• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PRIORITAS MANGGALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PRIORITAS MANGGALA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

IV - 1 LAPORAN AKHIR

BAB IV

RENCANA PENGEMBANGAN

KAWASAN PRIORITAS MANGGALA

A.

ANALISIS KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

1. Analisis Makro Kawasan a. Karakteristik Fisik

Topografi dan Kelerengan

Keadaan topografi dan kelerengan Kecamatan Manggala sangat bervariasi. Secara umum berada pada kisaran 0 - 2% dan 2 - 15% dengan ketinggian dari permukaan air laut ± 500-700 Mdpl. Kemiringan lereng tersebut menjadi dasar dalam pengalokasian berbagai fasilitas, pengembangan kawasan dan pengendalian pertumbuhan kawasan. Klasifikasi kelas lereng lapangan di Kecamatan Manggala dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 38. Klasifikasi Kelas Lereng Lapangan di Kecamatan Manggala

No Nilai Kelas Lereng Kemiringan Lereng (%) Kategori

1 2 3 4

1 1 0 - 2 Datar

2 2 2 - 15 Landai

Sumber : Hasil Analisis

Geologi dan Struktur Tanah

Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Manggala, meliputi; Aluvial Hidromoft, Aluvial Kelabu, Aluvial Cokelat, Gleihumus Rendah dan Regosol Coklat Kekuningan. Kondisi jenis tanah tersebut merupakan lahan subur dan dapat ditanami jenis komoditas tertentu.

(2)

IV - 2 LAPORAN AKHIR

Tata Guna Lahan

Kondisi tata guna lahan di Kecamatan Manggala secara umum terdiri atas; sawah, perumahan dan permukiman, tegal/kebun, rawa-rawa dan lain-lain penggunaan. Pergesaran pemanfaatan lahan di Kecamatan Manggala secara umum telah mengalami perubahan yang cukup drastis, akibat terjadinya peningkatan pembangunan aktivitas sosial ekonomi.

Tabel 39. Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Manggala

No Jenis Pemanfaatan Lahan Luas Pemanfaatan Lahan (Ha)

1 2 3

1 Sawah 827

2 Pekarangan/Lahan Untuk Bangunan dan Halaman 366

3 Tegal/Kebun 411

4 Rawa-Rawa Yang Tidak Ditanami 73

5 Lainnya 737

Jumlah 2.414

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2009

Daya Dukung Lahan

Daya dukung lahan adalah kemampuan lahan menerima kegiatan pembangunan. Daya dukung lahan di Kecamatan Manggala yang ada relatif tinggi disebabkan oleh kondisi topografi yang relatif datar, sehingga kemampuan lahan untuk menerima kegiatan pembangunan juga relatif tinggi. Kondisi daya dukung lahan di Kecamatan Manggala, sebagai berikut :

 Daya dukung lahan relatif tinggi;

 Kondisi struktur tanah tidak memerlukan perlakuan khusus untuk pembangunan;

 Kemampuan lahan untuk menerima kegiatan pembangunan relatif tinggi;

Daya Tampung Ruang

Daya tampung ruang di Kecamatan Manggala dapat dilihat dari jumlah penduduk yang bermukim dan kondisi infrastruktur yang telah terbangun. Berdasarkan fungsi yang diemban yakni; sebagai kawasan pengembangan perumahan dan permukiman, pemanfaatan lahan di

(3)

IV - 3 LAPORAN AKHIR

Kecamatan Manggala masih dimungkinkan untuk pengembangan berbagai infrastruktur.

b. Kependudukan Jumlah Penduduk

Keadaan demografi dan kependudukan hingga akhir tahun 2009 di Kecamatan Manggala menunjukkan Kecamatan Manggala saat ini dihuni penduduk kurang lebih 99.008 jiwa. Angka tersebut memberikan indikator pesatnya kegiatan pembangunan yang perlu disiapkan dimasa yang akan datang. Secara umum kondisi demografi dan kependudukan Kecamatan Manggala dijelaskan pada kajian Tabel berikut.

Tabel 40. Jumlah Penduduk Kecamatan Manggala Dirinci Menurut Kelurahan

No Kelurahan Penduduk (Jiwa)

1 2 3 1 Borong 16.948 2 Bangkala 19.664 3 Tamangapa 7.573 4 Manggala 18.282 5 Antang 17.084 6 Batua 19.456 Jumlah 99.008

Sumber : Kecamatan Manggala Dalam Angka, 2009

Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah. Kepadatan penduduk berdasarkan klasifikasinya dibedakan atas 3 (tiga) bahagian yaitu; kepadatan tinggi, sedang dan rendah. Kepadatan penduduk di Kecamatan Manggala dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini.

Tabel 41. Kepadatan Penduduk Kecamatan Manggala Dirinci Menurut Kelurahan

No Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Wilayah (Km2) Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2)

1 2 3 4 5 1 Borong 16.948 1,92 8.827 2 Bangkala 19.664 4,30 4.573 3 Tamangapa 7.573 7,62 994 4 Manggala 18.282 4,44 4.118 5 Antang 17.084 3,94 4.336 6 Batua 19.456 1,92 10.133 Jumlah 99.008 24,14 4.101

(4)

IV - 4 LAPORAN AKHIR

c. Bangunan

Jumlah Bangunan

Jumlah bangunan adalah banyaknya bangunan yang telah terbangun, baik yang diusahakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. Jumlah bangunan tersebut terdiri dari permanen, semi permanen dan temporer. Jumlah bangunan perumahan yang terdapat di Kecamatan Manggala ± 6.117 unit perumahan.

Kepadatan Bangunan

Kepadatan bangunan adalah perbandingan jumlah rumah terbangun dengan luas wilayah. Kepadatan bangunan di Kecamatan Manggala ± 254 unit/km2. Kepadatan bangunan di Kecamatan Manggala dinilai dalam taraf sedang, dengan demikian untuk pengembangan perumahan dan permukiman kedepan dimungkinkan untuk pembangunan permukiman baru.

d. Prasarana dan Sarana Dasar Jalan

Jaringan jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah atau kawasan yang berfungsi sebagai prasarana trasnportasi, disamping fungsi tersebut jaringan jalan dapat digunakan sebagai transformasi aliran barang dan penumpang yang mempunyai komposisi sebagai pembuka keterhubungan antar kawasan. Dengan demikian kondisi tersebut memerlukan pemikiran dengan penataan jaringan agar tidak terjadi tumpang tindih fungsi setiap jalan. Sistem jaringan jalan menurut jenis permukaan di Kecamatan Manggala dikategorikan sebagai berikut; aspal/beton, pengerasan/paving blok dan jalan tanah.

Drainase

Fungsi jaringan drainase digunakan sebagai sarana untuk mengalirkan air buangan baik yang bersumber dari air hujan, air buangan rumah tangga dan air yang bersumber dari jalan. Jaringan drainase yang terdapat di Kecamatan Manggala terdiri dari drainase sekunder dan tersier dengan kondisi permanen dan temporer (tanah).

(5)

IV - 5 LAPORAN AKHIR

Air Minum

Air minum merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, oleh karena itu air minum yang dijadikan sebagai sumber kebutuhan utama harus bebas dari rasa, bau dan tidak berwarna. Sumber air minum yang digunakan masyarakat Kecamatan Manggala bersumber dari PDAM (IPA III Antang) dan air tanah dalam (artesis).

