• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 p - I S S N : 2 4 6 0 - 3 8 3 X , e - I S S N : 2 4 7 7 - 8 2 4 9

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

Mohammad Ruslan IAI Al-Khairat Pamekasan e-mail: fazaruslan61@gmail.com

Abstrak: Education is an important requirement for every country in general and schools in particular. What's more is religious education, where parents play an important role in education Early. Thus the first form of education is present in family life. Education is nothing but emphasizing the concept of Islamic education which makes the problem of servitude to God and obedience to Him the axis of all life. It should also be noted that children's physical education is an inseparable part of mental, mental, and personal education. The task of parents in educating children from childhood will introduce children to the existence of their god, who makes and manages the universe, understands who the prophet is, and understands their religion, so that they understand and understand the duty to live in this world is to worship God alone with following the sunnah of His Messenger. It is clear, that Islam teaches them to carry out their children's education, which is based on the view that children as creatures who are growing and developing towards maturity, have basic skills that are dynamic and responsive to external influences and themselves.

Keywords: education, family, Al-Qur'an. Prolog

Keluarga merupakan batu bata pertama bagi pembinaan setiap masyarakat. Ia adalah langkah pertama untuk membina seseorang. Karena itulah, manhaj pendidikan moral dalam Islam harus dimulai sejak dini sekali. Pada dasarnya, ia merupakan asas yang dipertimbangkan bagi pembinaan keluarga yang kokoh dan harmonis. Sesungguhnya pendidikan moral inilah yang menjamin terwujudnya

(2)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 75 keluarga Islam yang kuat, yang penuh warna rasa cinta dan menjamin terbentuknya seorang manusia yang sehat tubuh akal dan jiwanya.

Keluarga juga merupakan satuan terkecil dari

kehidupanbermasyarakat, yang merupakan suatu organisasi bio-psiko-sosial (jiwa, raga dan sosial), dimana para anggota keluarganya hidup dalam aturan-aturan tertentu yang kekhasannya ditandai dari kepribadian masing-masing individu terutama figur ayah atau suami dan ibu atau istri ( orang tua). Selain keluarga, perkembangan jiwa (kepribadian) tergantung pada hubungan pada ayah dan ibunya. Hubungan ini ditentukan oleh kepribadian masing-masing. Berbagai perilaku menyimpang dari anak (misalnya kenakalan remaja, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan lain-lain) mempunyai kaitan dengan sistem keluarga yang mencerminkan adanya kelainan psikopatologi (kelainan kejiwaan) dari salah satu anggota keluarga.Hal tersebut di atas, menunjukkan bahwa masalah Pendidikan Keluarga muslim pada anak tidak lepas dari masalah keluarga yang berperan sebagai pembina.

Anak merupakan rahmat dari Allah SWT, kepada orang tuanya yang harus disyukuri, dididik dan dibina agar menjadi orang yang baik, berkepribadian yang kuat dan berakhlak terpuji, merupakan keinginan setiap keluarga terutama orang tua dan semua guru

Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan keluarga (informal) sangat diperlukan dalam membina kepribadian anak terutama pribadi muslim. Karena pendidikan tersebut dilakukan

(3)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 76 dalam keluarga, maka orang tualah yang bertanggung jawab dalam pendidikan anaknya demi tercapainya pribadi anak yang kuat, Oleh sebab itu, Islam banyak memberikan aturan tentang kehidupan berumah tangga secara keseluruhan, baik dalam al-Qur’an maupun al-Hadis.

Pendidikan Dalam Terminologi Al-Qur’an

Term al-Qur’an yang dapat dikategorikan sebagai istilah yang sering digunakan dalam proses pendidikan dan pembelajaran, yaitu: tarbiyah, ta’lîm, dan tazkiyah.

1. Tarbiyah

Pertama kata tarbiyah merupakan bentukan dari kata rabba-yarubbu yang dimaknai sebagai memelihara, merawat, melindungi,

dan mengembangkan.1 kedua kata tarbiyah berasal dari kata

‘rabâ-yarbi>-tarbiyatan’ yang punya arti bertambah dan berkembang. Dan ketiga dari kata ‘rabiya yarbâ’, yang artinya tumbuh dan

berkembang.2

Terminologi tarbiyah merupakan salah satu bentuk transliterasi untuk menjelaskan istilah pendidikan. Istilah ini telah menjadi sebuah istilah yang baku dan populer dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Dalam pembahasan ini, akan dicari asal- usul kata tarbiyah dalam lingkup kebahasaan.

1 Ahmad Werson Munawwir, Kamus al-Munawwir ….hlm. 462.

2 Syahidin, Menulusuri Metode Pendidikan dalam Al -Quran, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 38.

(4)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 77 Penelusuran genetika bahasa tersebut, diharapkan dapat mengetahui makna kata tarbiyah dalam ayat-ayat al-Qur’an.

2. Ta’lîm

Kata kedua yang memiliki hubungan dengan aspek pendidikan dan pengajaran adalah kata ta’lîm. Kata ta’lîm, berasal dari kata ‘allama-yu’allimu yang berarti mengajar, memberi tanda, mendidik, memberitahu.

Secara teoritis, kata ta’lîm ini memiliki dua konsekuensi pemahaman, yaitu; menunjukkan suatu perbuatan yang tidak mungkin dilakukan atau pengetahuan yang diajarkan kepada manusia hanya merupakan pengulangan kembali yang telah dilakukan oleh Allah.Dua bentuk interpretasi inilah yang melahirkan kesimpulan bahwa ta’lîm merupakan proses pembelajaran yang dilakukan seseorang guru kepada peserta didiknya secara rutin.

