• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

KEARIFAN LOKAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENULARAN

MALARIA PADA ANAK DAN IBU HAMIL DI KABUPATEN

PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG

OLEH :

Santoso (Peneliti Madya)

Indah Margarethy (Peneliti Pertama)

I Gede Wempi DSP (Peneliti Pertama)

Maya Arisanti (Peneliti Pertama)

Rizki Nurmaliani (Calon Peneliti)

Betriyon (Calon Litkayasa)

Katarina Sri Rahayu (Teknisi Litkayasa Pelaksana)

Zamriadi (Administrasi)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG

(2)

i

(3)
(4)
(5)
(6)

v

SUSUNAN TIM PENELITI

No Nama Unit Kerja Kedudukan dalam tim

Keahlian/

Kesarjanaan Uraian Tugas

1 Santoso Loka Litbang Baturaja Ketua Pelaksana S2-Parasitologi Bertanggung jawab terhadap seluruh aspek

penelitian

2 Indah Margarethy

Loka Litbang

Baturaja Peneliti S2- Sosiologi

Bertanggung jawab terhadap analisis data

kualitatif

3 I Gede Wempi

Loka Litbang

Baturaja Peneliti Dokter Hewan

Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan RDT 4 Maya Arisanti Loka Litbang Baturaja Peneliti S1-Kesehatan Masyarakat Bertanggung jawab terhadap análisis data

sekunder 5 Rizki Nurmaliani Loka Litbang Baturaja Peneliti S1-Kesehatan Masyarakat Bertanggungjawab terhadap pengolahan data sekunder

6 Betriyon Loka Litbang

Baturaja Litkayasa S1-Kesehatan Masyarakat Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan slide 7 Katarina Sri Rahayu Loka Litbang

Baturaja Litkayasa SMA

Membantu pengumpulan data

8 Zamriadi Loka Litbang

Baturaja Administrasi SMA

Bertanggung jawab terhadap administrasi

(7)

vi

(8)

vii

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya maka laporan hasil penelitian yang berjudul: “Kearifan Lokal yang Berhubungan dengan Penularan Malaria pada Anak dan Ibu Hamil di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan hasil penelitian ini memiliki kekurangan dan keterbatasan, sehingga kami memngharapkan kritikan dan saran yang membangun guna perbaikan di masa datang. Laporan yang disampaikan merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan tim peneliti maupun tim pendukung yang telah bekerjasama dengan kemampuan masing-masing secara maksimal.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan proposal dan protokol penelitian, pelaksanaan kegiatan penelitian serta pembuatan laporan hasil penelitian ini.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan khususnya bagi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran dalam upaya penanggulangan Malaria serta bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan terutama dalam rangka mendukung program Eliminasi Malaria di Indonesia.

Baturaja, Desember 2016 Ketua Tim Penelitian

Santoso, SKM., M.Sc. NIP 197303161998031002

(10)

ix

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kearifan Lokal yang Berhubungan dengan Penularan Malaria pada Anak dan Ibu Hamil di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung

Santoso, Indah Margarety, I Gede Wempi DSP., Maya Arisanti, Rizki Nurmaliani, Betriyon, Katarina Sri Rahayu, Zamriadi

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah endemis malaria. Jumlah kabupaten endemis malaria sebanyak 12 dari 14 kabupaten yang ada. Kabupaten dengan prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Pesawaran dengan API sebesar 4,8‰. Tahun 2013 terjadi KLB malaria di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Peningkatan kasus terjadi di Desa Lempasing dari Januari s/d Desember 2013 diwilayah ini ditemukan penderita positif malaria sebesar 1.200 penderita (API 178‰) dan juga ditemukan 1 kematian ibu hamil akibat malaria.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi budaya lokal yang menunjang pencegahan terhadap malaria pada penduduk, khususnya anak dan ibu hamil.

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Hanura, Kabupaten Pesawaran selama empat bulan (April–Juli 2016). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dan balita yang ada di wilayah Puskesmas Hanura. Lokasi pemilihan adalah Desa Sukajaya Lempasing yang merupakan desa dengan endemisitas tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Lempasing. Jumlah sampel minimal berdasarkan hasil perhitungan sampel adalah 100 orang ibu hamil dan balita. Penentuan sampel terpilih berdasarkan informasi dari Bidan Desa di lokasi penelitian. Bila sampel sudah mencapai 100 orang maka pengambilan darah dihentikan.

Pengambilan darah dilakukan dengan kunjungan ke rumah ibu hamil atau balita dengan menggunakan dua metode, yaitu dengan rapid diagnostic test (RDT) dan secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan RDT dapat diketahui langsung hasilnya di lokasi penelitian, sedangkan pemeriksaan mikroskopis dilakukan di Laboratorium Parasitologi Loka Litbang P2B2 Baturaja. Selain pengambilan darah terhadap ibu hamil dan balita juga dilakukan wawancara singkat terhadap ibu hamil dan orang tua atau wali dari balita yang menjadi sampel. Pertanyaan dalam wawancara singkat ini meliputi riwayat demam, perilaku pencegahan dan pengobatan malaria serta kondisi lingkungan di sekitar rumahnya. Selain pengambilan darah juga dilakukan wawancara mendalam terhadap petugas pengelola program malaria Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran dan Puskesmas Hanura. Pertanyaan dalam wawancara

(11)

x

mendalam mencakup masalah malaria, kegiatan penanggulangan serta pengobatannya di wilayah kerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Kabupaten Pesawaran dan Puskesmas Hanura. Penelitian ini semula juga akan melakukan wawancara mendalam terhadap penduduk yang mengetahui tentang budaya setempat untuk mengetahui kearifan lokal yang berhubungan dengan pencegahan malaria di lokasi penelitian, namun karena adanya efisiensi anggaran penelitian maka kegiatan terakhir tidak dapat dilakukan.

Hasil pengambilan darah terhadap 100 orang penduduk di Desa Lempasing, Kabupaten Pesawaran yang terdiri dari 64 balita dan 36 ibu hamil mendapatkan tiga orang positif malaria dengan menggunakan RDT (1 balita dan 2 ibu hamil). Hasil konfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopis tidak menemukan adanya slide positif malaria dalam darah sampel. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penduduk yang pernah mengalami demam yang merupakan salah satu gejala klinis malaria adalah sebesar 46%. Sebagian besar responden (84%) memiliki kebiasaan yang baik dalam upaya pencegahan malaria yaitu dengan menggunakan kelambu pada saat tidur malam hari. Perilaku pengobatan responden sebagian besar (94%) menunjukkan perilaku baik, yaitu dengan berobat ke Puskesmas bila mengalami demam. Responden sebagian besar (86%) memiliki kebiasaan tidur di atas jam 22.00 WIB dengan kebiasaan sebelum tidur sebagian besar (65%) melakukan aktifitas di dalam rumah. Ketika melakukan aktifitas di dalam maupun di luar rumah sebelum tidur sebagian besar (56%) tidak melakukan upaya pencegahan gigitan nyamuk. Hasil observasi di lingkungan responden untuk mengetahui keberadaan genangan air di sekitar rumah mendapatkan bahwa sebagian besar (73%) lingkungan di sekitar rumah responden terdapat genangan air. Responden yang pernah kontak dengan penderita malaria sebanyak 72%. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara signifikan antara riwayat demam dengan riwayat kontak dengan penderita malaria. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang pernah kontak dengan penderita malaria sebelumnya memiliki risiko untuk mengalami demam yang merupakan salah satu gejala klinis malaria.

Hasil wawancara mendalam terhadap petugas Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran dan Puskesmas Hanura mendapatkan bahwa permasalahan malaria masih belum menjadi masalah yang berarti bagi masyaakat, meskipun pernah terjadi kematian karena malaria. Masyarakat masih menganggap bahwa malaria merupakan penyakit yang biasa. Kerjasama lintas sector dan lintas program telah dilaksanakan di tingkat provinsi, kabupaten maupun

(12)

xi

kecamatan. Kegiatan yang dilakukan diantaranya pengelolaan bekas tambak udang yang sudah tidak terpakai dengan menaburkan ikan pemakan jentik dan, reboisasi hutan bakau. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan malaria di tingkat provinsi dan puskesmas sudah cukup, namun di tingkat kabupaten masih kurang, karena terbatasnya alat penyemprotan sehingga bila ada kegiatan maka harus meminjam dari instansi lain. Sistem pelaporan malaria di seluruh tingkatan sudah berjalan dengan baik dan ada evaluasi dari pelaporan tersebut. Masalah utama yang dihadapi Dinas Kesehatan Kabupaten dalam penanggulangan malaria adalah keterbatasan anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan penanggulangan malaria sehingga pelaksanaan program tidak berjalan dengan optimal.

