• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kestabilan Emosi Dan Sikap Disiplin Dengan Perilaku Keselamatan Berkendara (Safety Riding)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Kestabilan Emosi Dan Sikap Disiplin Dengan Perilaku Keselamatan Berkendara (Safety Riding)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DAN SIKAP DISIPLIN DENGAN PERILAKU KESELAMATAN BERKENDARA

(SAFETY RIDING)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan Magister Psikologi Sekolah Pascasarjana

Oleh

FANNYA DWI CANDRA BUWANA S 300 140 006

MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DAN SIKAP DISIPLIN DENGAN PERILAKU KESELAMATAN BERKENDARA

(SAFETY RIDING) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kestabilan emosi dan sikap disiplin dengan perilaku keselamatan berkendara. Metode yang digunakan yaitu menggunakan teknik analisis linier berganda dengan menggunakan program SPSS. Dalam pengukuran digunakan alat pengukuran berupa angket yang berisikan aitem – aitem skala perilaku keselamatan berkendara, kestabilan emosi, dan sikap disiplin. Penelitian ini melibatkan 100 siswa Sekolah Menengah Kejuruan di wilayah Surakarta. Kesimpulan penelitian ini adalah dalam populasi kestabilan emosi dan sikap disiplin berkorelasi langsung dengan perilaku keselamatan berkendara. Implikasi dari penelitian ini, bahwa sikap disiplin seseorang yang menaati peraturan lalu lintas dan memiliki kestabilan emosi yang dapat terkendali dengan tidak berlebihan dalam merespon suatu tindakan yang terjadi disekitar lingkungan.

Kata Kunci : Kestailan Emosi, Sikap Disiplin, dan Keselamatan Berkendara ABSTRACT

This study aims to determine the stability of emotions and the attitude of discipline with driving safety behavior. The method used is using multiple linear analysis technique using SPSS program. In measurement used measurement tools in the form of a questionnaire containing aitem - aitem scale driving safety behavior, emotional stability, and discipline. The study involved 100 students of Vocational High School in the Surakarta region. The conclusions of this study are in a population of emotional stability and discipline attitudes directly correlated with driving safety behavior. The implications of this study, that the discipline of a person who adheres to traffic rules and has emotional stability that can be controlled with no exaggeration in response to an action that occurs around the environment.

Keywords : Emotional Stability, Dicipline, and Safety Riding 1. PENDAHULUAN

Di era Global sekarang ini telah banyak berkembang berbagai macam jenis kendaraan bermotor. Banyaknya kendaraan yang memenuhi jalan raya saat ini memiliki cukup risiko terjadinya kecelakaan. Pemerintah telah membuat Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan, baik pengendara kendara

(6)

2

bermotor maupun orang yang berada disekitar jalan raya, sehingga undang-undang memiliki fungsi hukum sebagai daya paksa kepada masyarakat agar mematuhi peraturan lalu lintas. Anggapan masyarakat bahwa apabila tidak ada petugas seperti polisi lalu lintas yang berjaga maka masyarakat dapat melanggar peraturan lalulintas yang dibuat. Anggapan seperti itu menandakan bahwa rendahnya sikap disiplin dalam berlalu lintas.

Masyarakat Surakarta dalam menaati peraturan lalu lintas dinilai masih memiliki kesadaran yang rendah (Petidrou, 2000). Kondisi tersebut dinyatakan oleh Kasat Lantas Polresta Surakarta yang menjabat pada tahun 2012 mengemukakan bahwa Tingginya pelanggaran Kota Surakarta menempati urutan pertama sebagai kota dengan pelanggaran lalu lintas terbanyak se-Jawa Tengah (Irawan, 2012).

Pelanggaran yang sering dilakukan seperti menerobos traffic light pada saat berwarna merah, melanggar marka jalan, tidak menyalakan lampu di siang hari khusus pada sepeda motor, knalpot yang dimodifikasi sehingga tidak sesuai dengan standar motor aslinya, menggunakan telepon genggam saat mengendarai baik mobil maupun motor, pengemudi motor atau mobil tidak membawa kelengkapan surat-surat seperti SIM dan STNK, angkutan umum yang menurunkan dan mengambil penumpang disembarang tempat, dan angkutan barang yang melebihi muatan.

