• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 3 (tiga) bagian besar, yaitu (1) kajian teori, (2) hasil penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, Bagian ini merupakan dasar atau landasan teoritis bagi pelaksanaan penelitian ini. Berikut ini akan dibahas secara khusus ketiga bagian tersebut. 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Ekstrakurikuler

2.1.1.1 Pengertian Ekstrakurikuler

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan disekolah/madrasah. Suryosubroto (2009: 287), mendefinisikan kegiatan ekstrakurikuler merupakan seperangkat pengalaman belajar, memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan keperibadian siswa. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Popi Supiatin (2010: 105), kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari proses perkembangan dan pendewasaan siswa, secara tidak langsung kegiatan ekstrakurikuler dapat membuat siswa disiplin dan bertanggung jawab.

Berdasarkan ketiga definisi di atas, maka disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan wahana kegiatan pengembangan dan pendewasaan siswa, melalui berbagai aktivitas yang terkait langsung maupun tidak langsung oleh kurikulum, yang memiliki nilai-nilai manfaat untuk membentuk keperibadian siswa.

(2)

6 2.1.1.2 Tujuan Ekstrakurikuler

Tujuan dilaksanakannya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tercantum dalam Permendiknas No.39 Tahun 2008 yaitu: (a) Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat dan kreatifitas. (b) Memantapkan keperibadian peserta didik untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan. (c) Mengaktualisasi potensi peserta didik dalam pencapaian prestasi unggul sesuai dengan bakat dan minatnya. (d) Menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara, masyarakat yang berakhlak mulia, demokrastis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani. Marantika (2012: 35), mengatakan tujuan dilakukan kegiatan ekstrakurikuler disekolah meliputi: 1) Memberi pengayaan kepada siswa yang menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk menjadi manusia seutuhnya. 2) Menambah pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk memanfaatkan potensi lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya. 3) Mengembangkan kemampuan siswa untuk memanfaatkan kegiatan industri dan dunia usaha (kewirausahaan). 4) Mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai kemanusiaan, ketekunan, kerja keras dan disiplin melalui kegiatan ekstrakurikuler. 5) Menanamkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan dan perilaku hidup sehat secara jasmani dan rohani. 6) Menanamkan kemampuan meneliti dan mengembangkan daya cipta untuk hal baru. 7) Menanamkan nilai-nilai gotong royong, kerjasama, tanggungjawab dan disiplin melalui kegiatan sekolah. 8) Memberikan bekal kemampuan berorganisasi melalui kegiatan sekolah dan diluar sekolah. 9) Memberikan bekal keterampilan praktis yang diperlukan siswa untuk hidup dimasyarakat, mencakup kebutuhan sendiri maupun membentuk kebutuhan orang tuanya. 10) Menanamkan rasa cinta dan tanggung jawab dalam upaya melestarikan lingkungan, alam dan

(3)

7

budaya. 11) Menanamkan budaya kerja dan etos kerja yang diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan. 12) Menanamkan dan menambah wawasan kerohanian, mental dan agama untuk hidup dalam masyarakat, bangsa dan negara. 13) Memberikan bekal kemampuan berbakti dan berpartisipasi dalam pembangunan daerah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan kegiatan ekstrakurikuler adalah 1) Mengembangkan potensi siswa. 2) Mengembangkan bakat serta minat siswa dalam pembinaan keperibadian untuk membentuk manusia seutuhnya. 3) Memberikan bekal kemampuan berorganisasi sebagai bekal dalam kegidupan bermasyarakat kelak. 4) Mengembangkan keterampilan siswa mengenai nilai-nilai kemanusiaan, ketekunan, kerja keras dan disiplin. 2.1.1.3 Fungsi Ekstrakurikuler

Dalam Buku Panduan Pengembangan Diri Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut: 1) Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka. 2) Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. 3) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. 4) Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik. Menurut Narmoatmojo (2010:8), ada empat Fungsi ekstrakurikuler yaitu. (a) Pembangunan yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik. (b) Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung

(4)