Persampahan

Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang memerlukan penanganan. Kondisi sistem pelayanan persampahan di Kecamatan Manggala ditunjang dengan tersediaanya tempat pembuangan sementara maupun pembuangan akhir, sehingga umumnya pola pengolahan sampah menggunakan sistem pewadahan dengan ketersediaan kountainer dan armada pengangkutan.

Pengelolaan Air Buangan

Air buangan memerlukan pewadahan dan tempat, baik yang bersumber dari limbah domestik (rumah tangga) maupun dari industri. Kondisi pengolahan air buangan di Kecamatan Manggala untuk jangka pendek tidak membahayakan lingkungan oleh karena produksi air buangan umumnya berasal dari aktivitas rumah tangga, namun untuk jangka panjang diperlukan suatu pewadahan guna mengalirkan dan membuang air buangan tersebut.

d. Tingkat Aksesibilitas dan Mobilitas

Tingkat aksesibilitas dan mobilitas di Kecamatan Manggala hingga saat ini berjalan dengan lancar yang ditandai dengan keberadaan jaringan jalan sebagai prasarana penghubung antara kawasan baik yang menuju maupun keluar kawasan. Tingkat aksesibilitas dan mobilitas tersebut dapat ditempuh dengan berbagai moda angkutan antara lain; kendaraan roda empat dan roda dua dengan sediaan sistem jaringan jalan dalam kondisi aspal/hotmix.

(6)

IV - 6 LAPORAN AKHIR

e. Kondisi Ekonomi Lapangan Usaha

Lapangan usaha umumnya masyarakat Kecamatan Manggala berorientasi pada sub sektor perdagangan yakni; industri rumah tangga, industri meubel dan industri makanan dan minuman dan sebahagian kecil masyarakat bergerak pada sub sektor pertanian.

Lapangan Kerja

Lapangan kerja masyarakat di Kecamatan Manggala dominan berorientasi pada sub sektor perdagangan, hal ini dapat dilihat dengan keberadaan fasilitas perdagangan. Fasilitas perdagangan yang dimaksud antara lain; pasar umum, kelompok pertokoan, mini market, kios/warung makan dan lain-lain fasilitas perdagangan.

Tingkat Pendapatan

Masyarakat Kecamatan Manggala pada umumnya mempunyai kegiatan usaha/lapangan kerja dibidang perdagangan, PNS, wiraswasta dan lain-lain kegiatan usaha yang digeluti masyarakat. Tingkat pendapatan dalam suatu masyarakat yang dominan dapat diketahui dengan melihat : a. Pendapatan Kotor (Gross Farm Income)

b. Pendapatan Bersih (Net Farm Income) c. Penghasilan Bersih ( Net Farm Earning)

Dari uraian tersebut diatas rata-rata tingkat pendapatan masyarakat

Kecamatan Manggala berada pada kisaran tertinggi sebesar Rp. 2.500.000/bulan dan terendah sebesar Rp. 1.000.000/bulan. Tingkat

pendapatan akan mempengaruhi pola dan prilaku kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam ketercukupan kebutuhan hidup termasuk dalam pemenuhan sandang dan pangan, disamping itu tingkat pendapatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas pendapatan per kapita masyarakat.

(7)

IV - 7 LAPORAN AKHIR

f. Kondisi Sosial Budaya Partisipasi

Partisipasi adalah keikutsertaan dalam suatu kegiatan pembangunan. Tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Manggala hingga saat ini dinilai cukup tinggi, hal ini dapat terlihat dari kegiatan masyarakat pada berbagai aspek yang berhubungan dengan pembangunan. Salah satu bentuk partisipasi yang terjalin antara lain kegiatan gotong royong.

Kelembagaan

Kelembagaan yang terdapat di Kecamatan Manggala terdiri dari kelembagaan pemerintah dan masyarakat. Kelembagaan pemerintah antara lain; kelembagan tingkat RT dan RW. Sedangkan kelembagaan masyarakat antara lain; lembaga LPM dan Pemuda.

Tabel 42. Banyaknya Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat di Kecamatan Manggala Dirinci Menurut Kelurahan

No Kelurahan Jenis Kelembagan Pemerintah Masyarakat RT RW LPM Pemuda 1 2 3 4 5 6 1 Borong 62 11 1 1 2 Bangkala 79 14 1 1 3 Tamangapa 31 7 1 1 4 Manggala 60 11 1 1 5 Antang 62 11 1 1 6 Batua 57 11 1 1 Jumlah 351 65 6 6

Sumber : Kecamatan Manggala Dalam Angka, 2009

Nilai

Nilai (kultur) umumnya masyarakat di Kecamatan Manggala menjunjung tinggi adat dan tradisi sebagai ciri khas dalam berbagai aktivitas, baik aktivitas keagamaan maupun aktivitas yang berhubungan dengan kebiasaan masyarakat. Penduduk Kecamatan Manggala adalah masyarakat yang heterogen dengan menjunjung tinggi niali-nilai agama dan budaya. Nilai tersebut antara lain adalah :

 A’bulo Sibatang a’bannang kebo A’cera’ sitongka-tongka (musyawarah mufakat untuk menyatukan pendapt yang terbaik dan tidak bias diingkari);

(8)

IV - 8 LAPORAN AKHIR  Resopa temmangingngi Namalomo Naletei pammase ri Dewata seuwae

(dengan kerja keras memudahkan untuk mendapatkan Ridho Tuhan Yang Maha Esa);

 Mesa’kada dipotuo pantang kada di pomate (tekad kebersamaan kerja keras dan gotong royong);

 Mali siparappe malilu sipakainge re’ba sipatokkong (semangat untuk saling mengingatkan kepada jalan kebaikan);Agar pembangunan kota Makassar memiliki daya dan tepat guna bagi peningkatan kesejahteraan rakyat maupun kualitas lingkungan secara berkelanjutan, maka diperlukan kekuatan kultural, moral dan religiusitas berupa nilai-nilai yang ditumbuh kembangkan bersama.

Norma

Norma atau ketentuan yang berlaku dalam masyarakat Kecamatan Manggala mengikuti tradisi suku Bugis-Makassar. Norma yang dianut tersebut masih memiliki sifat kekeluargaan yang kental. Dalam beberapa hal masyarakat berpegang teguh pada adat dan kebiasaan yang merupakan salah faktor pendorong untuk berbuat sesuatu yang berguna dan tidak ingin disepelekan oleh pihak lain. Dalam menyelesaikan permasalahan atau kegiatan masyarakat, diselesaikan secara gotong royong tanpa memandang suku dan agama, kondisi ini merupakan kebiasaan yang sudah turun temurun dalam masyarakat di Kecamatan Manggala yang majemuk serta dapat menunjang kegiatan pembangunan.

g. Kepemilikan Lahan

Kondisi lahan yang ada diKecamatan Manggala di kategorikan kedalam hak milik, hak pakai dan hak sewa. Lahan dengan kondisi hak milik dijumpai pada lokasi perumahan dan permukiman, baik yang dibangun oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. Hak pakai umumnya dijumpai pada kondisi tanah negara yang dipergunakan untuk kegiatan berbagai sektor kegiatan ekonomi dan kegiatan pembangunan lainnya. Sedangkan hak sewa pada lokasi atau kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk sementara waktu.

(9)

IV - 9 LAPORAN AKHIR

h. Lingkungan Pengelolaan

Pengeloaan lingkungan merupakan suatu proses perbaikan lingkungan Proses perbaikan lingkungan di Kecamatan Manggala yang dimaksud adalah penataan kembali kondisi-kondisi lingkungan yang mengalami penurunan kualitas, antara lain perbaikan infrastruktur kawasan perumahan dan permukiman serta infarastruktur pendukung kawasan lainnya.

