

qn

(m3/det.km2) α

Q (m3/det

)

2 8,6875 7,75 0,06 119,13 2,23 0,95 9,11 0,74 55,66 5 8,6875 7,75 0,06 134,79 2,20 0,95 10,41 0,76 65,19 10 8,6875 7,75 0,06 144,94 2,18 0,95 11,25 0,77 71,50 20 8,6875 7,75 0,06 154,80 2,16 0,95 12,09 0,78 77,72 50 8,6875 7,75 0,06 167,54 2,14 0,95 13,15 0,79 85,86 100 8,6875 7,75 0,06 177,12 2,13 0,95 13,96 0,80 92,06

Berikut ini contoh perhitungan untuk Tabel 4.10 pada periode ulang 2 tahun adalah sebagai berikut :

Dari data diperoleh : A = 8,6875 km2 L = 7,75 km I = 0,06 Rt = 119,13

Debit ( Q ) yang digunakan untuk meghitung lamanya curah hujan ( t ) menggunakan debit perkiraan yaitu debit dari hasil perhitungan Metode Rasional.

Q pada periode ulang 2 tahun = 88,73 m3/det

Perhitungan lamanya curah hujan ( t ) dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

(27)

= 0,25x7,75x88,73−0,125x0.06−0,25 = 2,23 jam

Perhitungan debit banjir ( qn ) dapat ditentukan dengan persamaan sebagai

berikut :

Perhitungan koefisien pengurangan daerah (β ) dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

β =

Perhitungan koefisien limpasan hujan (α) dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

α

=

Maka perhitungan debit banjir rencana ( Q ) dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

Qt = α.β.qn.A

= 0,738.0,95.9,11.8,6875 = 55,66 m3/det

3. Metode Haspers

Perhitungan debit banjir rencana dengan Metode Haspers digunakan Persamaan 2.15 sebagai berikut :

Q = kxβxqxA (m3/det) dimana :

(28)

β = koefisien reduksi

q = intensitas hujan yang diperhitungkan (m3/det/km2) A = luas DAS (km2).

Perhitungan waktu pengaliran dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

t = 0,1xL0,8xI−0,3 dimana :

L = panjang sungai = 7,75 km I = kemiringan sungai = 0,06

Sehingga waktu pengaliran dapat ditentukan sebagai berikut : t = 0,1x7,750,8x0,06−0,3= 1,2 jam

Perhitungan koefisien reduksi

( )

β , dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

Perhitungan koefisien run off (k), dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

k = 0,7

Perhitungan distribusi hujan (r), dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

r = ) 1 (t+

txRt

Maka contoh perhitungan distribusi hujan untuk periode ulang 50 tahun adalah sebagai berikut :

(29)

Dengan cara yang sama akan didapatkan besarnya distribusi hujan pada periode ulang tertentu. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Perhitungan Distribusi Hujan

Periode Ulang (tahun)

Rt

(mm/hari)

Distribusi Hujan (mm/hari)

2 119,13 64,98 5 134,79 73,52 10 144,94 79,06 20 154,80 84,44 50 167,54 91,39

100 177,12 96,61

Perhitungan intensitas hujan ( q ), dapat kita tentukan dengan persamaan sebagai berikut :

q = ) 6 , 3 ( xt

r

Maka contoh perhitungan intensitas hujan untuk periode ulang 50 tahun adalah sebagai berikut :

q50 =

) 2 , 1 6 , 3 (

39 , 91

x = 21,15 m

3

/det/km2

Dengan cara yang sama akan didapat besarnya intensitas curah hujan pada periode ulang tertentu. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Perhitungan Intensitas Hujan

Periode Ulang (tahun)

Rt

(mm/hari)

Intensitas Hujan (m3/det/km2)

2 64,98 15,04 5 73,52 17,02 10 79,06 18,30 20 84,45 19,55 50 91,39 21,15

100 96,61 22,36

Perhitungan Debit banjir Rencana (Q), dapat ditentukan antara lain sebagai berikut :

(30)

= 0,7866 x 0,7047x 21,15 x 8.6875

= 101,87 m3/det

Dengan cara yang sama akan didapat besarnya debit banjir rencana pada periode ulang tertentu. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Perhitungan Debit Banjir Rencana Metode Haspers

Periode Ulang (tahun) Q (m3/det)

2 72,44 5 81,96 10 88,13 20 94,12 50 101,87 100 107,70

Hasil perhitungan debit banjir Metode Rasional, Weduwen dan Haspers dirangkum dalam Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Rangkuman Debit Banjir Rencana

T (tahun)

Rt (mm)

Q (m3/det) Metode

Rasional

Metode Weduwen

Metode Haspers

2 119,13 88,73 55,66 72,44

5 134,79 100,40 65,19 81,96

10 144,94 107,96 71,50 88,13

20 154,80 115,30 77,72 94,12

50 167,54 124,79 85,86 101,87

100 177,12 131,92 92,06 107,70

(31)

4.1.5.2.5. Skala Perencanaan

Pertimbangan yang harus diperhatikan selain dari periode ulang dalam perencanaan suatu konstruksi adalah pendekatan terhadap masalah desain struktur berdasarkan pertimbangan mengenai kemungkinan kerusakan yang terjadi bila terjadi kegagalan struktur. Oleh karena itu perlu kesadaran atas resiko ditemukannya kondisi-kondisi tertentu selama kurun waktu tertentu yang dapat berakibat terhadap pengaru lingkungan, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.