Tabel 1. Berdasarkan Jenis Pelanggaran No Tahun SIM Surat2

Rambu-rambu PlatNo Cepatan Knalpot Light On Jumlah 1 2010 7331 1099 5145 1649 225 1319 819 17587 2 2011 11192 2780 5249 3490 144 814 17142 40811 3 2012 338 68 31419 565 3 346 498 33237 4 2013 3274 573 22178 289 0 1043 1238 28595 5 2014 5013 2467 19536 352 0 591 4701 32660 6 2015 3349 1832 26145 630 90 90 2679 34815 7 2016 3821 2530 27351 120 56 3975 3975 41828 (Sumber, Data Satuan lantas Surakarta)

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pada tahun 2010-2012 mengalami peningkatan dapat dilihat pada tabel di tahun 2010 jenis pelanggaranpaling tinggi yang dilakukan pelanggar yaitu tidak membawa SIM

(7)

3

sebesar 7331.Tahun 2011 jenis pelanggaran paling tinggi yang dilakukan pelanggar yaitu terdapat pada pelanggaran SIM sebanyak 11.192.Tahun 2012 jenis pelanggaran paling tinggi yang dilakukan pelanggar yaitu pelanggaran rambu-rambu sebanyak 31.419.Tahun 2013 jenis pelanggaran yang dilakukan pelanggar tertinggi yaitu pelanggaran rambu-rambu sebanyak 22178. Di tahun 2014 jenis pelanggaran tertinggi yaitu pelanggaran rambu-rambu lalu lintas sebanyak 19.536. Peningkatan pelanggaran pada tahun 2015 terdapat pada pelanggaran rambu-rambu lalu lintas sebesar 26.145. Mengalami peningkatan untuk total keseluruhan pelanggaran di tahun 2016 sejumlah 41828 dengan pelanggaran terbanyak terdapat pada pelanggaran rambu – rambu lalu lintas sebesar 27351.

Tabel 2.Tabel Pelanggaran

No Tahun Usia16-21 SMA 1 2013 12.102 31,297 2 2014 12.378 35,046 3 2015 10.048 34,555 4 2016 10,079 36,352 (Sumber : Data Satuan Lalu Lintas Surakarta)

Tahun 2013 pelanggaran yang terjadi pada siswa SMA melakukan pelanggaran sebesar 31.297. Terjadi peningkatan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa SMA yaitu sebesar 35.046. Sedangkan pelanggaran di tahun 2015 mengalami penurunan sekitar 491 kejadian pelanggaran yang dilakukan siswa SMA.

Perilaku keselamatan berkendara didesain untuk meningkatkan awareness (kesadaran) pengendara terhadap segala kemungkinan yang terjadi selama berkendara. Implementasi dari pengertian di atas yaitu bahwa disaat kita mengendarai kendaraan, maka haruslah tercipta suatu landasan pemikiran yang mementingkan dan sangat mengutamakan keselamatan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Walaupun terasa sangat sulit untuk menumbuhkannya, namun pemikiran yang mengutamakan keselamatan tersebut haruslah merupakan kesadaran dari diri sendiri yang terbentuk dan dibangun dari dalam hati dan bertekad untuk melaksanakan segala aktivitas yang mendasar pada perilaku Safety Riding. Bila dasar pemikiran Safety Riding (Safety Minded) telah masing-masing

(8)

4

dimiliki, maka dengan mudah setiap hal yang berkaitan dengan perilaku keselematan berkendara dapat kita terapkan dimulai dari diri sendiri dan memulainya dari hal-hal yang kecil.

Hal ini memperkuat alasan untuk menerapkan perilaku keselamatan berkendara agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk menganilisis hubungan antara kestabilan emosi dan kedisiplinan denganperilaku keselamatan berkendara pada SMA sebagai salah satu upaya dalam meminilamisasi angka kecelakaan dan pelanggaran.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kestabilan emosi dan kedisiplinan berlalu lintas pada siswa SMA akan pentingnya perilaku keselamatan berkendara. Manfaat dari penelitian mengenai perilaku keselamatan berkendara ini adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya keselamatan guna mengurangi dan mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas.