Pengendalian

Pengendalian lingkungan merupakan suatu proses pengawasan lingkungan. Pengawasan lingkungan di Kecamatan Manggala yang dimaksud dalam hal pemanfaatan lahan secara terkendali dan terencana sesuai dengan skala prioritas untuk pengembangan.

i. Kesesuaian Dengan Kebijakan Spasial Plan

Sesuai dengan kebijakan spasial plan (RTRW, RDTR, RP4D) Kota Makassar, Kecamatan Manggala ditetapkan sebagai kawasan dengan fungsi utama sebagai kawasan untuk pengembangan perumahan dan permukiman skala besar.

2. Analisis Mikro Kawasan a. Karakteristik Fisik

Topografi dan Kelerengan

Keadaan topografi dan kelerengan Kelurahan Manggala sangat bervariasi. Secara umum berada pada kisaran 0 - 2% dan 2 - 15% dengan ketinggian dari permukaan air laut > 700 Mdpl. Kemiringan lereng tersebut menjadi dasar dalam pengalokasian berbagai fasilitas, pengembangan kawasan dan pengendalian pertumbuhan kawasan. Klasifikasi kelas lereng lapangan di Kelurahan Manggala dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

(10)

IV - 10 LAPORAN AKHIR

Tabel 43. Klasifikasi Kelas Lereng Lapangan di Kelurahan Manggala

No Nilai Kelas Lereng Kemiringan Lereng (%) Kategori

1 2 3 4

1 1 0 - 2 Datar

2 2 2 - 15 Landai

Sumber : Hasil Analisis

Geologi dan Struktur Tanah

Jenis tanah yang terdapat di Kelurahan Manggala, meliputi; Aluvial Hidromoft, Aluvial Kelabu, Aluvial Cokelat, Gleihumus Rendah dan Regosol Coklat Kekuningan. Kondisi jenis tanah tersebut merupakan lahan subur dan dapat ditanami jenis komoditas tertentu.

Tata Guna Lahan

Kondisi tata guna lahan di Kelurahan Manggala secara umum terdiri atas; sawah, perumahan dan permukiman, tegal/kebun, rawa-rawa dan lain-lain penggunaan. Pergesaran pemanfaatan lahan di Kelurahan Manggala secara umum telah mengalami perubahan yang cukup drastis, akibat terjadinya peningkatan pembangunan aktivitas sosial ekonomi.

Daya Dukung Lahan

Daya dukung lahan adalah kemampuan lahan menerima kegiatan pembangunan. Daya dukung lahan di Kelurahan Manggala yang ada relatif tinggi disebabkan oleh kondisi topografi yang relatif datar, sehingga kemampuan lahan untuk menerima kegiatan pembangunan juga relatif tinggi. Kondisi daya dukung lahan di Kelurahan Manggala, sebagai berikut :

 Daya dukung lahan relatif tinggi;

 Kondisi struktur tanah tidak memerlukan perlakuan khusus untuk pembangunan;

 Kemampuan lahan untuk menerima kegiatan pembangunan relatif tinggi;  Daya Tampung Ruang

Daya tampung ruang di Kelurahan Manggala dapat dilihat dari jumlah penduduk yang bermukim dan kondisi infrastruktur yang telah terbangun.

(11)

IV - 11 LAPORAN AKHIR

Berdasarkan fungsi yang diemban yakni; sebagai kawasan pengembangan perumahan dan permukiman, pemanfaatan lahan di Kelurahan Manggala masih dimungkinkan untuk pengembangan berbagai infrastruktur.

b. Kependudukan Jumlah Penduduk

Keadaan demografi dan kependudukan hingga akhir tahun 2009 di Kelurahan Manggala menunjukkan Kelurahan Manggala saat ini dihuni penduduk kurang lebih 18.282 jiwa. Angka tersebut memberikan indikator pesatnya kegiatan pembangunan yang perlu disiapkan dimasa yang akan datang. Secara umum kondisi demografi dan kependudukan Kelurahan Manggala dijelaskan pada kajian Tabel berikut.

Tabel 44. Jumlah Penduduk Kelurahan Manggala

No Lingkungan (RW) Penduduk (Jiwa)

1 2 3

1 11 Lingkungan (RW) 18.282

Jumlah 18.282

Sumber : Monografi Kelurahan Manggala, 2009

Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah. Kepadatan penduduk berdasarkan klasifikasinya dibedakan atas 3 (tiga) bahagian yaitu; kepadatan tinggi, sedang dan rendah. Kepadatan penduduk di Kelurahan Manggala dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini.

Tabel 45. Kepadatan Penduduk Kelurahan Manggala

No Lingkungan (RW) Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Wilayah (Km2)

Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2) 1 2 3 4 5 1 11 Lingkungan (RW) 18.282 4,44 4.118 Jumlah 18.282 4,44 4.118

(12)

IV - 12 LAPORAN AKHIR

c. Bangunan

Jumlah Bangunan

Jumlah bangunan adalah banyaknya bangunan yang telah terbangun, baik yang diusahakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. Jumlah bangunan tersebut terdiri dari permanen, semi permanen dan temporer. Jumlah bangunan perumahan yang terdapat di Kelurahan Manggala ± 1.028 unit perumahan.

Kepadatan Bangunan

Kepadatan bangunan adalah perbandingan jumlah rumah terbangun dengan luas wilayah. Kepadatan bangunan di Kelurahan Manggala ± 232 unit/km2. Kepadatan bangunan di Kelurahan Manggala dinilai dalam taraf sedang, dengan demikian untuk pengembangan perumahan dan permukiman kedepan dimungkinkan untuk pembangunan permukiman baru.

d. Prasarana dan Sarana Dasar Jalan

Jaringan jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah atau kawasan yang berfungsi sebagai prasarana trasnportasi, disamping fungsi tersebut jaringan jalan dapat digunakan sebagai transformasi aliran barang dan penumpang yang mempunyai komposisi sebagai pembuka keterhubungan antar kawasan. Dengan demikian kondisi tersebut memerlukan pemikiran dengan penataan jaringan agar tidak terjadi tumpang tindih fungsi setiap jalan. Sistem jaringan jalan menurut jenis permukaan di Kelurahan Manggala dikategorikan sebagai berikut; aspal/beton, pengerasan/paving blok dan jalan tanah.

Drainase

Fungsi jaringan drainase digunakan sebagai sarana untuk mengalirkan air buangan baik yang bersumber dari air hujan, air buangan rumah tangga dan air yang bersumber dari jalan. Jaringan drainase yang terdapat di Kelurahan Manggala terdiri dari drainase sekunder dan tersier dengan kondisi permanen dan temporer (tanah).

(13)

IV - 13 LAPORAN AKHIR

Air Minum

Air minum merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, oleh karena itu air minum yang dijadikan sebagai sumber kebutuhan utama harus bebas dari rasa, bau dan tidak berwarna. Sumber air minum yang digunakan masyarakat Kelurahan Manggala bersumber dari PDAM (IPA III Antang) dan air tanah dalam (artesis).

Persampahan

Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang memerlukan penanganan. Kondisi sistem pelayanan persampahan di Kelurahan Manggala ditunjang dengan tersediaanya tempat pembuangan sementara maupun pembuangan akhir, sehingga umumnya pola pengolahan sampah menggunakan sistem pewadahan dengan ketersediaan kountainer dan armada pengangkutan.

