EDUKASI INKLUSI KEUANGAN BERBASIS FINTECH BAGI PARA
PELAKU UMKM DI DESA SANGSIT KABUPATEN BULELENG
Nyoman Ari Surya Dharmawan 1, Kadek Rai Suwena 2, I Gd Nandra Hary Wiguna 3
ABSTRACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), PDB Indonesia pada tahun 2019 di kuartal ke III hanya sebesar 5,02% dibandingkan dengan kuartal I dan II-2019 yang tumbuh 5,07% dan 5,05%. Perlambatan perekonomian ini sebabkan oleh dampak dari ketidakpastian global, karena adanya tensi geopolitik di beberapa kawasan, sehingga mengakibatkan harga komoditas berfluktuasi negatif, (BPS, 2019). Hal ini tentu
saja dicarikan solusinya agar dapat mendongkrak pertumbuhan PDB.
Salah satu solusi yang dapat diambil untuk mendongkrak pertumbuhan PDB secara efektif di era milenial saat ini adalah dengan mendorong tingkat pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini bukannya tanpa sebab, karena UMKM terbukti sebagai tulang punggung dalam perekonomian yang mampu memberikan kontribusi besar terhadap PDB sebesar 60% serta serapan tenaga kerja sebanyak 99,9% (Detik.com, 2019). UMKM di Indonesia berjumlah sebesar 56.534.593 unit yang tersebar di seluruh
123Jurusan Ekonomi dan Akuntansi FE UNDIKSHA Email: arisuryadharmawan@undiksha.ac.id
The community service program implemented in Sangsit Village, Sawan District, Buleleng Regency aims to; (1) To improve fintech financial literacy and inclusion capabilities of UMKM actors, (2) To improve the ability to use and implement FinTech based on P2P lending platforms as a financing solution. This activity is carried out in the form of training and mentoring involving UMKM actors in Sawan Village. The results of this activity were: (1) increased literacy skills of participants regarding fintech-based financial inclusion, (2) increased participant ability to use and implement fintech with the P2P lending platform as a business financing solution.
Keywords: education, financial inclusion, financial technology
Program pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng bertujuan untuk; (1) Untuk meningkatkan kemampuan literasi dan inklusi keuangan fintech pada para pelaku UMKM, (2) Untuk meningkatkan kemampuan penggunaan dan penerapan fintech berbasis platform P2P lending sebagai salah satu solusi pembiayaan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan yang melibatkan para pelaku UMKM di Desa Sawan. Hasil kegiatan ini yaitu: (1) meningkatnya kemampuan literasi peserta tentang inklusi keuangan berbasis fintech, (2) meningkatnya kemampuan peserta dalam penggunaan dan penerapan fintech dengan platform P2P lending sebagai salah satu solusi pembiayaan usaha.
Indonesia. Akan tetapi, masih banyak kendala yang dihadapi untuk peningkatan pertumbuhan UMKM di Indonesia, salah satunya adalah masalah klasik terkait pembiayaan usaha (Sinarwati, 2019).
Masalah klasik terkait pembiayaan usaha ini disebabkan karena tidak dapat sepenuhnya terlayani oleh jasa keuangan formal
“unbankable”karena aturan yang ketat dan
keterbatasan akses (OJK, 2017). Berdasarkan data dari Bank Indonesia, 64% penduduk Indonesia adalah unbanked, dimana mereka lebih suka dengan layanan keuangan yang lebih fleksibel. Salah satu terobosan yang dapat diambil dalam menyelesaikan permasalah
unbankable ini adalah dengan memanfaatkan
Financial Technology (FinTech) yang mampu
melakukan inovasi dan transformasi dari transaksi secara tradisional ke dalam bentuk digital, dengan proses yang lebih singkat, mudah, dan terjangkau dengan adanya platform digital. (https://konsumen.ojk.go.id/). Selain itu juga, penggunaan internet di Indonesia semakin berkembang keberadaannya, karena jumlah penduduk mencapai 262 juta orang dan sekitar 143 juta orang telah terhubung jaringan internet (APJII, 2017).