Proses pembalajaran tersebu memberikan pengaruh terhadap perubahan intelektual peserta didik. Perubahan intelektual tersebut tidak berhenti pada penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru, tetapi juga mempengaruhi terhadap perilaku belajar peserta didik, dari malas menjadi rajin, atau dari yang tidak kreatif menjadi kreatif. Berdasarkan kesimpulan inilah, kata ta’lîm memiliki pengertian yang lebih sempit dari tarbiyah. Karena lebih mengacu pada aspek pembelajaran saja.

3. Tazkiyah

Kata tazkiyah berasal dari kata zakkâ - yuzakkî memiliki

(5)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 78

tumbuh,bertambah juga bisa berarti menyucikan,

membersihkan dan memperbaki.3 konsep pendidikan juga diperoleh

dalam al-Qur’an melalui penafsiran terhadap kata tazkiyah tersebut. Yakni, berarti proses penyucian melalui bimbingan ilahi.

Kata tazkiyah yang berarti tumbuh dan berkembang berdasarkan barakat dari Allah. Makna ini dapat digunakan dalam konteks duniawi maupun ukhrawi. Sehingga kata zakat dalam ajaran Islam berarti sesuatu yang dikeluarkan oleh manusia yang diambil dari hak Allah, diberikan kepada golongan fakir miskin, baik diniati untuk mengharap barakat untuk membersihkan jiwa, untuk melapangkan dada maupun untuk mendapatkan keberkahan dalam melakukan kebajikan.

Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa dalam al-Qur’an banyak terdapat istilah-istilah yang mengarah kepada pendidikan dan pengajaran atau pembelajaran, yaitu tarbiyah, ta’lîm, dan tazkiyah. Meskipun berbeda secara etimologis, mana yang lebih tepat untuk istilah pendidikan tetapi tidak berarti mengubah makna dari pendidikan itu sendiri. Tarbiyah misalnya, lebih mengarah pada pembentukan perilaku. Ta’lîm atau pengajaran diarahkan pada pengembangan aspek atau domain intelektual. Tazkiyah diarahkan pada keterampilan olah diri atau pembersihan jiwa dan pembentukan akhlak yang mulia.

3

(6)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 79 Keluarga Dalam Terminologi Al-Qur’an

Keluarga dalam terminologi al-Qur’an, setidaknya terdapat dua kata yang sering digunakan yaitu al-’asyȋrah dan al-ahl. Kata yang pertama, pada mulanya menunjuk kepada arti sebuah keluarga besar, keturunan dari seseorang dengan kuantitas yang amat banyak dan sempurna bilangannya (ahl ar-rajul yatakâtsar bihim bi manzilat

al adad al kâmil).4 kemudian, maknanya secara umum tidak keluar

dari dua pengertian, pertama, kelompok sosial yang anggotanya memiliki hubungan kekerabatan baik karena keturunan maupun hubungan perkawinan. Kedua, etika pergaulan, baik dengan kerabat

maupun orang lain yang dikenal (akrab).5

Kata keluarga dalam tinjauan bahasa indonesia menunjuk kepada definisi ibu-bapak dengan anak-anaknya dan seluruh penghuni

rumah .6 jika definisi ini dikaitkan dengan dua terminologi al-Qur’an

yakni ‘al-'asyȋrah dan al-ahl’ tersebut, terkesan ada kesamaan, yakni sama-sama menyinggung tentang hubungan pertalian kekerabatan. Lebih jauh, untuk memperoleh wawasan normatif al-Qur’an tentang istilah keluarga, definisi-definisi tersebut akan ditelaah dalam konteks pembicaraan ayat-ayat al-Qur’an tentang keluarga yang relevan dengan konsep pendidikan keluarga dalam al-Qur’an.

4

Muhammad Husein Ibn Mufdlal ar -Râghib al Asfihânî al Mufradât fȋ Gharȋb Alqurãn, (Damaskus: Dâr al Qalâm, t.t), juz 2, hlm. 95.

5 Muhammad Husein Ibn Mufdlal ar-Râghib al Asfihânî al Mufradât…. hlm. 95. 6 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendid ikan Nasional, 2008), hlm. 653.

(7)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 80 Makna ahl berarti keluarga utusan Allah yang beriman, sementara yang tidak beriman tidak termasuk keluarga yang diakui oleh Allah swt. Walaupun mereka adalah istri atau anak kandung dari utusan Allah swt.. Makna tersebut terdapat pada firman Allah artinya: ‘kemudian kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal

(dibinasakan)’7 maksudnya, tidak beriman seorangpun dari kaum

Lūth as. Kecuali sedikit dari keluarganya dan tidak termasuk istrinya. Karena ia mengikuti agama kaumnya, bersekutu dengan mereka dan

mendustakan risalah lūth as.8 karena itulah Allah swt.

Memerintahkan kepada nabi muhammad saw. Untuk selalu memberikan peringatan agar berdakwah kepada keluarganya yang terdekat. Keluarga pada hakikatnya adalah tempat pertama menyampaikan risalah Islam. Ketika pertama kali mendapat wahyu, nabi muhammad diperintahkan untuk berdakwah secara diam-diam (da'wah as-sirr) dan yang pertama menjadi sasaran dakwah nabi adalah keluarga atau kerabat terdekat. Maksudnya adalah perintah untuk memperingatkan keluarga terdekat akan siksa Allah, dan kerasnya azab-nya bagi orang-orang yang ingkar kepada seruan-nya

dan menyekutukan Allah swt.9

7

Q.S. al A'râf,7/ 39: 83. 8

Abu al-Fidâ Is mâ’îl Ibn Katsîr Ta fsîr al-Qur’ân al ‘Azhȋm, (Riyadl: Dâr al Thayyibah,1999), ju z 6, hlm. 446.