Kemungkinan sulit untuk melakukan penilaian terhadap faktor-faktor tersebut, tetapi pertimbangan atas serangkaian langkah setidaknya dapat memberikan suatu cara yang logis tentang berbagai pilihan bagi perencana antara lain sebagai berikut :

1. Identifikasi kejadian atau serangkaian kejadian yang dapat menuju kegagalan, dan penentuan kemungkinan yang terjadi.

2. Perkiraan pengaruh konstruksi terhadap segi ekonomi, sosial, politik dan lingkungan.

Pertimbangan dari segi biaya berkaitan erat dengan sifat bangunan tersebut, dengan kondisi biaya yang ada maka bangunan dapat direncanakan bersifat permanen maupun semi permanen tergantung kondisi dana dan kebutuhan. Untuk bangunan permanen diperlukan dana yang cukup besar, tetapi dari segi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut akan bersifat lebih murah apabila dibandingkan dengan kerugian yang akan terjadi akibat bencana banjir lahar.

(32)

bendung Kali Putih direncanakan dengan debit banjir rencana dengan periode ulang 50 tahun serta bangunan bersifat permanen.

4.1.5.2.6. Perencanaan Debit Banjir Rencana Untuk Sabo Dam

Untuk perencanaan bangunan sabo dam, debit banjir yang digunakan adalah gabungan antara massa air dan massa sedimen. Perhitungan debit banjirnya menggunakan Persamaaan 2.16 sebagai berikut :

Qd = α. Qp

dimana :

Qd = debit banjir rencana ( m3/det )

Qp = debit banjir puncak ( m3/det ) = 124,79 m3/det

α = konsentrasi kandungan sedimen α = Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Cd =

[

]

(33)

4.1.6. SEDIMEN SUNGAI

4.1.6.1. Data Sedimen Sungai

Dari data yang ada didapat jumlah sedimen yang masuk ke alur Kali Putih dimana debit rencana digunakan untuk periode ulang dua kali dalam 25 tahun adalah sebesar 6.060.000 m3/tahun, dan bangunan yang telah ada mampu menampung adalah 3.630.000 m3/ tahun, dan volume sedimen yang diijinkan melewati alur sungai Kali Putih adalah 260 m3/ tahun.

4.1.6.2. Analisis Data Sedimen Sungai

Dari data sedimen di atas maka dapat diketahui besarnya sedimen yang masih perlu penanggulangan yaitu sebesar 2.170.000 m3/tahun.

4.2. ANALISA DATA BENDUNG

Dalam analisa bendung, ada beberapa analisa data yang sama dengan yang digunakan dalam sabo dam antara lain data topografi, data geometri sungai, data geologi sungai, data mekanika tanah dan data sedimen sungai. Sedangkan untuk analisa hidrologi bendung berbeda dengan analisa hidrologi sabo dam.

4.2.1. Data Pengairan

Dalam perencanaan bangunan bendung digunakan data kebutuhan air untuk areal persawahan. Berdasarkan data dari Dinas Pengairan setempat, didapat kebutuhan air untuk persawahan sebesar 1,42 l/det.Ha dengan areal yang dialiri sebesar 240 Ha untuk persawahan di sebelah kiri dan 165 Ha di sebelah kanan. 4.2.2. Analisa Data Pengaliran

Kebutuhan air di sawah haruslah tercukupi dengan baik karena ini merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman. Adapun besarnya kebutuhan air di sawah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Q = e NFRxA

dimana :

Q = debit rencana (m3/det)

(34)

A = luas daerah yang diairi (Ha) = 240 Ha di sebelah kiri

= 165 Ha di sebelah kanan

e = efisiensi irigasi = 0,75 (untuk irigasi yang diambil dari waduk atau bendung yang dikelola dengan baik)

untuk sebelah kiri sungai

Q = 75 , 0

240 42 , 1 x

= 454,40 l/det = 0,45 m3/det

untuk sebelah kanan sungai :

Q = 75 , 0

165 42 .

1 x

= 312,40 l/det = 0,31 m3/det

4.2.3. Analisis Debit Andalan

Ketersediaan air yang dimaksudkan disini adalah ketersediaan air di sungai, yaitu jumlah air yang diperkirakan terus menerus yang ada dalam sungai dengan jumlah tertentu dalam periode tertentu. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan pengukuran curah hujan dari Stasiun Mranggen, Plawangan dan Babadan dengan keandalannya 80 %. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :

1. Menghitung curah hujan rata-rata dari ketiga stasiun lalu dijumlahkan pertahunnya mulai dari tahun 1988-1997 secara lengkap.

2. Mengurutkan jumlah intensitas curah hujan rata-rata stasiun dari kecil ke besar ( disajikan pada Tabel 4.17 ) dan dihitung Rh 20 % kering dengan

rumus sebagai berikut :

Rh (20 %) = 1

5 + N

dimana :

(35)

Persamaan ini bertujuan untuk mendapatkan tahun-tahun ”ke berapa” untuk dianalisis debit andalannya.

3. Analisis debit andalan dapat dihitung berdasarkan Metode DR. F.J. Mock yang disajikan didalam Tabel 4.19 dengan tujuan untuk mengetahui debit yang mampu disediakan oleh sungai.

Adapun urutan perhitungan curah hujan (Rh 20%) kering rata-rata dari 3

stasiun yaitu Stasiun Plawangan, Stasiun Babadan dan Stasiun Mranggen dari kecil ke besar dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Berdasarkan Tabel 4.17, kemudian digunakan untuk mengetahui data curah hujan yang dipakai dalam analisis debit andalan dan perhitungannya adalah sebagai berikut :

Rh (20 %) = 1

5 + N

= 1 5 10+

= 3

jadi data yang dipakai adalah data urutan ke 3 yang berkorelasi tahun 1993

Sebelum analisis debit andalan maka terlebih dahulu menentukan besarnya evapotranspirasi tanaman (Eto) dengan Metode Penman yang hasil

analisisnya disajikan pada Tabel 4.18.