Penduduk yang memiliki riwayat kontak dengan penderita malaria memiliki risiko lebih besar untuk mengalami demam yang merupakan gejala awal malaria, sehingga bila ditemukan penderita positif di keluarga atau di sekitar rumah maka perlu ada upaya pencegahan gigitan nyamuk. Upaya pencegahan gigitan nyamuk perlu dilakukan baik pada saat sebelum tidur maupun pada saat tidur malam. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk sebelum tidur malam adalah dengan penggunaan

repellent (krim anti nyamuk), penggunaan obat anti nyamuk bakar, semprot maupun

elektrik pada saat melakukan aktifitas di dalam maupun di luar rumah pada malam hari. Pencegahan gigitan nyamuk yang paling efektif pada saat tidur malam adalah dengan penggunaan kelambu berinsektisida yang telah diberikan dari Puskesmas Hanura bagi ibu hamil dan balita.

Baturaja, Desember 2016

(13)

xii

ABSTRAK

Latar Belakang: Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah endemis malaria. Jumlah kabupaten endemis malaria sebanyak 12 dari 14 kabupaten yang ada. Kabupaten dengan prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Pesawaran dengan API sebesar 4,8‰. Tahun 2013 terjadi KLB malaria di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Peningkatan kasus terjadi di Desa Lempasing dari Januari s/d Desember 2013 diwilayah ini ditemukan penderita positif malaria sebesar 1.200 penderita (API 178‰) dan juga ditemukan 1 kematian ibu hamil akibat malaria.

Metode: Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Hanura,

Kabupaten Pesawaran selama empat bulan (April–Juli 2016).Sampel dalam penelitian

ini adalah ibu hamil dan balita yang ada di wilayah Desa Sukaja Lempasing Puskesmas Hanura. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 100 orang ibu hamil dan balita. Informan dalam untuk wawancara mendalam adalah petugas pengelola program Dinkes Provinsi Lampung, Kabupaten Pesawaran dan Puskesmas Hanura.

Hasil: Hasil pengambilan darah dengan RDT terhadap 100 sampel mendapatkan tiga sampel positif malaria falsiparum. Hasil pemeriksaan mikroskopis tidak ditemukan slide positif plasmodium. Penduduk yang pernah mengalami demam sebanyak 42%. Hasil analisis bivariat mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara riwayat demam dengan riwayat kontak dengan penderita malaria sebelumnya.

Kesimpulan: Penggunaan kelambu pada saat tidur sudah merupakan kebiasaan masyarakat khususnya ibu hamil dan balita untuk mencegah gigitan nyamuk.

(14)

xiii

DAFTAR ISI

SK TIM PENELITI ... i

SUSUNAN TIM PENELITI ... v

ETHICAL CLEARANCE ... vi

PERSETUJUAN ATASAN YANG BERWENANG ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... ix

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

D. Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Malaria pada Anak dan Ibu Hamil ... 5

B. Pengendalian Malaria ... 7

C. Kearifan Lokal ... 7

BAB III METODE PENELITIAN ... 9

A. Kerangka Teori ... 9

B. Kerangka Konsep ... 9

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 10

D. Tempat dan Waktu ... 11

E. Disain Penelitian ... 11

F. Populasi, Sampel dan Informan ... 11

G. Cara Penarikan Sampel dan Informan ... 12

H. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 12

I. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ... 12

J. Manajemen dan Analisis Data ... 15

(15)

xiv

L. Pertimbangan Ijin Penelitian ... 15

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 16

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 16

1. Provinsi Lampung ... 16

2. Kabupaten Pesawaran ... 19

3. Puskesmas Hanura ... 23

B. Program Penanggulangan Malaria ... 26

1. Metode Pengendalian Vektor Malaria ... 26

2. Kebijakan ... 28

C. Hasil Pemeriksaan Darah Pada Anak dan Ibu Hamil ... 28

1. Hasil Pemeriksaan Darah dan Karakteristik Sampel ... 28

4. Perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria ... 29

D. Kearifan Lokal ... 30

1. Pengelolaan tambak udang terlantar ... 31

2. Pengangkatan lumut di desa Hanura ... 31

3. Pengendalian vektor ... 31

E. Hasil wawancara mendalam terhadap Informan ... 31

1. Endemisitas dan permasalahan malaria ... 31

4. Peran lintas program dan lintas sektor ... 33

5. Upaya penanggulanan malaria... 35

6. Sarana prasarana penunjang kegiatan pengendalian malaria ... 36

7. Pelaporan dan evaluasi ... 38

BAB V PEMBAHASAN ... 40

A. Malaria pada Anak dan Ibu Hamil ... 40

B. Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Malaria ... 43

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

UCAPAN TERIMA KASIH ... 48

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional ... 10 Tabel 2. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan

di Provinsi Lampung Tahun 2015 ... 17 Tabel 3. Distribusi Kasus dan Kematian Karena Malaria di Provinsi Lampung

Tahun 2014 dan 2015 ... 19 Tabel 4. Distribusi Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan di

Kabupaten Pesawaran Tahun 2016 ... 20 Tabel 5. Distribusi KLB Malaria di Kabupaten Pesawaran Tahun 2014-2015 ... 21 Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Status dan Kelompok Umur di Wilayah

Puskesmas Hanura tahun 2016 ... 29 Tabel 7. Karakteristik Sampel Berdasarkan Riwayat Demam, Riwayat Kontak

dengan Penderita Malaria dan Lama Tinggal di Wilayah Puskesmas Hanura Tahun 2016 ... 29 Tabel 8. Distribusi Hubungan Perilaku Responden dengan Riwayat Demam pada

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian ... 9 Gambar 2. Peta Provinsi Lampung ... 16 Gambar 3. Grafik API di Kabupaten Pesawaran per Puskesmas Tahun 2014 dan

2015 ... 22 Gambar 4. Peta Stratifikasi Desa Endemis Malaria di Kabupaten Pesawaran

Tahun 2015 ... 23 Gambar 5. Distribusi AMI Per Desa di Wilayah Puskesmas Hanura Tahun 2015 ... 25 Gambar 6. Angka Malaria Klinis Per Bulan (MoMI) per Desa di Wilayah

Puskesmas Hanura sampai Bulan Mei 2016 ... 25 Gambar 7. Angka Malaria Positif Per Bulan (MoPI) per Desa di Wilayah

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2013, jumlah penduduk yang berisiko tertular malaria di Indonesia sebanyak 248.422.956 dengan angka parasit per tahun (annual parasite

incidence/API sebesar 1,38 per 1000 penduduk). Penyebaran malaria di Sumatera

meliputi seluruh provinsi1. Malaria merupakan salah satu penyebab utama kematian. Berdasarkan laporan WHO, kematian karena malaria di Indonesia sekitar 3000 per tahun2.

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah endemis malaria. Jumlah kabupaten endemis malaria sebanyak 12 dari 14 kabupaten yang ada. Kabupaten dengan prevalensi tertinggi adalah Kabupaten Pesawaran dengan API sebesar 4,8‰3. Tahun 2013 terjadi KLB malaria di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Peningkatan kasus terjadi di Desa Lempasing dari Januari s/d Desember 2013 diwilayah ini ditemukan penderita positif malaria sebesar 1.200 penderita (API 178‰) dan juga ditemukan 1 kematian ibu hamil akibat malaria4.

Penduduk yang memiliki risiko tinggi untuk terserang malaria adalah balita dan ibu hamil. Salah satu upaya untuk mengurangi risiko kematian karena malaria pada balita dan ibu hamil adalah dengan penggunaan kelambu berinsektisida,

long-lasting insecticidal net (LLIN). Penggunaan kelambu dengan tepat dapat

menghindari kontak dengan nyamuk vektor malaria, sehingga dapat mengurangi risiko penularan malaria, khususnya pada bayi dan ibu hamil5.

Kegiatan pembagian kelambu dengan sasaran bayi dan ibu hamil di Kabupaten Pesawaran telah dilakukan sejak tahun 2010. Kegiatan pembagian kelambu merupakan upaya preventif, yaitu untuk mencegah gigitan nyamuk vektor malaria. Pembagian kelambu perlu didukung dengan perilaku masyarakat, khususnya bayi dan ibu hamil untuk memanfaatkan kelambu tersebut secara tepat3.

Upaya pengobatan malaria telah menggunakan metode pengobatan baru, yaitu Artemisinin-based combination therapy (ACT) terhadap penderita malaria dengan konfirmasi laboratorium (pemeriksaan slide) maupun rapid diagnostic test (RDT). Permasalahan yang dihadapi oleh petugas kesehatan adalah perilaku masyarakat yang sering melakukan pengobatan malaria sendiri tanpa konfirmasi

(19)

2

laboratorium. Hal ini menghambat program penemuan dan pengobatan malaria secara rasional, efektif dan efisien4.