9 Ahmad Musthafâ al-Marâghî, Tafsȋr al Marâghî (Kairo: Maktabah Mustafa al Babi al-Halaby, tt), Juz 19, hlm. 111.

(8)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 81 Melihat penggunaan terminologi al-Qur’an ini, dapat dipahami bahwa makna pertama dari keluarga menurut al-Qur’an adalah kerabat yang masih memiliki hubungan darah dan karena itu berpotensi untuk mendasari suatu ikatan emosional yang amat kuat mengalahkan keyakinan. Walaupun kenyataannya ada juga di antara keluarga nabi muhammad yang tidak beriman kepada Allah. Keluarga rasulullah yang beriman dan beramal shaleh mendapatkan kedudukan

yang tinggi sementara yang kafir seperti ab ū lahab maka tidak ada

jaminan Allah untuk mendapatkan keselamatan. Pembentukan keluarga muslim dalam al-Qur’an

Pembentukan identitas anak menurut agama Islam, dimulai jauh sebelum anak itu dilahirkan. Islam memberikan berbagai syarat

dan ketentuan dalam pembentukan keluarga.10 pembentukan keluarga

dimaksudkan sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan anak. Karena yang pertama dilihat anak dalam kehidupannya adalah rumah

dan kedua orang tuanya.11 hal itu menjadi gambaran kehidupan

pertama di dalam benak mereka juga terhadap apa yang mereka lihat di sekitarnya.

Islam adalah agama yang diturunkan Allah swt. Kepada manusia untuk menata seluruh dimensi kehidupan. Setiap ajaran yang telah digariskan agama ini tidak ada yang berseberangan dengan

10

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah , (Bandung: Remaja Rosydakarya, 1995), hlm. 41.

11 Muhammad Nūr bin Abd. al-Hafîdh Suwaid, Manhaj at-Tarbiyah an-Nabawiyyah li ath-Thifl, (Dimaskus -Bairut: Dâr Ibn Katsîr, 2004), hlm. 31.

(9)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 82 fitrah manusia. Unsur hati, akal, dan jasad yang terdapat dalam diri manusia senantiasa mendapatkan ‘khithâb ilâhi’ secara proporsional. Oleh karenanya, Islam melarang umatnya hidup membujang layaknya

para pendeta.12

Berkeluarga dalam Islam merupakan sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk (kecuali malaikat), baik manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bahkan ditekankan dalam ajaran Islam bahwa nikah adalah sunah rasulullah saw. Yang harus diikuti oleh umat ini. Nikah dalam Islam menjadi sarana penyaluran insting dan libido yang sehat, bertanggung jawab dan dibenarkan dalam bingkai ilahi. Karena itu, Islam mendorong manusia untuk berkeluarga dan hidup di bawah naungan agama. Karena keluarga merupakan bentuk asasi bagi kehidupan yang kokoh untuk memenuhi tuntutan keinginan dan hajat manusia, sekaligus untuk memenuhi fitrah manusia.

Al-Qur’an adalah landasan beraktivitas bagi orang yang beriman. Sebab dengan berpegang teguh dengan al-Qur’an manusia akan selalu mendapatkan bimbingan dalam menjalani kehidupan.

Keluarga dalam pandangan Islam bukan hanya ditempatkan sebagai pemenuhan kebutuhan ansich, tetapi juga dinilai sebagai

kepatuhan kepada tuhan (ibadah).13 manusia, secara tabiat memiliki

perasaan natural yang menyukai lawan jenisnya. Islam sebagai agama

12

Abdullah Nâsih „Ulwân, Tarbiyatu Aulâd fi Islâm, (Qâh irah: Dâr al-Salâm, 2008),hlm. 25.

13 Ahmad Fâiz, Dustūr al 'Usrah Fȋ Zhilâl Alqurân, (Beirut: Muassat al Risâlah, 1992), Cet. Kesemb ilan, hlm. 57.

(10)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 83 fitrah mengakomodasi watak kemanusiaan ini dalam bingkai aturan-aturan ilahi, yaitu ikatan perkawinan.

Melalui pernikahan diharapkan suami istri, ayah dan ibu, mendapatkan keturunan yang shaleh dan shalehah. Keturunan dalam pandangan al-Qur’an adalah amat penting sebagai penerus perjuangan kaum beriman. Begitu urgennya keturunan dalam pandangan Islam, karena ia merupakan modal dalam membentuk umat yang kuat dan harapan masa depan Islam.

Kesempurnaan agama seseorang setelah Islam adalah mencari pasangan dan mengikat pernikahan agar ia mampu khusyu' dalam menjalani hidup, tenang melakukan usaha dan fokus dalam beribadah kepada Allah. Nabi saw. Bersabda,’…tidak berguna bagi seseorang setelah ke Islamannya yang lebih baik daripada istri yang beriman, jika ia melihatnya maka dibuatnya bahagia, dan ketika dia tidak ada,

istrinya menjaga kehormatannya dan hartanya… ‘.14 karena itu,

hakikat berkeluarga adalah terciptanya ketenangan hidup (itmi'nan al

'aisyah) yang tidak mungkin diperoleh tanpa adanya keluarga.15

Berkeluarga adalah suatu pendidikan dari Allah untuk manusia agar mereka terhindar dari kepunahan (al-fasâd al

khalqiyyah) dan kerusakan fisik (al-fasâd al-jismiyyah).16 dari aspek

keturunan, anak yang dilahirkan dengan nasab yang jelas memiliki kehormatan yang tinggi di masyarakat. Dengan menikah, seorang

14

lihat Ibn Mâjah, Sunan,… Juz 5, hlm. 545, hadis no 1847.

15 'Abd al-Hakam al Sha'idy, al Usraț al Muslimaț Asas wa Mabâdi', (Kairo: Dar al Mishriyyah al Lubnaniyyah, 1993), Cet. Pertama, hlm. 30.