2. METODE

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data skala Likert yang dimodifikasi dengan menghilangkan jawaban yang ditengah yaitu, R yang berarti tidak dapat menentukan jawaban atau ragu-ragu. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari central tendensi effect pada subjek penelitian. Butir aitem terdiri dari favourable dan unfavorable untuk memperoleh data yang diperlukan, Skala yang digunakan peneliti sendiri yaitu skala kestabilan emosi, skala sikap disiplin, dan skala keselamatan berkendara. Kemudian dilakukan expert judgement oleh lima experts yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu psikologi. Metode validitas yang digunakan adalah validitas isi atau biasa disebut Content validity Indeks (CVI). CVI yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode validitas logi. Menurut Azwar (2009) validitas logis merupakan validitas yang digunakan untuk mengukur sejauh mana isi atau aitem alat ukur merupakan representative dari ciri – ciri atau aspek – aspek yang hendak diukur dengan menggunkan blueprint.

Prosedur kerja dalam validitas logis ini yakni peneliti memberikan skala dan blueprint kepada para expert, kemudian expert menilai masing – masing

(9)

5

aitem telah menggambarkan kondisi subjek yang berdasarkan aspek dan indikator yang akan diukur dengan cara menilai dari range 1,2, dan 3. Hasil perhitungan CVI (Content Validity indeks) dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu : 0.66-1 : aitem baik/ valid, 0.36-0.65 : aitem perlu perbaikan, dan 0 - 0.35 : aitem dibuang. Skala kesadaran diri telah dilakukan expert judgment diperoleh hasil nilai CVI (content validity indek) diatas 0,8 (tergolong baik) .

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan satu hipotesis mayor dan dua hipotesis minor. Uji hipotesis minor pertama juga membuktikan bahwa adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kestabilan emosi dengan keselamatan berkendara. Hal ini sesuai dengan Holyoak (Widanti, dkk, 2012) mengemukakan bahwa individu dengan kestabilan emosi yang baik mampu untuk mengelola situasi yang tidak terduga dan mempunyai problem solving yang efektif. Individu yang rendah kestabilan emosinya mungkin tidak hanya pesimis apakah masalah dapat diselesaikan tetapi juga mungkin membuat atribusi emosi negative, individu tersebut melihat masalah sebagai krisis bukan sebagai tantangan yang harus diatasi (Watson dkk. dalam Mueller & Judge and Scott, 2009).

Kestabilan emosi yang dimiliki siswa SMK menyumbang 18% pada keselamatan berkendara. Dengan demikian hal tersebut menunjukan bahwa subjek penelitian telah memiliki keselamatan berkendara diri namun masih perlu ditingkatkan lagi, berusaha untuk mencoba menyelesaikan semua tugas tanpa bantuan orang lain dan cukup berani untuk menghadapi segala resiko. Hal ini sejalan dengan teori Irma (2003) menjelaskan bahwa kestabilan emosi menunjukkan emosi yang tetap, tidak mengalami perubahan atau tidak cepat terganggu meskipun dalam keadaan menghadapi masalah. Seseorang yang mempunyai kestabilan emosi mampu mengekspresikan emosi dengan tepat, tidak berlebihan, sehingga emosi yang dialaminya tidak mengganggu aktivitas yang lain. Sementara itu individu dengan kondisi emosi yang tidak stabil memiliki kecenderungan perubahan yang cepat dan tidak diduga dalam reaksi emosinya.