Pengelolaan Air Buangan

Air buangan memerlukan pewadahan dan tempat, baik yang bersumber dari limbah domestik (rumah tangga) maupun dari industri. Kondisi pengolahan air buangan di Kelurahan Manggala untuk jangka pendek tidak membahayakan lingkungan oleh karena produksi air buangan umumnya berasal dari aktivitas rumah tangga, namun untuk jangka panjang diperlukan suatu pewadahan guna mengalirkan dan membuang air buangan tersebut.

d. Tingkat Aksesibilitas dan Mobilitas

Tingkat aksesibilitas dan mobilitas di Kelurahan Manggala hingga saat ini berjalan dengan lancar yang ditandai dengan keberadaan jaringan jalan sebagai prasarana penghubung antara kawasan baik yang menuju maupun keluar kawasan. Tingkat aksesibilitas dan mobilitas tersebut dapat ditempuh dengan berbagai moda angkutan antara lain; kendaraan roda empat dan roda dua dengan sediaan sistem jaringan jalan dalam kondisi aspal/hotmix.

(14)

IV - 14 LAPORAN AKHIR

e. Kondisi Ekonomi Lapangan Usaha

Lapangan usaha umumnya masyarakat Kelurahan Manggala berorientasi pada sub sektor perdagangan yakni; industri rumah tangga, industri meubel serta industri makanan dan minuman dan berbagai kegiatan lainnya.

Lapangan Kerja

Lapangan kerja masyarakat di Kelurahan Manggala dominan berorientasi pada sub sektor perdagangan, hal ini dapat dilihat dengan keberadaan fasilitas perdagangan. Fasilitas perdagangan yang dimaksud antara lain; pasar umum dan kios/warung makan.

Tingkat Pendapatan

Masyarakat Kelurahan Manggala pada umumnya mempunyai kegiatan usaha/lapangan kerja dibidang perdagangan, PNS, wiraswasta dan lain-lain kegiatan usaha yang digeluti masyarakat.

Dari uraian tersebut diatas rata-rata tingkat pendapatan masyarakat

Kelurahan Manggala berada pada kisaran tertinggi sebesar Rp. 2.500.000/bulan dan terendah sebesar Rp. 1.000.000/bulan. Tingkat

pendapatan akan mempengaruhi pola dan prilaku kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam ketercukupan kebutuhan hidup termasuk dalam pemenuhan sandang dan pangan, disamping itu tingkat pendapatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas pendapatan per kapita masyarakat.

f. Kondisi Sosial Budaya Partisipasi

Partisipasi adalah keikutsertaan dalam suatu kegiatan pembangunan. Tingkat partisipasi masyarakat di Kelurahan Manggala hingga saat ini dinilai cukup tinggi, hal ini dapat terlihat dari kegiatan masyarakat pada berbagai aspek yang berhubungan dengan pembangunan. Salah satu bentuk partisipasi yang terjalin antara lain kegiatan gotong royong.

(15)

IV - 15 LAPORAN AKHIR

Kelembagaan

Kelembagaan yang terdapat di Kelurahan Manggala terdiri dari kelembagaan pemerintah dan masyarakat. Kelembagaan pemerintah antara lain; kelembagan tingkat RT dan RW. Sedangkan kelembagaan masyarakat antara lain; lembaga LPM dan Pemuda.

Tabel 46. Jumlah Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat di Kelurahan Manggala No Lingkungan (RW) Jenis Kelembagan Pemerintah Masyarakat RT RW LPM Pemuda 1 2 3 4 5 6 1 11 Lingkungan (RW) 60 11 1 1 Jumlah 60 11 1 1

Sumber : Monografi Kelurahan Manggala, 2009

Nilai

Nilai (kultur) umumnya masyarakat di Kelurahan Manggala menjunjung tinggi adat dan tradisi sebagai ciri khas dalam berbagai aktivitas, baik kegiatan keagamaan maupun aktivitas yang berhubungan dengan kebiasaan masyarakat. Penduduk Kelurahan Manggala adalah masyarakat yang heterogen dengan menjunjung tinggi niali-nilai agama dan budaya.

Norma

Norma atau ketentuan yang berlaku dalam masyarakat Kelurahan Manggala mengikuti tradisi suku Bugis-Makassar. Norma yang dianut tersebut masih memiliki sifat kekeluargaan yang kental. Dalam beberapa hal masyarakat berpegang teguh pada adat dan kebiasaan yang merupakan salah faktor pendorong untuk berbuat sesuatu yang berguna dan tidak ingin disepelekan oleh pihak lain. Dalam menyelesaikan permasalahan atau kegiatan masyarakat, diselesaikan secara gotong royong tanpa memandang suku dan agama, kondisi ini merupakan kebiasaan yang sudah turun temurun dalam masyarakat di Kelurahan Manggala yang majemuk serta dapat menunjang kegiatan pembangunan.

(16)

IV - 16 LAPORAN AKHIR

g. Kepemilikan Lahan

Kondisi lahan yang ada di Kelurahan Manggala di kategorikan kedalam hak milik, hak pakai dan hak sewa. Lahan dengan kondisi hak milik dijumpai pada lokasi perumahan dan permukiman, baik yang dibangun oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. Hak pakai umumnya dijumpai pada kondisi tanah negara yang dipergunakan untuk kegiatan berbagai sektor kegiatan ekonomi dan kegiatan pembangunan lainnya. Sedangkan hak sewa pada lokasi atau kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk sementara waktu.

h. Lingkungan Pengelolaan

Pengeloaan lingkungan merupakan suatu proses perbaikan lingkungan Proses perbaikan lingkungan di Kelurahan Manggala yang dimaksud adalah penataan kembali kondisi-kondisi lingkungan yang mengalami penurunan kualitas, antara lain perbaikan infrastruktur kawasan perumahan dan permukiman serta infarastruktur pendukung kawasan lainnya.

Pengendalian

Pengendalian lingkungan merupakan suatu proses pengawasan lingkungan. Pengawasan lingkungan di Kelurahan Manggala yang dimaksud dalam hal pemanfaatan lahan secara terkendali dan terencana sesuai dengan skala prioritas untuk pengembangan.

i. Kesesuaian Dengan Kebijakan Spasial Plan

Sesuai dengan kebijakan spasial plan (RTRW, RDTR, RP4D) Kota Makassar, Kelurahan Manggala secara umum ditetapkan sebagai kawasan dengan fungsi utama pengembangan perumahan dan permukiman.

B. ANALISIS PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS

Analisis penentuan kawasan prioritas dilaksanakan dalam rangka menilai setiap kawasan yang telah ditetapkan antara Tim Konsultan dan Tim Pokjanis guna menentukan kawasan yang akan dipilih dan menjadi prioritas RPKPP Kota Makassar.

