• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM IN SOUTH THAILAND: ACCULTURATION OF ISLAM IN THE MALAY CULTURE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISLAM IN SOUTH THAILAND: ACCULTURATION OF ISLAM IN THE MALAY CULTURE"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

ISLAM IN SOUTH THAILAND: ACCULTURATION OF ISLAM IN THE MALAY CULTURE

Oleh. Suryadi

Program Pascasarjana Jurusan Interdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga

Email: S2lazuvya@gmail.com

Abstrak

In the perspective of history, the religious and cultural system of Patani Malays in Southern Thailand have underground evolution development stages from animism and dynamism to Hinduism and Buddhism. This „‟old‟‟ culture has been handed down into the traditions and values as well as the mindset of the present day life and culture of the Patani Malays. The arrival of Islam has brought chnges in the religious and cultural system of the Patani Malays. The Patani‟s worldview was formerly based on the religious and cultural system of animism, dynamism, Hinduism, and Buddhism in the term of their customs and traditions. This study examines the process of inculturation of Islamic values into Patani malay‟s culture in Southern Thailand. This study used a descriptive-analytical method and an historical-anthropological approach. This study researches the Patani malay‟s religious system and culture as manifested in their everyday life and the dynamic relationship of Islamic values and local culture. In so doing, the study can describe and analyze the development of Islamic Values and Patani Malay‟s culture have eventually facilitated the process of its inculturation into Patani Malay‟s religious system and culture.

Keywords: The religious systems, Islamic values, culture, inculturation.

PENDAHULUAN

Sejarah islamisasi negara-negara Melayu di kepulauan Nusantara, secara umum dapat dilihat dari sejarah penyebaran agama Islam.1 Azyumardi Azra, berpendapat bahwa pengaruh Islam di kepulauan Nusantara sangat besar, Islam telah mengubah segala sistem kehidupan soiso-kultural dan tradisi keagamaan masyarakat melayu di kepulauan Nusantara.2 Sejarah yang terjadi dalam rute perkembangan Islam di kawasan Melayu di kepulauan Nusantara, sejauh menyangkut dengan kedatangan dan perkembangannya terdapat perbedaan dan

1 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), Hlm. 11.

2 Azyumardi Azra, Renaisance Islam Asia Tenggara Sejarah Wacana dan Kekuasaan,

(2)

2

perdebatan di kalangan para ahlinya, berbagai teori dan pembahasan yang berusaha dalam menjawab masalah-masalah tersebut.3

Demikian juga sejarah kedatangan Islam di Patani. Jika diatan bahwa Islam masuk di Patani sekitar abad ke-7 M, ini dibuktikan dengan adanya sejumlah penduduk melayu Patani yang telah menganut agama Islam.4 Kemungkinan besar orang melayu Patani memeluk islam melalui para saudagar dari Cina, Eropa, India, dan Arab, yang melakukan perjalanan pada wilayah lintas Timur Tengah dan Cina dengan melewati Patani. Hal ini mengingat bahwa Patani pada zaman itu mempunyai pelabuhan perdagangan terbesar di kawasan semenanjung melayu Patani. Asimilasi tersebut merupakan salah satu cara penyebaran agama Islam di Patani. Dalam catatan sejarah, Patani masa itu mempunyai pelabuhan perdagangan terbesar, dan merupakan pusat perkembangan dakwah Islamiah tertua di kawasan semenanjug Melayu.5 Dengan demikian, proses Islamisasi di Patani merupakan misi yang dilakukan oleh para sudagar Muslim. Hal ini menjadikan sistem kebudayaan orang melayau Patani memasuki dimensi baru yang bersifat akomodatif, dan menjadi konsekuensi dari masuknya Islam di Patani dalam berbagai aspek kehidupan.6 Dalam perspektif sejarah, keberadaan Islam di Patani diawali dengan konversi kekuasaan ke dalam Islam. Sejarah Islamisasi di Patani telah mencerminkan bahwa pengakuan raja, para pembesar Negara dan orang Melayu Patani pada masa itu, dapat memberikan suatu solusi untuk mengatasi masalah politik, ekonomi dan budaya.7 Dalam jarak

3 Tentang Teori-teori Kedatangan Islam di Nusantara, Lihat Azyumardi Azra,Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Bandung: Mizan, 1995), 24.

4

M.B. Hooker, Undang-undang Islam di Asia Tenggara, Terj. Rohani Abdurrahman, Raja Rohana Raja Mamat, Anisah Che Ngah, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1992), Hlm. 1.

5 Wan Kamal Muljani, Minoritas Muslim Cabaran dan Harapan Menjelang Abad Ke-21,

(Bangi: Syarikat Percetakan Putrajaya SDN. BHD, 2002), Hlm. 224.

6 Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta:

LESFI, 2004), Hlm. 318.

7 Moeflich Hasbulloh, Islam Dalam Era “Nation State” Politik dan Pembaharuan Islam Asia Tenggara, (Bandung: Focus Media, 2003), Hlm. 81.

(3)

3

waktu proses Islamisasi yang cukup panjang, masyarakat melayu Patani akhirnya memiliki ideologi Islam sebagai ideologi bangsa.8

Proses Islamisasi di Patani sebagaimana juga proses islamisasi di kawasan Nusantara lainnya, tentu saja melalui jalan damai, toleransi, tidak melibatkan kekuatan senjata.9 Eksistensi Islam mampu mengakomodasi semua perkembangan tanpa harus mengorbankan eksistensinya sebagai agama wahyu yang mengandung nilai-nilai universal. Proses inkulturasi nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Melayu Patani merupakan proses terik menarik antara nilai-nilai Islam dengan budaya Melayu dan menghasilkan sebuah dinamika kebudayaan masyarakat. Prose sinkulturasi nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Melayu Patani, dimana aspek kepercayaan dan ritual keagamaan merupakan suatu instrument yang penting dalam terjadinya proses inkulturisasi.10

Masyarakat Melayu Patani mempunyai kepercayaan, praktek ritual keagamaan, dan nilai-nilai tertentu yang mereka jadikan sebagai pedoman hidup. Bentuk inkulturisasi nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Melayu Patani tampak jelas, seperti dalam pelaksanaan upacara pengobatan tradisional, mantra-mantra dan do’a yang dibaca oleh tok Bomo dalam pengobatan, jamuan atau sajian dalam upacara persembahan di makam orang alim, menggunakan pelaris untuk menambah rezeki, dan menggunakan jimat untuk menjaga diri dari segala bahaya kejahatan dan sebagainya.