Financial technology (Fintech) merupakan jasa
keuangan yang dapat dihantarkan melalui daring. Fintech pun memiliki banyak jenis dari
Peer To PeerLending, Market Aggregator, Risk
and Investment, Payment, Settlement &
Clearing. Namun dari berbagai jenis Fintech
tersebut, yang paling fenomenal di Indonesia adalah Peer To Peer lending. Fintech seperti Aku Laku, Kredivo , dll (Alamsyah, 2020).
Fintech berjenis peer to peer lending, dimana
pemberi pinjaman dan peminjam dapat bertemu dalam platform online. Walaupun menawarkan
interest rate yang cukup tinggi tetap saja
banyak peminjam yang mulai beralih kepada
Fintech (Hidayat, 2020). Hal ini diakibatkan
kemudahan yang ditawarkan seperti syarat mudah, dapat dilakukan kapan saja, dan prosesnya cepat. Kondisi yang menjadikan pengguna peer to peer lending di Indonesia meningkat. Memasuki era ini Fintech
diperkirakan menjadi lebih bernilai bagi para investor dalam berinvestasi, namun juga memiliki efek negatif pada tingkat serapan kerja dan kesejahteraan masyarakat (Kang & Yang 2017).
Berbagai macam platform FinTech tentunya tidak akan banyak bermunculan bila tidak memiliki peran yang besar. Banyak hal yang membuat perkembangan fintech mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat dunia. Alasan-alasan tersebut membuat bidang fintech terus tumbuh menjadi sebuah kebutuhan baru bagi masyarakat. Davis, K., Maddock, R., & Foo, M. (2017), menyatakan : The innovative use of technology in finance is posing challenges to many traditional business models. At the same time it is challenging regulators. The key issue they face is how to balance the desire to encourage new businesses so as to intensify competition and provide better customer services in the sector, while protecting the system and consumers from excessively risky behaviour and potential disruption. For Indonesia the opportunity is very large given the uneven availability of finance and low levels of financial inclusion.
FinTech memiliki produk unggulan yang
khusus untuk pembiayaan, seperti peer to peer
(P2P) lending dan crowdfunding. P2P lending
merupakan penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan Pemberi Pinjaman dengan Penerima Pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan Peraturan OJK Nomor 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan sebagai ketentuan yang memayungi pengawasan dan pengaturan industri Financial Technology (Fintech), dimana sebelumnya telah mengeluarkan peraturan OJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, menyatakan bahwa
cepatnya kemajuan teknologi di industri keuangan digital yang tidak dapat diabaikan dan perlu dikelola agar dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Inovasi keuangan digital perlu
diarahkan agar menghasilkan inovasi
keuangan digital yang bertanggung jawab, aman, mengedepankan perlindungan konsumen dan memiliki risiko yang terkelola dengan baik. Peraturan ini juga dikeluarkan sebagai upaya mendukung pelayanan jasa keuangan yang inovatif, cepat, murah, mudah, dan luas serta
untuk meningkatkan inklusi keuangan,
investasi, pembiayaan serta layanan jasa
keuangan lainnya”. (detik.com,2018).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UMKM) Kabupaten Buleleng, terdapat UMKM sebanyak 34.552 yang terdata, hanya sebanyak 7.918 yang memiliki izin usaha yang tersebar di seluruh wilayahnya, mencangkup 9 kecamata. Salah satu kecamatan yang memiliki UMKM terendah berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UMKM) adalah di Desa Sangsit, Kec. Sawan. Desa Sangsit terdapat sebanyak 150 UMKM dan yang terdaftar hanya 12 UMKM.
UMKM di Desa Sangsit didominasi oleh usaha mikro dan kecil yang dimiliki oleh perorangan dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat, dan bergerak pada jenis usaha kuliner, pedagang sembako dan kelontong, serta usaha yang terkait dengan sumber-sumber dari kelautan (bahari) dan juga pertanian. Permasalahan yang kerap dihadapi usaha mikro dan kecil ini adalah pembiayan usaha, khususnya bagi pedagang di pasar tradisional. Hal ini tentu disebabkan karena tidak memiliki akses dengan jasa keuangan formal dan kurangnya pemahaman tentang literasi serta inklusi keuangan terkait
FinTech. Tentunya banyak pedagang yang
terjerat dengan jasa keuangan non bank yang bersifat informal, yaitu rentenir.