Sedangkan untuk perhitungan debit andalan 20 % kering dapat dilihat pada Tabel 4.19 pada urutan no. 24 dengan periode bulanan dan debit andalan minimum 0,006 m3/dt terjadi pada bulan Agustus yang bisa dikategorikan dalam bulan kering. Sedangkan debit maksimum 0,063 m3/dt pada bulan Desember yang biasanya merupakan bulan basah sesuai dengan iklim di Indonesia yaitu iklim tropis.

(36)
(37)

109

Tabel 4.17. Perhitungan Curah Hujan (R 20%) Kering Dari Rata-rata 3 Stasiun Stasiun : Mranggen, Plawangan dan Babadan

Tahun Bulan Jumlah

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

1997 256.667 549.667 155 228.667 86.333 7.333 1 0.333 1 17 203.667 580.333 2087.001

1994 437.533 257.5 554.167 245 72.5 9.833 16.667 0 0 57 326.667 330.667 2307.534

1993 407.33 420.167 409.333 297.533 163 131.5 1.5 15.1667 18 46.167 454.167 586.5 2950.363

1991 425.33 432.67 323.33 557.33 62.667 0.667 6.333 0 7.333 90.333 526.67 521 2953.663

1990 476.17 460.83 296.83 300.83 151.33 118 72 91.5 41.5 158.5 181.5 634.83 2983.820

1996 402.667 382.667 374 374 37 19 26 119.667 6.667 318.333 534 439.667 3033.668

1988 600.33 543.67 434.67 278.17 201.33 11.5 39.333 32 23 350.67 428.33 295.33 3238.333

1995 567.5 554.433 491.5 213.167 114.833 284.5 75.167 2.1667 11.333 239.5 517 219 3290.100

1989 492.17 563.33 433.17 243.33 291 181.33 189.17 70.667 51.833 167.17 347.5 427.17 3457.840

(38)

Tabel 4.18. Perhitungan Evapotranspirasi Dengan Penman Modifikasi

No Dasar Unit Bulan Keterangan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

1 Suhu udara o

C 25.35 25.775 25.75 25.95 26.15 25.6 25.1 24.85 25.95 26.8 26.15 25.5 Data

2 Kelembaban Relatif % 83.5 82 81.5 84 79.5 78 75 75 70.5 69.5 78 84 Data

3 Kecepatan Angin m/det 0.8889 0.7222 0.7639 0.6528 0.8611 0.9028 0.9861 1.1944 1.6250 1.4167 1.1111 0.6389 Data

4 Penyinaran Matahari 12 Jam % 22.5 40.5 66 43 54 54.5 57.5 54.5 51.5 55.5 40.5 32.5 Data

5 Lintang Selatan 7.07 7.07 7.07 7.07 7.07 7.07 7.07 7.07 7.07 7.07 7.07 7.07 Data

Perhitungan Penman

6 Tabel Penman 1 dan (1) 9.01 9.06 9.06 9.08 9.10 9.03 8.97 8.95 9.08 9.18 9.10 9.02 Tabel

7 Tabel Penman 2 dan (1) 2.49 2.54 2.54 2.56 2.59 2.51 2.45 2.42 2.56 2.67 2.59 2.50 Tabel

8 Tabel Penman 3 dan (1) mmHg 24.35 24.94 24.94 25.31 25.6 24.64 23.9 23.6 25.31 26.46 25.6 24.49 Tabel

9 Tabel Penman 4 dan (1) 1.94 1.97 1.97 1.98 2.00 1.95 1.92 1.90 1.98 2.04 2.00 1.95 Tabel

10 (2)*(8) mmHg 20.332 20.451 20.326 21.260 20.352 19.219 17.925 17.700 17.844 18.390 19.968 20.572 Rumus

11 Tabel Penman 5 dan (10) 0.123 0.122 0.123 0.114 0.122 0.132 0.145 0.146 0.146 0.140 0.126 0.121 Tabel

12 (8)-(10) mmHg 4.0178 4.489 4.614 4.050 5.248 5.421 5.975 5.900 7.467 8.070 5.632 3.918 Rumus

13 Tabel Penman 6 dan (3) 0.169 0.151 0.16 0.151 0.169 0.169 0.178 0.197 0.234 0.215 0.187 0.151 Tabel

14 (12)*(13) 0.679 0.678 0.738 0.612 0.887 0.916 1.064 1.162 1.747 1.735 1.053 0.592 Rumus

15 Tabel Penman 7 dan (5) 9.12 9.16 8.9 8.32 7.64 7.25 7.37 7.95 8.59 8.99 9.08 9.06 Tabel

16 Tabel Penman 8 dan (4) 0.30 0.37 0.45 0.37 0.41 0.41 0.45 0.41 0.41 0.41 0.37 0.34 Tabel

17 (15)*(16) 2.736 3.389 4.005 3.078 3.132 2.973 3.317 3.259 3.522 3.686 3.360 3.080 Rumus

18 8*{1-(4)} 6.20 4.76 2.72 4.56 3.68 3.64 3.40 3.64 3.88 3.56 4.76 5.40 Rumus

19 1 - {(18)/10} 0.380 0.524 0.728 0.544 0.632 0.636 0.66 0.636 0.612 0.644 0.524 0.460 Rumus

20 (6)*(11)*(19) 0.421 0.579 0.811 0.563 0.702 0.758 0.858 0.831 0.811 0.828 0.601 0.502 Rumus

21 (17)-(20) 2.315 2.810 3.194 2.515 2.431 2.214 2.458 2.428 2.711 2.858 2.759 2.578 Rumus