Penyebab kuatnya hubungan masyarakat Melayu Patani dalam religio-kultural adalah peran historisnya, yang meletakkan Patani sebagai pusat dakwah Islamiah di Semenanjung Melayu, dan dikung oleh lembaga keagamaan. Ulama berfungsi sebagai yang mensahkan kekuasaan dan dukungan bagi golongan tertentu, memelihara dan menggunakan kekuasaan politik pada masa awal Islam di Patani. Kekuatan dan kebangkitan Melayu, berakar pada agama islam yang berkembang di Patani. Dengan demikian dalam perkembangan Islam telah

8 Sudirman Tebba (Ed), Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya, (Bandung: Mizan Pustaka, 1993), Hlm. 118.

9 Azyumardi Azra, Jaringan Global dan Lokal: Islam Nusantara, (Bandung: Mizan, 2002),

Hlm. 18.

10 Peter L. Berger, Langit Suci: Agama Sebagai Realitas Sosial, terj. Hartono, (Jakarta:

(4)

4

menghasilkan sebuah kebudayaan tersendiri dan menghilangkan dominasi kekuasaan Hindu-Budha.

DEMOGRAFI ISLAM PATANI THAILAND SELATAN

a. Sejarah Islam di Patani Thailand Selatan

Tidak ada bukti nyata dan kuat yang dapat menjelaskan kepercayaan atau agama masyarakat Melayu Patani di Muang Thai selatan. Akan tetapi dipercayai bahwa praktek kepercayaan orang melayu Patani adalah memuja tempat-tempat dan benda-benda yang dianggap keramat seperti pohon-pohon, bukit, gunung dan sebagainya.

Sejarah mencatat bahwa latar belakang keagamaan dan kebudayaan Melayu Patani berasal dari para pedagang dari India, sehingga agama dan budaya yang dibawa oleh para pedagang ini sangat berpengaruh. Dalam kenyataannya Patani merupakan sebuah Negara yang didominasi oleh keagamaan dan kebudayaan Hindu-India.11

Proses pembentukan tradisi secara bertahap, terjadi marginalisasi pemahaman dan unsur budaya lama. Para sejarawan dan para antropologi dapat melihat bahwa berbagai unsur budaya yang masih berjalan adalah kelanjutan dari zaman pra-Islam dalam tradisi integrasi ini, tetapi sia-sisa kepercayaan dan kebudayaan pra-Islam telah dijadikan sebagai bagian tradisi melayu Patani.12 Wujud unsur animism, dinamisme dan Hindu Budha dalam kebudayaan orang Melayu Patani hasil penyebaran agama Hindu-Budha dari India beberapa abad sebelum Islam memang tidak dapat dipungkiri. Akan tetapi kedatangan agama islam dapat

11

Robert Day Mc Amis, Malay Muslim: The History and Challenge of Resurgent Islam in Southes Asia, (Grand Rapids, Michigan/Cambridge, UK: William B. Ferdmans Publishing Company, 2002), Hlm. 8.

12 Tufik Abdullah, Sharon Siddique, Tradisi dan Kebangkitan islam di Asia Tenggara,

(5)

5

mengubah beberapa perubahan yang radikal telah berlaku di rantaun ini.

Agama Islam merupakan kekuatan baru dalam masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan, di saat Islam telah menyingkirkan kekuasaan Hindu dan Budha. Tentang proses perjalanan perkembangan agama Islam di Patani, terdapat perbedaan pendapat yang rumit dan panjang di kalangan para ahli.

Menurut keterangan para sejarawan, Islam di Patani ada kaitannya dengan Islam di Pasai. Sejarah mencatat bahwa peristiwa ini dimulai pada Tahun 1457 M, namun kemungkinan proses Islamisasi telah dimulai lebih awal, karena kerajaan Melayu Pasai telah terkenal sebagai pusat Islam sejak abad ke-13 M, dan bukti dari persamaan bentuk batu nisan raja Melayu Patani dan raja Pasai, jenis batu nisan adalah batu Aceh Darussalam, dan bentuk pengaruh Pasai, jga terbukti adanya kampung Pa Sri (dari kata pasai) di Prpinsi Patani, serta makan tok pasai yang dipercayai milik Syeikh Sa’id dari Pasai.13

Persoalan penetapan sejarah masuk dan kedatangan Islam ke Patani juga menjadi perdebatan di kalangan para sejarawan dan belum titik temu, tetapi mereka berpendapat bahwa Patani adalah kawasan pertama masuknya Islam di kepulauan semenanjung Melayu.14 Buknti ini dikuatkan lagi dengan kenyataan D’ Eredia, seorang pengembara berkebangsaan Portugis:

“More ever the faith of the Maumeth (Islam) wa accepted in Patane and Pam on the eastern coast of Ujontana and certain. Islands of Aromatik Archipelago, especially at the part of Bantam in Jawa Major, later it was accepted and encouraged by permicuri at Malaka in the year 1411”.15

13 A. Teeuw, D.K. Wyatt, The Story of Patani, (The Hague: Martinus Nijhof, 1997), Hlm.

149.