Permasalahan yang teridentifikasi dalam situasi ini yaitu: 1) Peningkatkan kemampuan literasi dan inklusi keuangan FinTech pada para pelaku UMKM, 2) Peningkatkan kemampuan untuk
penggunaan dan penerapan FinTech berbasis
platform P2P lending sebagai salah satu solusi
pembiayaan. Berdasarkan masalah ini maka maka tujuan dari program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Desa Sangsit ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang edukasi inklusi keuangan berbasi fintech dan pelatihan menggunakan platform peer to peer lending.
Melalui edukasi literasi keuangan dan pelatihan
fintech peer to peer lending ini, diharapkan para
pelaku usaha mikro dan kecil mampu untuk mengembangkan usahanya dan menyelesaikan permasalahan klasik yang sering terjadi, yaitu pembiayaan usaha.
METODE
Metode kegiatan P2M ini dilakukan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan. Pelatihan dan pendampingan dilakukan untuk meningkat pemahaman tentang pemanfaatan teknologi keuangan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan akan layanan keuangan berbasis teknologi. Kegiatan pengabdian masyarakat berupa edukasi fintech ditujukan bagi dapat melaksanakan kegiatan ini dengan baik dan terarah maka metode kegiatan yang dilakukan adalah dirancang dengan sistematis dalam beberapa tahapan. Adapun tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu:
Pertama tahap persiapan, dalam tahap ini yang dilakukan antara lain: penyiapan berbagai administrasi yang mungkin diperlukan, melakukan, observasi penyiapan narasumber, dan penyusunan jadwal kegiatan. Kedua, tahap Implementasi, pada tahap ini dilakukan pelatihan dan pendampingan. Pelatihan dan pendampingan berupa pembelajaran dan pemahaman literasi dan inklusi keuangan berbasis fintech, menjelaskan P2P lending dan berbagai macam platformnya, sesuai dengan peraturan BI dan OJK, serta bagaimana menggunakan platform P2P lending via smartphone.
Ketiga, tahap evaluasi. Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap peserta setelah mengikuti kegiatan pelatihan dan pendampingan. Evaluasi dilakukan dengan método kuesioner dengan skala yang telah ditentukan (skala Likert). Evaluasi ini dilakukan dengan menilai peserta dalam memahami edukasi inklusi keuangan berbasis fintech dan proses pengajuan pembiayaan berbasis fintech via mobile phone. Evaluasi dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada peserta terkait kegiatan pelatihan dan pendampingan yang telah dilakukan. jawaban-jawaban dari responden tersebut dapat diberi bobot nilai atau skor likert seperti : SS = Sangat Setuju, diberi nilai 5 , S = Setuju, diberi nilai 4, RG = Ragu-ragu, diberi nilai 3, TS = Tidak Setuju, diberi nilai 2, STS = Sangat Tidak Setuju, diberi nilai 1. Interval penilaiannya adalah sebagai berikut:
Indeks 0% – 19,99% : Sangat Tidak Setuju Indeks 20% – 39,99% : Tidak Setuju Indeks 40% – 59,99% : Ragu-ragu Indeks 60% – 79,99% : Setuju Indeks 80% – 100% : Sangat Setuju
Indeks (%) = (Total Skor / Skor Maksimum) x 100
Khalayak Sasaran strategis dari kegiatan ini adalah para pelaku usaha mikro dan kecil, khususnya bagi pedagang pasar tradisional yang berjumlah 23 unit usaha
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan observasi dilakukan untuk mendata UMKM di kawasan Desa Sangsit yang belum menggunakan teknologi dalam menunjang kegiatan usaha khususnya dalam aspek pembiayaan usaha.
Gambar 2. Kegiatan Observasi pada UMKM di Desa Sangsit (Kuliner) Kegiatan pelatihan yang telah dilakukan oleh
tim pelaksana dan tenaga lapangan berlangsung pada tanggal 22 Agustus 2020. Kegiatan ini diawali dengan penyampaian materi mengenai edukasi inklusi keuangan berbasis fintech, serta
bagaimana manfaatnya bagi UMKM di kawasan pedesaan. Pemateri dan peserta juga melakukan diskusi tentang topik tersebut untuk menambah pemahaman para peserta.