16

(11)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 84 anak memiliki status sosial yang jelas dengan keluarga yang memberi

nafkah dan melindungi mereka, serta terhindar dari fitnah sosial.17

dengan pernikahan, masyarakat akan terhindar dari kerusakan fitrah sosial, dan lahir ketentraman pada individu dari ancaman kebrutalan sosial. Dari sini, kemanusian dapat dipahami tentang hikmah syari'at mendorong kehidupan berkeluarga dan anak muda yang memiliki

kesiapan untuk menikah.18

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa untuk membentuk sebuah lembaga pendidikan keluarga diawali dengan menjalankan perintah Allah dan sunah nabi muhammad saw. Yaitu dengan melangsungkan pernikahan. Sebab dengan pernikahan diharapkan

akan terbentuk keluarga yang sakȋnah,19 mawaddah20 dan rahmah.21

Hak dan kewajiban dalam keluarga

Mengenai hak dan kewajiban dalam keluarga tergambar dalam q.s. At- tahrîm, 66/107: 6 sebagai berikut:

َّلَّ ٞداَدِش ٞظ َلَِغ ٌتَنِئَٰٓ َيَم بَهۡيَيَع ُةَزبَجِحۡىٱَو ُسبَّىىٱ بَهُدىُقَو ا ٗزبَو ۡمُنيِيۡهَأَو ۡمُنَسُفوَأ ْآَٰىُق ْاىُىَماَء َهيِرَّىٱ بَهُّيَأَٰٓ َي َنوُسَم ۡؤُي بَم َنىُيَعۡفَيَو ۡمُهَسَمَأ َٰٓبَم َ َّللَّٱ َنىُص ۡعَي ٦

17 Abdullah Nâsih 'Ulwân, Tarbiyah…. Ju z 1, hlm. 35. 18 Abdullah Nâsih 'Ulwân, Tarbiyat…. Juz 1, hlm. 36. 19

Sakinah adalah tenang, damai, atau dihilangkannya ketakutan. Lihat Râghib al-Asfahânî al-Mufradat…hlm.242. lihat Ibrâhim Ănis dkk, Mu’jam… hlm.440. 20 Asal kata mawaddah adalah wadda yang berarti cinta kepada sesuatu. Sehingga dengan demikian mawaddah diartikan dengan saling mencintasi. Lihat Râghib al-Asfahânî al-Mufradah….,hlm.532.

21 Sedangkan arti ramhah yang berasal dari rahima adalah kelembutan yang menuntut kepada sifat belas kasih kepada orang yang dikasihi. Lihat Râghib al-Asfahânî al-Mu fradât…. hlm.197.

(12)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 85 Artinya: ‚Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan‛

Kata اىق pada ayat ini adalah kata perintah (fi’il amar jamak). Kata tersebut berasal dari kata waqiya yaqȋy wiqâyatan yang berarti

menjaga, melindungi, memelihara, takut dan bakti.22 dari kata

tersebut dapat dipahami bahwa ayat di atas menjelaskan agar orang-orang yang beriman menjaga, melindungi dan memelihara diri dan ahli keluarganya dari siksa api neraka. Caranya adalah dengan jalan bertakwa dan berbakti kepada Allah swt., dan mendidik anak dalam

urusan agama dalam berbagai aspeknya.23 ayat ini menjadi landasan

utama dalam menjalankan proses pendidikan dalam keluarga.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada orang tua dan pendidik untuk bertanggung jawab tentang penididkan anak-anaknya, terutama masalah agama. Dengan cara melatih dan membiasakan mereka beribadah kepada Allah swt. Firman Allah q.s.

At-tahrȋm, 66/107: 6 di atas.24 ‘menjelaskan agar orang tua

memberikan pendidikan kepada keluarganya berbagai macam

kebaikan’.25

22

Ahmad Wirson, Kamus,…h lm. 1684. Lihat, al-Marbawî…hlm. 396. 23

Muhammad Nū r bin Abd. Hafîdh Suwaid, Manhaj .…, hlm. 32.

24 Muhammad Husain, al-’Asyarah ath-Thayyibah Ma’a al-Awlâd Wa Tarbiyatihim, (al-Qâhirah : Dâr at-Tawzi’ Wa an-Nasyr al-Islâmiyyah, 1998), hlm. 177.

25

(13)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 86 Pendidikan dalam keluarga harus dimulai dari keluarga sendiri, sehingga suami menjadi teladan bagi anggota keluarga, baru kemudian kepada keluarga terdekat dan masyarakat yang lebih luas. Ayat ini berisi tentang perintah Allah kepada orang beriman untuk memelihara dirinya dan kelua rganya dari api neraka, caranya dengan

amal untuk diri sendiri dan wasiat atau dakwah kepada keluarga,26

rasulullah saw. Bersabda artinya: ‘…setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang

dipimpinnya…..’27 dengan demikian, wajib bagi setiap muslim

memperbaiki dirinya dengan ketaatan, serta memperbaiki keluarganya seperti halnya pemimpin memperbaiki rakyatnya. Seorang kepala keluarga adalah pemimpin, dan dia akan dipertanggungjawabkan atas keluarga yang diamanatkan Allah

kepadanya..…’28

Ada empat hak istri yang merupakan kewajiban suami yang mesti ditunaikan. Hak seorang istri yang pertama adalah memperoleh bimbingan dari suami terkait urusan agama dan dunianya. Kedua, bergaul secara baik (al-mu'âsyarah bi al-ma'rūf). Ketiga adalah suami berkewajiban menjaga perasaannya. Keempat, suami berkewajiban memenuhi semua janji dan kewjibannya kepada istri, dari mulai mas kawin yang dihutang hingga semua keperluan dan kebutuhannya.

26

Abu 'Abdillah al-Qurthūbî, al-Jami' li Ahkâm al-Qur’â (Riyadl: Dâr al 'Alam li al Kitâb, 2003), Ju z 18, hlm. 194.