(17)

IV - 17 LAPORAN AKHIR

Hasil identifikasi dan analisis yang telah dilakukan terhadap usulan lokasi dengan menggunakan kriteria dan indikator yang telah disusun bersama untuk Kawasan Manggala diperoleh bobot penilaian sebagai berikut :

Tabel 47. Penentuan Kawasan Permukiman Prioritas Kawasan Manggala No Variabel Variabel Bobot Indikator Indikator Bobot

(%) Nilai Indikator Jumlah Bobot (%) Jumlah Bobot Variabel (%) 1 Karakteristik Fisik 15 Topografi 20 3 60 9,00 Kelerengan 20 3 60

Tata Guna Lahan 20 3 60

Daya Dukung Lahan 20 3 60

Daya Tampung Ruang 20 3 60

Jumlah 100 15 300

2 Kependudukan (Kepadatan dan Jumlah) 10

Jumlah Penduduk 30 3 90

12,67

Luas Kawasan 40 5 200

Kepadatan 30 3 90

Jumlah 100 11 380

3 Bangunan (Jumlah dan Kepadatan) 10

Jumlah Bangunan 30 3 90

12,67

Luas Kawasan 40 5 200

Kepadatan 30 3 90

Jumlah 100 11 380

4 Prasarana dan Sarana Dasar 20

Tingkat pelayanan Air Bersih 20 3 60

10,40

Kondisi Sanitasi 15 2 30

Kondisi Persampahan 20 2 40

Kondisi Saluran Drainase 15 2 30

Kondisi Jaringan Jalan 20 4 80

Pengelolaan Air Buangan 10 2 20

Jumlah 100 15 260

5 Tingkat Aksesibilitas dan Mobilitas 5

Tinggi 20 3 60 3,50 Sedang 50 4 200 Rendah 30 3 90 Jumlah 100 10 350 6 Kondisi Ekonomi 10 Lapangan Kerja 40 3 120 5,60 Lapangan Usaha 20 2 40 Tingkat Pendapatan 40 3 120 Jumlah 100 8 280

7 Kondisi Sosial Budaya 10

Partisipasi 60 4 240 7,20 Kelembagaan 40 3 120 Jumlah 100 7 360 8 Kepemilikan Lahan 5 Hak Milik 50 5 250 5,00

Hak Guna Bangunan 25 5 125

Hak Pakai 25 5 125 Jumlah 100 15 500 9 Lingkungan 10 Pengelolaan 50 3 150 5,00 Pengendalian 50 2 100 Jumlah 100 5 250

10 Keseuaian Dengan Kebijakan Spasial Plan 5

RTRW 30 5 150

5,00

RDTR 30 5 150

RP4D 40 5 200

Jumlah 100 15 500 76,04

(18)

IV - 18 LAPORAN AKHIR

Komputasi Analisis Variant

No Variabel Manggala Untia Nilai Bobot Lokasi Paotere Rappokalling Barombong Total

1 Karakteristik Fisik 9,0,0 7,80 5,40 7,80 10,80

2 Kependudukan 12,67 7,67 6,67 6,67 13,33

3 Bangunan 12,67 7,67 6,67 6,67 13,33

4 Prasarana dan Sarana Dasar 10,40 8,80 11,20 10,40 10,40

5 Tingkat Aksesibilitas 3,50 3,00 3,20 3,20 3,00

6 Kondisi Ekonomi 5,60 5,20 6,00 5,20 4,80

7 Kondisi Sosial Budaya 7,20 7,20 7,20 7,20 7,20

8 Kepemilikan Lahan 5,00 3,50 3,00 3,50 3,50

9 Lingkungan 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00

10 Kesesuaian Dengan Kebijakan Spasial Plan 5,00 4,00 4,00 4,00 4,00

N 10 10 10 10 10 50

∑X 76,04 59,84 58,34 59,64 75,36 329

Rata-Rata 7,60 5,98 5,83 5,96 7,54

∑X2 681 406 392 400 676 2.55

5 Ringkasan Analisis Variant

Sumber Variansi SS df ms F P 1. Antara (a) 32,54 5,00 8,13

2. Dalam (d) 354,80 47,00 0,17 3. Total 387,33 50,00

47 > 0,10

Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan hasil analisis penetapan usulan lokasi diketahui bahwa lokasi pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan kriteria dan variabel yang telah disusun diperoleh urutan kawasan permukiman prioritas yang memiliki bobot tertinggi adalah Kawasan Manggala nilai 76,04%, disusul Kawasan Barombong nilai 75,36%, Kawasan Untia nilai 59,84, Kawasan Rappokalling nilai 59,64% dan Kawasan Paotere nilai 58,34%.

Dari Kesepakatan Tim Konsultan dan Pokjanis, kawasan prioritas dikerucutkan menjadi 3 lokasi alternatif untuk dipilih, antara lain Kawasan Manggala, Kawasan Barombong dan Kawasan Rappokalling. Dari 3 kawasan prioritas tersebut dipilih 1 kawasan prioritas untuk RPKPP. Kawasan yang terpilih untuk pelaksanaan RPKPP Kota Makassar adalah Kawasan Manggala.

C. PARAMETER PENILAIAN KEGIATAN PENANGANAN

KAWASAN PRIORITAS

1. Analisis Ketersediaan Prasarana Lingkungan Permukiman

Untuk menjelaskan kondisi ketersedian prasarana lingkungan permukiman prioritas, pendekatan yang digunakan adalah membandingkan

(19)

IV - 19 LAPORAN AKHIR

ketersediaan prasarana dengan standar pelayanan minimum (SPM) dan untuk mendapatkan penilaian terhadap prasarana digunakan penilaian kategori dari masing-masing indikator prasarana yang terlebih dahulu dibobot berdasarkan tingkat ketersediaannya. Adapun rekapitulasi hasil penilaian berdasarkan tingkat ketersediaan digunakan Skala Likert (Sugiono,2002), sebagai berikut:

a. Kategori sesuai/terpenuhi diberi skor 5

b. Kategori cukup sesuai/terpenuhi diberi skor 3 c. Kategori kurang sesuai/terpenuhi diberi skor 1

Selanjutnya dicari tingkat ketersediaan prasarana dengan rumus sebagai berikut :

Tingkat ketersediaan = ∑ Skor ketersediaan x 100 % ...(1) prasarana Skor Ideal

Keterangan:

Skor Ketersediaan = Skor indikator setiap jenis prasarana.

Skor Ideal = Skor tertinggi yang dapat dicapai oleh setiap

indikator untuk masing-masing jenis prasarana.

Selanjutnya Tingkat Ketersediaan tersebut,dikategorikan sebagai berikut: a. Baik, jika 80% - 100%

b. Cukup, jika 50% - 79,9% c. Kurang, jika <50%

Selanjutnya dicari Rata-rata Tingkat Ketersediaan, dengan rumus sebagai berikut:

RTK = ∑ TK ...(2) n

Keterangan :

RTK = Rata rata tingkat kertersediaan prasarana TK = Tingkat ketersediaan prasarana

n = Jumlah dari jenis prasarana yang ditinjau

(20)

IV - 20 LAPORAN AKHIR

2. Parameter Penilaian

Untuk mendapatkan hasil penilaian, maka dilakukan penetapan unsur terkait dalam penilaian dengan mengacu kepada standar pelayanan minimum (SPM) permukiman dan pengembangan wilayah yang dikeluarkan oleh Departemen Kimraswil. Adapun variabel dan indikator pengukurannya adalah sebgai berikiut:

a. Pengembangan Permukiman merupakan aspek dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman. Variabel tersebut diukur dengan indikator sebagai berikut :

 Ketersediaan lahan merupakan interpretasi keadaan lahan yang dapat dikembangkan untuk perkim ditinjau dari aspek topografi, kemiringan lereng maupun tata guna lahan. Variabel ini diukur dengan kategori : - Baik, jika berada pada daerah yang bukan catmen area, memiliki

kemiringan lereng 0-15% dan sesuai peruntukannya untuk perkim

- Cukup, jika berada pada daerah catmen area, memiliki kemiringan lereng 0-15% dan sesuai peruntukannya untuk perkim

- Kurang, jika berada pada daerah catmen area, memiliki kemiringan lereng >15% dan tidak sesuai peruntukannya untuk perkim

 Daya dukung dan daya tampung ruang adalah keserasian lingkungan dan kemampuan lahan yang masih dapat dikembangkan untuk perumahan dan permukiman. Variabel ini diukur dengan kategori :

- Baik, jika masih terdapat ruang yang dapat dikembangkan dan memiliki keserasian terhadap lingkungannya.