Gambar 4. Kegiatan Pelatihan Inklusi Keuangan Berbasis Fintech (Peer to Peer Lending
Setelah kegiatan pelatihan dilakukan, selanjutnya peserta didampingi untuk praktek membuat akun dan melakukan proses pengajuan pembiayaan berbasis fintech dengan media
mobile phone. Praktek dilakukan pada salah satu
platform fintech yang terdukung di gadget
peserta.
Gambar 5. Kegiatan Pendampingan Praktek membuat Akun dan Proses Pengajuan Pembiayaan Berbasis Fintech (Peer to Peer Lending) via Mobile Phone
Gambar 6. Kegiatan Pendampingan Praktek membuat Akun dan Proses Pengajuan Pembiayaan Berbasis Fintech (Peer to Peer Lending) via Mobile Phone
Setelah dilakukan pelatihan dan pendampingan dilanjutkan dengan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pendampingan tersebut terhadap peserta. Evaluasi ini dilakukan dengan menilai peserta dalam memahami edukasi inklusi keuangan berbasis fintech dan proses pengajuan pembiayaan berbasis fintech via mobile phone. Evaluasi dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada peserta terkait kegiatan pelatihan dan pendampingan yang telah dilakukan. jawaban-jawaban dari responden. Dari hasil kuesioner yang diberikan diperoleh indeks sebesar 72%. Dari hasil kuesioner yang diberikan diperoleh indeks sebesar 72%. Maka dapat disimpulkan bahwa responden telah memahami akan pemanfaatan fintech dalam kegiatan menunjang kegiatan usaha mereka, khususnya dalam aspek pembiayaan usaha.
SIMPULAN
Dengan kegiatan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan kepada pelaku UMKM di Desa Sangsit, maka diharapkan apa yang telah dipahami dan diperoleh peserta dapat
diaplikasikan dalam menunjang kegiatan usahanya. Dari hasil evaluasi maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ni telah tercapai. Para pelaku UMKM telah memahami pengetahuan tentang edukasi inklusi keuangan berbasis fintech khususnya peer to peer lending
dan telah mampu mempraktekkannya. DAFTAR RUJUKAN
Alamsyah, Virza Utama. (2020). Analisa Pengaruh Entrepreneurial Education Terhadap Entrepreneurial Intention Dengan Menggunakan Fintech Adoption Sebagai Variabel Intervening.
JPEK (Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 4, No. 1 Juni 2020,
Hal. 82-94. DOI:
http://dx.doi.org/10.29408
BPS (2019). Ekonomi Indonesia 2019 Tumbuh
5,02 Persen.
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/ 02/05/1755/ekonomi-indonesia-2019-tumbuh-5-02-persen.html. Diakses pada 24 Februari 2020.
Davis, K., Maddock, R., & Foo, M. (2017). Catching up with Indonesia’s fintech industry. Law and Financial Markets Review, 11(1), 33-40. DOI: 10.1080/17521440.2017.1336398 https://research.monash.edu/en/publicati ons/catching-up-with-indonesiasfintech industry.
Hidayat, Asep Syarifuddin. Faris Satria Alam. Muhammad Ishar Helmi. (2020). Consumer Protection On Peer To Peer Lending Financial Technology In Indonesia. International Journal Of
Scientific & Technology Research
Volume 9, Issue 01, January 2020 Issn
2277-8616.
Kang, J. H., & Yang, D. W. (2016). A study on effect of the university student's entrepreneurship on entrepreneurial self-efficacy and entrepreneurial intention: Focusing on mediating effect of opportunity recognition. Journal of the Korea Academia-Industrial cooperation Society, 17(1), 493-507.
OJK.(2017). Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan: Perlindungan Konsumen Pada Fintech Jakarta. Departemen Perlindungan Konsumen OJK, 2017. Sebastian Atmodjo https://finance.detik.com/moneter/d- 4192994/ojk-terbitkan-aturan-baru-soal-fintech-iniisinya
Sinarwati, Ni Kadek. Edy Sujana. Nyoman Trisna Herawati. (2019). Peran Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Mobile Bagi Peningkatan Kinerja Umkm. Jurnal KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi; Vol. 11, No. 1 Juni 2019, pp. 26-32.