Penelitian sejenis pernah dilakukan, yaitu di Kabupaten Bulukumba yang meneliti tentang penggunaan kelambu terhadap pengendalian malaria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 98% penduduk yang mendapatkan kelambu menggunakan kelambu pada malam hari6. Penelitian sejenis yang dilakukan di Kabupaten Tanah Bumbu mendapatkan mendapatkan bahwa penggunaan kelambu terbukti dapat menurunkan kejadian malaria7.

Hasil analisis Riskesdas tahun 2007 mendapatkan adanya faktor pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan kesakitan malaria, yaitu waktu tempuh ke sarana kesehatan dan pemanfaatan sarana kesehatan. Penggunaan kelambu juga berhubungan dengan kejadian malaria8.

Penelitian lain yang membahas tentang persepsi dan pola kebiasaan masyarakat berkaitan dengan malaria juga pernah dilakukan di Provinsi Sumatera Utara9. Penelitian ini tidak mebahas tentang kearifan lokal yang berhubungan dengan perilaku pencegahan atau perilaku berisiko terhadap malaria.

Penelitian yang membahas tentang budaya lokal berkaitan dengan malaria juga pernah dilakukan di Kota Palu, Sulawesi Tengah, namun dalam penelitian ini tidak dihubungkan dengan perilaku pencegahan10.

Penelitian ini terdapat variabel yang belum pernah diteliti sebelumnya, yaitu pengamatan perilaku penduduk (anak dan ibu hamil) pada sore hari sebelum tidur menggunakan kelambu. Penelitian ini juga akan mengidentifikasi budaya lokal yang berhubungan dengan penularan malaria, baik perilaku pencegahan maupun perilaku berisiko. Selanjutnya, budaya yang berhubungan dengan perilaku berisiko diharapkan dapat dicegah dan budaya mendukung pencegahan penularan malaria diharapkan dapat diterapkan dalam masyarakat.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemakaian kelambu dengan risiko kejadian malaria. Namun berdasarkan data pembagian kelambu dan data kasus malaria yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran menunjukkan adanya permasalahan yang perlu diteliti lebih lanjut, yaitu tentang perilaku masyarakat sebelum tidur. Penduduk berisiko telah mendapat kelambu berinsektisida namun masih dapat terserang malaria, hal ini diketahui dari data KLB malaria yang terjadi pada tahun 2013 dengan proporsi anak yang terserang malaria sebesar 30% dan terdapat ibu hamil yang meninggal karena

(20)

3

malaria3. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kearifan lokal dalam pencegahan malaria pada anak dan ibu hamil, karena risiko kematian akibat malaria pada anak dan ibu hamil lebih besar dibandingkan dengan kelompok penduduk lain (penduduk dewasa).

B. Rumusan Masalah

Pengobatan malaria dengan ACT dan pencegahan penularan malaria melalui pembagian kelambu terhadap bayi dan ibu hamil telah dilakukan sejak tahun 2010, namun masih terjadi peningkatan kasus dan kematian karena malaria pada ibu hamil. Malaria bersifat lokal spesifik, sehingga dalam pengendalian malaria diperlukan informasi tentang budaya lokal yang dapat mendukung kegiatan penanggulangan malaria. Budaya lokal yang mendukung upaya pencegahan penularan malaria seperti kebiasaan tidur dalam kelambu, kebiasaan menggunakan pakaian panjang, kebiasaan gotong royong membersihkan lingkungan merupakan suatu kearifan lokal, sehingga perlu diidentifikasi budaya tersebut dalam penelitian ini.

Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang kearifan lokal yang berhubungan dengan perilaku pencegahan malaria pada anak dan ibu hamil.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi budaya lokal yang menunjang pencegahan terhadap malaria pada penduduk, khususnya anak dan ibu hamil.

2. Tujuan Khusus

a. Identifikasi angka kejadian malaria pada bayi dan ibu hamil; b. Identifikasi karakteristik subyek;

c. Identifikasi perilaku subyek yang berhubungan dengan malaria;

d. Identifikasi budaya lokal yang menunjang pencegahan penularan malaria.

D. Manfaat

1. Bagi Program Pengendalian Malaria

Melalui penelitian ini diharapkan dapat teridentifikasi kearifan lokal yang menunjang upaya pencegahan penularan malaria khsususnya pada anak dan ibu hamil.

(21)

4

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang budaya lokal dalam pencegahan malaria di lokasi penelitian

(22)

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Malaria pada Anak dan Ibu Hamil

Ibu hamil dan bayi di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya malaria berat. Hal ini karena pengobatan malaria terhadap kelompok ini lebih sulit dibandingkan dengan kelompok lainnya. Penanganan penyakit malaria yang tidak tepat terhadap kedua kelompok ini dapat menghambat penyembuhan penyakit, bahkan dapat menimbulkan kematian.

Anak pada mulanya menjadi letargik (lemas), mengantuk atau gelisah, anoreksia (tidak nafsu makan), pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala dan mual. Demam selalu dijumpai tetapi bervariasi. Muntah, nyeri perut dan diare agak jarang dijumpai. Pembesaran hati sering dijumpai pada anak. Pada serangan akut, pembesaran hati biasanya terjadi pada awal perjalanan penyakit (padaakhir minggu pertama) dan lebih sering terjadi daripada pembesaran limpa. Hati biasanya lunak dan terus membesar sesuai dengan progresifitas penyakit, namun fungsinya jarang terganggu dibandingkan dengan orang dewasa. Ikterus (kuning) dapat dijumpai pada beberapa anak, terutama berhubungan dengan hemolisis. Kadar transaminase darah sedikit meningkat untuk waktu singkat. Limpa yang membesar umumnya dapat diraba pada minggu kedua; pembesaran limpa progresif sesuai dengan perjalanan penyakit. Pada anak yang telah mengalami serangan berulang, limpa dapat sangat besar dengan konsistensi keras. Anemia merupakan akibat penting malaria tropika pada anak. Pada infeksi akut, beratnya anemia berhubungan langsung dengan derajat parasitemia. Malaria ovale mempunyai gejala klinis lebih ringan daripada malaria tertiana. Pada hari terakhir masa inkubasi, anak menjadi gelisah, anoreksia sedangkan anak besar mengeluh nyeri kepala dan nausea. Demam periodik tiap 48 jam tetapi stadium dingin dan menggigil jarang dijumpai pada bayi dan balita. Selama periode demam, anak selalu merasa dingin dan menggigil dalam waktu singkat. Demam sering terjadi pada sore hari. Pada anak jarang terjadi parasitemia berat, terdapat pada kurang dari 2%. Malaria tertiana dan ovale jarang disertai anemia berat. Hati pada umumnya membesar dan teraba pada akhir minggu pertama. Bilirubin total dapat meningkat tetapi jarang disertai ikterus, sedangkan kadar transaminase sedikit meningkat untuk waktu singkat. Limpa bertambah besar selama serangan dan dapat teraba pada minggu kedua. Kejang

(23)

6

dapat terjadi pada saat demam tinggi pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kematian pada anak sangat jarang terjadi, tetapi dapat terjadi bila disertai berbagai penyakit lain yang berat, gizi buruk, dan anemia berat. Pada malaria tertiana dan ovale bentuk dormant dari parasit dapat tetap berada dalam hati dan dapat menyebabkan relaps. Relaps dapat terjadi pada kasus yang mendapat pengobatan hanya dengan obat skizontosida saja. Gambaran klinis malaria kuartana menyerupai malaria tertiana, hanya periode demam terjadi tiap 72 jam. Sindrom nefrotik dapat terjadi pada umur 2 sampai 12 tahun dengan puncak pada usia 5-7 tahun. Dijumpai edema berat, proteinuria berat yang menetap, hipoproteinemia berat dan asites. Serum albumin kurang dari 2g/dL bahkan pada 95% kurang dari l g/dL. Tekanan darah biasanya normal dan tidak jelas adanya azotemia dan hematuria.11

Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung pada tingkat kekebalan seseotrang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas (jumlah kehamilan). Ibu hamil dari daerah endemi yang tidak mempunyai kekebalan dapat. Strategi kontrol malaria saat ini untuk kehamilan masih merupakan pemberian kemoprofilaksis anti malaria yang rutin yaitu klorokuin pada setiap wanita hamil dalam daerah endemi malaria. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kemoprofilaksis dapat mengurangi anemia pada ibu dan menambah berat badan lahir terutama pada kelahiran pertama. Resiko malaria dan konsekwensi bahayanya tidak meningkat selama kehamilan kedua pada wanita yang menerima kemoprofilaksis selama kehamilan pertama. Pada daerah endemisitas tinggi untuh P. falciparun infeksi malaria selama kehamilan menyebabkan rendahnya berat bayi lahir merupakan faktor resiko yang paling besar untuk mortalitas neonatal17. Kemoprofilaksis yang diberikan selama kehamilan dapat meningkatkan berat kelahiran rata-rata, terutama pada kehamilan pertama dn menurunkan tingkat mortalitas bayi kira-kira 20%11. Rata-rata bayi yang dilahirkan pada kehamilan pertama bagi ibu yang menerima kemoprofilaksis lebih tinggi daripada berat bayi yang ibunya tidak menerima kemoprofilaksis. Kelahiran mati dan setelah mati lahir lebih kurang pada bayi dan ibu-ibu yang menerima kemoprofilaksis dibandingkan denghan bayi dari ibu-ibu yang tidak mendapat kemoprofilaksis12.