- Cukup, jika terbatas ruang yang dapat dikembangkan dan memiliki keserasian terhadap lingkungannya

- Kurang, jika sudah tidak ada ruang yang dapat dikembangkan dan tidak memiliki keserasian terhadap lingkungannya

 Aksesibilitas dan mobilitas adalah tingkat kemudahan dan pencapaian dalam melakukan aktifitas pada suatu lingungan. Variabel ini diukur dengan kategori :

(21)

IV - 21 LAPORAN AKHIR

- Baik, memiliki indeks aksesibilitas diatas 1,5 dan mobilitas.

- Cukup, memiliki indeks aksesibilitas kurang dari 1,5 dan mobilitas

- Kurang, memiliki indeks aksesibilitas kurang dari 0,15 dan mobilitas  Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas

wilayah dalam satuan hektar (Ha) pada batas wilayah administrasi tertentu. Variabel ini diukur dengan kategori :

- Baik, jika kepadatan penduduknya adalah 250-150 jiwa/Ha

- Cukup, jika kepadatan penduduknya adalah 350-250 jiwa/Ha

- Kurang Baik, jika kepadatan penduduknya adalah >350 jiwa/Ha b. Penataan bangunan dan lingkungan adalah suatu kegiatan penanganan

fisik lingkungan dan menata bangunan yang layak huni. Variabel tersebut diukur dengan indikator sebagai berikut :

 Kualitas lingkungan perumahan, dapat diukur melalui persentase banyaknya bangunan rumah yang tidak permanen dalam suatu lingkungan permukiman, diukur dengan kategori :

- Baik, jika jumlah rumah tidak permanen >10%

- Cukup, jika jumlah rumah tidak permanen mencapai 11 – 30%

- Kurang, jika jumlah rumah tidak permanen mencapai >30%

 Kepadatan bangunan dapat diukur melalui jumlah unit bangunan per satuan luas (Ha) dalam suatu lingkungan permukiman, diukur dengan kategori :

- Baik, jika jumlah rumah mencapai < 50 unit/Ha

- Cukup, jika jumlah rumah mencapai 51-100 unit/Ha

- Kurang Baik, jika jumlah rumah mencapai >100 unit/Ha

 Intensitas kebakaran adalah banyaknya kejadian kebakaran pada suatu permukiman. Frekuensi bencana kebakaran dinilai dari banyaknya kejadian selama satu tahun, pada suatu wilayah, diukur dengan kategori :

(22)

IV - 22 LAPORAN AKHIR

- Cukup, jika kejadian kebakaran dalam setahun adalah 1 – 2 kali/tahun

- Kurang Baik, jika kejadian kebakaran dalam setahun adalah >3 – 4 kali/tahun

 Intensitas banjir/genangan, yaitu banyaknya kejadian bencana banjir pada suatu permukiman. Frekuensi bencara banjir dinilai dari banyaknya kejadian selama satu tahun pada satu wilayah, diukur dengan kategori :

- Baik, jika kejadian banjir/air genangan dalam setahun adalah 0 kali/tahun

- Cukup, jika kejadian banjir/air genangan dalam setahun adalah 1 – 2 kali/tahun

- Kurang, jika kejadian banjir/air genangan dalam setahun adalah >3 kali/tahun

c. Jalan adalah jalur yang di rencanakan atau digunakan untuk lalu lintas kendaraan atau orang. Variabel tersebut di ukur dengan indikator :  Panjang dan lebar badan jalan sesuai dengan klasifikasinya,diukur

dengan kategori :

- Baik, jika kesesuaian dengan standar mencapai >90%

- Cukup, jika kesesuaian dengan standar mencapai 80 – 89.9%

- Kurang, jika kesesuaian dengan standar mencapai < 80%  Lapisan permukaan jalan, diukur dengan kategori:

- Baik, jika permukaan jalan yang diperkeras dengan aspal/paving blok mencapai > 90% dari panjang jalan

- Cukup, jika permukaan jalan yang diperkeras dengan aspal/paving blok mencapai 80 – 89.9% dari jalan.

- Kurang, jika permukaan jalan yang diperkeras dengan aspal/paving kurang 80% dari panjang jalan

(23)

IV - 23 LAPORAN AKHIR

 Tingkat kerusakan jalan beraspal diukur dengan (Berdasarkan SK Menteri PU No. 77/KPT/Db/1990 Tentang perencanaan dan penyusun program jalan kabupaten):

- Baik, jika dalam standar termasuk kategori baik dengan tingkat kerusakan jalan berlubang mencapai < 3 % dari luas jalan beraspal.

- Cukup, jika dalam standar termasuk ketegori sedang dengan tingkat kerusakan jalan berlubang mencapai 3 % - 5 % dari luas jalan beraspal.

- Kurang, jika dalam standar termasuk kategori rusak dengan tingkat kerusakan jalan berlubang mencapai lebih 5 % dari luas jalan beraspal.

 Tingkat kerusakan jalan tidak beraspal diukur dengan kategori sebagai berikut (berdasrkan SK Menteri PU No. 77/KPTS/Db/1990 tentang perencanaan & penyusunan program jalan kabupaten):

- Baik, jika dalam standar termasuk kategori baik dengan tingkat kerusakan jhalan berlubang mencapai < 3 % dari luas jalan tidak beraspal

- Cukup, jika dalam standar termasuk kategori sedang dengan tingkat kerusakan jalan berlubang 3 % - 10 % dari luas jalan tidak beraspal.

- Kurang, jika dalam standar termasuk kategori rusak dengan tingkat kerusakan jalan berlubang, mencapai lebih 10 % dari luas jalan tidak beraspal.

d. Air bersih, variabel ini diukur dengan indikator:

 Tingkat pelayanan air bersih PDAM pada masing-masing 1 unit rumah, diukur dengan kategori:

- Baik, jika jumlah rumah yang memiliki sambungan rumah mencapai 80% - 100% dari jumlah sample.

- Cukup, jika jumlah rumah yang memiliki sambungan rumah mencapai 50% - 79.9% dari jumlah sample.

(24)

IV - 24 LAPORAN AKHIR

- Kurang, jika jumlah rumah yang memiliki sambungan rumah mencapai kurang dari 50% dari jumlah sample.

 Sumber penggunaan air bersih, diukur dengan kategori:

- Baik, jika responden menggunakan air bersih yang layak dari segi kesehatan 90% -100%

- Cukup, jika responden menggunakan air bersih yang layak dari segi kesehatan mencapai 80% - 89.9%

- Kurang, jika responden menggunakan air bersih yang layak dari segi kesehatan kurang dari 80%

 Kontinuitas air bersih, diukur dengan kategori:

- Baik, jika waktu aliran air mencapai 80% - 100% dari 24 jam

- Cukup, jika waktu aliran air bersih mencapai 60% - 79.9% dari 24 jam

- Kurang, jika waktu aliran air bersih mencapai kurang dari 60%dari 24 jam

e. Air limbah, variabel ini diukur dengan indikator:  Kepemilikan jamban, diukur dengan kategori :

- Baik, jika jumlah unit rumah yang memiliki jamban sendiri mencapai 80 % - 100 %.