27 lihat al-Bukhârî…, ju z 3, hlm. 414, hadis no 414 dari 'Abdullah Ibn 'Umar, lihat juga Muslim,…., juz 9, h lm. 352, hadist no 3408, dari Ibn 'Umar.

28

(14)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 87 Sebaliknya, dengan hak-hak yang diperolehnya, dari mulai penjagaan, cinta kasih, pemutuhan kebutuhan dan tempat tinggal, istri berkewajiban memperbaiki hubungan dengan suami dan menunaikan

semua kewajiban-kewajiban syara’.29 firman Allah.’..…barangsiapa

melanggar janji, maka sesungguhnya ia melanggar janjinya sendiri, dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, ia memperoleh

pahala yang besar..…’30

Kewajiban dan hak dalam keluarga juga ditilik dari sudut pandang keturunan, yakni kewajiban orang tua dan hak anak. Ada lima hak anak yang dituntut dari orang tuanya. Pertama, hak memperoleh garis keturunan (haq an-nasab) yang mencegah seorang anak dari terlantar, terhina atau tersia-siakan. Kedua, hak disusui (haq ar-radlâah) yang merupakan perantara pertumbuhan mereka dan memeliharanya dari kerusakan. Ketiga, hak pemeliharaan (haq al-hadlânah), yaitu hak pemenuhan segala kebutuhan dan keperluan hidup mereka, yang primer dan sekunder, dari mulai sandang, pangan, perumahan hingga pendidikan. Keempat, hak perwalian (haq al-wilâyah) atas diri dan harta mereka dengan menjaganya dan mengembangkannya. Hak perwalian ini juga termasuk pendidikan dan pernikahan jika mereka telah sampai usia pernikahan. Dan kelima

29 'Abd. al-Hakam al Sha'id î al-Usrah …., hlm. 70. 30

(15)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 88 hak dinafkahi (haq an-nafaqah), ketika mereka belum memiliki

kemampuan untuk bekerja.31

a. Tujuan pendidikan keluarga

Tujuan ialah suatu yang di harapkan tercapai setelah suatu

usaha atau kegiatan selesai.32 karena itu dibutuhkan kepahaman

seseorang terhadap apa yang akan dicapai dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran di dalam keluarga.

Secara umum, minimal ada tiga ayat dalam

al-Qur’an yang harus dijadikan sebagai tujuan hidup seorang

muslim. Tujuan hidup inilah yang mendasari tujuan

pendidikan keluarga dalam rumah tangga, yakni

Pertama, dalam q.s. Yūsuf,12/53: 108 Allah swt. Berfirman:

َهيِمِس ۡشُمۡىٱ َهِم ۠بَوَأ َٰٓبَمَو ِ َّللَّٱ َه َحۡبُسَو ۖيِىَعَبَّتٱ ِهَمَو ۠بَوَأ ٍةَسيِصَب ىَيَع ِِۚ َّللَّٱ ىَىِإ ْآَٰىُع ۡدَأ َٰٓيِييِبَس ۦِيِر َه ۡوُق ١٠٨ Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik"

Ayat ini dapat dipahami bahwa Allah swt.

Memerintahkan kepada rasul- nya, agar

menginformasikan kepada jin dan mansuia, bahwa dakwah

31 Ahmad A mîn al Ghazâlî Huqūq al-Awlâd, (Kairo : Dâr al Ittihâd al 'Arabȋy, 1971),hlm. 6.

32

(16)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 89 adalah jalan hidup nabi, yakni mengajak kepada persaksian bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah yang esa dan tidak ada sekutu bagi-nya. Kata bashîrah artinya yakin dan petunjuk.33 kata (اًا ىهي بتبعٌى) ana wa man ittaba’anî artinya aku (nabi muhammad saw.) Dan

orang yang mengikutiku, yakni orang yang beriman kepadaku.34

maksudnya adalah setiap orang yang beriman kepada nabi muhammad juga diwajibkan berdakwah sebagaimana nabi diperintahkan berdakwah menyeru umat untuk mentauhidkan Allah swt.. Dari ayat tersebut dan penjelasannya dapat dipahami bahwa tujuan hidup seorang muslim adalah berdakwah sebagaimana rasulullah saw.berdakwah. Kaitannya dengan tujuan pendidikan keluarga muslim adalah menjadikan anak-anak dalam keluarga agar mereka melanjutkan tugas kenabian yakni berdakwah sebagaimana nabi saw. Berdakwah.

Kedua, tujuan hidup yang kedua adalah sebagaimana firman Allah swt.q.s. Adz-dzâriyât, 51/67: 56 sebagai berikut:

ِنوُدُب ۡعَيِى َّلَِّإ َسوِ ۡلۡٱَو َّهِجۡىٱ ُتۡقَيَخ بَمَو ٥٦

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku

Ayat ini dapat dipahami bahwa beribadah dalam arti yang luas adalah menjadi tujuan ideal yang harus diusahakan dalam pendidikan keluarga muslim.