22 (7)*(21) 5.764 7.137 8.112 6.439 6.296 5.558 6.022 5.877 6.939 7.632 7.145 6.446 Rumus

23 (14)+(22) 6.443 7.815 8.850 7.051 7.183 6.474 7.086 7.039 8.686 9.367 8.198 7.038 Rumus

24 (23)/(9) mm/hr 3.321 3.967 4.493 3.561 3.591 3.320 3.691 3.705 4.387 4.592 4.099 3.609 Rumus

(39)

111

Tabel 4.19. Perhitungan Debit Andalan Rh 20 % Kering

No Uraian

Bulan

Unit Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

1 Curah Hujan (Rh 20 %) P 407.333 420.167 409.333 297.533 163 131.5 1.5 15.1667 18 46.667 454.167 586.5

2 Hari Hujan (n) n 19 19 23 16 7 10 2 4 6 11 21 24

Evapotranspirasi

3 Evapotranspirasi Eto 102.956 111.080 139.269 106.828 111.33 99.605 114.407 114.850 131.610 142.335 122.976 111.879

4 Exposed Surface % 30 30 30 30 40 50 60 70 70 50 40 30

5 (m/20)*(18-n) % -0.015 -0.015 -0.075 0.03 0.22 0.2 0.48 0.49 0.42 0.175 -0.06 -0.09 6 dE = (m/20)*(18-n)*Eto (3)*(5) -1.544 -1.666 -10.450 3.205 24.493 19.921 54.915 56.276 55.276 24.909 -7.379 -10.069

7 Et = Eto - dE (3)-(6) 104.500 112.747 149.714 103.623 86.837 79.684 59.491 58.573 76.334 117.427 130.355 121.948

Keseimbangan Air

8 Run off Storm (Rs) = P - Eto (1)-(7) 302.833 307.420 259.619 193.910 76.163 51.816 57.991 43.406 58.334 70.760 323.812 464.552

9 Run off Storm 5% Rs 5%*(8) 15.142 15.371 12.981 9.695 3.808 2.591 2.900 2.170 2.917 3.538 16.191 23.228

10 Soil Storage (8)-(9) 287.691 292.049 246.638 184.214 72.355 49.226 55.092 41.236 55.417 67.222 307.621 441.324

11 Soil Moisture (SMC = 150) 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150

12 Water Surplus (8)-(10) 15.142 15.371 12.981 9.695 3.808 2.591 2.900 2.170 2.917 3.538 16.191 23.228

Aliran dan Penyimpanan Air Tanah

13 Initial Storage 50% SMC 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75

14 Infiltration = i * Ws ; I = 0,2 (12)*0,2 3.028 3.074 2.596 1.939 0.762 0.518 0.580 0.434 0.583 0.708 3.238 4.646

15 0,5 x ( 1 + k ) x Infiltration 0.5*(1+k)*(14) 2.877 2.921 2.466 1.842 0.724 0.492 0.551 0.412 0.554 0.672 3.076 4.413 16 k x V(n-1) k*(15) 2.589 2.628 2.220 1.658 0.651 0.443 0.496 0.371 0.499 0.605 2.769 3.972 17 Storage Volume (Vn) (15)+(16) 5.466 5.549 4.686 3.500 1.375 0.935 1.047 0.783 1.053 1.277 5.845 8.385

18 dVn = Vn - V(n-1) {(16)/0.9} (17)- 2.589 2.628 2.220 1.658 0.651 0.443 0.496 0.371 0.499 0.605 2.769 3.972

19 Base Flow (14)-(18) 0.439 0.446 0.376 0.281 0.110 0.075 0.084 0.063 0.085 0.103 0.470 0.674

20 Direct Run Off (12)-(14) 12.113 12.297 10.385 7.756 3.047 2.073 2.320 1.736 2.333 2.830 12.952 18.582 21 Run Off (19)+(20) 12.552 12.743 10.761 8.038 3.157 2.148 2.404 1.799 2.418 2.933 13.422 19.256 22 Catchment Area m2 8687500 8687500 8687500 8687500 8687500 8687500 8687500 8687500 8687500 8687500 8687500 8687500

(40)

Tabel 4.20. Perhitungan Curah Hujan Efektif Terkoreksi (Re) Dari Rata-rata 3 Stasiun Stasiun : Mranggen, Plawangan dan Babadan

Tahun

Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

1988 600.33 543.67 434.67 278.17 201.33 11.5 39.33 32 23 350.7 428.3 295.3

1989 492.17 563.33 433.17 243.33 291 181.33 189.2 70.67 51.83 167.2 347.5 427.2

1990 476.17 460.83 296.83 300.83 151.33 118 72 91.5 41.5 158.5 181.5 634.8

1991 425.33 432.67 323.33 557.33 62.667 0.667 6.333 0 7.333 90.33 526.7 521

1992 584.8 496.5 304.67 454.17 198.87 50.833 76.67 297.5 252.2 385.3 676.7 865.2

1993 407.33 420.167 409.333 297.533 163 131.5 1.5 15.17 18 46.17 454.2 586.5

1994 437.533 257.5 554.167 245 72.5 9.833 16.67 0 0 57 326.7 330.7

1995 567.5 554.433 491.5 213.167 114.833 284.5 75.17 2.167 11.33 239.5 517 219

1996 402.667 382.667 374 374 37 19 26 119.7 6.667 318.3 534 439.7

1997 256.667 549.667 155 228.667 86.333 7.33333 1 0.333 1 17 203.7 580.3

Rata-rata 465.050 466.143 377.667 319.220 137.886 81.450 50.38 62.9 41.28 183 419.6 490