8

jawab peserta didik. (c) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. (d) Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik. Selaras dengan pendapat Narmoatmojo, Marantika (2012:37) mengungkapkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler mempunyai fungsi yang berarti bagi siswa, diantaranya: 1) Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka. 2) Sosial, yaitu kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. 3) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjukan proses perkembangan. 4) Persiapan Karir, yaitu untuk mengembangkan kesiapa karir peserta didik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler terbagi menjadi empat fungsi yaitu 1) pengembangan, 2) sosial. 3) rekreatif , dan 4) persiapan karir. fungsi-fungsi tersebut merupakan satu kesatuan yang runtut yang akan dialami dan diterapkan dalam lingkup sosial masyarakat. 2.1.2 Ektrakurikuler Paskibra

2.1.2.1 Pengertian Ekstrakurikuler Paskibra

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0416/U/1984 menyatakan bahwa pendidikan pendahuluan bela negara yang diselenggarakan sekolah antara lain dengan pembentukan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) sekolah. Menurut Afif (2012:37), Paskibra adalah kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air, bela negara, kepeloporan, kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur, dalam rangka charachter building generasi muda Indonesia.

(5)

9

Sedangkan menurut Sripujirahayu,(2015:33), menyatakan bahwa ekstrakurikuler paskibra adalah sederetan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah untuk mencapai tujuan antara lain memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air, bela negara, kepeloporan dan kepemimpinan, berdisiplin dan berbudi pekerti luhur. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler paskibra merupakan kegiatan di luar jam pembelajaran sekolah yang memiliki tujuan memupuk semangat kebangsaan, cinta tanah air, bela negara, kepeloporan dan kepemimpinan serta berdisiplin dan berbudi pekerti luhur.

Didalam kegiatan ekstrakurikuler paskibra meliputi berbagai jenis kegiatan diantaranya adalah: Baris-berbaris (BB), dan Tata Upacara Bendera(TUB). Tidak hanya dua hal tersebut disela-sela pelatihan biasanya diberikan materi-materi yang menumbuhkan jiwa bela negara, nasionalisme, jiwa kepemimpinan, dan jiwa kebersamaan (korsa) sesama anggota. Kegiatan Baris berbaris (BB), menurut Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia Nomor 46 Tahun 2014 Bab 1, pasal 1 dinyatakan bahwa baris berbaris bertujuan menanamkan jiwa korsa, sikap jujur, berkarakter tangkas, menumbuhkan disiplin, loyalitas tinggi, kebersamaan dan rasa bertanggungjawab yang tinggi. Selain itu kegiatan Tata Upacara Bendera (TUB) dilaksanakan dan dilatihkan karena memiliki dasar hukum diadakannya upacara pengibaran bendera di sekolah yaitu Inpres No. 14 Tahun 1981 tentang penyelenggaraan kegiatan Upacara Pengibaran Bendera, yang menyatakan, bahwa tujuan diadakan upacara pengibaran bendera adalah memelihara dan meningkatkan rasa nasionalisme, tanggungjawab, persatuan dan disiplin. Selanjutnya menurut Direktorat Pembinaan Kesiswaan, Dikdasmen, Dikbud Tahun 1998 dinyatakan bahwa tujuan diadakannya upacara pengibaran bendera di sekolah antara lain: 1) membiasakan bersikap tertib dan disiplin, 2) membiasakan penampilan rapi, 3) meningkatkan kemamauan memimpin, 4) membiasakan kesediaan dipimpin, 5)

(6)

10

membina kekompakan dan kerjasama, dan 6) mempertebal semangat kebangsaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam kegiatan ekstrakurikuler paskibra mempunyai tujuan yang salah satunya adalah menumbuhkan sikap kepemimpinan dari siswa.

2.1.3 Sikap Kepemimpinan 2.1.3.1 Pengertian Sikap

Sikap merupakan hal yang menentukan sifat, hakekat suatu perbuatan, baik yang dilakukan saat ini maupun perbuatan yang dilakukan dimasa mendatang (Ahmadi,2002:162). Sedangkan menurut Saifuddin Azwar (2012:88) “Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”.

Dari berbagai definisi sikap di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan sebuah keadaan yang merupakan penentu sifat dan tindakan, pandangan perasaan dan pemikiran seseorang terhadap sesuatu objek di lingkungan sekitarnya.