- Cukup, jika jumlah unit rumah yang memiliki jamban sendiri mencapai 60 % - 79.9 %.

- Kurang, jika jumlah unit rumah yang memiliki jamban sendiri kurang dari 60 %.

 Pencemaran jamban keluarga, diukur dengan kategori :

- Baik, jika jamban keluarga tidak menimbulkan bau dengan capaian 80 % - 100 %.

- Cukup, jika jamban keluarga tidak menimbulkan bau dengan capaian 60 % - 79.9 %.

- Kurang, jika jamban keluarga tidak menimbulkan bau dengan capaian kurang dari 60 %.

(25)

IV - 25 LAPORAN AKHIR

- Baik, jika keinginan responden mencapai 80 % - 100 % untuk memiliki WC sendiri.

- Cukup, jika keinginan responden mencapai 60 % - 79.9 % untuk memiliki WC sendiri.

- Kurang, jika keinginan responden mencapai kurang dari 60 % untuk memiliki WC sendiri.

f. Dranase, variable ini diukur dengan indikator:  Panjang dranase,diukur dengan kategori:

- Baik, jika kesesuaian dengan stadar mencapai 80% - 100%.

- Cukup, jika kesesuaian dengan standar mencapai 60% - 79.9%.

- Kurang, jika kesesuaian dengan standar mencapai kurang dari 60%.  Kesesuaian dimensi saluran,diukur dengan kategori:

- Baik, jika kesesuaian dengan stadar mencapai 80% - 100%.

- Cukup, jika kesesuaian dengan standar mencapai 60% - 79.9%.

- Kurang, jika kesesuaian dengan standar mencapai kurang dari 60%.  Kondisi drainase, diukur dengan kategori:

- Sangat Baik, kondisi saluran berupa saluran permanen mencapai > 80% dari panjang total saluran drainase

- Cukup, jika kondisi saluran permanen mencapai 60 -79.9% dari panjang jalan

- Kurang, jika kondisi drainase permanen mencapai kurang dari 60% dari panjang jalan.

 Intensitas pengaliran air buangan pada drainase, diukur dengan kategori:

- Baik, jika intensitas pengaliran tidak memiliki hambatan dan tidak meluap, baik ditinjau dari segi topografi, sedimentasi, penumpukan sampah dsb.

- Cukup, jika instensitas pengaliran memiliki beberapa hambatan dan menimbulkan luapan air pada bagian tertentu dalam lingkungan permukiman

(26)

IV - 26 LAPORAN AKHIR

- Kurang, jika intensitas pengaliran tidak lancar dan menimbulkan luapan air yang disebabkan oleh topografi, tumpukan sampah dan sedimentasi.

g. Pembuangan Sampah, variabel ini diukur dengan indikator :  Jumlah grobak sampah, diukur dengan kategori:

- Baik, jika kesesuaian dengan stadar mencapai 80% - 100%

- Cukup, jika kesesuaian dengan standar mencapai 60% - 79.9%

- Kurang, jika kesesuaian dengan standar mencapai kurang dari 60 %  Sistem pengelolaan sampah, diukur dengan kategori:

- Baik, jika masyarakat melakukan penampungan sendiri, kemudian diangkut dengan grobak atau membuang langsung ke TPS mencapai 80% - 100%

- Cukup, jika masyarakat melakukan penampungan sendiri, kemudian diangkut dengan grobak atau membuang langsung ke TPS mencapai 60% - 79.9%

- Kurang, jika masyarakat melakukan penampungan sendiri, kemudian diangkut dengan grobak atau membuang langsung ke TPS mencapai kurang dari 60 %

 Jumlah TPS, diukur dengan kategori:

- Baik, jika kesesuaian dengan standar mencapai 80 % - 100 %

- Cukup, jika kesesuaian dengan standar mencapai 60 % - 79.9 %.

- Kurang, jika kesesuaian dengan standar mencapai kurang dari 60 %.  Pengangkutan sampah, diukur dengan kategori:

- Baik, jika responden mencapai 80 % - 100 % mengatakan di angkut.

- Cukup, jika responden mencapai 60 – 79.9 % mengatakan di angkut.

- Kurang, jika responden mencapai kurang dari 60 % mengatakan di angkut.

(27)

IV - 27 LAPORAN AKHIR

D.

USULAN KEGITAN PRIORITAS UNTUK LOKASI

PERMUKIMAN PRIORITAS TERPILIH

Dari hasil analisis penentuan kawasan prioritas yang telah dilakukan Konsultan dan Tim Pokjanis diperoleh lokasi permukiman prioritas terpilih untuk ditindak lanjuti dalam RPKPP.

1. Kawasan Manggala

Kawasan prioritas terpilih untuk RPKPP Kota Makassar berlokasi di Kelurahan Manggala Kecamatan Manggala. Usulan kegiatan prioritas tersebut berdasarkan hasil analisis dapat dilihat pada kajian Tabel di bawah ini.

(28)
(29)

IV - 29 LAPORAN AKHIR

2. Analisis Skala Prioritas Kawasan Terpilih

Dari usulan lokasi permukiman prioritas terpilih Kawasan Manggala, diperoleh skala prioritas penanganan, sebagai berikut :

a. Bidang Drainase

b. Pengembangan Permukiman c. Bidang Persampahan

d. Penataan Bangunan dan Lingkungan e. Bidang Air Minum

f. Bidang Jalan Lingkungan g. Bidang Air Limbah

Kajian analisis tersebut dapat dilihat dalam penjelasan Tabel di bawah ini :

(30)
(31)

IV - 31 LAPORAN AKHIR

3. Kebutuhan Prasarana dan Sarana Kawasan Prioritas Manggala a. Jaringan Jalan

Kebutuhan prasarana jaringan jalan di kawasan prioritas Manggala terdiri dari peningkatan jalan dan pembangunan jalan baru. Peningkatan jalan sepanjang 561,20 M untuk pengaspalan dan 4.670,40 M untuk paving blok. Sedangkan untuk pembangunan jalan baru terdiri dari 8.268,72 pengaspalan dan 7.533,04 M untuk paving blok, dengan panjang total keseluruhan 21.033,36 M.

b. Jaringan Drainase

Jaringan drainase selain berfungsi sebagai saluran air hujan juga berfungsi sebagai saluran pembuangan limbah rumah tangga. Besaran atau volume drainase menyesuaikan pada klasifikasi atau hirarki masing-masing jaringan. Jaringan drainase kondisi exsisting sebagian besar merupakan drainase tanah yang berfungsi sebagai saluran air hujan dan hanya

berfungsi pada musim hujan. Sehingga diperlukan

pembangunan/peningkatan kualitas dan kuantitas jaringan. Rencana peningkatan drainase dengan panjang 4.428,18 M dan rencana pembangunan baru dengan panjang 35.795,99 M.

c. Fasilitas Pendidikan

Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta memacu motivasi belajar harus ditunjang dengan ketersediaan sarana pendidikan yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Rencana kebutuhan fasilitas pendidikan di Kawasan prioritas Manggala antara lain :  Pembangunan 1 unit Taman Kanak-Kanak

 Pembangunan 1 unit Sekolah Dasar d. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan berfungsi tidak hanya sebagai tempat pengobatan tetapi juga berperan sebagai pelayanan kesehatan atau media untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan demikian tidak hanya dibutuhkan sarana pendukung tetapi perlu ditunjang oleh ketersediaan peralatan , tenaga medis dan mobilitas bahan untuk kebutuhan kesehatan.