(24)

7

B. Pengendalian Malaria

Salah satu target dan indikator Millenium Development Goals (MDG’s) di Indonesia adalah memerangi penyakit HIV AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnya. Guna mendukung program tersebut maka disusun suatu rencana promosi kesehatan untuk eliminasi malaria dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat dan terbebas dari malaria secara bertahap sampai tahun 2030. Strategi yang diterapkan meliputi advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan13.

Penularan malaria disebabkan karena adanya interaksi antara host (pejamu),

agent (sumber penyakit) dan environment (lingkungan). Pejamu meliputi manusia

sebagai host intermediate dan nyamuk anopheles sebagai host devinitive. Penanganan terhadap manusia sebagai host intermediate dengan cara pemberian obat dan pencegahan kontak dengan nyamuk sebagai host definitive sehingga plasmodium sebagai agent penyakit tidak dapat berkembang dalam tubuh manusia. Penanganan terhadap nyamuk dengan cara pengendalian vektor untuk menekan/mengendalikan kepadatan nyamuk. Agent penyakit malaria, yaitu plasmodium dapat dikendalikan dengan pemberian obat untuk membunuh plasmodium yang telah menginfeksi manusia. Lingkungan yang berperan dalam penularan malaria meliputi lingkungan fisik (suhu dan kelembaban udara, curah hujan, kecepatan dan arah angin, sinar matahari, dan arus air), kimiawi ( salinitas dan pH air), biologi (keberadaan tanaman air dan hewan predator jentik nyamuk di air), lingkungan social budaya (perilaku masyarakat, adat istiadat serta budaya daerah). Faktor lingkungan budaya terkadang memiliki peran yang lebih besar

dalam penularan malaria, sehingga pengendalian malaria juga harus

mempertimbangkan aspek lingkungan sosial budaya setempat14.

C. Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan suatu tradisi atau budaya daerah tertentu dan menunjang kegiatan yang bersifat positif. Kearifan lokal sebenarnya sudah ada dalam masyarakat yang berlangsung secara turun temurun. Budaya atau kearifan lokal tersebut seringkali tidak disadari oleh masyarakat tersebut sebagai budaya yang bernilai positif dan perlu dikembangkan karena dapat mendukung kegiatan pengendalian penyakit. Contoh kearifan yang ditemui pada masyarakat di

(25)

8

Kabupaten Timor Tengah Utara yaitu adanya budaya Naketi. Budaya ini merupakan suatu kearifan lokal yang dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu hamil yang akan melahirkan. Naketi merupakan pengakuan dosa/kesalahan istri kepada suami dan dilanjutkan dengan pengakuan dosa istri dan suami kepada keluarga besar sebelum proses persalinan. Hal tersebut dapat mengurangi beban psikologis istri pada saat melahirkan sehingga proses persalinan dapat berjalan dengan lancar15.

Salah satu upaya pengendalian malaria di Indonesia adalah dengan melakukan pengendalian vektor. Upaya pengendalian vektor perlu juga memperhatikan kearifan lokan di daerah setempat. Kearifan lokal dalam pengendalian vektor adalah teknologi lokal dalam pengendalian vektor yang telah dibuktikan secara ilmiah memenuhi persyaratan keamanan dan efektifitas16.

(26)

9

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Teori

Penularan malaria dapat terjadi karena adanya interaksi antara host, agent dan lingkungan. Manusia adalah host (pejamu) yang bisa terinfeksi penyakit malaria. Kerentanan manusia untuk terkena malaria tergantung beberapa faktor, diantaranya umur, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, hereditas, status gizi dan imunitas. Agent penyebab malaria adalah plasmodium (P.falciparum, P.vivax,

P.ovale, P.malariae). Lingkungan yang mempengaruhi penularan malaria meliputi

lingkungan fisik, biologi dan sosial ekonomi. Nyamuk termasuk dalam lingkungan biologi yang dapat berperan sebagai vektor penular malaria. Keberadaan nyamuk vektor malaria merupakan salah satu faktor yang dapat menularkan malaria. Lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap penularan malaria diantaranya perilaku, baik perilaku pencegahan maupun pengobatan malaria14. Perilaku berisiko yang berhubungan dengan kejadian malaria diantaranya kebiasaan di luar rumah pada malam hari dan kebiasaan menggunakan kelambu waktu tidur17. Kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kelambu merupakan merupakan salah satu kearifan lokal yang dapat mencegah penularan malaria.

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori maka dibangun konsep penelitian yang akan dilakukan mengidentifikasi determinan faktor risiko malaria terhadap bayi dan ibu hamil. Berikut kerangka konsep penelitian:

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

PENDERITA

MALARIA

Karakteristik Subyek: - Jumlah anggota keluarga - Lama tinggal

- Riwayat demam

- Riwayat kontak dengan

penderita malaria

Kearifan Lokal:

- Perilaku pencegahan terhadap

malaria

- Tindakan terhadap malaria Perilaku Suyek:

- Kebiasaan sebelum tidur

- Penggunaan kelambu

- Lama pemakaian kelambu

- Pencucian kelambu

(27)

10

C. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Cara Pengukuran/Cara

mendapatkan

Hasil ukur

1 Kearifan lokal

Pengetahuan dan budaya/kebiasaan masyarakat yang dapat mencegah penularan malaria di lokasi penelitian berdasarkan informasi maupun pengamatan

Observasi dan

wawancara mendalam 2 Jumlah anggota

keluarga

Banyaknya anggota keluarga yang tinggal dan tidur dalam satu

rumah dengan penderita malaria/subyek penelitian Wawancara … 3 Lama tinggal

Lamanya subyek tinggal di lokasi penelitian terhitung sejak pertama kali menetap di lokasi penelitian sampai penelitian dilaksanakan

Wawancara … tahun 4 Riwayat demam Riwayat subyek mengalami demam dalam 1 tahun terakhir Wawancara 1. Tidak pernah

2. Ya, pernah 5 Riwayat kontak

dengan penderita

Riwayat kontak dengan penderita malaria lain dalam keluarga

atau tetangga terdekat Wawancara

1. Ya 2. Tidak 6 Kebiasaan sebelum

tidur

Kebiasaan yang dilakukan oleh ibu/balita sebelum tidur pada

malam hari. Wawancara

1.Nonton televisi

2.Ngobrol/main di luar rumah 3.Ngobrol/main di dalam rumah 7 Penggunaan kelambu Penggunaan kelambu pada waktu tidur malam hari Wawancara 1. Tidak

2. Ya 8 Lama pemakaian

kelambu

Lama kelambu digunakan dari pertama kali mendapat dan

menggunakan sampai penelitian dilakukan Wawancara

1.> 5 tahun 2. 3-5 tahun 3.< 3 tahun 9 Pencucian kelambu Berapa kali kelambu dicuci semenjak mendapatkan dan

menggunakan kelambu Wawancara

10 Perilaku pengobatan saat demam

Perilaku pencarian pengobatan subyek penelitian pada saat

mengalami demam Wawancara mendalam

11 Perilaku pencegahan Adat atau kebiasaan masyarakat dalam upaya pencegahan

(28)

11

D. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan selama 10 bulan (Februari-November 2016) di wilayah Puskesmas Hanura, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

E. Disain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan pendekatan anthropologi.

F. Populasi, Sampel dan Informan

1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh penduduk yang ada di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan target populasi adalah penduduk yang tinggal di wilayah Puskesmas Hanura. Pemilihan Puskesmas Hanura sebagai lokasi penelitian karena di wilayah Puskesmas ini angka malaria dilaporkan paling tinggi dan pernah terjadi KLB dengan kematian ibu hamil.

2. Sampel

Jumlah sampel penduduk yang dibutuhkan untuk menentukan angka malaria dalam penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah sampel minimal dengan rumus18:

n =

P(1 − P)N d (N − 1) + P(1 − P)

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan (73)

Z1-/2 = Standar skor yang dikaitkan dengan taraf nyata diinginkan

P = Proporsi yang diharapkan (0,05)

N = Jumlah populasi (417.732)

d = Nilai presisi absolut yang dibutuhkan (5%)

Berdasarkan perhitungan besar sampel minimal yang dibutuhkan sebesar 73 orang anak/ibu hamil. Jumlah sampel ditambah 10% untuk antisipasi drop

(29)

12

3. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda serta orang yang memahami budaya lokat yang berkaitan dengan pencegahan malaria. Jumlah informan yang dibutuhkan sebanyak 30 orang.