(10)

6

Pada hipotesis minor kedua yang menghubungkan antara sikap disiplin dan keselamatan berkendara menunjukkan korelasi yang positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap disiplin memiliki hubungan yang signifikan dengan keselamatan berkendara, dimana semakin tinggi sikap disiplin maka semakin tinggi keselamatan berkendara dan begitu sebaliknya. Sikap disiplin berkontribusi sebeasar 13% terhadap keselamatan berkendara. Hal ini sejalan dengan Hurlock (dalam Hendrik, 2007) menjelaskan bahwa disiplin bertujuan untuk memberitahukan hal baik yang seharusnya dilakukan dan buruk yang seharusnya tidak dilakukan yang keduanya sesuai dengan standar-standar norma yang ada. Ditambahkan oleh Hurlock (dalam Hendrik, 2007) bahwa terdapat tiga unsur penting dalam disiplin yaitu (1) peraturan sebagai pedoman perilaku (2) peraturan sebagai konsistensi dalam peraturan tersebut dan (3) dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksanya, (4) hukuman untuk pelanggaran peraturan dan (5) penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.

Sari dan Widodo (2014) mengemukakan Hal kepatuhan tersebut bahwa disiplin merupakan sikap dan perilaku patuh terhadap tatanan nilai, norma dan moral yang berlaku secara universal atau semesta dalam masyarakat. Ketidakpatuhan terhadap tatanan nilai, norma dan moral sangat dinilai sebagai sikap dan perilaku indisipliner.

Kestabilan emosi dan sikap disiplin berkorelasi dengan keselamatan berkendara. Kontribusi sebesar 28% antara kestabilan emosi dan sikap disiplin secara bersama-sama memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan keselamatan berkendara. Hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa mayoritas subjek penelitian pada dasarnya sebagian memiliki karakteristik keselamatan berkendara dimana masih terdapat siswa yang secara sengaja belum memiliki SIM memakai kendaraan bermotor untuk pergi ke sekolah, tidak menaati peraturan tata tertib lalu lintas, dan membahayakan keselamatan berkendara diri sendiri dan orang lain.

Hal tesebut berkaitan dengan teori psikologi sosial yang dikemukakan oleh Baron dan Byrne (2012), bahwa kita bertindak sebagai warga masyarakat

(11)

7

dan ingin mengendalikan diri, maka kita juga harus mengetahui bagaimana sikap itu berkembang dan bagaimana sikap itu berselisih. Apabila sikap itu didefinisikan sebagai suatu system, maka sikap ini menekankan pada hubungan antara tiga komponen yang terdiri dari : 1. Komponen kognitif, yaitu keyakinann indiviu tentang subyek obyek; 2. Komponen perasaan, yaitu mengenai emosi yang berhubungan dengan obyek; dan 3. Komponen kecenderungan bertindak, yaitu kesiapan perilaku bergabung dengan sikap.

Penjelasan diatas dan didukung hasil penelitian dapat diambil dinamika psikologi antara kestabilan emosi dan sikap disiplin dengan keselamatan berkendara. Sikap disiplin remaja dalam berlalu lintas itu banyak yang dipengaruhi oleh faktor kestabilan emosi remaja itu sendiri. Masih banyak remaja – remaja yang belum matang secara emosional yang mengakibatkan dirinya bersikap tidak sesuai dengan usianya dengan tidak mentaati peraturan lalu lintas. Hal ini mengakibatkan remaja – remaja ini melampiaskan rasa emosionalnya dijalanan dengan berkendara secara ugal-ugalan atau mengikuti balap liar di jalan raya. Lalu banyak juga kasus kecelakaan yang disebabkan pengguna jalannya tidak sabar dalam menghadapi situasi jalanan yang penuh sesak. Kasus semacam ini yang mengakibatkan angka kecelakaan selalu naik dalam setiap tahunnya dan di dominasi oleh kalangan pelajar dan mahasiswa atau seusia remaja.