33 Ibnu Katsîr, Ta fsir…., Maktabah Syamilah.

34 Jalâluddin al-Suyuthiy dan Jalâluddin al-Mahallî Tafsir Jalalain, Maktabah Syamilah.

(17)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 90 Ketiga, tujuan hidup lainnya adalah firman Allah q.s. Al-baqarah,2/87: 30 sebagai berikut:

ُلِف ۡسَيَو بَهيِف ُدِسۡفُي هَم بَهيِف ُوَع ۡجَتَأ ْآَٰىُىبَق ۖٗتَفيِيَخ ِض ۡزَ ۡلۡٱ يِف ٞوِعبَج يِّوِإ ِتَنِئَٰٓ َيَمۡيِى َلُّبَز َهبَق ۡذِإَو َنىُمَي ۡعَت َلَّ بَم ُمَي ۡعَأ َٰٓيِّوِإ َهبَق َۖلَى ُسِّدَقُوَو َكِد ۡمَحِب ُحِّبَسُو ُه ۡحَوَو َءَٰٓبَمِّدىٱ ٣٠

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"

Kata khalîfah berasal dari kata khalafa yang punya arti

wakil, duta atau pengganti.35 maksudnya menjadi pengganti atau

wakil Allah di atas muka bumi dalam rangka memakmurkan bumi dengan cara mengabdikan diri dan tunduk serta patuh terhadap aturan yang diperintahkan-nya dan menjauhi segala yang dilarang-nya, sehingga dengan demikian akan terjadi kemakmuran di atas bumi.

Dari uraian sebelumnya tentang tujuan hidup keluarga muslim yang juga menjadi tujuan pendidikan keluarga dapat disimpulkan yakni agar melaksanakan tugas kenabian, menjadi hamba Allah dan agar menjadi khalifah Allah di muka bumi guna

35

(18)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 91 memelihara dan melestarikan bumi dengan berbuat baik kepada sesama umat manusia.

b. Pendidik dan peserta didik dalam pendidikan keluarga

Orang tua, yakni ayah dan ibu adalah pendidik utama dalam rumah tangga. Sedangkan anak-anak adalah peserta didik yang paling utama pula. Mereka harus bekerja sama dalam mewujudkan pendidikan dalam keluarga mereka. Sehingga terbentuk keluraga yang Islami. Sesungguhnya Islam adalah agama

keluarga.36 karena itu orang tua harus berusaha bekerja sama

mendidik dan memelihara anak-anak dalam pendidikan Islam. Kerjasama antara suami istri dalam menjalankan aktivitas pendidikan dalam keluarga merupakan hal yang sangat penting. Karena tujuan pendidikan dalam keluarga tidak akan tercapai dengan baik apabila tidak ada kerjasama suami istri. Sebagai contoh Allah swt. Mendeskripsikan dua orang wanita dalam al-Qur’an, keduanya di bawah pengawasan hamba Allah yang shaleh yakni nabi nūh dan lūth. Keduanya berkhianat kepada suaminya, maka keduanya dimasukkan ke dalam neraka bersama orang-orang

kafir.37 kedua perempuan tersebut dikatakan berkhianat bukan

berarti berselingkuh kepada laki- laki yang lain, melainkan karena mereka tidak beriman kepada Allah dan suaminya. Pengingkaran kepada kerasulan suaminya itulah penyebab dikatakan bahwa keduanya berkhianat kepada suami keduanya.

36 Lihat Muhammad Nῡr, Manhaj .….hlm.35 37

(19)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 92 Pendidikan keluarga bila dikerjakan oleh suami saja, sedangkan istri tidak mau bekerja sama dengan suaminya, akibatnya pendidikan tidak bisa berjalan dengan baik dan ini merupakan salah satu bentuk pengkhianatan istri kepada suami. Akibatnya anak nabi nūh yang bernama Kan’an juga tergolong orang yang menentang ayahnya. Sebaliknya apabila ada kerja sama yang baik suami istri dalam pendidikan keluarga, hasilnya akan terbentuk anak-anak yang terdidik dengan baik, sehingga akan melahirkan keturunan yang dapat menyejukkan mata (qurratu

a’yun) sebagai generasi yang shaleh dan shalehah.38 keturunan

seperti ini akan tercapai apabila ada kerja sama antara suami istri dalam melaksanakan pendidikan keluarga dalam rumah tangga.

Terkait dengan tujuan mendidik keluarga, suami sebagai pendidik sekaligus kepala keluarga adalah pihak pertama yang dimintai pertanggung jawaban. Demikian itu, karena menurut keterangan al-Qur’an suami adalah penopang (al qawwâm)

berdirinya pendidikan keluarga.39 sebagai penopang, suami tidak

hanya dibebani memberi nafkah, lebih dari itu, mesti membimbing keluarga sesuai dengan nilai- nilai tuntunan al-Qur’an. Karena beban yang tidak mudah itulah, justru lelaki mendapat hak kemuliaan dan berhak untuk dipatuhi dalam hal- hal yang tidak

38 Q.S. al-Furqan, 25/ 42 :74 art inya:..’ dan orang orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati dan menyejuk mata (kami), dan Jadikanlah kami imam bagi orang -orang yang bertakwa.’

39 Hasan Ibn Muhammad al-Hafnawi, al Usrah al Muslimah wa Tahaddiyat al 'Ashr…… , hlm. 52.

(20)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 93

bertentangan dengan perintah agama.40 karena itu, orang tua harus

menanamkan pendidikan tauhid sebelum yang lain. Sebab tauhid merupakan dasar dari pandangan hidup seseorang yang

mempengaruhi sikap dan masa depannya.41

Pendidikan keluarga juga tidak terpisah dari penanaman akhlak yang Islami. Tujuannya, yaitu menciptakan seorang mukmin sejati seperti yang dituntut al-Qur’an, yakni yang tekun melaksanakan shalat, menyingkirkan diri dari perbuatan yang tidak perlu, menunaikan zakat, menjaga kemaluan, dan

menunaikan amanat yang dibebankan Allah kepada hamba-nya.42

Agar pendidikan dalam keluarga berjalan dengan baik, maka seharusnya orang tua baik ayah maupun ibu memiliki sifat-sifat yang telah dicontohkan oleh rasulullah dalam mendidik umat. Dengan sifat-sifat tersebut anak-anak sebagai peserta didik mudah

40 Q.S. al-Baqarah, 2/87 : 228 artinya:’ …..Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya (Hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan Kesejahteraan rumah tangga ). dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

41 Wahbah Mustafâ al Zuhaylî al Tafsir al Munir,…., hlm 145.

42 Lihat Al Qur’an Q.S. al-Mu'minūn, 23/ 74: 1-8, artinya:’ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,dan orang - orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang -orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini t iada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu. Maka mereka Itulah orang -orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan jan jinya.