G. Cara Penarikan Sampel dan Informan

1. Sampel untuk pemeriksaan darah

Cara penarikan sampel untuk penentuan angka malaria berdasarkan metode lingkaran obat nyamuk, yaitu dengan melakukan pemeriksaan terhadap seluruh ibu hamil dan anak yang ada di wilayah Puskesmas Hanura. Pemeriksaan dimulai dari rumah ibu hamil yang dilaporkan meninggal karena malaria dan dilanjutkan dengan pemeriksaan pada ibu hamil/anak yang tinggal di sekitarnya sampai jumlah sampel mencapai 80. Perbandingan antara ibu hamil dan anak yang akan diperiksa tidak ditentukan.

2. Informan kualitatif untuk wawancara mendalam

Cara penarikan inrofman untuk penentuan wawancara mendalam menggunakan metode snow ball.

H. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria inklusi

a. Penduduk yang pernah mendapat kelambu.

b. Bersedia terlibat penelitian. 2. Kriteria eksklusi

a. Menolak untuk diperiksa

b. Menderita penyakit berat yang berisiko terjadi komplikasi pengobatan malaria apabila hasil pemeriksaan menunjukkan positif malaria.

I. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data bayi dan ibu hamil adalah laporan dari Puskesmas di wilayah penelitian. Instrumen untuk memperoleh data penderita adalah perlengkapan pengambilan darah dan

(30)

13

formulir untuk mencatat data hasil pemeriksaan darah. Instrumen untuk identifikasi budaya lokal adalah peneliti, yaitu dengan melakukan wawancara mendalam terhadap informan terpilih.

2. Cara pengumpulan data

a. Persiapan

Sebelum melakukan kegiatan penelitian, terlebih dahulu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran untuk merencanakan teknis pengambilan data di lapangan. Koordinasi dilakukan untuk menentukan titik lokasi penelitian, penentuan petugas yang dapat membantu kegiatan penelitian serta teknik dalam pengumpulan data di lapangan.

b. Persiapan alat dan bahan

Setelah dilakukan koordinasi dengan petugas terkait, maka disusun kebutuhan alat dan bahan sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil di tiap titik lokasi pengambilan sampel.

c. Pengambilan darah

Pengambilan darah dilakukan dengan cara kunjungan ke rumah subyek terpilih sesuai dengan data jumlah bayi dan ibu hamil yang diperoleh dari masing-masing Puskesmas. Pengambilan darah dilakukan pada pagi hingga sore hari di rumah subyek penelitian.

Bahan dan alat pengambilan darah adalah: alkohol 70%, lanset, kapas, RDT, kaca benda, soft click, giemsa, aquades dan mikroskop compound. Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu dengan RDT untuk menjaring penderita dan apabila hasilnya positif maka dilakukan pengambilan kembali untuk pemeriksaan mikroskopis. Pengambilan darah pada bayi dilakukan pada ujung ibu jari kaki bayi dengan menggunakan soft click. Pengambilan darah pada ibu hamil dilakukan pada jari manis. Darah yang telah diambil dan diteteskan pada slide dan diberi pewarnaan dengan giemsa 5% dan diperiksa di bawah mikroskop.

Prosedur pengambilan darah pada ibu hamil dilakukan dengan cara: 1) membersihkan ujung jari manis bagian kiri dengan kapas alkohol; 2) menusukkan lanset pada jari manis tersebut; 3) membersihkan darah pertama

(31)

14

yang keluar dari jari menggunakan kapas kering; 4) meneteskan darah ke dalam RDT; 5) membaca hasil pemeriksaan. Bila pembacaan hasil menunjukkan positif malaria, maka dilakukan pengambilan darah kembali untuk pemeriksaan secara mikroskopis.

Prosedur pengambilan darah pada anak dilakukan dengan cara: 1) membersihkan ujung ibu jari kaki/tangan dengan kapas alkohol; 2) menusukkan lanset pada jari manis tersebut; 3) membersihkan darah pertama yang keluar dari jari menggunakan kapas kering; 4) meneteskan darah ke dalam RDT; 5) membaca hasil pemeriksaan. Bila pembacaan hasil menunjukkan positif malaria, maka dilakukan pengambilan darah kembali untuk pemeriksaan secara mikroskopis.

d. Identifikasi kearifan lokal

Pengumpulan data kearifan lokal dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan terpilih yang dianggap mengetahui tentang budaya lokal yang berhubungan dengan pencegahan penularan malaria. Jumlah informan yang dibutuhkan sebanyak 30 orang. Sumber informan yang dapat dipilih diantaranya tokoh adat, tokoh agama, dukun bayi serta pemuka adat lainnya.

Pengumpulan data dari informan dilakukan dengan cara terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Tim peneliti akan tinggal di salah satu rumah penduduk selama beberapa hari. Tim akan membaur dengan penduduk setempat dan mencari informasi tentang kearifan lokal setempat terhadap beberapa informan terpilih. Pengumpulan informasi dilakukan pada pagi, siang atau malam hari sesuai dengan ketersediaan waktu yang diberikan oleh informan. Informasi yang diberikan oleh informan direkam dengan menggunakan alat perekam atau dicatat dalam log book peneliti.

Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap penduduk yang menjadi subyek dalam pengambilan darah. Wawancara mendalam terhadap ibu hamil dilakukan terhadap subyek penelitian langsung, sedangkan wawancara mendalam pada anak dilakukan terhadap ibu atau orang terdekat yang mengetahui riwayat/perkembangan anak.

(32)

15

Selain wawancara mendalam juga dilakukan pengamatan terhadap kebiasaan/perilaku penduduk dalam pencegahan penularan malaria.

J. Manajemen dan Analisis Data

Analisis data kuantitatif dilakukan secara univariat dalam bentuk table dan grafik, sedangkan analisis data kualitatif dilakukan dengan analisis content.

K. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini akan melibatkan manusia sebagai subyek penelitian sehingga perlu ada pertimbangan etik dari komisi etik Badan Litbangkes RI.

L. Pertimbangan Ijin Penelitian

Penelitian ini akan melibatkan masyarakat dan instansi pemerintah sehingga perlu mendapatkan ijin penelitian dari instansi pemerintah di lokasi penelitian.

(33)

16

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Provinsi Lampung

Gambar 2. Peta Provinsi Lampung Sumber: http://bakosurtanal.go.id/peta-provinsi/

Daerah Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 Km² termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau sumatera, dibatasi oleh19:

 Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu;

 Sebelah Selatan dengan Selat Sunda;

 Sebelah Timur dengan Laut Jawa;

 Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

Ibukota Provinsi Lampung adalah Bandar Lampung yang merupakan penyatuan antara dua kota yaitu Tanjungkarang dan Telukbetung. Secara Geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan: Timur - Barat berada antara 103040' BT sampai 105050' BT dan Utara - Selatan 6045' LS sampai 3045' LS.

Topografi Daerah Lampung dibagi dalam lima bagian yaitu: 1) Daerah topografis berbukit sampai bergunung; 2) Daerah topografis berombak sampai

(34)

17

bergelombang; 3) Daerah dataran alluvial; 4) Daerah rawa pasang surut; dan 5) Daerah river basin.

Temperatur udara pada daerah dengan ketinggian 30-60 meter di atas permukaan laut berkisar antara 26-28oC. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah 33,4oC dan temperature minimum 21,7oC. Kelembaban rata-rata berkisar antara 75-87%.

Provinsi Lampung terletak dibawah katulistiwa yaitu 50 LS, beriklim Tropis humid dengan angin laut lembah yang bertiup dari Samudera Indonesia. Setiap tahun ada dua musim angin yaitu November s/d Maret angin bertiup dari arah barat dan barat laut dan Juli s/d Agustus angin bertiup dari arah timur dan tenggara dengan kecepatan rata-rata 5,83 km/jam.

Jumlah Penduduk Provinsi Lampung tahun 2015 berdasarkan data diolah oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung sebesar 8.117.268 jiwa yang terdiri dari 4.162.437 jiwa laki-laki dan 3.954.831 jiwa perempuan. Secara Administratif Daerah Provinsi Lampung, dibagi 15 Kabupaten dan Kota, 227 kecamatan dan 2643 desa/kelurahan20.

Tabel 2. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Provinsi Lampung Tahun 2015

No Kabupaten Jumlah Kecamatan Jumlah Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk 1 Lampung Barat 15 136 293.105 2 Tanggamus 20 302 573.940 3 Lampung Selatan 17 260 972.579 4 Lampung Timur 24 264 1.008.797 5 Lampung Tengah 28 314 1.239.096 6 Lampung Utara 23 247 606.092 7 Way Kanan 14 227 432.914 8 Tulang Bawang 15 151 429.515 9 Pesawaran 11 144 426.389 10 Pringsewu 9 131 386.891 11 Mesuji 7 105 195.682

12 Tulang Bawang Barat 8 96 264.712

13 Pesisir Barat 11 118 149.890

14 Bandar Lampung 20 126 979.287

15 Metro 5 22 158.415

Jumlah 227 2.643 8.117.268

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2015

Provinsi Lampung merupakan daerah endemis malaria yang berpotensi untuk berkembang seperti pedesaan yang mempunyai rawa-rawa, genangan air payau di tepi laut dan tambak-tambak ikan yang tidak terurus.

