• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PROFIL KONDISI FISIK PEMAIN TIM FUTSAL PORDA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN PEMAIN TIM FUTSAL PORDA KOTA BANDUNG MENUJU PORDA TAHUN 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PROFIL KONDISI FISIK PEMAIN TIM FUTSAL PORDA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN PEMAIN TIM FUTSAL PORDA KOTA BANDUNG MENUJU PORDA TAHUN 2014."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh GelarSarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan KepelatihanOlahraga

Oleh

Oleh

FARDELLA AGUSTANA FALAH 1006669

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PERBANDINGAN PROFIL KONDISI FISIK PEMAIN

TIM FUTSAL PORDA KABUPATEN SUMEDANG

DENGAN PEMAIN TIM FUTSAL PORDA KOTA

BANDUNG MENUJU PORDA TAHUN 2014

Oleh

Fardella Agustana Falah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Fardella Agustana Falah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PERBANDINGAN PROFIL KONDISI FISIK PEMAIN TIM FUTSAL PORDA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN PEMAIN TIM FUTSAL

PORDA KOTA BANDUNG MENUJU PORDA TAHUN 2014

Disetujuidandisahkanoleh :

Pembimbing I

Drs. Dede Rohmat Nurjaya. NIP. 196312091988031001

Pembimbing II

Muhammad Tafaqur, M.Pd. NIP.197810052009121003

Mengetahui,

KetuaJurusan Pendidikan Kepelatihan FPOK UPI

(4)

vii

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

A. Hakikat Permainan Futsal ... 9

B. Karakteristik Permainan Futsal ... 11

C. Peraturan Permainan Cabang Olahraga Futsal ... 12

D. Hakikat Kondisi Fisik... 29

E. Kondisi Fisik Dalam Cabang Olahraga Futsal... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Metode Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 45

D. Instrumen Penelitian ... 46

(5)

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 81

(6)

ii ABSTRAK

PERBANDIINGAN PROFIL KONDISI FISIK PEMAIN TIM FUTSAL PORDA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN TIM FUTSAL PORDA

KOTA BANDUNG MENUJU PORDA 2014

(StudiDeskriptif pada Pemain Tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang) Pembimbing : 1. Drs. Dede Rohmat Nurjaya.

2. MuhamadTafaqur, M.Pd.

Fardella Agustana Falah 1006669

Kemampuan fisik bagi seorang pemain merupakan syarat untuk menampilkan hasil kerjanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kondisi fisik pada pemain timFutsal PORDA Kabupaten Sumedang.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi penelitian adalah pemain tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang sebanyak 18 orang. Semua populasi dijadikan sampel (total sampling). Instrumen penelitian ini adalah tes kondisi fisik, yang terdiri dari 6 (Enam) item tes yaitu: Modified Sit and Reach, Sit-Up, Shuttle Run, lari 20 meter, Bleep Test,dan Vertical Jump.

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan; a. Tidak ada satu pun pemain tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang yang berkategori Baik Sekali dan Baik, b. Tingkat Kondisi fisik pemain tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang yang termasuk dalam kategori Cukup ada 2 pemain jika di hitung dalam persen sebesar 11,11%, c. Tingkat Kondisi pemain tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang yang termasuk dalam kategori Kurang ada 9 pemain jika di hitung dalam persen sebesar 50,00%, d. Tingkat Kondisi pemain tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang yang termasuk dalam kategori Sangat Kurang ada 7 pemain jika di hitung dalam persen sebesar 38,89%. Gambaran secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kondisi fisik pemain tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang berada dalam kategori Kurang.

(7)

iii Abstract

Comparison The Profile Of The Physical Condition Of Player Futsal team PORDA District Sumedang With The Team Futsal PORDA Bandung

Leading to The Years 2014.

( Descriptive Study On Player Futsal Team PORDA Sumedang District )

Fardella Agustana Falah1, Drs. Dede Rohmat Nurjaya, M.PD2. Muhamad Tafakur, M.PD3

Phyical ability for a player is a requirement to display the result of its. If the player is good physical condition then increase in a sports achievement. The purpose of this research is to identify the level of physical condition on a player PORDA Sumedang futsal team.