Perilaku mengendarai atau mengemudi lebih dipengaruhi oleh sikap berlalu lintas daripada pengetahuan tentang peraturan berlalu lintas. Hal ini sama yang dikemukakan oleh Wisemen (2001) bahwa keselamatan berlalu lintas dipengaruhi oleh sikap para pengguna jalan terhadap aturan lalu lintas, sehingga mengetahui sikap pengendara merupakan aspek penting dalam kajian psikologi lalu lintas. Theory Planned Behavior atau TPB (Ajzen, 1991) diharapkan mampu memahami perilaku berkendara secara baik. Teori ini dinilai tepat dalam menjelaskan pengaruh sikap dan kestabilan emosi dalam perilaku berkendara. Teori ini mengatakan bahwa intensi (niatan) dan penilaian adanya kontrol perilaku (perceived behavioral control) merupakan faktor-faktor penentu perilaku. Dapat diprediksi bahwa keyakinan terhadap norma kelompok dan keyakinan terhadap kontrol orang lain pada perilaku individu akan mempengaruhi

(12)

8

sikap dan perilaku berkendara. Jadi, ketika kestabilan emosi seorang remaja sudah dikatakan matang atau sesuai dengan usianya, maka dia akan cenderung berperilaku sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku. Termasuk dalam aturan-aturan disiplin berlalu lintas. Remaja yang sudah matang secara emosi akan berperilaku disiplin dalam berlalu lintas. Namun, jika remaja tersebut belum matang secara emosi, maka dia akan cenderung mudah “meledakkan” emosinya dimanapun dia berada termasuk jika berada di jalanan. Dengan demikian remaja tersebut juga akan kesulitan berperilaku disiplin sesuai aturan-aturan yang berlaku seperti aturan-aturan atau tata cara disiplin berlalu lintas. Godin, Conner, dan Sheeran (2005) mengemukakan bahwa sebagian besar studi yang menunjukkan dampak dari norma-norma moral pada intense (niatan) tidak menunjukkan dampak serupa pada perilaku. Pengakuan sikap dan kestabilan emosi yang baik pada aturan lalu – lintas merupakan bentuk dari social desirability, karena jika tidak maka pada tekanan tersendiri pada individu tersebut.

Berdasarkan perhitungan kategorisasi diketahui nilai mean empirik kestabilan emosi sebesar 78,96 dan mean hipotetik sebesar 75. Kestabilan emosi pada subjek penelitian umumnya tergolong sedang artiniya subjek penelitian telah mampu mengenali dan memahami kestabilan emosi diri sendiri, mampu mengekspresikan emosi secara wajar mampu menyeimbangkan pikiran, emosi dan tindakan, selalu berkeinginan untuk berkembang menjadi lebih baik.Sikap disiplin memiliki nilai mean empirik sebesar 96,68 dan mean hipotetik sebesar 82,75. Sikap disiplin subjek tergolong sedang, hasil tersebut menunjukan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat keselamatan berkendara yang cukup baik, mencoba untuk ment yang sulit tanpa bantati peraturan lalu lintas dan cukup memiliki wawasan luas dan cukup berani untuk menghadapi segala resiko. Adapun keselamatan berkendara menghasilkan nilai mean empirik 64,85 dan mean hipotetik sebesar 60. Keselamatan berkendara pada subjek penelitian tergolong sedang, hasil tersebut menggambarkan bahwa subjek penelitian pada dasarnya memiliki indikasi sudah cukup mampu berkendara dan menyadari akan pentingnya keselamatan berkendara

(13)

9

Hasil-hasil penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian dilakukan sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan Ada hubungan yang signifikan antara kestabilan emosi dan sikap disiplin dengan perilaku keselamatan berkendara. Semakin tinggi kestabilan emosi dan sikap disiplin maka semakin tinggi keselamatan berkendara dan apabila semakin rendah kestabilan emosidansikapdisiplin maka semakin rendah keselamatan berkendara. Artinya variabel kestabilan emosi dan sikap disiplin dapat digunakan sebagai prediktor untuk memprediksikan keselamatan berkendara, Sumbangan kestabilan emosi terhadap keselamatan berkendara sebesar 16,6%. Sumbangan. Sikap disiplin terhadap keselamatan berkendarasebesar 11,9%. Sumbangan total sebesar 28,5%., Kestabilan emosi pada subjek penelitian umumnya tergolong sedang Keselamatan berkendara tergolong sedang, begitu pula sikap disiplin juga tergolong sedang.