(21)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 94 meneladani dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari

kedua orang tua mereka. Sifat-sifat tersebut adalah:43

1) Ar-rahmah (kasih sayang).

Sifat kasih sayang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Sebab hati yang kasar dan sifat yang pemarah tidak memberikan kesan yang baik bagi anak. Rasulullah saw. Adalah sebagai contoh yang terbaik dalam hal berkasih sayang dengan sifat tersebut, dakwah dan pendidikan Islam berhasil beliau laksanakan dengan sebaik-baiknya.

2) Ash-shabru (sabar).

Sabar adalah bekal yang paling utama bagi setiap pendidik, seorang pendidik yang tidak memiliki sifat sabar seperti musafir yang tidak mempunyai bekal, boleh jadi ia akan binasa atau ia akan kembali. Terkadang seorang pendidik berputus asa karena ingin cepat-cepat melihat hasil dari usaha pendidikannya. Padahal hasil pendidikan tidak berbuah dengan cepat, karena itu sangat diperlukan sifat sabar bagi setiap pendidik.

3) Al-fathânah (cerdas).

Menjadi sebuah kemestian bagi seorang pendidik mempunyai sifat cerdik pandai berupa kecerdasan kenabian untuk mendidik anak-anak agar mereka dapat memahami materi pendidikan yang diberikan. Seorang pendidik yang

43 Yusuf Khâthir Hasan ash-Shūrî Asâlib ar-Rasūli Shalla Allâh ‘alaihi Wa Sallam fi ad-Da’wah wa at-Tarbiyah, (Kuwait : Shundūq at-Takâful, 1990), hlm.15-17.

(22)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 95 paham dan memiliki kecerdasan dalam rangka memberikan solusi bagi anak-anaknya dalam masalah perkembangan pendidikan. Karena itu seorsng pendidik tidak boleh berhenti belajar, ia mesti senantiasa menuntut ilmu pengetahuan sepanjang hayatnya.

4) At-tawâdhu’ (rendah hati).

Seorang pendidik mesti bersifat tawâdhu’ (rendah hati) terhadap orang yang ia didik. Karena kalau seorang pendidik merasa lebih tinggi terhadap peserta didik, hal tersebut membuat kehilangan kesan yang baik dan tidak mendatangkan kebaikan sifat di antara mereka. Karena mestilah seorang pendidik memiliki sifat rendah hati sebagimana yang telah dicontohkan oleh rasulullah saw.

5) Al-hilm (tabah).

Mesti seorang pendidik memiliki sifat lapang dada dan tabah menghadapi persoalan dalam pendidikan bahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, menghadapi anak-anak yang berbeda watak dan karakter diperlukan ketabahan yang sangat dalam untuk mengubah sifat mereka ke arah yang diinginkan. Tanpa ketabahan dan kesabaran tidak mungkin pendidikan dalam keluarga dapat terlaksana dengan baik. Karena seorang pendidik mestilah memilki sifat tabah dan sabar dalam menjalankan pendidikan.

(23)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 96 Seorang pendidik hendaknya memilki sifat pemaaf terhadap kesalahan orang lain. Artinya kalau ada orang yang berbuat salah kepadanya, maka dengan lapang dada ia memaafkan bahkan sebelum orang lain minta maaf. Sebaliknya kalau ia yang salah maka harus secepatnya untuk minta maaf kepada orang lain. Dan tidak diperkenankan bagi seorang pendidik merasa lebih benar dari orang lain, sehingga enggan untuk meminta maaf ketika terjadi permasalahan.

7) Quwwah asy-syakhsiyyah (teguh pendirian).

Seorang pendidik harus memiliki kekuatan dan keteguhan dalam pendirian yang dilandasi ilmu pengetahuan, sehingga tidak mudah tergoyahkan oleh berbagai macam fitnah dalam kehidupan. Karena kekuatan sikap dan keteguhan dalam pendirian tersebut.

8) Al-iqtinâ’ bi al-’amal at-tarbawȋ (merasa puas dengan

aktivitas pendidikan).

Sifat ini harus dimiliki oleh setiap pendidik. Karena apabila pendidik memiliki sifat tersebut ia akan melakukan segala aktivitas pendidikan dengan senang hati dan merasa

puas terhadap apa yang digelutinya.44

Demikian beberapa sifat atau karakter pendidik yang telah dicontohkan oleh rasulullah saw. Dalam mendidik para sahabat, sehingga mereka yang dulunya berada pada alam kegelapan setelah

44

(24)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 97 mendapatkan proses pendidikan dari rasulullah saw. Mereka menjadi penyebab tersebarnya pendidikan dan ilmu pengetahuan ke seluruh dunia. Sehingga dunia diterangi oleh ilmu pengetahuan yang mereka peroleh dari rasulullah saw.

Epilog

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang atau sekolompok orang untuk mendewasakan anak, mentransformasi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai sikap agar kehidupannya berubah lebih baik dari sebelumnya. pendidikan ditempuh dengan berbagai cara, melalui pendidikan prasekolah baik informal di dalam keluarga, pendidikan nonformal di masyarakat, dan melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Tanggung jawab pendidikan berporos pada tiga komponen; orang tua (keluarga), masyarakat, dan sekolah.