A method of research that we use is a method of descriptive. The population of this research is a player team futsal PORDA district Sumedang 18 people. All used as a sample of the population ( the total of sampling ). An instrument of this research is the tst physical condition consisting of 6 (six) item as a test ; sit and reach, sit up, shuttle run 8x5, run 20meters, bleeps test, and vertical jump.

Based on the result analysis of data and discussion of the results obtained, the can be inferred; a. no single player team futsal PORDA district Sumedang that category very kind and good, b. the level of the physical condition of a player team futsal PORDA district Sumedang included in category 2 player if there is enough in count in percent of 11,11%, c. the level of the condition of a player team futsal PORDA district Sumedang that included in a category lacking 9 player if in count in percent of 50,00%, d. The level of the condition of a player team futsal PORDA district Sumedang included in the category of very less we go 7 players if count in percenr of 38,89%. The picture in general to be said that the level of the physical condition of a player team futsal PORDA district Sumedang was in the category of less.

(8)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga merupakan suatu aktifitas tubuh tidak hanya jasmani tetapi juga rohani. Olahraga sudah menjadi bagian dari kegiatan masyarakat. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh semua kalangan, dimulai anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Olahraga juga merupakan aktifitas latihan fisik. Rothig (1972) dalam Iman Imanudin (2008:13) menyatakan bahwa: „Latihan itu semua upaya yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kemampuan dalam pertandingan olahraga‟.

Olahraga mempunyai makna tidak hanya untuk kesehatan, tetapi lebih dari itu ialah juga sebagai sarana pendidikan dan prestasi. Latihan olahraga dalam pengertian modern dalam Dick (2008:2) selalu dikaitkan dengan usaha untuk meningkatkan prestasi menuju puncak, mempertahankan prestasi puncak lebih lama dan memperlambat mundurnya prestasi. Baursfeld dan Schrouter dalam Dick (2008:2) mengatakan bahwa :

Ada tujuh pendukung prestasi puncak yaitu: faktor eksternal diantaranya sistem; situasi kondisi kompetisi dan sarana prasarana latihan dan kompetisi. Selain itu ada pula faktor internal diantaranya fisik, teknik, taktik/strategi, psikis, dan konstitusi tubuh. Latihan fisik merupakan bagian terpenting untuk semua cabang olahraga. Tujuanya adalah untuk membentuk kondisi tubuh sebagai dasar untuk meningkatkan ketahanan, kebugaran, dan pencapaian suatu prestasi.

Sajoto dalam Sidik (2007: 51) mengatakan bahwa: „Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang pemain bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi‟.

Begitu juga yang diungkapkan oleh Bompa dalam Sidik (2007:51) yang

mengatakan bahwa: „Persiapan fisik merupakan salah satu yang harus

(9)

(2007:61) berpendapat bahwa: “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Mengenai kelentukan Sidik (2007:70) berpendapat bahwa: “Kelentukan adalah kemampuan gerak dalam ruang gerak sendi yang seluas-luasnya”. Mengenai kecepatan Sidik (2007:73) berpendapat bahwa: “Kecepatan adalah kapasitas gerak dari anggota tubuh atau bagian dari sistem pengungkit tubuh atau kecepatan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu yang singkat”. Sedangkan mengenai daya tahan Sidik (2007:77) berpendapat bahwa : “Daya Tahan adalah kemampuan fisik seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif lama”.

Beberapa manfaat dari latihan kondisi fisik diantaranya adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani, selain itu keadaaan kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi pula terhadap aspek-aspek psikologis atau kejiwaan yang mampu meningkatkan motivasi kerja, semangat kerja, rasa percaya diri, ketelitian dan lain sebagainya. Dengan demikian faktor kondisi fisik sangat penting perannya terhadap pencapaian prestasi seorang atlet atau tim. Maka dari itu program latihan kondisi fisik harus ditata, dirancang, dan dilaksanakan secara baik dan sistematis sehingga bisa meningkatkan kebugaran jasmani, dan meningkatkan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan.