14 H.W. Muhd. Shgir Abdullah , Syeikh Daud Bin Abdullah al-Fathoni Penulis Islam Produktif Asia Tenggara, (Solo: C.V. Ramadhani, 1987), Hlm. 6.

15 Ahmad Omar Capakiya, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam di Selatan Thailand 1992-2002, (Kuala Lumpur: UKM, 2002) Hlm. 26.

(6)

6

Dari kedatangan para sejarawan tentang datangnya Islam di Patani, Islam masuk ke Patani pada abad ke-7, karena ketika itu sejumlah penduduk Patani sudah ada yang menganut agama Islam. Kemungkinan besar mereka memeluk agama Islam melalui para pedagang Arab yang melakukan perjalanan pada wilayah lintas Timur Tengah dan Cina melawati Patani, mengingat bahwa Patani pada waktu itu mempunyai pelabuhan terbesar.16

Proses Islamisasi dan pembentukan Negara Islam Melayu Patani Darussalam terdapat dua pola yaitu situasi di saat Islam berperan dalam menentukan proses pembentukan Negara, dan keadaan disaat Islam harus menghadapi masalah akomodasi struktural. Tampilnya Islam di dunia Melayu, sebagai agama, dan terutama sebagai kekuatan dagang, namun tidak merusak kesatuan kultural, semua unsur-unsur kebudayaan dapat menciptakan suatu kesadaran kosmopolitanisme tertentu, tetapi secara perlahan-perlahan juga dapat mengubah dasar ideologinya.17 Pola islamisasi di Patani melalui konversi istana sebagaimana disebutkan oleh historiografis tradisional dan dibenarkan oleh sumber lain yang mencerminkan bahwa pengakuan raja terhadap kemungkinan yang diberikan oleh Islam untuk mengatasi masalah politik, sosial-budaya dan ekonomi pada masa itu.

Islamisasi berasal dari wilayah-wilayah yang menjalankan fungsi sebagai jembatan penyeberangan awal dengan proses yang reatif sama, yaitu antara pedagang yang kemudian membentuk suatu komunitas. Masyarakat melayu Patani mengalami proses Islamisasi di kepulauan Melayu nusantara yang telah ditranformasi oleh Islam secara bertahap mulai dari Iman, Islam, dan Ihsan yang muncul sebagai dasar sosial dari masyarakat Melayu Patani dengan sedikit muatan tradisi local (tradisi animis, dinamis, dan Hindu-Budha).

16 Mahmud Syukri, Pathani, (Jeddah: Dar al-Saudiah Li an-Nasri, 1974), Hlm. 25.

17 Shanty nair, Islam in Malaysia Foreing Policy, (London and New York: Routledge,

(7)

7

Berdasarkan nilai-nilai Islam dengan kebudayaan Melayu, para pedagang yang membawa Islam ke Patani pada masa awal-awal menyebabkan adanya proses tarik-menarik antara budaya local dengan nilai-nilai Islam yang menghasilkan sebuah dinamika kebudayaan masyarakat setempat, sehingga menyebabkan terjadinya sinkretisasi dan inkulturasi kebudayaan.

b. Batas wilayah

Muang Thai atau Siam, sekarang menjadi Thailand, adalah Negara yang administratif pemerintahannya terbagi menjadi 76 provinsi. Wilayah selatan geografis Muang Thai merupakan daerah Melayu, yang meliputi 14 Cangwad. Daerah Muang Thai selatan terletak di semenanjung antara garis lintang 5 37-11 42, dan garis bujur 98-102. Bentuk garis bujurnya memanjang dari utara ke selatan seluas 600 Km, lebar daerah yang paling luas 250 Km, dan yang paling sepit 64 Km, yaitu di Kho Kra (Segenting Kra).18

Daerah ini mempunyai identitas sejarah kenegaraan, keagamaan dan kebudayaan tersendiri yang terbagi ke dalam dua wilayah, yaitu selatan bagian atas terdiri dari Provinsi Chumporn, Suratthani, ranong, Nakorn Sri Thammarat, Phuket, Krabi, Terang, satul, Phang-Nga dan Pattahlung. Adapun selain selatan bagian bawah, terdiri dari provinsi songkla, Narathiwat, dan Yala. Provinsi-provinsi selatan bagian bawah dikenal dengan sam Changwad Dean Pak Tai (tiga wilayah sempadan selatan), kedudukannya secara umum merupakan daerah kekuasaan politik yang mempunyai latar belakang sejarah kedaulatan.

Jumalah penduduk Muslim di seluruh Muang Thai, menurut angka sensus pada Tahun 2000 M, sekitar 2.815.900 jiwa, atau 4.6 persen dari jumlah semua penduduk Muang Thai 60.617.200. jiwa. Dalam sensus menetapkan populasi muslim Melayu di lima provinsi

18 Penelitian Staban Taksin Khed Suksa (Badan Taksin Bagian Pendidikan). Dalam.

Kementrian Pendidikan dan kementrian Dalam Negeri, Wathanatam Phatana karn Thang Prawatatr Eklak Lea Phumpanya Cangwad Pattani, (Bangkok: Khuru Sapha, 2000), Hlm. 48.