(35)

18

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2014 disebutkan bahwa desa endemis malaria diprovinsi Lampung berjumlah 223 desa atau 10% dari seluruh jumlah desa yang ada, dengan angka kesakitan malaria per tahun 0,4‰.

Provinsi Lampung terdapat 12 species dari nyamuk Anopheles spp yaitu

An. Vagus, An, Sundaicus, An. Barbirotris, An. Acconitus, An. Indefinitus, An. Kochi, An. Subpictus. An. Tesselatus, An. Minimus, An. Maculatus.

Sesuai dengan rencana strategis program malaria sampai dengan tahun 2020 Provinsi Lampung akan mencapai bebas malaria (Eliminasi Malaria). Pencapaian program malaria di tahun 2015 adalah dari 15 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung yang sudah menerima sertifikat bebas malaria (eliminasi malaria) sebanyak 5 kabupaten yaitu Kota Metro, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Way Kanan. Jika dibandingkan tahun 2014 ada perbedaan kualitas hasil kegiatan program malaria kasus malaria yang dikonfirmasi laboratorium mulai mengalami peningkatan begitu pula dengan akses pengobatan terhadap ACT, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan aktifitas kegiatan Program malaria mempunyai dampak terhadap pencapaian tujuan program malaria.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Lampung, pada tahun 2014, terdapat 3916 kasus malaria (API= 0,49/1000 penduduk beresiko) dengan 5 orang meninggal atau CFR 0,13. Tahun 2015 terdapat 3.248 kasus (API=0,44/1000 penduduk beresiko) dengan 2 kematian atau CFR 0.06. Sementara target rencana Strategi Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan malaria (API/annual parasite incidence) tahun 2015 <1 per 1.000 penduduk berisiko. Dengan demikian cakupan API 2015 mencapai target Renstra 2014.

Berdasarkan hasil evaluasi program P2 Malaria di Provinsi Lampung tahun 2015, terlihat dari 15 Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Provinsi Lampung Kabupaten Pesawaran menduduki kasus tertinggi selama satu tahun sebesar 4,5‰, sedangkan untuk kabupaten/kota yang lain kasus penderita malaria sudah dapat di turunkan di bawah 1‰ sesuai dengan target Renstra di Provinsi Lampung tahun 2015 yaitu kasus malaria yang ditemukan < 1‰. Jumlah kasus dan kematian akibat malaria tahun 2014-2015 per kabupaten dapat dilihat dalam tabel berikut ini:20

(36)

19

Tabel 3. Distribusi Kasus dan Kematian Karena Malaria di Provinsi Lampung Tahun 2014 dan 2015

No Kabupaten/ Kota Jumlah 2014 Jumlah 2015 API (‰) Kasus Kematian Kasus Kematian

1 Lampung Barat 159 0 32 0 0,0 2 Tanggamus 38 0 23 0 0,0 3 Lampung Selatan 149 0 230 0 0,2 4 Lampung Timur 29 0 3 0 0,0 5 Lampung Tengah 26 0 8 0 0,0 6 Lampung Utara 20 0 0 0 0,0 7 Way Kanan 2 0 9 0 0,0 8 Tulang Bawang 28 0 0 0 0,0 9 Pesawaran 3.033 5 2.712 2 4,5 10 Pringsewu 16 0 0 0 0,0 11 Mesuji 11 0 4 0 0,0

12 Tulang bawang barat 3 0 3 0 0,0 13 Pesisir barat 0 0 0 0 0,0 14 Bandar lampung 561 0 486 0 0,5

15 Metro 0 0 0 0 0,0

Provinsi 3.916 5 3.510 2 0,44

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2015

2. Kabupaten Pesawaran

Secara geofrafis Kabupaten Pesawaran terletak pada koordinat 104,92º - 105,34º Bujur Timur dan 5,12º - 5,84º Lintang Selatan. Secara administratif luas

wilayah Kabupaten Pesawaran adalah 1.173,77 km2 dengan batas-batas wilayah

adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara dengan Kabupaten Lampung Tengah;

 Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tanggamus;

 Sebelah Barat dengan Kabupaten Tanggamus;

 Sebelah Timur dengan Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung.

Pada tahun 2007 hingga sekarang, jumlah kecamatan di Kabupaten Pesawaran telah mengalami perubahan akibat adanya pemekaran dengan penambahan 4 kecamatan sehingga total menjadi 11 kecamatan yaitu : Padang Cermin, Punduh Pidada, Kedondong, Way Lima, Gedong Tataan, Negeri Katon, Tegineneng, Marga Punduh, Way Khilau, Way Ratai, Teluk Pandan.

Luas Kabupaten Pesawaran secara keseluruhan adalah 117.377 Ha dengan Kecamatan Negeri Katon sebagai kecamatan terluas, yaitu 15.269 Ha. Dari luas keseluruhan Kabupaten Pesawaran tersebut,15.465 Ha digunakan sebagai lahan sawah, sedangkan sisanya yaitu 101.912 Ha merupakan lahan bukan sawah dan lahan bukan pertanian. Jenis penggunaan lahan sawah yang terbanyak adalah

(37)

20

irigasi teknis dengan dua kali penanaman padi dalam setahun. Sedangkan jenis penggunaan lahan bukan sawah yang terbanyak adalah tagal/kebun.

Kabupaten Pesawaran merupakan daerah tropis, dengan curah hujan ratarata sebesar 152,98 mm3/bulan, suhu udara rata-rata sebesar 26,690C/bulan, dan rata-rata kelembaban udara sebesar 78,06%/bulan.

Kabupaten Pesawaran pada tahun 2014 terbagi dalam 9 kecamatan dan 144 desa. Semua desa sudah berstatus definitive. Penduduk Kabupaten Pesawaran berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 436.389 jiwa yang terdiri atas 219.587 jiwa penduduk laki-laki dan 296.802 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Pesawaran tahun 2015 mencapai 363,26 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kepadatan Penduduk di 11 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Gedong Tataan dengan kepadatan sebesar 1.469 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Marga Punduh sebesar 106 jiwa/Km2. Distribusi jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Pesawaran disajikan dalam Tabel 3 berikut: 21

Tabel 4. Distribusi Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Pesawaran Tahun 2016

No Kecamatan

Luas Area Penduduk Kepadatan Penduduk (orang/km²) Km² % Jumlah % 1 Punduh Pidada 113,19 9,64 13.390 3,11 118,30 2 Marga Punduh 127,34 10,85 13.512 3,14 106,11 3 Padang Cermin 67,00 5,71 27.405 6,33 409,03 4 Teluk Pandan 99,83 8,51 35.692 8,24 357,53 5 Way Ratai 97,06 8,27 34.505 8,17 355,50 6 Kedondong 152,69 13,01 33.707 7,91 220,75 7 Way Khilau 151,26 12,89 26.762 6,28 176,93 8 Way Lima 111,00 9,46 30.582 7,16 275,51 9 Gedung Tataan 64,11 5,46 94.204 22,29 1.469,41 10 Negeri Katon 77,34 6,59 64.707 15,21 836,66 11 Tegineneng 112,95 9,62 51.923 12,17 459,70 Total 1.173,37 100,00 426.389 100,00 363,26 Sumber: BPS, 2016

Kabupaten Pesawaran memiliki beberapa sungai yang berada di Kecamatan Punduh Pidada, Padang Cermin, Kedondong. Way Lima, Gedong Tataan, Negeri Katon, dan Tegineneng. Sungai terpanjang adalah Sungai Way Semah di Kecamatan Gedong Tataan dengan panjang 54 km, dan sungai

(38)

21

terpendek adalah sungai Way Kepayang di Kecamatan Kedondong dengan panjang 5 km.

Berdasarkan laporan bulanan penemuan dan pengobatan malaria Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pesawaran, terdapat 3.037 kasus dan 3 kematian akibat malaria tahun 2014 (CFR 0,10%) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pedada (2 orang) dan Puskesmas Hanura (1 orang). Tahun 2015 terdapat 2.712 kasus dan 2 kematian akibat malaria (CFR sebesar 0,07%) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pedada (1 orang) dan Puskesmas Hanura (1 orang) (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi KLB Malaria di Kabupaten Pesawaran Tahun 2014-2015 Lokasi KLB Jumlah

AR CFR Puskesmas Desa Kasus Kematian Berisiko

Pedada Pahawang 14 (2014) 1 1.706 0,170 7,14 Pahawang 103 (2014) 1 1.445 7,130 0,97 Hanura Hanura 33 (2014) 1 8.051 1,930 3,03 Hanura Sukajaya 1 (2015) 1 27.732 0,004 100,00 Hurun 23 (2015) 1 34.713 0,07 4,35 Sumber Profil Kesehatan Kab. Pesawaran Tahun 2014 dan 2015

Kasus positif malaria selama tahun 2014 dan 2015, hanya terjadi di 3 wilayah kerja puskesmas. Puskesmas dengan kasus tertinggi pada tahun 2014 dan 2015 yaitu Puskesmas Hanura (dengan jumlah kasus terbanyak yaitu 2.276 kasus dengan API 65,65‰), Puskesmas Pedada (320 kasus dengan API 11,54), dan Puskesmas Padang Cermin (116 kasus dengan API 4,91). Sedangkan 9 puskesmas lainnya bukan merupakan wilayah endemik malaria.