Dalam al-Qur’an banyak terdapat istilah-istilah yang mengarah kepada pendidikan dan pengajaran atau pembelajaran, yaitu tarbiyah, ta’lîm, dan tazkiyah. Meskipun berbeda secara etimologis, mana yang lebih tepat untuk istilah pendidikan tetapi tidak berarti mengubah makna dari pendidikan itu sendiri. Tarbiyah misalnya, lebih mengarah pada pembentukan perilaku. Ta’lîm atau pengajaran diarahkan pada pengembangan aspek atau domain intelektual. Tazkiyah diarahkan pada keterampilan olah diri atau pembersihan jiwa dan pembentukan akhlak yang mulia.

Keluarga menurut al-Qur’an adalah kerabat yang masih memiliki hubungan darah dan karena itu berpotensi untuk

(25)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 98 mendasari suatu ikatan emosional yang amat kuat mengalahkan keyakinan. Pendidikan dalam keluarga harus dimulai dari keluarga sendiri, sehingga suami menjadi teladan bagi anggota keluarga, baru kemudian kepada keluarga terdekat dan masyarakat yang lebih luas.

Daftar Pustaka

Abuddin Nata, 2012 Kapita Selekta Pendidikan Islam , Isu -isu

Kontemporer Pendidikan Islam, Jakarta:Rajawali Pers. Abdullah Nasikh elwan,tarbyatu awlad,Maktabah Darus Salam,Cairo Mesir Juz1

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2012 Ta fsir Al-Qur‟an

Tematik, Pendidikan, Pembangunan Karakter, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia , Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI.

Syahidin, 2009 Menulusuri Metode Pendidikan dalam Al -Quran,

Bandung: Alfabeta.

Muhammad Husein Ibn Mufdlal ar -Râghib al Asfihânî al

Mufradât fȋ Gharȋb Alqurãn, Damaskus: Dâr al Qalâm, t.t, juz 2.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen Pendid ikan Nasional.

Abu al-Fidâ Is mâ’îl Ibn Katsîr 1999 Ta fsîr al-Qur’ân al ‘Azhȋm, Riyadl: Dâr al Thayyibah.

Ahmad Musthafâ al-Marâghî, Tafsȋr al Marâghî Kairo: Maktabah Mustafa al Babi al-Halaby, tt, Juz 19.

(26)

Pendidikan Keluarga Perspektif Al-Qur’an

V o l u m e 0 6 / N o 0 1 / F e b r u a r i 2 0 2 0 99

Muhammad Nūr bin Abd. al-Hafîdh Suwaid, 2004 Manhaj

at-Tarbiyah an-Nabawiyyah li ath-Thifl, Dimaskus -Bairut: Dâr Ibn Katsîr.

Abdullah Nâsih’Ulwân, 2008 Tarbiyatu Aulâd fi Islâm,

al-Qâh irah: Dâr al-Salâm.

Ahmad Fâiz, 1992 Dustūr al 'Usrah Fȋ Zhilâl Alqurân, Beirut:

Muassat al Risâlah.

'Abd al-Hakam al Sha'idy, 1993 al Usraț al Muslimaț Asas wa

Mabâdi', Kairo: Dar al Mishriyyah al Lubnaniyyah.

Muhammad Husain, 1998 ’Asyarah ath-Thayyibah Ma’a

al-Awlâd Wa Tarbiyatihim, al-Qâhirah : Dâr at-Tawzi’ Wa an-Nasyr al-Islâmiyyah.

Abu 'Abdillah al-Qurthūbî, 2003 al-Jami' li Ahkâm al-Qur’ân

Riyadl: Dâr al 'Alam li al Kitâb, Juz 18.

Ahmad A mîn al Ghazâlî, 1971 Huqūq al-Awlâd, Kairo : Dâr al

Ittihâd al 'Arabȋy.

Hasan Langgulung, 1986 Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, Jakarta Pustaka al-Husna Zikra.

Hasbi Wahy, 2012 Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Pertama

dan Utama, dalam Jurnal Ilmiah Didaktika Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran , ISSN 1411-612X Vol,. XII No. 2. Peb.

Quraish Shihab, 2008 Lentera Al-Quran, Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung: Mizan.

Ramayulis, 2008 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,.

Zakiyah Daradjat, 1991 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi

Aksara.

Yusuf Khâthir Hasan ash-Shūrî Asâlib 1990 ar-Rasūli Shalla Allâh ‘alaihi Wa Sallam fi ad-Da’wah wa at-Tarbiyah, Kuwait : Shundūq at-Takâful.

Zakiah Daradjat, 1995 Pendidikan Islam dalam Keluarga dan

Referensi

Dokumen terkait

Berlakunya projek-projek terbengkalai telah menyekat sektor pembinaan daripada berperanan sebagai penggerak utama kepada pembangunan sesebuah negara. Pihak yang paling

Terdapat perbedaan lama penyimpanan dan jumlah total mikroba yang bermakna pada setiap variasi perlakuan (p <0.05). Nilai TPC selama 4 minggu penyimpanan masih dalam batas

C melaporkan pusing berkurang •Tekanan darah dalam batas normal : <=140/90 mmHg 1.Observasi tekanan darah dalam 1x dalam sehari 2.Anjurkan meminimalkan aktivitas yang dapat

Sebagai contoh adalah adanya bangunan Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga yang merupakan salah satu bentuk budaya Arab berupa tempat ibadah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah berkenaan dengan beberapa variabel fundamental yang diper- kirakan mempunyai pengaruh terhadap harga saham

Simpulan penelitian ini mengungkapkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisplinan guru di SMA Negeri 1 Kota Lubuklinggau telah dilaksanakan dengan

Analisis data dilakukan dengan regresi linear berganda dan partial budget.Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan variabel yang berpengaruh nyata terhadap

Disamping itu terjadinya regenerasi embriosomatik menjadi akar dan tidak beregenerasi membentuk tunas (shootlet) pada tanaman tengkawang ini diduga adanya habituasi auksin