(8)

8

selatan (satun, Songkla, Pattani, Narathiwat dan Yala) 1.769.818 jiwa, dari jumlah penduduk Muslim 2.345.800 jiwa di 14 privinsi Selatan.19

Menurut sensus yang dilakukan oleh National Statistical Office, Office of the Prime Minister Bangkok, bahwa angka penduduk muslim di tiga provinsi Muang Thai selatan pada Tahun 1990 M, adalah provinsi Patani sebanyak 403.287 jiwa, di Provinsi Yala sebanyak 217.365 jiwa, dan di Propinsi Narathiwat sebanyak 432.655 jiwa.20

Menurut sensus pejabat statistic Nasional Thailand Tahun 2000 M, jumlah penduduk muslim di wilayah selatan adalah 6.326.732. di sana ada sebagian kecil penduduk muslim di Bangkok sebanyak 274.100 jiwa, dan di daerah-daerah sekitar pusta kota sebanyak 156.400 jiwa. Kebanyakan mereka tinggal di kawasan Ayudya. Dalam laporan sensus sekitar 26.000 jiwa dari Muslim-Cina di bagian utara Muang Thai, sebagian besar tinggal di Provinsi Chiang Mai dan Chiang Rai.21

c. Gerakan-gerakan Umat Islam Melayu di Patani Thailand Selatan Di Thailand selatan relasi antara mayoritas Budhis dan minoritas Muslim di wilayah Thailand Selatan yang berbatasan dengan Negara Jiran Malaysia dikelilingi dengan konflik selama berabad-abad. Kelompok dan individu tertentu, termasuk sejumlah para intelektual dan aktivis di kalangan umat Budha dan Muslim, secara aktif terlibat dalam berbagai program yang dimaksudkan membawa kedua komunitas itu bisa melangsungkan dialog dan diskusi.

Menurut Seeds of Peace, publikasi thai Inter-Religious Commision for development (TICD), kegiatan semacam workshop yang

19 Greg Fealy and Virgina Hooker, Voices of Muslim in Shouteast Asian a Contempory Sourcebook, (Singapure: 2006), Hlm. 77.

20 Ahmad Omar Capakiya, Politik dan Perjuangan masyarakat Islam Selatan Thailand 1902-2002, (Kuala Lumpur: UKM, 2002), Hlm. 37

21 Greg Fealy and Virgina Hooker, Voices of Muslim in Shouteast Asian a Contempory Sourcebook, (Singapure: 2006), Hlm. 77.

(9)

9

diselenggarakan oleh individu-individu dan kelompok tersebut dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang secara historis memisahkan kedua kelompok tersebut. Salah seorang tokoh ulama yang sangat dinamik pada masa silam, Tuan Guru Haji Sulong bin Abdul Kadir, pengerusi Majlis Agama Islam Wilayah Patani pernah memainkan peranan utama dalam mempertahankan kesucian agama Islam dan kebudayaan Melayu dari pencemaran dasar Ratthaniyom.22

Sejak jatuhnya sistem pemerintahan kesultanan Islam Melayu Patani, mulai muncul gerakan-gerakan dalam memperjuangkan untuk mengembalikan hak-hak kedaulatan mereka. Dari kelompok-kelompok perjuangan tanah Melayu Patani, telah membentuk diri menjadi sebuah gerakan yang tersembunyi yang dinamakan dengan Gabungan Melayu Patani Raya (GEMPAR). Tumbuhnya organisasi GEMPAR di negeri Kelantan, Malaysia, pada 5 Maret 1948, yang diketuai oleh Mahmud Mahayyidin. Organisasi ini tersebar luas ke negeri Kedah, Pinang dan Singapura.23

GEMPAR adalah gerakan dengan pendirian pokok:

a. Mempersatukan seluruh orang Melayu dan Keturunannya di Thailand Selatan.

b. Membangunkan hubungan yang lebih dekat dengan penduduk-penduduk di wilayah Thailand Selatan serta memperbaiki standar kehidupan mereka.

c. Saling membantu dan bekerja sama, memperbaiki pendidikan dan menghidupkan kembali kebudayaan Melayu di wilayah Thailand Selatan.

Bangkitnya gerakan separatis ini sungguhnya bukanlah ledakan yang mendadak. Akarnya bisa ditelusuri abad ke-18 yang lampau. Hanya saja, tidak banyak informasi mengenai sejarah kawasan ini

22 Nik Anwar Nik Mahmod, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954, Hlm. 11. 23 Herry Nurdi, Perjuangan Muslim Patani, Antara sejarah Penindasan dan Cita-cita Perdamaian di Patani Darussalam, (Jakarta: Sabili Publishing, 2010), Hlm. 81.

(10)

10

karena kebanyakan laporan yang berkaitan dengan sejarah Muslim Melayu Patani adalah laporan jurnalistik yang memuat kegiatan terorisme atau laporan resmi dan laporan-laporan pemerintah yang secara taat diikuti oleh media massa yang selalu menyebutkan perlawanan muslim di Patani sebagai aksi terror atau kekerasan dalam rangka pembebasan tanah air.

Inkulturasi Nilai-Nilai Islam Dalam Kebudayaan Patani

Bentuk-bentuk Inkulturisasi Nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Melayu Patani

Sejarah Islam yang inkulturatif sangat jelas dalam perkembangan Islam di wilayah Melayu Nusantara, namun masyarakat Melayu Nusantara sendiri terdiri dari berbagai macam etnis dengan pola keagamaan dan kebudayaan yang berbeda satu sama lain. sistem keagamaan dan kebudayaan masyarakat Melayu di nusantara pada umumnya berpola kepada animism dan dinamisme, kemudian pada masa berikutnya pengaruh agam hindu dan budha ikut berkembang. Ketika Islam mulai tersebar di wilayah Nusantara, agama ini berhadapa dengan sistem keagamaan dan kebudayaan masyarakat yang sinkretik, sistem keagamaan dan kebudayaan masyarakat Nusantara berubah menjadi yang berpola Inkulturatif.24

Pertemuan dan persentuhan nilai-nilai Islam dengan sistem sosial dalam masyarakat Melayu Patani merupakan proses perubahan sosial yang menyebabkan nilai-nilai Islam diterima tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Dengan demikian terjadilah proses inkulturisasi nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Melayu Patani. Kepercayaan terhadap hal-hal suci, kramat, Makhluk halus, penggunaan jimat, dan sebagainya. Ritual keagamaan seperti upacara bangkit semangat, sirih pinang dan sebagainya masih tertinggal dan bercampur aduk, meskipun Islam diterima sebagai agama Tauhid.25

Dalam proses inkulturisasi terjadi dalam beberapa tahap yaitu; tahap pertama, proses inkulturisasi ditandai dengan adanya pengenalan lingkungan sosial,

24 Lathiful Khuluq, Khairon Nahdiyyin, Labibah zain, Islam dan Budaya, (Yogyakarta:

Penerbit Belukar, 2009), Hlm. 48.