Berdasarkan data endemisitas malaria dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran tahun 2015, menunjukkan bahwa sebagian besar desa di Wilayah Kabupaten Pesawaran merupakan desa tanpa kasus malaria. Sebanyak 144 desa yang ada terdapat 18 desa HCI (High case Insidence), dan 10 desa dengan MCI dan 2 desa dengan LCI sedangkan 114 desa lainnya adalah desa tanpa kasus malaria. Desa endemisitas malaria dengan LCI, MCI dan LCI hanya terdapat di 3 di wilayah Puskesmas Hanura, Pedada dan Padang Cermin. Berikut data endemisitas malaria di Kabupaten Pesawaran Berdasarkan API tahun 2014 dan 2015 (Gambar 4)22–24.

(39)

22

Gambar 3. Grafik API di Kabupaten Pesawaran per Puskesmas Tahun 2014 dan 2015

Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa tiga wilayah Puskesmas merupakan daerah endemis malaria yang selalu ada kasus dari tahun 2014-2015. Peningkatan kasus dari tahun 2014-2015 terjadi di wilayah Puskesmas Hanura yang merupakan lokasi penelitian, yaitu dari API 51,6‰ pada tahun 2014 menjadi 65,6‰ pada tahun 2015.

38.3 10.1 0.0 51.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 11.5 4.9 0.0 65.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 API (‰) Puskesmas API 2014 API 2015

(40)

23

Gambar 4. Peta Stratifikasi Desa Endemis Malaria di Kabupaten Pesawaran Tahun 2015

Sumber : Seksi P2P, Dinas Kesehatan Kab. Pesawaran, 2015

3. Puskesmas Hanura

Wilayah kerja UPT.Puskesmas Hanura terletak di Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran. Luas wilayah kerja Puskesmas Hanura adalah 9056,5 hektar, yang terdiri dari lahan dan kebun 45,2%, pemukiman dan perkarangan 35,9%, hutan dan tambak 3,7%, dan laguna 1,9%.Sebagian besar penduduk bermukim di pesisir pantai. Batas wilayah kerja Puskesmas Hanura adalah:

 Sebelah Barat dengan hutan kawasan dan Kabupaten Tanggamus

 Sebelah Timur dengan pesisir Teluk Lampung

 Sebelah Utara dengan wilayah Kota Madya Bandar Lampung.

(41)

24

Puskesmas Hanura memiliki 10 desa binaan yaitu Desa Sukajaya Lempasing, Hurun, Hanura, Sidodadi, Gebang, Tanjung Agung, Munca, Talang Mulya, Cilimus, dan Batu Menyan. Beberapa wilayah kerja Puskesmas Hanura (Talang Mulya, Tanjung Agung, Pancur, dan Pulau Tegal) berada di daerah pebukitan dan memiliki sarana transportasi yang sulit. Bila hujan daerah tersebut menjadi sulit untuk dilalui sehingga pelayanan kesehatan di daerah ini sangat minim.

Sebagian wilayah kerja Puskesmas Hanura adalah daerah perbukitan dan perkarangan. Hanya sebagian kecil saja yang merupakan daerah sawah dan pemukiman. Data lengkapnya pihak Puskesmas Hanura tidak memilikinya. Secara umum iklim di Puskesmas Hanura sama dengan wilayah Indonesia yang lain yaitu beriklim tropis dengan curah hujan 2.264mm-2868mm dan jumlah hari hujan 90-176hari/tahun.Suhu udara rata-rata tertinggi 36,6 C dan terendah 22 C , kelembaban udara antara 37-97% dengan kecepatan angin di antara 01-15 knot.

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi tingkat pendidikan merupakan faktor pencetus (predisposisi) yang berperan dalam mempengaruhi seseorang mengambil keputusan untuk berperilaku hidup sehat. Menurut data yang dimiliki puksesmas Hanura jumlah murid sekolah (tahun 2014) murid SD 3996 siswa, SLTP 640 siswa dan SLTA 480 siswa dan juga 35 siswa Mts dan 32 siswa MA.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Haura pada tahun 2015 berjumlah 34.712 jiwa. Persebaran penduduk di wilayah Puskesmas Hanura tahun 2011-2015 tertinggi berada di Desa Lempasing dan terendah di desa Munca.

Kasus malaria di wilayah Puskesmas Hanura hamper menyebar di seluruh desa. Jumlah desa endemis malaria sebanyak delapan dari 10 desa yang ada. Kasus malaria tertinggi baik klinis maupun konfirmasi ditemukan paling banyak di Desa Sukajaya Lempasing (Gambar 5). Kasus malaria tidak ditemukan di Desa Tanjung Mulya dan Tanjung Agung.

(42)

25

Gambar 5. Distribusi AMI Per Desa di Wilayah Puskesmas Hanura Tahun 2015

Kasus malaria di wilayah Puskesmas Hanura sampai dengan Bulan Mei 2016 masih ditemukan di beberapa desa. Angka malaria klinis dan positif per bulan paling tinggi ditemukan di Desa Sukayaja Lempasing (Gambar 6 & 7).

Gambar 6. Angka Malaria Klinis Per Bulan (MoMI) per Desa di Wilayah Puskesmas Hanura sampai Bulan Mei 2016

294.2 257.8 151.0 132.7 63.7 55.0 24.9 6.3 0.4 0.8 169.8 153.6 85.3 70.1 36.9 14.3 7.7 1.4 0.0 0.0 0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0 AMI (‰) Desa AMI (‰) API (‰) 16.9 47.5 50.7 47.5 30.2 15.6 21.0 10.2 29.1 6.5 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0

Januari Februari Maret April Mei

AMI (‰)

Sukajaya Lempasing Muncak Hurun Cilimus

Tanjung Mulya Hanura Sidodadi Gebang

(43)

26

Gambar 7. Angka Malaria Positif Per Bulan (MoPI) per Desa di Wilayah Puskesmas Hanura sampai Bulan Mei 2016

B. Program Penanggulangan Malaria

1. Metode Pengendalian Vektor Malaria

Terdapat beberapa program pemberantasan malaria di Kabupaten Pesawaran yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan maupun oleh puskesmas atau puskesmas sebagai pelaksana program Dinas Kesehatan. Sebagian besar kegiatan pengendalian proram malaria masih bersumber APBN dan APBD Provinsi Lampung. Dukungan politis dan pendanaan bersumber APBD Kabupaten Pesawaran masih dirasakan kurang. Berikut proram pembasmian malaria yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran.

a. Program kelambu berinsektisida (LLINs) massal

Terdapat laporan program kelambu berinsektida yang bersumber dari dana APBN, sedangkan untuk operasional berasala dari Global Fund dan APBD Provinsi Lampung selama tahun 2014 dan 2015. Bahan aktif yang digunakan pada kelambu berinsektisida adalah cypermetrin. Pembagian

13.2 18.6 49.0 14.2 11.0 1.6 5.9 1.0 0.0 0.5 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0

Januari Februari Maret April Mei

MoPI (‰)

Sukajaya Lempasing Muncak Hurun Cilimus

Tanjung Mulya Hanura Sidodadi Gebang

(44)

27

kelambu telah dibagikan sejak tahun 2010-2015. Pada tahun 2014, terdapat program pembagian kelambu sebanyak 287.245 buah. Kelambu tersebut dibagikan secara massal ke penduduk di 9 wilayah puskesmas. Pada tahun 2015 sebanyak 6.869 buah kelambu dibagikan ke seluruh ibu hamil di wilayah puskesmas Pedada, Padang Cermn dan Hanura yang merupakan daerah dengan HCL dan MCL.

b. Program larvasidasi

Untuk pemberantasan malaria pada tahun 2014, Program larvasidasi dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran dengan bantuan operasional dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran dan BOK Puskesmas sedangkan untuk larvacida merupakan bantuan APBD Provinsi Lampung. Jenis larvacida yang digunakan adalah Sumilarv. Kegiatan larvasidasi dilaksanakan di 12 TPU (tempat periindukan vektor seperti laguna dan tambak terlantar) di wilayah dengan HCI. Pada tahun 2015, kegiatan larvasidasi dilakukan di 10 TPU juga di daerah dengan HCI. Pada tahun 2015 juga dilakukan IRS untuk 500 rumah pada dengan biaya dari Global Fund IRS

Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran melakukan program Indoor

Residual Spraying (IRS) dengan jenis Lambdacihalotrin sejak tahun 2013.