(32)

IV - 32 LAPORAN AKHIR

Upaya memenuhi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat ditentukan oleh jumlah dan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan. Jumlah dan kualitas yang dimaksud berkaitan dengan jumlah fasilitas, jangkauan pelayanan, tenaga dan peralatan medis. Sejauh ini pelayanan fasilitas kesehatan secara kuantitas dapat menjangkau seluruh masyarakat. Kebutuhan fasilitas kesehatan di kawasan prioritas Manggala berupa pembangunan pusat kesehatan 1 unit.

e. Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan keagamaan dan ritual bagi masyarakat. Penempatan fasilitas peribadatan ini pada lokasi yang menyebar pada kawasan permukiman penduduk. Sturuktur penduduk berdasarkan kelompok agama di kawasan permukiman prioritas didominasi oleh penduduk yang beragama Islam. Kebutuhan fasilitas kesehatan di kawasan prioritas Manggala berupa 1 unit mesjid.

f. Pengelolaan Persampahan

Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang memerlukan penanganan. Kondisi sistem pelayanan persampahan yang ada saat ini memerlukan peningkatan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sistem pengelolaan persampahan di Kawasan Prioritas Manggala, dibutuhkan kontainer sebanyak 6 unit dan bak sampah sebanyak 91 unit.

Kebutuhan prasarana dan sarana kawasan prioritas Manggala, dapat dilihat pada penjelsan Tabel dibawah ini.

(33)
(34)

IV - 34 LAPORAN AKHIR

E. KESESUAIAN USULAN PROGRAM KEGIATAN

Kesesuaian usulan program prioritas pada kawasan terpilih Manggala dapat dilihat pada penjelasan Tabel dibawah ini.

Tabel 51. Kesesuaian Usulan Program Kegiatan

No Variabel Program Usulan

1 2 3

1

Pengembangan Permukiman

Untuk mewujudkan kondisi perkotaan yang layak huni, aman, nyaman, damai dan sejahtera serta

berkelanjutan

Peremajaan kawasan permukiman Perbaikan infrastruktur kawasan Pengaturan GSB, KDB dan KLB Pengaturan jarak bangunan Peningkatan partisipasi masyarakat 2

Penataan Bangunan dan Lingkungan

Serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan

Perbaikan fisik tempat tinggal Penyiapan RTH

Peningkatan kinerja sanitasi lingkungan Penyiapan hidran kebakaran

Peningkatan partisipasi masyarakat 3

Bidang Jalan Lingkungan

Bertujuan untuk memenuhi aksesibilitas dan mobilitas yang baik dalam rangka menunjang lingkungan

permukiman dan mendorong kegiatan produktif kawasan maupun perkotaan

Pembangunan dan pengembangan jalan Peningkatan permukaan jalan

Pemeliharaan jaringan jalan Konstruksi jalan adalah jalan beton Peningkatan partisipasi masyarakat 4 Bidang Persampahan Bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan

sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah

Pengadaan tempat sampah

Sistem pengelolaan persampahan terpadu Peningkatan kapasitas pelayanan Peningkatan partisipasi masyarakat

5

Bidang Air Bersih/Minum

Bertujuan untuk meningkatkan pelayanan air minum kepada masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan produktif kawasan dan wilayah kota

Peningkatan pelayanan air minum Penambahan jaringan sambungan PDAM Pengadaan hidran umum

Penambahan watermeter Penambahan kapasitas debit air Peningkatan peranserta masyaraat 6

Bidang Drainase

Bertujuan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari genangan

Pembangunan dan pengembangan jaringan drainase

Peningkatan dan perbaikan kondisi saluran Pemeliharaan saluran drainase

Peningkatan peranserta masyaraat

7

Bidang Air Limbah

Bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman

Pengelolaan limbah secara bersama (onsite)

Pembangunan MCK

Peningkatan peranserta masyaraat Pembangunan bak penampungan per kapling

Optimalisasi PLT yang ada

(35)

IV - 35 LAPORAN AKHIR

F. STRATEGI

PENGEMBANGAN

KAWASAN

PERMUKIMAN PRIORITAS MANGGALA

1. Strategi Makro

Strategi makro pengembangan kawasan permukiman prioritas Manggala, sebagai berikut :

 Menyediakan kawasan permukiman yang terjangkau oleh masyarakat khususnya untuk menciptakan kondisi hunian yang layak huni serasi dan seimbang.

 Menyiapkan perangkat kebijakan bagi pemangku kepentingan dan pelaksana kegiatan pembangunan permukiman dan infrastruktur dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh dan terpadu.

 Menjamin investasi, kehandalan dan mutu kualitas bangunan untuk penggunaan jangka pendek maupun jangka panjang.

 Mengantisipasi dan menanggulangi dampak bencana, baik fisik maupun non fisik yang terencana dengan baik

2. Strategi Mikro

Strategi mikro pengembangan kawasan permukiman prioritas Manggala, sebagai berikut :

 Penggalangan peran serta masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan

 Meningkatkan hubungan kemitraan antara pemerintah dengan swasta dalam penyediaan dan pembangunan prasarana lingkungan

 Penanganan pembangunan infrastruktur menurut skala prioritas untuk dilaksanakan

 Penyediaan dan kemudahan akses kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur lingkungan

 Pelibatan masyarakat setempat dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan kawasan kaitannya dengan pembangunan infrastruktur kawasan

(36)

IV - 36 LAPORAN AKHIR

 Peningkatan pengawasan terhadap pengembangan dan pembangunan kawasan sesuai dengan RTRW dan RP4D Kota Makassar

G.RENCANA AKSI PROGRAM PADA KAWASAN

PERMUKIMAN PRIORITAS MANGGALA

Rencana aksi program pada kawasan permukiman prioritas Manggala dibedakan dalam indikasi program jangka menengah (5 tahun). Program-program yang dicanangkan antara lain; bidang fisik, sosial, kelembagaan, pembiayaan, ekonomi, pelibatan masyarakat dan legal. Rencana aksi program pada kawasan permukiman prioritas Manggala, dapat dilihat pada Tabel berikut :

Gambar

Tabel 39. Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Manggala
Tabel  40.  Jumlah  Penduduk  Kecamatan  Manggala  Dirinci  Menurut  Kelurahan
Tabel 44. Jumlah Penduduk Kelurahan Manggala
Tabel 51. Kesesuaian Usulan Program Kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sejalan dengan penelitian yang telah di lakukan di Sragen tahun 2014 bahwa terdapat hubungan yang mempengaruhi antara persalinan secara Sectio

Pitkän kantaman meritorjuntaohjukset voivat hakeutua maaliin lennon alkuvaiheessa navigointiohjauksella (inertia- ja GPS). Lennon loppuvaiheessa hakeutuminen tapahtuu

untuk meningkatkan kegiatan fisik motorik anak. b) Menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan guru agar. dalam pelaksanaan kegiatan motorik kasar bisa lebih

Tugas Sarjana ini berjudul “ Rancang Bangun Alat Penguji Kapasitor Adsorpsi Adsorben Alumina Aktif Terhadap Refrigeran” yang akan membahas tentang pengujian terhadap

Despite the knowledge that HIV-1 and MLV integrate into specific features of genes and the observation that Tf1 integrates into promoters, it has not been possible to

membimbing kami dalam pembuatan Tugas Akhir ini dari awal

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara

Penelitian ini bertujuan untuk membangun konsep desain yang membantu memecahkan permasalahan kenyamanan termal pada rumah tinggal di perkotaan yang padat dengan cara