25 Wawancara H. Abd. Harem Hile, Sekretaris Majelis Agama Islam Wilayah yala, 22 Juni

(11)

11

penyesuaian adat serta terjalinnya relasi atau hubungan dalam interaksi sosial budaya. Ketika agama Islam masuk ke Patani, nilai-nilai Islam di ungkapkan dalam bahasa dan kebudayaan setempat. Kedua, nilai-nilai Islam mulai mempengaruhi kebudayaan Melayu Patani dan ketiga, proses inkulturisasi , adalah diformulasikan nilai-nilai Islam dalam kebudayaan melayu Patani dengan munculnya senkretisme kebudayaan dan agama. Hal tersebut tergambar dalam sistem keagamaan dan kebudayaan melayu yang diwarnai oleh nilai-nilai Islamyang dapat mewujudkan sebuah kebudayaan yang mempunyai ciri khas.

Hal tersebut tergambar dalam sistem keagamaan dan kebudayaan melayu yang diwarnai oleh nilai-nilai Islam yang dapat mewujudkan sebuah kebudayaan yang mempunyai ciri khas. Dengan demikian, nilai-nilai agam Islam telah mewarnai beberapa aspek kebudayaan masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan;

a. Aspek-aspek Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu intensitas yang selalu berdampingan, senantiasa mengakar dan subur dalam sistem keagamaan masyarakat Melayu Patani cenderung kepada mistis, mempercayai adanya kekuatan ghaib. Dalam sistem kepercayaan ini, muncul kepercayaan animism, dinamisme, berinteraksi terhadap kepercayaan yang ditawarkan Islam, yang didasarkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah mengubah sistem dan pola pemikiran keagamaan dan kebudayaan masyarakat melayu Patani. Selain itu kepercayaan orang melayu Patani terhadap jenis benda-benda yang dianggap keramat, dapat memberi manfaat dan mudarat, seperti jenis permata (batu jamrud, batu delima, batu akik dan sebagainya) dengan khasiat yang beraneka ragam seperti kekebalan, keberuntungan, menjaga diri dari segala bahaya, menakutkan lawan, melembutkan hati orang dan sebagainya. Demikian juga mengenai unsur kepercayaan tradisional seperti konsep tetang roh, yang dalam kepercayaan masyarakat Melayu Patani bahwa roh akan keluar dari tubuh manusia sewaktu seorang sedang tidur lalu mengembara. Jika roh itu tidak kembali maka orang itu akan mati.

(12)

12

Salah satu wujud ekpresi manusia dalam rangka mengungkapkan kehendak atau pikirannya adalah dengan praktek ritual keagamaan atau upacara keagamaan. Menurut pendapat Durkhaim, ritus merupakan suatu aturan tentang tingkah laku yang menentukan bagaimana manusia harus mengatur hubungan dirinya dengan hal-hal yang sakral.26 Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Melayu Patani sudah mempunyai berbagai bentuk upacara keagamaan yang berhubungan dengan upacara tradisional. Selai Islam datang, upacara tradisi tersebut telah mengalami unsur-unsur perubahan dan penggeseran dalam menyesuiakan perkembangan nilai-nilai keagmaan. Masyarakat melayu Patani dikenal dengan keragaman tradisi lokalnya yang terkait dengan upacara-upacara siklus kehidupan sampai upacara keagamaan.

1) Ritual Patae

Salah satu adat-istiadat dalam praktek ritual keagamaan dalam masyarakat Melayu Patani adalah adat patae. Yang mengandung arti pencegahan melakukan suatu karena dipercayai akan membawa akibat buruk jika dilanggar. Tujuan dari adat patae adalah menggalakkan dalam melakukan kebaikan, tetapi terlalu kuatnya kepercayaan dalam adat patae menyebabkan permasalahn-permasalahan yang menyalahi ajaran agama dianggap patae, yang dikenal dengan patae nenek moyang. Meskipun Islam datang di Patani adat patae tetap dilakukan, dimulai ketika dari pertama Ibu mengetahui kehamilannya, dalam adat patae Ibu harus selalu melakukan kebaikan agar anak yang dilahirkan memiliki watak baik sebagaimana yang dilakukan Ibunya.27

2) Ritual Hari Kelahiran

Pada hari kelahiran, tok bidaelah yang melakukan semua urusan yang bersangkutan dengan bayi, mulai dari membersihkan bayi dan memberi pakaiannya. Setelah penyucian, bayi dibawa kepada bapaknya, jika bayi itu laki-laki maka diadzankan di telinga kanan, dan di iqamat di telinga

26 Emiel Durkheim, Sejarah Agama; The Elementary Forms of The Religious Life, terj.

Inyiak Ridwan Munzir, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2005), Hlm. 72.

27

(13)

13

kiri, manakal bayi itu perempuan maka diiqamat di telinga kiri, tanpa adzan dan diikuti dengan do’a keselamatan yang dilakukan oleh bapaknya atau orang terdekat.