Pada tahun 2014 dilakukan IRS di 2000 rumah di desa HCI/MCI.

c. Program Ikan pemakan jentik

Tidak terdapat program ikan pemakan jentik yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran selama tahun 2014 dan 2015.

d. Program lainnya

Selain program pengendalian malaria yang telah dilakukan, masih ada lagi program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten yaitu

1) Pengadaan Alat dan Bahan meliputi Reagen Giemsa. kecuali untuk

pengadaan Reagen Giemsa sebagian ACT meggunakan dana APBD Kabupaten Pesawaran.

2) Pembinaan Program Malaria bersamaan dengan kegiatan Bimbingan

Teknis (Bimtek) terutama untuk Puskesmas endemis Malaria yaitu Puskesmas Hanura, Puskesmas Padang Cermin dan Puskesmas Pedada.

(45)

28

4) Skrining malaria pada Ibu Hamil menggunakan RDT

5) Kabupaten Pesawaran mendapat bantuan dalam bentuk dana dan

manajemen program untuk pengendalian malaria dari Global Fund (GF) Sedangkan kegiatan pengendalian malaria yang dilakukan oleh puskesmas yaitu:

1) Penjaringan kasus malaria melalui trias malaria dipuskesmas Gedung Tataan

2) Penyuluhan secara berkala oleh puskesmas Trimulyo dan Bernung.

3) Jumat Bersih dengan gotong royong membersihkan lingkungan oleh

Puskesmas Hanura.

2. Kebijakan

Belum adanya kebijakan daerah Kabupaten Pesawaran dalam bentuk payung hukum yang jelas tentang upaya pengendalian malaria seperti Perbup atau Perda tentang Eliminasi Malaria. Kebijakan yang mendasari pelaksanaan program pemberantasan malaria di tingkat dinas kesehatan dan tingkat puskesmas hanya berupa buku pedoman dari pusat.

Sebagian besar Puskesmas telah memperlihatkan buku acuan malaria yang digunakan sedangkan sebagian kecil lainnya tidak bisa menunjukkan buku yang digunakan dengan alasan masih disimpan di gudang proses pindah puskesmas atau dipinjam.Buku acuan yang digunakan hanya bersumber dari pusat yaitu Direktoral Jenderal P2PL (pusat).

C. Hasil Pemeriksaan Darah Pada Anak dan Ibu Hamil

1. Hasil Pemeriksaan Darah dan Karakteristik Sampel

Pemeriksaan darah jari dilakukan terhadap 100 penduduk di wilayah Puskesmas Hanura. Penduduk yang diperiksa terdiri dari 64 balita (64%) dan 36 ibu hamil (36%). Hasil pemeriksaan mendapatkan tiga sampel positif hasil pemeriksaan dengan rapid diagnostic test (RDT) dengan angka parasit sebesar 3%. Hasil konfirmasi laboratorium dengan pemeriksaan mikroskopis tidak ditemukan adanya slide positif malaria (Tabel 6).

(46)

29

Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Status dan Kelompok Umur di Wilayah Puskesmas Hanura tahun 2016

Kelompok Umur

Status

Jumlah Balita Ibu Hamil

Diperiksa Positif Diperiksa Positif Diperiksa Positif

0-4 tahun 64 1 0 0 64 1

5-16 tahun 0 0 2 0 2 0

17-46 tahun 0 0 34 2 34 2

64 1 36 2 100 3

Umur ibu hamil yang paling muda hasil penelitian ini adalah 16 tahun dan umur paling tua adalah 46 tahun. Selain dilakukan pemeriksaan darah juga dilakukan wawancara singkat terhadap ibu hamil dan orang tua atau wali dari balita tentang riwayat demam, lama tinggal dan riwayat kontak dengan penderita malaria. Hasil wawancara singkat disajikan dalam Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Karakteristik Sampel Berdasarkan Riwayat Demam, Riwayat Kontak dengan Penderita Malaria dan Lama Tinggal di Wilayah Puskesmas Hanura Tahun 2016

Karakteristik

Riwayat Demam

Jumlah Pernah Tidak pernah

n % n % n %

Riwayat kontak dengan penderita malaria: - Pernah 35 48,6 37 51,4 72 100,0 - Tidak pernah 7 25,0 21 75,0 28 1000, Lama tinggal: - > 10 tahun 7 70,0 3 30,0 10 100,0 - 6-10 tahun 7 70,0 3 30,0 10 100,0 - 1-5 tahun 20 35,7 36 64,3 56 100,0 - < 1 tahun 8 33,3 16 66,7 24 100,0 42 42,0 48 48,0 100 100,0

2. Perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria

Analisis hubungan antara perilaku dengan kejadian malaria tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, hal ini karena jumlah penderita positif dari hasil pemeriksaan RDT hanya tiga sampel. Selanjutnya dilakukan analisis hubungan antara riwayat demam yang merupakan gejala klinis malaria dengan perilaku. Hasil analisis disajikan dalam Tabel 8 berikut:

(47)

30

Tabel 8. Distribusi Hubungan Perilaku Responden dengan Riwayat Demam pada Anak dan Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Hanura Tahun 2016

Perilaku Riwayat Demam Total OR 95%CI P value Pernah Tidak n % n % N % Penggunaan kelambu: - Tidak - Ya 6 36 37,5 42,9 10 48 62,5 57,1 16 84 100,0 100,0 0,8 0,266-2,405 0,787 Perilaku pengobatan: - Buruk - Baik 3 39 50,0 41,5 3 55 50,0 58,5 6 94 100,0 100,0 1,4 0,270-7,358 0,694 Jam tidur malam:

- > jam 22.00 - < jam 22.00 5 37 35,7 43,0 9 49 64,3 57,0 14 86 100,0 100,0 0,7 0,228-2,379 0,772 Kebiasaan sebelum tidur:

- Main di luar rumah - Main di dalam rumah

15 27 42,9 41,5 20 38 57,1 58,5 35 65 100,0 100,0 1,0 0,460-2,425 1,000 Menghindari gigitan nyamuk:

- Tidak - Ya 23 19 41,1 43,2 33 25 58,9 56,8 56 44 100,0 100,0 0,9 0,412-2,040 0,841 Keberadaan genangan air:

- Ya - Tidak 30 12 41,1 44,4 43 15 58,9 55,6 73 27 100,0 100,0 0,9 0,358-2,125 0,821 Riwayat kontak penderita:

- Pernah - Tidak 35 7 48,6 25,0 37 21 51,4 75,0 72 27 100,0 100,0 2,8 1,073-7,503 0,042 Jumlah 42 42,0 58 58,0 100 100,0

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa perilaku yang berhubungan dengan kejadian demam hanya pada variable riwayat kontak dengan penderita malaria sebelumnya. Variabel yang lain tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara signifikan.

D. Kearifan Lokal

Sesuai dengan metode penelitian dalam prorokol penelitian, identifikasi kearifan lokal dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan yang dianggap dapat memberikan informasi tentang budaya lokal. Selain wawancara mendalam juga akan dilakukan pengamatan terhadap kebiasaan penduduk di lokasi penelitian. Namun kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan karena adanya pemotongan anggaran penelitian, sehingga penelitian tidak dapat dilanjutkan sampai selesai.

Informasi tentang kearifan lokal hanya diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap petugas malaria Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung, Dinkes Kabupaten Pesawaran dan Puskesmas Hanura.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional
Gambar 2. Peta Provinsi Lampung
Tabel 2. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan di  Provinsi Lampung Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar dimensi balok dan kolom yang mampu menahan beban yang bekerja pada struktur utama dalam analisa

Jumlah Rata-Rata 91,25 8,75 Penelitian ini menghasilkan produk yang berupa e-test berbasis komputer pada materi bioteknologi berdasarkan validitas, kualitas soal

belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal. Kedua, adanya perbedaan

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah dan langsung

Sebagai sektor basis dan sektor dengan kontribusi terbesar pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Minahasa Selatan, maka sektor pertanian perlu

Hal ini terlihat bahwa kementerian/Lembaga menjalankan kebijakannya sesuai dengan kepentingan masing-masing, termasuk membuat kebijakan mengenai perbatasan cenderung

3) jangan berangan dan menduga tak beralasan ( QS Yunus ayat 36 ) 4) jangan tergesa” dalam mengambil keputusan ( QS Al-Anbiya ayat 37 ) 5) jangan bersikap angkuh ( QS Al-A’raf ayat

Oleh sebab itu, maka diperlukan metode pembelajaran yang dapat dikombinasikan untuk mengembangkan keterampilan Abad 21 yang dilakukan melalui teknologi media online