4.2Saran

Bagi subjek penelitian hasil penelitian menunjukan bahwa sikap disiplin berlalu lintas dan kestabilan emosi pada remaja masih tergolong sedang. Sehingga perlu ditingkatkan lagi penanaman norma-norma pada remaja serta sosialisai keselamatan berkendara supaya menaati peraturan lalu lintas, Bagi Sekolah diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan cerminan sebagai bahan introspeksi dalam mencegah dan meminimalisir kecelakaan berkendara. Dengan cara mempertahankan kestabilan emosi yang dimiliki dan lebih meningkatkan sikap disiplin pada siswa. Dengan cara untuk membentuk kematangan emosi remaja yang sesuai usianya itu, pendidikan karakter perlu dimasukkan ke dalam

(14)

10

kurikulum sekolah, Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya khususnya dalam bidang psikologi pendidikan yang berhubungan dengan kestabilan emosi, sikap disiplin, dan keselamatan berkendara. Penulis menyarankan untuk lebih memperluas populasi tidak hanya pada 1 tempat saja, melengkapi dengan teknik pengumpulan data yang lain atau menyertakan variabel dari faktor - faktor lain seperti peersepsi, pengetahuan, perilaku, usia, dan lain sebagainya yang mempengaruhi keselamatan berkendara.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, Kurniawan, dan Wahyuni. (2014). Faktor yang Berhubungan Praktik Driving Pada Pengemudi Angkutan Kota Jurusan Banyumanik-Johar Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat : (e-journal) vol.2. No.6

Arora dan Rangnekar. (2015). Relationship Between Emotional Stabiliity, Psychosocial Mentoring Support and career Resilince. Europan Journal of Psychology Denmark, Vol.11(1), 16-33

Brose and Scheibe. (2013). Life contexts Make a Difference: Emotional Stability in Younger and older Adults. American Psychological Association. Vol.28, No.1, 148-159

Chander, R. & Chaturvedi, M. (2012). Development of Emotional Stability Scale. Industrial Psychiatry Journal. Jan-Jun 2010. Vol. 19. Issue 1

Chaplin, J. P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Pers

Dee and Evans.(2001). Behavioral Policies and teen Traffic Safety.International Journal AEA papers and Proceedings Youth and Risky Behavior. Vol. 91, No. 2

Domarci, C.T. (2008). Effect of attitudes, habit and affective appraisal on mode choice: an application to university workers. Journal Psychology, Universidad de Conception, Chile.Vol.35.585-599.

Ersyan dan Rahmawati.(2010). Realitas Observational Learning Aplikasi Safety Riding Bagi Mahasiswa Pengendara Sepeda Motor di Jember. Fakultas Psikologi Universitas Muhammdiyah Jember

(15)

11

Irawan,I.D. (2012). Pelanggaran Lalu Lintas di Solo Tertingi Se Jateng.Dalam Tribun Jogja Online Jumat 7 Desember 2012. Diunduh dari http://Jogja.tribunnews.com/m/index.php/2012/12/07/pelanggaran -lalu-lintas-di Solo-tertinggi-se-Jateng.

Khakim R. (2016). Hubungan Antara Umur, Tingkat pendidilkan, Masa Berkendara dan Pengetahuan dengan Perilaku Safety Riding. Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang.

Khatoon, N. & Tarannum, M. (2009). Self Esteem and Emotional Stability of Visually Challenged Students. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology. July 2009, Vol. 35, No. 2, 245-246

Khatoon. (2015). Emotional Stability, Self Professional development And Its Role In Effective Teaching. International Journal Of Buisness and General Management. Vol..4, Issue 4, 9-14

Kohli, Aathi and Sasathi. 2013. Road Accidents Among Adolescents. Journal of Asia Pasific Studies. Vol.2, No.2, hal 245-259

Melisa. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Berkendara Aman (Safety Riding) Pada Pengendara Ojek di Universitas Indonesia Depok Tahun 2012. (Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Indonesia, Jakarta.