Futsal berasal dari bahasa Spanyol, merupakan gabungan dari dua kata yaitu

“futbol dan sala”. Futbol yang berarti sepakbola, dan sala yang berarti ruangan. Futsal merupakan sepakbola yang di mainkan di dalam ruangan. Futsal sangat diminati oleh berbagai kalangan di zaman ini. Banyak orang-orang memainkan olahraga ini untuk prestasi maupun rekreasi. Futsal merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh dua tim masing-masing terdiri dari 5 orang pemain, salah satu diantaranya adalah penjaga gawang.

(10)

Prestasi terbaik tim PORDA Kabupaten Sumedang yaitu Pada gelaran PORDA tahun 2006, tim PORDA Kabupaten Sumedang berhasil lolos ke babak putaran final setelah pada babak kualifikasi menjadi runner up grup B dengan perolehan 6 poin di bawah tim Futsal PORDA Kabupaten Bogor yang menjadi juara grup B, dan berhasil mencapai babak perempat final di putaran final sebelum dikalahkan oleh tim Futsal PORDA Kota Depok dengan skor 9-6. Sedangkan untuk PORDA tahun 2010 tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang tidak lolos ke putaran final karena pada babak kualifikasi hanya menempati peringkat 3 setelah tim Futsal PORDA Kota Bekasi dan tim Futsal PORDA Kota Sukabumi. Dengan belum maksimalnya prestasi yang di raih oleh tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang peneliti beranggapan bahwa ada beberapa faktor di antaranya perekrutan pemain yang kurang tepat, persiapan yang sangat pendek, program latihan yang kurang jelas, dan yang paling utama masalahnya adalah kondisi fisik para pemainnya yang masih sangat kurang untuk bersaing dengan tim-tim yang lainnya, karena pemain futsal dituntut untuk memiliki fisik dan psikis yang prima, atau berada pada tingkat kondisi fisik yang baik sampai sangat baik. Ini dikarenakan durasi disetiap pertandingan futsal profesional yang menggunakan 2x20 menit waktu bersih, bisa mencapai kurang lebih satu sampai satu setengah jam. Selain itu karena sistem pertandingan yang dilaksanakan ada kejuaraan PORDA menggunakan sistem setengah kompetisi dan waktu recovery atau pemulihannya yang sangat pendek, oleh karena itu para pemain dituntut untuk bisa memelihara dan menjaga kondisi fisiknya. Dalam hal ini Panca Fauzi, Pelatih tim Futsal Kota Bandung mengatakan: “Untuk menjadikan suatu tim berprestasi, para pemain harus memiliki fisik dan psikis yang baik dan bahkan sangat baik, keduanya itu sangat erat kaitannya dalam mencapai prestasi yang maksimal. Perlu adanya sinkronisasi yang seimbang diantara keduanya fisik tidak akan berarti tanpa psikis, begitupun sebaliknya.

(11)

tim Futsal PORDA Kota Bandung, tim Futsal PORDA Kota Bandung telah memiliki catatan prestasi diantaranya pada gelaran PORDA tahun 2006 tim Futsal PORDA Kota Bandung berhasil mendapatkan medali perak setelah mencapai babak final, dan puncak prestasi tim Futsal PORDA Kota Bandung pada gelaran PORDA tahun 2010 lalu saat Kota Bandung menjadi tuan rumah berhasil merebut medali emas setelah di final mengalahkan tim Futsal PORDA Kota Bekasi.