3) Ritual Pemberian Nama

Mengikuti ajaran Islam, disunnahkan memberi nama-nama yang baik kepada anak. Dalam masyarakat Melayu Patani, pada hari upacara ritual buka mulut, anak sekaligus diberi nama. Bagi masyarakat Melayu Patani, nama-nama yang menunjukkan ia sebagai seorang hamba Allah, seperti Abdullah, Abdurrahman juga nama-nama Rasul dan Nabi.Sementara bagi anak perempuan nama yang akan diberikan menggunakan nama-nama isteri Nabi, dan nama-nama-nama-nama yang bercorak Islami seperti Aminah, Aisyah, dan sebagainya. Kesadaran akan kehambaan kepada Allah yang terwujud dalam diri orang Melayu Patani pada umumnya sebagaimana yang ditandai luasnya pemakaian ‘’hamba Alah’’ seperti nama Andullah, Abdurrahman dan sebagainya.

4) Ritual Pernikahan

Ritual pernikahan merupakan perkara yang paling penting dalam masyarakat IslamMelayu Patani. Adalah upacara akad nikah merupakan syarat paling penting dalam ritual pernikahan. Upacara akad nikah dilaksanakan setelah semua perjanjian yang dikenakan atas pihak laki-laki, seperti mas kawin, dan barang-barang lainnya yang disepakati oleh kedua pihak. Upacra pernikahan dimulai dari pihak laki-laki mengutuskan perwakilannya untuk meminang pihak wanita. Wakil yang diutus adalah orang yang terhormat di kalangan masyarakat atau keluarga wanita. Acara minae adalah acara kesepakatan antara orang tua kedua pihak tentang izin pernikahan, menetapkan mahar, dan menetapkan hari pernikahan.

5) Ritual Kematian

Dalam masyarakat Melayu Patani, ada beberapa upacara berkaitan dengan kematian yang dilakukan untuk menyempurnakan tuntutan agama dan kebudayaan. Dalam hal ini, mulai dari jatuh sakit, kerabat dan sanak

(14)

14

saudara akan berkumpul untuk merawat dengan bergantian membaca ayat-ayat Al-Qur’an, seperti surat Yasin, ayat-ayat Kursi dan mengajari orang sakit untuk selalu mengucapkan syahadat supaya senantiasa dalam ketabahan dan ketetapan imannya sampai hembusan nafas terakhir serta berdoa supaya di akhir hidupnya dengan khusnul khatimah.

Jika ada kematian dalam kampung, secara langsung pengurus masjid memberi tahu kepada warga masyarakat sekitar. Cara menyampaikan kabar kematian adalah dengan memukul gendang dan menggunakan pengeras suara. Bagi warga yang mengetahui kabar kematian dengan segera datang ke rumah duka, yang dalam istilah setempat disebut menawat atau ta‟ziyah. Nilai-nilai Islam dalam Kebudayaan Melayu Patani

Dalam konteks masyarakat Melayu Patani, Islam telah memberi sebuah keharmonisan dalam kehidupan. Selain itu islam dapat mempengaruhi setiap tingkatan dalam sistem kehidupan dan kemasyarakatan. Sejak berabad-abad pengaruh kerajaan Hindu-Budha ini menjadi aturan hidup masyarakat Patani. Namun ketika ajaran Islam diterima di kalangan masyarakat Melayu Patani hal tersebut telah mengubah pengertian kebudayaan, pengajarannya dan telah menjadi ideologi sebagai panduan dalam kehidupan.

Agen Inkulturasi

a. Ulama

Sosok ulama adalah sebagai pewaris para Ambiya‟ dengan kesadaran akan tanggung jawab serta peran yang diembannya dalam memposisikan dirinya dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut seperti yang diketahui bahwa peranan ulama dalam pengertian umum dapat dimaknai dengan sesuati yang mendominasi suatu keadaan atau sesuatu yang menjadi bagian atau menjadi pimpinan yang utama. Peran dan fungsi ulama sebagai agen dan media penyembahan kepada Tuhan, kesadaran terhadap tanggung jawab oleh para ulama sesungguhnya mengalir dari kesadaran mereka atas prinsip tauhid. Hal

(15)

15

tersebut dikarenakan kesadaran ke-Esaan Tuhan merupakan kesadaran beragama yang paling fundamental bagi umat Islam, sehingga setiap aktivitas keagamaan dan kebudayaan dalam kehidupan senantiasa diisi oleh prinsip dan semangat tauhidiyah.28

Peran dan fungsi ulama tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Melayu Patani. Sejarah menyebutkan bahwa peran ulama dalam membangun masyarakat Melayu Patani menjadi Islami, dalam konteks sejarah bahwa Patani telah menghasilkan para ulama Islam yang sangat produktif dalam dunia ilmu ke agamaan di Patani. Tokoh-tokoh ulama pada zaman dahulu dan beberapa nama yang berperan dalam bidang keagamaan dan kebudayaan Islam Melayu di dalam masyarakat Melayu Patani antara lainnya; Syeikh Daud bin Idris al-Fathoni, Syeikh Wan Ismail bin Wan Abdul Kadir al-Fathoni.29

b. Jamaah Dakwah Tabligh

Salah satu organisasi sosial keagamaan yang bergerak dalam bidang dakwah dan mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak decade 80-an di Patani adalah jamaah Tabligh. Dakwah organisasi ini melalui jalur sosial keagamaan. Namun demikian, kelompok ini memiliki ciri khas dalam pelaksanaan dakwahnya bila dibandingkan dengan aktivitas dakwah yang dilakukan oleh berbagai organisasi Islam lainnya.

Gerakan jama’ah Dakwah Tabligh mulai masuk di kawasan di Patani pada Tahun 1980 M. perkembangan ini dimulai dari Kelantan, Malaysia yang dibawa oleh Tuan guru H. Abdurrahman, sungai Kolok atau dikenal dengan H. Mea Kolok. Karenanya, pusat atau markas pertama gerakan jamaah Dakwah Tabligh di Patani adalah terletak di sungai kolok dengan perkembangan yang sangat pesat.30 Kemudian markas berpindah ke

28

Zainuddin, Roibin, M. In ‘am Esha, Memadu sains dan Agama, Menuju Universitas islam Masa Depan, (Malang: Universitas Islam Negeri Malang, 2004), Hlm. 23.