SD 147.062 147.406 119.429 100.946 43.605 25.757 15.93 19.89 13.05 57.87 132.7 154.9

Re Bulanan 341.224 342.028 277.108 234.223 101.171 59.762 36.97 46.15 30.29 134.3 307.9 359.5

(41)

113 Tabel 4.21. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Padi

Uraian Satuan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Eto mm/hr 3.231 3.967 4.493 3.561 3.591 3.32 3.691 3.705 4.387 4.592 4.099 3.609

Eo = 1.1*Eto mm/hr 3.5541 4.364 4.942 3.917 3.95 3.652 4.06 4.076 4.826 5.051 4.509 3.97

Perkolasi (P) mm/hr 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Eo+P mm/hr 5.5541 6.364 6.942 5.917 5.95 5.652 6.06 6.076 6.826 7.051 6.509 5.97

R20% kering (Rh) mm/bln 407.33 420.2 409.3 297.5 163 131.5 1.5 15.17 18 46.67 454.2 586.5

mm/hr 13.14 15.01 13.2 9.918 5.258 4.383 0.048 0.489 0.6 1.505 15.14 18.92

Faktor Tanaman (kc)

Etc = kc*Eto

1.2 Et1 mm/hr 3.8772 4.76 5.392 4.273 4.309 3.984 4.429 4.446 5.264 5.51 4.919 4.331

1.27 Et2 mm/hr 4.1034 5.038 5.706 4.522 4.561 4.216 4.688 4.705 5.571 5.832 5.206 4.583

1.33 Et3 mm/hr 4.2972 5.276 5.976 4.736 4.776 4.416 4.909 4.928 5.835 6.107 5.452 4.8

1.3 Et4 mm/hr 4.2003 5.157 5.841 4.629 4.668 4.316 4.798 4.817 5.703 5.97 5.329 4.692

1.3 Et5 mm/hr 4.2003 5.157 5.841 4.629 4.668 4.316 4.798 4.817 5.703 5.97 5.329 4.692

0 Et6 mm/hr 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Faktor hujan (kh) ( Golongan II ) Re = kh*Rh

0.18 Re1 mm/hr 2.3652 2.701 2.377 1.785 0.946 0.789 0.009 0.088 0.108 0.271 2.725 3.405

0.53 Re2 mm/hr 6.9641 7.953 6.998 5.256 2.787 2.323 0.026 0.259 0.318 0.798 8.024 10.03

0.55 Re3 mm/hr 7.2269 8.253 7.262 5.455 2.892 2.411 0.027 0.269 0.33 0.828 8.326 10.41

0.4 Re4 mm/hr 5.2559 6.002 5.282 3.967 2.103 1.753 0.019 0.196 0.24 0.602 6.056 7.568

0.4 Re5 mm/hr 5.2559 6.002 5.282 3.967 2.103 1.753 0.019 0.196 0.24 0.602 6.056 7.568

0.4 Re6 mm/hr 5.2559 6.002 5.282 3.967 2.103 1.753 0.019 0.196 0.24 0.602 6.056 7.568

0.4 Re7 mm/hr 5.2559 6.002 5.282 3.967 2.103 1.753 0.019 0.196 0.24 0.602 6.056 7.568

(42)

Uraian Satuan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Penyiapan Lahan 250 mm selama 30 hari

Dua minggu periode pertama

LP mm/hr 11.7 11.85 11.4 11.42 11.43 11.24 11.1 11.7 11.87 11.44 11.13 11.22

LP-Re1 A mm/hr 6.444 5.848 6.118 7.453 9.327 9.487 11.08 11.5 11.63 10.84 5.074 3.652

A*0.116 B l/det/ha 0.748 0.678 0.71 0.865 1.082 1.1 1.285 1.334 1.349 1.257 0.589 0.424

B*1.250 C l/det/ha 0.934 0.848 0.887 1.081 1.352 1.376 1.607 1.668 1.686 1.571 0.736 0.53

C*0.150 D l/det/ha 0.14 0.127 0.133 0.162 0.203 0.206 0.241 0.25 0.253 0.236 0.11 0.079

D*0.110 E l/det/ha 0.015 0.014 0.015 0.018 0.022 0.023 0.027 0.028 0.028 0.026 0.012 0.009

Penyiapan Lahan 250mm selama 30 hari

Dua minggu periode kedua

LP mm/hr 11.7 11.85 11.4 11.42 11.43 11.24 11.1 11.7 11.87 11.44 11.13 11.22

LP-Re2 A mm/hr 11.7 11.85 11.4 11.42 11.43 11.24 11.1 11.7 11.87 11.44 11.13 11.22

A*0,116 B l/det/ha 1.357 1.375 1.322 1.325 1.326 1.304 1.288 1.357 1.377 1.327 1.291 1.302

B*1,250 C l/det/ha 1.697 1.718 1.653 1.656 1.657 1.63 1.61 1.697 1.721 1.659 1.614 1.627

C*0,150 D l/det/ha 0.254 0.258 0.248 0.248 0.249 0.244 0.241 0.254 0.258 0.249 0.242 0.244

(43)

115

Uraian Satuan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Kebutuhan air pada tumbuhan Padi

Dua minggu periode pertama

WL = 3,33 mm/hr (KP 01) mm/hr

Et1 - Re3 + P + WL A mm/hr 1.98 1.837 3.459 4.148 6.747 6.903 9.733 9.507 10.26 10.01 1.922 0

A*0,116 B l/det/ha 0.23 0.213 0.401 0.481 0.783 0.801 1.129 1.103 1.191 1.161 0.223 0

B*1,250 C l/det/ha 0.287 0.266 0.502 0.602 0.978 1.001 1.411 1.379 1.488 1.452 0.279 0