Dengan sederet prestasi yang konsisten di setiap gelaran kejuaraan PORDA, para pemain tim Futsal PORDA Kota Bandung juga banyak sekali menyumbangkan pemain untuk Jawa Barat yang akan bermain di Pekan Olahraga Nasional (PON) dan untuk klub-klub profesional di Indonesian Futsal League atau IFL, banyak pemain PORDA Kota Bandung yang bermain di klub IFL salah satunya di tim Futsal Kota Bandung (FKB) di antaranya Julinur Hapizd, Agung Dwi, Andri Januar, Yusuf Maulana, Angga Sidik, Andriyansyah Agustin, dan Andri Kustian, mereka merupakan para pemain andalan dari Tim FKB dalam menghadapi IFL tiap tahunnya dan memiliki catatan prestasi diantaranya, FKB pada IFL ke-4 tahun 2010 sebagai semifinalis (juara 4), IFL ke-5 tahun 2011 sebagai juara 3, IFL ke-6 sebagai runner up (juara 2), dan pada tahun 2013 lalu digelaran IFL ke-7 FKB kembali masuk babak final walaupun harus kembali menjadi runner up. Dan yang paling membanggakan ada beberapa pemain tim Futsal PORDA Kota Bandung yang membela Timnas Futsal Indonesia yang berlaga di Sea Games, Piala AFF, dan Kejuaraan yang lainnya.

(12)

Futsal Indonesia yang lebih profesional dimasa mendatang. Oleh sebab itu, peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian tentang perbandingan profil kondisi fisik atlet Futsal, dan mengambil judul “PERBANDINGAN PROFIL KONDISI FISIK ATLET TIM FUTSAL PORDA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN ATLET TIM FUTSAL PORDA KOTA BANDUNG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini akan penulis uraikan dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kondisi fisik atlet tim Futsal PORDA Kota Bandung? 2. Bagaimana gambaran kondisi fisik atlet tim Futsal PORDA Kabupaten

Sumedang?

3. Bagaimana perbandingan kondisi fisik atlet tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang dengan atlet tim Futsal PORDA Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yang penulis rumuskan adalah :

1. Memberikan gambaran kondisi fisik pada atlet tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang.

2. Melihat gambaran kondisi fisik atlet tim PORDA Kabupaten sumedang dengan atlet tim Futsal PORDA Kota Bandung.

3. Untuk melihat perbandingan kondisi fisik atlet Futsal PORDA Kabupaten Sumedang dengan atlet Futsal tim PORDA Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap agar penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut :

(13)

2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi pelatih, atlet maupun pembina olahraga dalam meningkatkan tingkat kondisi fisik atlet futsal.

3. Dapat dijadikan informasi dan acuan PSSI Pusat maupun Daerah untuk memelihara dan meningkatkan kondisi fisik atlet futsal.

4. Dapat menjadi acuan parameter kondisi fisik untuk menjadi atlet futsal profesional.

E. Batasan Penelitian

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan, maka penulis membatasi ruang lingkup masalah penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya membahas mengenai tingkat kondisi fisik dan faktor-faktor pendukung Atlet tim Futsal PORDA Sumedang dengan atlet tim Futsal PORDA Kota Bandung.

2. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan instrumen observasi atau survey.

3. Populasi dalam penelitian ini adalah Atlet tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang.

4. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 orang atlet tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang laki-laki tahun 2014.

F. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pembaca memahami isi dari penelitian, maka penulis membuat definisi operasional atau batasan istilah agar terhindar dari kesimpangsiuran istilah-istilah dalam judul penelitian ini. Batasan istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Profil adalah gambaran (Hasan, 2005:897), profil yang dimaksud gambaran dari hasil tes kondisi fisik atlet futsal PORDA Kabupaten Sumedang dan atlet futsal PORDA Kota Bandung.

(14)

3. Kondisi Fisik dalam setiap cabang olahraga ada beberapa komponen-komponen kondisi fisik yang menunjang terhadap prestasi. Harsono

(1988:155) menjelaskan bahwa: “Unsur-unsur kondisi fisik adalah daya tahan, stamina, kelentukan, kekuatan, power, daya tahan otot, kecepatan, dan

koordinasi”. Komponen-komponen kondisi fisik dari setiap cabang olahraga berbeda-beda, oleh karena itu dalam proses latihan pelatih harus memperhatikan tuntunan atau karakteristik dari setiap cabang olahraga itu sendiri. Objek penelitian adalah permainan futsal, maka komponen-komponen kondisi fisik yang harus ditelitipun harus sesuai dengan tuntutan dalam permainan dan karakteristik futsal.