29 Majalah Pengasuh, Tokoh Melayu Semenanjung Melayu, B. 541, January 1996.

30 Ahmad Omar Capakiya, Politik dan Perjuangan Masyarakat islam di selatan Thailand 1902-2002, (Kuala Lumpur: UKM, 2002), Hlm. 255.

(16)

16

wilayah Yala dan menjelma menjadi sebagai pusat Jamaah Dakwah Tabligh terpenting dan paling berperan di kawasan Asia Tenggara.

Sarana Inkulturasi

a. Majelis Agama Islam Wilayah

Melihat jumlah penduduk tiga provinsi Patani seperti Yala, Pattani dan Narathiwat yang mayoritas beragama Islam, seharusnya pemerintah mampu memfasilitasi aktivitas dan sistem keagamaan Islam. Dalam perkembangan Islam di Patani telah memunculkan pemimpin keagamaan yang berperan aktif melalui saluran dan sarana badan keagamaan yang dikembangkan oleh pemerintah dengan demikian, rencana kebijaksanaan pemerintah Patani untuk menyelenggarakan administrasi Islam di tiga provinis Thailand Selatan adalah dengan mendirikan lembaga keagmaan yang dipimpin oleh para ulama setempat yaitu Majelis Agama Islam Wilayah.

Majelis agama islam Wilayah adalah lembaga keagmaan dan sekaligus sebagai lembaga sosial, yang dalam peranannya membutuhkan etos kerja yang tinggi untuk menciptakan iklim kehidupan beragama Islam dan berbudaya Melayu yang kondusif di tengah-tengah mayoritas penduduk Muang Thai yang beragama Budha.

b. Masjid dan Surau

Sejarah perkembangan islam sejak awal tercatat bahwa langkah pertama atau misi awal yang dilakukan oleh Rasulullah adalah membangunkan Masjid di Madinah. Di sinilah, tempat didirikan masjid itu lalu menjadi kota Madinah seperti arti harfiahnya tempat peradaban.31 Ketka Islam masih di Mekkah belum ada tanda-tanda akan didirikan masjid. Hal tersebut disebabkan karena ajaran Islam masih merupakan penanaman prinsip tauhid yang cukup sulit. Tidak

31 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an, Tafsir maudhu‟I atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1960), Hlm. 461.

(17)

17

ada perubahan yang drastic bagi masyarakat Arab yang saat itu terbiasa memuja dewa berupa patung. Kepercayaan tersebut harus diubah dengan kepercayaan baru menyembah Allah Yang Maha Esa.32 Pola keagamaan dan kebudayaan yang diamalkan oleh orang Melayu Patani menyesuaikan dengan warisan kebudayaan mereka. Filsafat dan pemikiran orang Melayu Pattani terbangun jelas dalam warisan kehidupan seperti dalam kesenian pembangunan masjid dan surau yang melambangkan hakikat pernyataan dari tindakan menuju penghambaan kepada Allah. Bentuk masjid dan surau yang menjadi syi‟ar atau lambing perjalanan menuju kepada Tuhan dan peradaban yang tinggi. Hal itu terlihat padasejarah pembangunan masjid Gresik, Masjid Tok Ayah di provinsi Pattani, dan masjid teluk manak di provinsi narathiwat. Bermula dari syari’at, tarikat, hakikat dan ma’rifat karena masjid dan surau dalam masyarakat Melayu Patani beperan penting sebagai tempay untuk berkumpul dalam mempelajari dan mengamalkan sesuatu amalan syari’at Islam.

c. Institusi Pendidikan Agama Islam

Secara fungsional dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan islam terbukti merupakan sarana penting dalam perkembangan nilai-nilai Islam yang berpengaruh dalam perubahan baik individual maupun sosial di kalangan umat Islam. Hal ini terjadi sejak awal perkembangan islam hingga saat ini ketika peradaban dunia telah mengalami globalisasi.33 Pada zaman rasulullah dan para sahabatnya, pendidikan Islam diselenggarakan di lingkungan rumah yang dikenal dengan Dar al-Arqam. Seiring dengan perkembangan Islam dan terbentuknya masyarakat Islam, pendidikan Islam yang diselenggarakan di masjid yang dikenal dalam bentuk halaqah. Masyarakatmelayu Pattani memiliki beberapa lembaga pendidikan di antaranya masjid, Ponok, Madrasah dan Tadika, yang dahulu

32 Fazlur Rahman, Islam, terj. Ahsin Muhammad, (Bandung: Al-Ma’arif, tt), Hlm. 3.

33 Abdullah Fajar, dkk, Khasanah islam Indonesia, (Jakarta: The Habibei center, 2006),

(18)

18

merupakan suatu lembaga yang berdasarkan atas sistem pendidikan tradisional.34 Pendidikan keagmaan tersebut berperan dalam masyarakat melayu Patani dan dapat menjalankan tugas dan fungsi dalam mendidik dan membina kepribadian keagmaan serta mewariskan gaya hidup dari kebudayaan Islam Melayu.

Kesimpulan

Sejarah islamisasi di Patani diawali dari tahap konversi kekuasaan ke dalam islam, bahwa dengan pengakuan raja dan para pembesar Negara yang dapat memberi sebuah solusi untuk mengatasi masalah politik dan ekonomi. Islamisasi di Patani berwajah toleran dan damai, dan dengan sendirinya islamisasi yang beralngsung lebih cepat disebut sebagai prosespembudayaan. Pada masa awal Islam di Patani, para pemuka agama atau ulamnaya memiliki kemampuan untuk membentuk sikap politik dengan bahasa politik, ekonomi dan budaya yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat melayu Patani secara keseluruhan. Proses inkulturisasi nilai-ilai islam dalam kebudayaan Melayu Patani yang dilakukan oleh para agen telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan sistem keagamaan dan kebudayaan masyarakat melayu menunjukkan vitalitasnya sebagai basis kekuatan keagamaan dan sosial kultural sehingga lembaga keagmaan tampaknya sudah mengakar kuat serta menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat melayu Patani.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Shgir, 1987, Syeikh Daud Bin Abdullah al-Fathoni Penulis Islam Produktif Asia Tenggara, Solo: C.V. Ramadhani.