C*0,150 D l/det/ha 0.043 0.04 0.075 0.09 0.147 0.15 0.212 0.207 0.223 0.218 0.042 0

D*0,110 E l/det/ha 0.005 0.004 0.008 0.01 0.016 0.017 0.023 0.023 0.025 0.024 0.005 0

Kebutuhan air pada tumbuhan Padi

Dua minggu periode kedua

WL = 3,33 mm/hr (KP 01) mm/hr

Et2 - Re4 + P + WL A mm/hr 4.177 4.366 5.754 5.885 7.787 7.793 9.998 9.84 10.66 10.56 4.48 2.346

A*0,116 B l/det/ha 0.485 0.506 0.668 0.683 0.903 0.904 1.16 1.141 1.237 1.225 0.52 0.272

B*1,250 C l/det/ha 0.606 0.633 0.834 0.853 1.129 1.13 1.45 1.427 1.546 1.531 0.65 0.34

C*0,150 D l/det/ha 0.091 0.095 0.125 0.128 0.169 0.169 0.217 0.214 0.232 0.23 0.097 0.051

D*0,110 E l/det/ha 0.01 0.01 0.014 0.014 0.019 0.019 0.024 0.024 0.026 0.025 0.011 0.006

Kebutuhan air pada tumbuhan Padi

Dua minggu periode ketiga

WL = 3,33 mm/hr (KP 01) mm/hr

Et3 - Re5 + P + WL A mm/hr 4.371 4.604 6.024 6.099 8.003 7.992 10.22 10.06 10.92 10.84 4.726 2.562

A*0,116 B l/det/ha 0.507 0.534 0.699 0.707 0.928 0.927 1.185 1.167 1.267 1.257 0.548 0.297

B*1,250 C l/det/ha 0.634 0.668 0.873 0.884 1.16 1.159 1.482 1.459 1.584 1.571 0.685 0.372

C*0,150 D l/det/ha 0.095 0.1 0.131 0.133 0.174 0.174 0.222 0.219 0.238 0.236 0.103 0.056

(44)

Uraian Satuan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Kebutuhan Air pada tumbuhan Padi

Dua minggu periode keempat

WL = 3,33 mm/hr (KP 01) mm/hr

Et4 - Re6 + P + WL A mm/hr 4.274 4.485 5.889 5.992 7.895 7.893 10.11 9.951 10.79 10.7 4.603 2.454

A*0,116 B l/det/ha 0.71 0.744 0.978 0.995 1.311 1.31 1.678 1.652 1.792 1.776 0.764 0.407

B*1,250 C l/det/ha 0.887 0.931 1.222 1.243 1.638 1.638 2.098 2.065 2.24 2.22 0.955 0.509

C*0,150 D l/det/ha 0.133 0.14 0.183 0.187 0.246 0.246 0.315 0.31 0.336 0.333 0.143 0.076

D*0,110 E l/det/ha 0.015 0.015 0.02 0.021 0.027 0.027 0.035 0.034 0.037 0.037 0.016 0.008

Kebutuhan Air pada tumbuhan Padi

Dua minggu periode kelima

WL = 3,33 mm/hr (KP 01) mm/hr

Et5 - Re7 + P A mm/hr 0.944 1.155 2.559 2.662 4.565 4.563 6.779 6.621 7.463 7.367 1.273 0.000

A*0,116 B l/det/ha 0.11 0.134 0.297 0.309 0.53 0.529 0.786 0.768 0.866 0.855 0.148 0.000

B*1,250 C l/det/ha 0.137 0.167 0.371 0.386 0.662 0.662 0.983 0.96 1.082 1.068 0.185 0.000

C*0,150 D l/det/ha 0.021 0.025 0.056 0.058 0.099 0.099 0.147 0.144 0.162 0.16 0.028 0.000

D*0,110 E l/det/ha 0.002 0.003 0.006 0.006 0.011 0.011 0.016 0.016 0.018 0.018 0.003 0.000

Kebutuhan Air pada tumbuhan Padi

Dua minggu periode keenam

WL = 3,33 mm/hr (KP 01) mm/hr

Et6 - Re8 + P A mm/hr 0.000 0.000 0.000 0.016 0.948 1.123 1.99 1.902 1.88 1.699 0.000 0.000

A*0,116 B l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.002 0.11 0.13 0.231 0.221 0.218 0.197 0.000 0.000

B*1,250 C l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.002 0.138 0.163 0.289 0.276 0.273 0.246 0.000 0.000

C*0,150 D l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.021 0.024 0.043 0.041 0.041 0.037 0.000 0.000

(45)

117 Tabel 4.22. Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan Untuk Jagung

Uraian Satuan Bulan

Ketrangan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Eto mm/hr 3.231 3.967 4.493 3.561 3.591 3.32 3.691 3.705 4.387 4.592 4.099 3.609

T = 15 hari S = 50

Eo = 1,1*Eto mm/hr 3.5541 4.364 4.942 3.917 3.95 3.652 4.06 4.076 4.826 5.051 4.509 3.97

Perkoasi (P) mm/hr 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

M = Eo+P mm/hr 5.5541 6.364 6.942 5.917 5.95 5.652 6.06 6.076 6.826 7.051 6.509 5.97

k = MT/S mm/bln 1.66623 1.909 2.083 1.775 1.785 1.696 1.818 1.823 2.048 2.115 1.953 1.791

ek

mm/hr 5.292179 6.747 8.026 5.901 5.96 5.45 6.16 6.188 7.75 8.293 7.047 5.995

LP = M*ek

/ (ek

(46)