4. Atlet atau olahragawan adalah pengolahraga yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk mencapai prestasi. Dalam penelitian ini atlet atau olahragawan yang dimaksud adalah atlet Futsal PORDA Kabupaten Sumedang dengan atlet Futsal PORDA Kota Bandung (Undang-undang No.3 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, 2005:3). 5. Tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang adalah salah satu tim yang akan

berlaga pada kejuaaran daerah yang berasal dari Kabupaten Sumedang. 6. Tim Futsal PORDA Kota Bandung adalah salah satu tim yang akan berlaga

pada kejuaraan daerah yang berasal dari Kota Bandung.

7. Futsal merupakan olahraga permainan yang dimainkan oleh dua tim dalam setiap pertandingannya, masing-masing terdiri dari lima orang pemain, salah satu diantaranya adalah penjaga gawang. Dalam penelitian ini futsal yang dimaksud adalah futsal di Indonesia yang diselenggarakan oleh BFN atau Badan Futsal Nasional (Law of The Game, 2012/2013).

8. PORDA adalah Kejuaraan atau pekan olahraga daerah yang diadakan setiap 4 tahun sekali.

G. Struktur Organisasi Skripsi

(15)
(16)

44

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat antar fenomena yang diteliti.

Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode survey. Penggunaan metode dalam penelitian ini disesuaikan dengan masalah serta tujuan penelitian. Oleh sebab itu, metode penelitian ini sangat penting dalam pelaksanaan, pengumpulan dan analisis data. Sedangkan teknik pengumpulan data adalah dengan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Karena pada penelitian ini tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Untuk memperoleh data yang sesuai, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik tes. Metode yang dimaksud untuk mengumpulkan data-data mengenai kondisi fisik pemaintim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang.

(17)

Gambar 3.1 Alur Penelitian (Sumber : Peneliti)

Jenis penelitian ini adalah survey tes, dan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengajukan proposal kepada dosen pembimbing. b. Mengajukan surat izin penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel.

d. Mengadakan tes kondisi fisik kepada sampel

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai profil kondisi fisik pemain tim Futal PORDA Kabupaten Sumedang dilaksanakan di lapangan yang bertempat di Gor Tdajimalela Sumedang, pada tanggal 13-14 Agustus 2014.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dan sampel merupakan objek yang akan diteliti, dari populasi ini akan didapat informasi atau fakta yang dihadapi. Mengenai populasi Riduwan (2002:3) mengatakan bahwa : “Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian”.

Populasi

Sampel

Tes Kondisi Fisik

Pengolahan dan Analisis Data

(18)

Populasi dalam penelitian ini adalah pemain tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang yang berjumlah 18 orang.

Teknik pengambilan sampel dan penelitian ini menggunakan sampling jenuh.Mengenai sampling jenuh Riduwan (2005:64) mengatakan bahwa: “Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel”.

Berdasarkan kutipan diatas maka peneliti memilih sampel dari pemain tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang yang bermain pada event Kejuaraan Daerah tahun 2014 yang berjumlah 18 orang.

D. Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian, untuk mencapai keberhasilan maka diperlukan alat ukur untuk mendapatkan data, seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:203) bahwa: “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga lebih mudah diolah”.

Berdasarkan penjelasan di atas, alat ukur atau instrumen tes yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah yang sesuai dengan buku Tes dan Pengukuran Keolahragaan (Nurhasan:2007) meliputi: Fleksibilitas (The Modified Sit and Reach Test), Power tungkai (Vertical Jump), Speed (Lari Sprint 20 Meter),

Kelincahan (Shuttle Run 8 meter x 5) dan Daya Tahan: a. Otot perut (Sit Up), b. Cardiovasicular (VO2Max,bleep test).

Adapun lebih lanjut mengenai instrument penelitian di atas dan pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1. The Modified Sit and Reach

Tujuan : Untuk mengukur kelenturan dari otot punggung, juga elastisitas otot hamstring.