Ozkan, Hageimeister, & Gahlert. (2014). Traffic Safety Climate Attitude Of Road User In Germany. Article In Press: Transportation Research Part F Petrido,E. (2000). Human Factors In The Causation Of Road Traffic Crashes.

Europan.Journal of EpidemiologyNetherlands:Kluwer Academic Publisher. Vol.16:819-826.

Prima, Kurniawan, dan Ekawati. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Perilaku Safety Riding Pada Mahasiswa Fakultas X Universitas Diponegoro. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal). Vol.3.No.3

Pujawati.(2016). Hubungan Kontrol Dirii dan Dukungan Orang Tua dan Periaku Disiplin pada Santri di Pondok Pesantren Darussa’dah Samarinda. E-Journal Psikologi. Vol. 4(2), 227-236

Scressma, dkk. (2013). Road Safety Awareness Index & Road User behavior-A Case Study At Kazhakkotoottam. Internasional Journal of Innovative Research In Science, Enginering and Technology. India vol.2 Issue 1

(16)

12

Soviana,E. (2011). Pengaruh Kampanye Keselamatan Berkendara ( Safety Riding ) terhadap Sikap Disiplin dalam Berlalu Lintas. (Skripsi Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sreeshma K. P. (2013). Road Safety Awareness Index & Road User behavior- A Case Study At Kazhakkoottam. Proceeding Of International Conference on Energy and Environment-2013 (ICEE 2013). Vol. 2, Special Issue 1, December 2013

Sulaiman B. Z. (2013). Hubungan Persepsi Kesesakan (Crowding) dan Kematangan Emosi dengan Disiplin Berlalu Lintas pada Remaja Akhir SMAN 1, SMAN 3, dan SMAN 4 Kota Malang. Fakultas Psikologi UNM. Skripsi

Tarannum dan Khatoon. (2009). Self Esteem and emotional Stability of Visually Chalenged Students. Journal of The Indian Academy of Applied Psychology. July 2009, Vol.35, No.2, 245-266

Utari.(2014). Hubungan Agreeive Driving dan Kematangan Emosi dengan Disiplin Berlalu Lintas Pada Remaja Pengendara Sepeda Motor di Samarinda. E-Journal Psikologi. Vol. 4(3): 352-360

Uteri.(2010). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Persepsi, dan Keterampilan Mengendara Mahasiswa Terhadap perilaku Keselamatan Berkendara (Safety Riding) Di Universitas Gunadarma Bekasi 2009. Universitas Gunadarma Skripsi

Widanti, dkk.(2012). Hubungan Antara Kestabilan Emosi dengan Problem Solving pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurnal Universitas Sebelas Maret Surakarta

Zapata. (2015). The Emotional Stability And Emotional Maturity Of Fourth Year Teacher Education Student Of The Bulacan State University. Journal of sciences&humanities Research vol.1, No.1-5

Gambar

Tabel 1. Berdasarkan Jenis Pelanggaran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai determinan kejadian tuberkulosis pada orang dewasa di wilayah kerja Puskesmas Boom Baru Palembang tahun 2010 diketahui bahwa dari

Skripsi berjudul: Dampak Sosial Ekonomi Penerapan E-Commerce melalui Telecenter Semeru terhadap Pengusahaan Agribisnis di Kabupaten Lumajang, telah diuji dan disahkan

[r]

Implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah kebijakan yang bertujuan memberikan

kepada 48 orangtua siswa dan 12 orang guru, diperoleh hasil bahwa pelatihan terkait dibutuhkan oleh orangtua, terlihat dari hasil evaluasi yang diisi oleh

 Tergantung dari kasusnya.  Bisa sangat jelek dan fatal; ingat kasus biskuit beracun?  Seluruh industri biskuit kena akibatnya karena kepercayaan konsumen terhadap biskuit

Proyek pilot akan menjadi katalis bagi proses pelibatan para pemangku kepentingan untuk mencari solusi produksi minyak sawit yang berkelanjutan dan bebas

- Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam etanol anhidrat dan dalam metilene klorida - Titik lebur : 220 o C, dengan dekomposisi (Clarke, 2003) -