Tabel 4.23. Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Jagung

Uraian Satuan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Eto mm/hr 3.231 3.967 4.493 3.561 3.591 3.32 3.691 3.705 4.387 4.592 4.099 3.609

Eo = 1,1*Eto mm/hr 3.5541 4.364 4.942 3.917 3.95 3.652 4.06 4.076 4.826 5.051 4.509 3.97

Faktor Koreksi mm/hr 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Curah hujan efektif terkoreksi (Re) mm/hr 11.007 12.22 8.939 7.807 3.264 1.992 1.193 1.489 1.01 4.331 10.26 11.6

Etc = kc*Eto

0,5 mm/hr 1.6155 1.984 2.247 1.781 1.796 1.66 1.846 1.853 2.194 2.296 2.05 1.805

0,59 mm/hr 1.90629 2.341 2.651 2.101 2.119 1.959 2.178 2.186 2.588 2.709 2.418 2.129

0,96 mm/hr 3.10176 3.808 4.313 3.419 3.447 3.187 3.543 3.557 4.212 4.408 3.935 3.465

1,05 mm/hr 3.39255 4.165 4.718 3.739 3.771 3.486 3.876 3.89 4.606 4.822 4.304 3.789

1,02 mm/hr 3.29562 4.046 4.583 3.632 3.663 3.386 3.765 3.779 4.475 4.684 4.181 3.681

0,95 mm/hr 3.06945 3.769 4.268 3.383 3.411 3.154 3.506 3.52 4.168 4.362 3.894 3.429

Penyiapan Lahan 50mm selama 15 hari Dua minggu periode pertama

LP mm/hr 7.127 7.388 6.849 6.915 6.984 6.776 7.227 7.155 7.465 6.865 6.695 6.742

LP-Ret A mm/hr 0.000 0.000 0.000 0.000 3.72 4.784 6.034 5.666 6.455 2.534 6.695 6.742

A*0,116 B l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.432 0.555 0.7 0.657 0.749 0.294 0.777 0.782

B*1,250 C l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.539 0.694 0.875 0.822 0.936 0.367 0.971 0.978

C*0,150 D l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.081 0.104 0.131 0.123 0.14 0.055 0.146 0.147

(47)

119

Uraian Satuan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Kebutuhan air pada tumbuhan jagung Dua minggu periode pertama

Et1 - Ret A mm/hr 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.653 0.364 1.184 0.000 0.000 0.000

A*0,116 B l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.076 0.042 0.137 0.000 0.000 0.000

B*1,250 C l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.095 0.053 0.172 0.000 0.000 0.000

C*0,150 D l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.014 0.008 0.026 0.000 0.000 0.000

D*0,110 E l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 0.001 0.003 0.000 0.000 0.000

Kebutuhan air pada tumbuhan jagung Dua minggu periode kedua

Et2 - Ret A mm/hr 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.985 0.697 1.579 0.000 0.000 0.000

A*0,116 B l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.114 0.081 0.183 0.000 0.000 0.000

B*1,250 C l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.143 0.101 0.229 0.000 0.000 0.000

C*0,150 D l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.021 0.015 0.034 0.000 0.000 0.000

D*0,110 E l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002 0.002 0.004 0.000 0.000 0.000

Kebutuhan air pada tumbuhan jagung Dua minggu periode ketiga

Et3 - Ret A mm/hr 0.000 0.000 0.000 0.000 0.184 1.195 2.351 2.068 3.202 0.077 0.000 0.000

A*0,116 B l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.021 0.139 0.273 0.24 0.371 0.009 0.000 0.000

B*1,250 C l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.027 0.173 0.341 0.3 0.464 0.011 0.000 0.000

C*0,150 D l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.004 0.026 0.051 0.045 0.07 0.002 0.000 0.000

(48)

Uraian Satuan Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Kebutuhan Air pada tumbuhan Jagung

Dua minggu periode keempat

Et4 - Ret A mm/hr 0.000 0.000 0.000 0.000 0.507 1.494 2.683 2.401 3.597 0.49 0.000 0.000

A*0,116 B l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.059 0.173 0.311 0.279 0.417 0.057 0.000 0.000

B*1,250 C l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.074 0.217 0.389 0.348 0.522 0.071 0.000 0.000

C*0,150 D l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.011 0.032 0.058 0.052 0.078 0.011 0.000 0.000

D*0,110 E l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.004 0.006 0.006 0.009 0.001 0.000 0.000

Kebutuhan Air pada tumbuhan Jagung

Dua minggu periode kelima

Et5 - Ret A mm/hr 0.000 0.000 0.000 0.000 0.399 1.394 2.572 2.29 3.465 0.352 0.000 0.000

A*0,116 B l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.046 0.162 0.298 0.266 0.402 0.041 0.000 0.000

B*1,250 C l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.058 0.202 0.373 0.332 0.502 0.051 0.000 0.000

C*0,150 D l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.009 0.03 0.056 0.05 0.075 0.008 0.000 0.000

D*0,110 E l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.003 0.006 0.005 0.008 0.001 0.000 0.000

Kebutuhan Air pada tumbuhan Jagung

Dua minggu periode keenam

Et6 - Ret A mm/hr 0.000 0.000 0.000 0.000 0.148 1.162 2.314 2.031 3.158 0.031 0.000 0.000

A*0,116 B l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.017 0.135 0.268 0.236 0.366 0.004 0.000 0.000

B*1,250 C l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.021 0.168 0.336 0.294 0.458 0.004 0.000 0.000

C*0,150 D l/det/ha 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003 0.025 0.05 0.044 0.069 0.001 0.000 0.000

(49)