Alat/fasilitas : Meteran Pelaksanaan :

(19)

bawah perlahan-lahan sejauh mungkin, kedua tangan berhenti pada jangkauan terjauh.

Skor :

Jarak jangkauan yang terjauh yang dapat dicapai oleh orang coba dari dua kali percobaan, yang diukur dalam cm.

Tabel 3. 1

Kriteria Tes The Modified Sit and Reach Rentang Skor Kriteria

40 cm – keatas Baik sekali

31-39 cm Baik

21-30 cm Cukup

17-20 cm Kurang

Kurang dari 17 cm Sangat Kurang

2. Sit-Up

Tujuan : Untuk mengukur komponen daya tahan otot perut Alat/ fasilitas : Matras

Pelaksanaan :

Orang coba tidur terlentang, kedua tangan saling berkaitan di belakang kepala, kedua kaki dilipat sehingga membentuk sudut 900, seorang pembantu memegang erat-erat kedua pergelangan kaki orang coba dan menekannya pada saat orang coba bangun. Orang coba berusaha bangun sehingga berada dalam sikap duduk dan kedua siku dikenakan pada kedua lutut dan kemudian dia kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan ini secara berulang-ulang sampai orang coba tidak mampu mengangkat badannya lagi, perhatikan agar sikap tungkai selalu membentuk sudut 900 pada waktu melakukan sit-up.

Skor :

(20)

Tabel 3.2 Kriteria Tes Sit-Up RentangSkor Kriteria 132 – keatas Sangat Baik

110-131 Baik

87-109 Cukup

76-86 Kurang

Kurang dari 76 SangatKurang

3. Shuttle Run 8 Meter x 5

Tujuan : Mengukur kelincahan dan koordinasi Alat/fasilitas : Stopwatch dan bidang datar 10 meter Pelakasanaan :

Orang coba berdiri di belakang garis start dengan salah satu kaki diletakkan di depan. Pada aba-aba “ya” diberikan, orang coba dengan segera dan secepat mungkin lari ke depan menuju garis akhir dan menyentuh garis tersebut, kemudian berputar lagi dan segera lari. Demikian seterusnya dilakukan dengan lari sebanyak 8 meter x 5. Orang coba di beri kesempatan melakukan tes tersebut sebanyak 2 kali.

Skor :

Waktu terbaik dari dua kali kesempatan, yang dicatat sampai 1/10 detik.

Tabel 3.3

Kriteria Tes Shuttle Run 8 meter x 5

Rentang Skor Kriteria

Kurang dari – 10,37 detik Sangat Baik 10,89-10,38 detik Baik

11,94-10,90 detik Cukup 12,95-11,95 detik Kurang

(21)

4. Lari 20 Meter

Tujuan : Mengukur komponen kecepatan

Alat :

a. Stopwatch

b. Meteran c. Lintasan d. Pluit Pelaksanaan :

Orang coba berdiri di belakang garis start, dengan sikap start melayang. Pada aba-aba “ya” ia berusaha lari secepat mungkin mencapai finish. Tiap orang coba diberikan kesempatan dua kali percobaan.

Skor :

Jumlah waktu tempuh yang terbaik dari dua kali percobaan.

Tabel 3.4

Kriteria Tes Lari 20 Meter

Rentang Skor Kriteria

Kurang dari-2,99 detik Sangat Baik 3,05 - 3,00 detik Baik

3,17 - 3,06 detik Cukup 3,29 - 3,18 detik Kurang

Lebih dari 3,29 detik Sangat Kurang

5. Bleep test

Tujuan : Mengukur komponen daya tahan cardiovascular Alat/fasilitas :

a. Stop watch

(22)

Orang coba berdiri di belakang garis start. Pada saat aba-aba peluit, pemain lari sesuai dengan irama menuju garis batas hingga satu kaki melewati garis batas. Bila tanda bunyi belum terdengar, pemain telah melewati garis batas, tetapi untuk lari balik pemain harus menunggu tanda bunyi. Sebaliknya, bila telah ada tanda bunyi pemain belum sampai pada garis batas, pemain harus mempercepat lari sampai melewati garis batas dan segera kembali lari ke arah sebaliknya. Bila dua kali berurutan pemain tidak mampu mengikuti irama waktu lari berarti kemampuan maksimalnya hanya pada level dan balikan tersebut.

Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan-tahapan pada bleep test tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.5

Tabel Mengenai Tahapan-Tahapan pada Bleep Test Nomor Tahap Nomor Balikan

(23)

18

Sumber : Modul tes pengukuran keolahragaan Penilaian :

Jumlah terbanyak dari level dan balikan sempurna yang berhasil diperoleh dicatat sebagai skor-skor peserta tes. Adapun prediksi nilai ambilan oksigen maksimum dengan bleep test adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Prediksi Nilai Ambilan Oksigen Maksimum dengan Tes Lari Multitahap Tahap Balikan Prediksi VO² max

(24)
(25)
(26)
(27)

12 14 16

87,4 87,8 88,2

Sumber : Modul tes pengukuran keolahragaan

Skor :

Level dan balikan yang ditempuh oleh orang coba tersebut, dicatat, untuk

kemudian dikonversi menjadi skor sesuai dengan tabel yang tersedia.

Tabel 3.7 Kriteria Bleep Test Rentang Skor Kriteria 61- ke atas Sangat Baik

54-60 Baik

47-53 Cukup

44-46 Kurang

Kurang dari 44 Sangat Kurang

6. Vertical Jump

Tujuan : Mengukur daya ledak (tenaga eksplosif) otot tungkai Alat/Fasilitas :

a. Dinding yang rata dan lantai yang rata dan cukup luas b. Serbuk kapur dan alat penghapus

c. Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis d. Meteran

Pelaksanaan :

(28)

kemudian subyek mengambil sikap awalan dengan membengkokkan kedua lutut dan kedua tangan diayun ke belakang, kemudian subyek meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan berskala dengan tangan yang terdekat dengan dinding, sehingga meninggalkan bekas raihan pada papan berskala. Tanda ini menampilkan tinggi raihan loncatan subyek tersebut. Subyek diberi kesempatan melakukan sebanyak dua kali loncatan.

Skor :

Selisih yang terbesar antara tinggi jangkauan sesudah melompat dengan tinggi jangkauan sebelum melompat, dari dua kali percobaan. Tinggi jangkauan diukur dalam satuan cm.

Tabel 3.8 Kriteria Vertical Jump Rentang Skor Kriteria Lebih dari – 60 cm Sangat Baik

54-59 cm Baik

49-53 cm Cukup

46-48 cm Kurang

Kurang dari – 46 cm Sangat Kurang

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data diperoleh dari hasil tes, maka langkah selanjutnya adalah mengolahnya dengan rumus-rumus statistika. Langkah-langkah pengolahan data tersebut ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

1. Mencari nilai rata-rata dari skor yang tidak dikelompokkan. Menurut Nur Hasan (2002:21) menjelaskan : “Cara ini biasanya digunakan apabila kelompok itu jumlah anggotanya relatif kecil (di bawah 30).”

(29)

n X

X

Keterangan :

X = Nilai rata-rata yang dicari X = Skor yang didapat

n = Jumlah orang/peristiwa/responden ∑ = Menyatakan jumlah

2. Menghitung simpangan baku, dengan skor yang tidak dikelompokkan, menurut Nurhasan (2002:37) mengggunakan pendekatan statistika dengan rumus:

Arti unsur-unsur tersebut adalah: S = Simpangan baku

Xi = Skor yang di capai

X = Nilai rata-rata

n = Banyaknya jumlah orang 3. Penentuan Persentase Kategori

Statistik dapat meringkas data-data yang besar dalam bentuk yang sederhana, sehingga mudah diketahui. Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis Deskriptif Presentase, sebagai berikut:

DF = x 100% = % Dimana:

DF = Klasifikasi nilai

F = Jumlah pemain yang masuk dalam klasifikasi nilai dalam setiap tes N = Jumlah keseluruhan populasi

4. Penentuan Konversi

(30)

Tabel 3.9 Tabel Konversi Nilai

Kategori Konversi Nilai

Sangat Baik 10

Baik 8

Cukup 6

Kurang 4

Sangat Kurang 2

5. Penetuan Kategori Kondisi Fisik Secara Umum (Untuk Mengetahui Status Kondisi Fisik Individual Pemain).

Penentuan kategori kondisi fisik pemain secara umum adalah sebagai berikut: Tabel 3.10

Tabel Kategori Status Kondisi Fisik

Rentang Skor Kategori Kemampuan

9,6 – 10 Sangat Baik

8,0 – 9,5 Baik

6,0 – 7,9 Cukup

4,0 – 5,9 Kurang

2,0 – 3,9 Sangat Kurang

(31)

77

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Profil kondisi fisik tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang secara umum termasuk ke dalam kategori Kurang.

2. Profil kondisi fisik tim Futsal PORDA Kota Bandung secara umum termasuk ke dalam kategori cukup.

3. Perbandingan hasil tes kondisi fisik antara tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang dengan tim Futsal PORDA Kota Bandung memiliki perbedaan bahwa secara keseluruhan tim Futsal PORDA Kota Bandung lebih baik dari tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang.

B. Saran

Melihat dari hasil penelitian tentang kondisi fisik pemain timFutsal PORDA Kabupaten Sumedang, maka penulis mengajukan beberapa saran:

1. Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran terhadap tingkat kondisi fisik pemain tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang, sehingga pembina, pelatih dan pengurus beserta jajarannyadapat melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kondisi fisik pemain futsal putra yang dibinanya. 2. Bagi para pemain tim Futsal PORDA Kabupaten Sumedang, disarankan

untuk selalu menjaga kondisi fisiknya diluar program latihan dan jangan cepat puas dengan prestasi yang sudah diraih, tetap berlatih keras supaya prestasinya lebih meningkat tidak hanya di tingkat Kabupaten ataupun di tingkat Jawa Barat bahkan bisa berprestasi di kejuaran futsal tingkat Nasional dan Internasional.

3. Menyarankan rekan-rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian yang

(32)

fisik lebih sepesifik terhadap karakteristik cabang olahraga masing - masing baik dari segi item tes, instrumen, maupun jenis - jenis tesnya.

(33)

79

Cholil, D. H. (2009) Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar Cabang-Cabang Olahraga. Bandung : FPOK UPI.

Griwijoyo, S. (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung : FPOK UPI.

Harsono. (1998). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.

Imanudin, Iman. (2008). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung : FPOK UPI. Nichoulas Matjan, B. (2009). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung : FPOK UPI Nurhasan & Hasanudin, D. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan.

Bandung: FPOK UPI.

Pesurnay. P.L dan Zafar S. (2007). Materi Penataran Pelatihan Fisik Tingkat Provinsi Se-Indonesia. Bandung : FPOK UPI.

Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Muda. Bandung : Alpabeta.

Satriya, Dikdik dan Iman I. (2007). Metode Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Scheunemann, Timo (2009). Futsal For Winners. Malang : Dioma.

Sidik, D. J. Dkk (2007). Modul Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Sidik, D.Z. (2008). Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung : FPOK UPI.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Tenang John, D. (2008). Mahir Bermain Futsal. Bandung : Darmizan.

(34)

Bompa Tudor. O, PhD. (1999). Periodization Training For Sports. Amerika : United States Of Amerika.

Irawan Andri. (2009). Teknik Dasar Modern Futsal. Jakarta : Pena Pundi Aksara. Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung : UPI

SUMBER INTERNET

Gambar

Gambar 3.1  Alur Penelitian
Tabel 3. 1 The Modified Sit and Reach
Tabel 3.3 Shuttle Run
Tabel 3.4  Kriteria Tes Lari 20 Meter
+4

Referensi

Dokumen terkait