Abdullah , Tufik, Siddique , Sharon, Tradisi dan Kebangkitan islam di Asia Tenggara, Jakarta: LP3ES.

Azra, Azyumardi, 1999, Renaisance Islam Asia Tenggara Sejarah Wacana dan Kekuasaan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

______________, 1995, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Bandung: Mizan.

34 Farish A. Noor, Yoginda Sikand dan Martin van Bruinesses (eds.), The Madrasa in Asia Political Activism and Transnational Lingkages, (Amsterdam: Amsterdam University Press, 2008), Hlm. 191.

(19)

19

______________, 2002, Jaringan Global dan Lokal: Islam Nusantara, Bandung: Mizan.

Berger, Peter L, 1994, Langit Suci: Agama Sebagai Realitas Sosial, terj. Hartono, Jakarta: LP3ES.

Capakiya, Ahmad Omar , 2002, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam di Selatan Thailand 1992-2002, Kuala Lumpur: UKM.

Daulay, Haidar Putra, 2007, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana.

Durkheim, Emiel, 2005, Sejarah Agama; The Elementary Forms of The Religious Life, terj. Inyiak Ridwan Munzir, Yogyakarta: IRCiSoD.

Fajar, Abdullah , 2006, Khasanah islam Indonesia, Jakarta: The Habibei center. Fealy, Greg, and Hooker, Virgina, 2006, Voices of Muslim in Shouteast Asian a

Contempory Sourcebook, Singapure.

Hasbulloh, Moeflich, 2003, Islam Dalam Era “Nation State” Politik dan Pembaharuan Islam Asia Tenggara, Bandung: Focus Media.

Hooker, Undang-undang Islam di Asia Tenggara, Terj. Rohani Abdurrahman, Raja Rohana Raja Mamat, Anisah Che Ngah, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia.

Khuluq, Lathiful, Khairon Nahdiyyin, Labibah zain, 2009, Islam dan Budaya, Yogyakarta: Penerbit Belukar.

Majalah Pengasuh, Tokoh Melayu Semenanjung Melayu, B. 541, January 1996. Maryam, Siti, 2004, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga

Modern, Yogyakarta: LESFI.

Mc Amis, Robert Day, 2002, Malay Muslim: The History and Challenge of Resurgent Islam in Southes Asia, Grand Rapids, Michigan/Cambridge, UK: William B. Ferdmans Publishing Company.

Muljani, Wan Kamal, 2002, Minoritas Muslim Cabaran dan Harapan Menjelang Abad Ke-21, Bangi: Syarikat Percetakan Putrajaya SDN. BHD.

Nair, Shanty 1997, Islam in Malaysia Foreing Policy, London and New York: Routledge.

Nik Anwar, Mahmod, Nik, Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1785-1954.

Nurdi, Herry, 2010, Perjuangan Muslim Patani, Antara sejarah Penindasan dan Cita-cita Perdamaian di Patani Darussalam, Jakarta: Sabili Publishing. Penelitian, 2000, Staban Taksin Khed Suksa Badan Taksin Bagian Pendidikan.

Dalam. Kementrian Pendidikan dan kementrian Dalam Negeri, Wathanatam Phatana karn Thang Prawatatr Eklak Lea Phumpanya Cangwad Pattani, Bangkok: Khuru Sapha.

Rahman, Fazlur, Islam, terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Al-Ma’arif.

Roibin, Zainuddin, Esha, M. In ‘am, 2004, Memadu sains dan Agama, Menuju Universitas islam Masa Depan, Malang: Universitas Islam Negeri Malang. Shihab, Quraish, 1960, Wawasan Al-Qur‟an, Tafsir maudhu‟I atas Pelbagai

Persoalan Umat, Bandung: Mizan.

(20)

20

Tebba, Sudirman, 1993, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya, Bandung: Mizan Pustaka.

Wawancara H. Abd. Harem Hile, Sekretaris Majelis Agama Islam Wilayah yala, 22 Juni 2014.

Wawancara Rusita Madami, Guru Agama, Narathiwat, 12 Juli 2014. Wyatt, Teeuw, 1997, The Story of Patani, The Hague: Martinus Nijhof.

Yoginda Sikand, Farish A. Noor, dan Bruinesses, Martin van, 2008, The Madrasa in Asia Political Activism and Transnational Lingkages, Amsterdam: Amsterdam University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh luas lahan, pengeluaran pemerintah untuk irigasi, jumlah tenaga kerja sub sektor tanaman pangan, dan jumlah benih

Dari penelitian yang dilakukan ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta telah menanamkan dan menerapkan nilai-nilai karakter (religius,

Pengumpulan data kearifan lokal dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan terpilih yang dianggap mengetahui tentang budaya lokal yang berhubungan dengan

is the distribution channel techniques that the service business adopts to provide the facilities to its market in a manner that meets, if not exceeds,

BASORI.S Guru Kelas MI MI Miftahul ulum

Pada tahun 2013, terdapat perubahan atas fasilitas pinjaman yang diterima yaitu perubahan DL II dari jumlah maksimum sebesar Rp 30.000.000 menjadi fasilitas TL III

23 PEMANFAATAN PROGRAM GEOGEBRA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII. Adi

Berkaitan dengan perkembangan program restrukturisasi perbankan, dapat kami sampaikan bahwa sampai dengan triwulan III/2000 Pemerintah telah menerbitkan obligasi dalam rangka