Tabel 4.24.Pola dan Tata Tanam Daerah Bendung Kali Putih

Kode

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

LP Padi LP Padi LP Jagung

Penyiapan

Sawah (lt/det/Ha) B 1.257 1.327 0.223 0.52 0.297 0.407 0.11 0 0.678 1.375 0.401 0.668 0.707 0.995 0.53 0.11 0.555 0 0.114 0.273 0.274 0.266 0.366 0

Sal. tersier (lt/det/Ha) C 1.571 1.659 0.279 0.65 0.372 0.509 0.137 0 0.848 1.718 0.502 0.834 0.884 1.243 0.662 0.138 0.694 0 0.143 0.341 0.348 0.332 0.458 0 Sal sekunder (lt/det/Ha) D 0.236 0.249 0.042 0.097 0.056 0.076 0.04 0 0.127 0.258 0.075 0.125 0.133 0.187 0.099 0.021 0.104 0 0.021 0.051 0.052 0.05 0.069 0

Sal primer (lt/det/Ha) E 0.026 0.027 0.005 0.011 0.006 0.008 0.002 0 0.014 0.028 0.008 0.014 0.015 0.021 0.011 0.002 0.011 0 0.002 0.006 0.006 0.005 0.008 0 Tanaman P

LP Padi LP Padi

Sawah (lt/det/Ha) B 1.257 1.291 0.223 0.272 0.297 0.71 0.11 0 0.678 1.332 0.401 0.683 0.707 1.311 0.53 0.13 0 Pengeringa

Sal. tersier (lt/det/Ha) C 1.571 1.614 0.279 0.34 0.372 0.807 0.137 0 0.848 1.653 0.502 0.853 0.884 1.638 0.662 0.163 0 Sal sekunder (lt/det/Ha) D 0.236 0.242 0.042 0.051 0.056 0.133 0.021 0 0.127 0.248 0.075 0.128 0.133 0.246 0.099 0.024 0

Sal primer (lt/det/Ha) E 0.026 0.027 0.005 0.006 0.006 0.015 0.002 0 0.014 0.027 0.008 0.014 0.015 0.027 0.011 0.003 0

Tanaman P Debit tersedia (m^3/det) 0.005 0.005 0.0225 0.0225 0.031 0.031 0.0205 0.0205 0.023 0.023 0.0175 0.0175 0.0135 0.014 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 Debit kebutuhan I +II (lt/det.Ha) 3.09 6.352 3.723 1.827 1.4 1.731 1.954 0.27 1.667 5.046 4.246 2.627 3.417 4.185 4.524 1.573 1.684 0 0.28 0.671 0.68 0.653 0.901 0

Efisiensi irigasi (e) 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75

Luas lahan yang mampu dialiri (Ha) 1.2136 0.5904 4.5326 9.23645 16.607 13.432 7.8685 56.944 10.348 3.4185 3.0911 4.99619 2.9631 2.419 0.8289 2.384 2.2268 13.393 5.5887 5.5147 5.7427 4.162 Keb. air untuk lahan yang mampu di airi (m^3/det) 0.0038 0.0038 0.0169 0.01688 0.0233 0.0233 0.0154 0.0154 0.0173 0.0173 0.0131 0.01313 0.0101 0.01 0.0038 0.0038 0.0038 0.0038 0.0038 0.0038 0.0038 0.0038 Keterangan :

LP = Lahan persiapan 1.214 = (0.005*1000*075)/ 3.09 0.0038 = (3.09*1.2136)/1000

Golongan II

Keteran

Golongan I

Juni Juli Agustus September

(50)

Tabel 4.25.Perhitumgan Neraca Air Daerah Bendung Kali Putih

Uraian Oktober Nopember Desember Januari februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September

I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II Nomor pada grafik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Debit andalan (m^3/det) 0.005 0.005 0.0225 0.0225 0.031 0.031 0.0205 0.0205 0.023 0.023 0.0175 0.0175 0.0135 0.0135 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 Kebutuhan air untuk lahan (m^3/det) 0.0038 0.0038 0.016875 0.016875 0.02325 0.02325 0.015375 0.015375 0.01725 0.01725 0.013125 0.013125 0.010125 0.010125 0.00375 0.00375 0.00375 0.00375 0.00375 0.00375 0.00375 0.00375 Surplus / Defisit ( + / - ) 0.0012 0.0013 0.005625 0.005625 0.00775 0.00775 0.005125 0.005125 0.00575 0.00575 0.004375 0.004375 0.003375 0.003375 0.00125 0.00125 0.00125 0.005 0.00125 0.00125 0.00125 0.00125 0.00125 0.005

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Gambar

Tabel 4.1. Analisa Ukuran Butiran
Gambar 4.1.  Stasiun curah hujan Gunung Merapi
Gambar 4.2. Sketsa DAS Kali Putih cara Poligon Thiessen
Tabel 4.5.  Parameter Statistik Curah Hujan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara variabel kepemilikan kapal berpengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap kesejahteraan nelayan di Kecamatan Percut Sei

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara variabel kepemilikan kapal berpengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap kesejahteraan nelayan di Kecamatan Percut Sei

Menurut berbagai literatur yang ada sebagai berikut, Menurut UU No.10 Tahun 1998, Pembiayaan adalah penyediaan uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan

Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015.

(1) Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, lembaga nonstruktural, Pemerintah Daerah

(4) Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai

Permasalahan dalam penelitian didasari oleh masih ada anak prasekolah yang ada di lembaga PAUD secara sosial sudah mampu bersosialisasi, akan tetapi dalam hal berinteraksi dengan

kesehatan yang berfungsi sebagai obat sebagaimana dimaksud dalam. Pasal 2, Menteri melakukan pengendalian dan