2.1.3.2 Pengertian Kepemimpinan

Kartono (2014:153), menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan satu usaha koopratif mencapai tujuan yang sudah dicanangkan. Seorang pemimpin itu harus mahir melaksanakan kepemimpinannya, jika dia ingin sukses dalam melakukan tugas-tugasnya. Sedangkan Djatmiko Hayanti (2012:47) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas dan anggota kelompok. Selanjutnya menurut Ambar, (2008:13), kepemimpinan adalah hubungan saling mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya.

(7)

11

Dari definisi-definisi kepemimpinan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan memberikan pengaruh kepada orang lain dalam kaitanya dengan pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan organisasi bersama.

2.1.3.3 Fungsi Kepemimpin

Kedudukan seorang pemimpin mempunyai fungsi yang besar dalam sebuah organisasi/ kelompok. Fungsi kepemimpinan merupakan hubungan situasional dalam kehidupan berorganisasi dimana fungsi kepemimpinan harus terwujud dalam interaksi antar individu. Menurut Rivai (2005:53), secara operasional fungsi pokok kepemimpinan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikatif satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk mengerakan dan motivasi orang lain agar mau melaksanakan perintahnya. 2. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menerapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap kedua konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi dilakukan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.

(8)

12 3. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semuannya, tapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.

4. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan, maupun tanpa persetujuan pimpinan.

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainnya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Sedangkan menurut Hadari & M Martini Hadari, (2012:74) berpendapat bahwa fungsi kepemimpinan secara operasional dibagi menjadi 5 fungsi yaitu:

1) Fungsi Intruksi

Fungsi ini bersifat satu arah dalam pelaksanaannya. Seorang pimpinan sebagai pengambil keputusan dapat memerintah kepada orang-orang yang dipimpinnya, pemimpin dapat menentukan isi perintah, kapan waktu pelaksanaanya, bagaimana cara penyelesaiannya, tempat pelaksanaan perintah, serta penyelesaian laporan. Anggota hanya bersifat sebagai pelaksana.

2) Fungsi Konsultatif

Proses dalam fungsi konsulitatif ini terjadi komunikasi dua arah, dalam usaha menetapkan suatu keputusan pemimpin

(9)

13

terkadang membutuhkan informasi atau pertimbangan dari pihak lain yang memiliki kopetensi dan bahan yang diperlukan. Konsultastif juga diperlukan pada saat tahapan pelaksanaan atau setelah ditetapkannya, konsultatif dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan dari orang-orang yang dipimpin agar dapat disempurnakan.

3) Fungsi Partisipasi

Didalam fungsi ini tidak hanya menyangkut komunikasi dua arah, melainkan seorang pemimpin harus berusaha untuk mengefektifkan kinerja dari anggotanya. Setiap angota kelompok memiliki kesempatan yang sama dalam pelaksanaan tugas, sesuai dengan jabatan masing-masing.

4) Fungsi Delegasi

Pelimpahan wewenang dalam penetapan dan pembuatan wewenang, fungsi ini memungkinkan anggota kelompok dapat menetapkan suatu keputusan baik melalui persetujuan pimpinan maupun tidak. Penetapan pada fungsi ini mewajibkan pimpinan untuk memilih anggotanya yang dapat dipercaya, serta memilah-milah tugas yang akan dilimpahkan wewenangnya. Fungsi delegasi ini mengunakan asas saling percaya, pemimpin mempercayai orang lain sesuai dengan jabatannya yang akan di berikan wewenangnya, sedangkan yang diperintah wajib menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan.

5) Fungsi Pengendalian

Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah, meskipun dapat juga dilakukan dalam komunikasi dua arah, Fungsi pengendalian dalam kaitan komunikasi satu arah pemimpn berfungsi sebagai pengarah anggotanya agar tujuan bersama dapat dlaksanakan secara efektif, sedangkan dalam komunikasi dua arah dapat melibatkan anggota kelompok

(10)

14

untuk dapat saling berkoordinasi sehingga penyimpangan baik dari pemimpin maupun anggota dapat diminimalisir.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan terbagi menjadi 5 fungsi yaitu :

1) Fungsi Instruktif

Fungsi instruktif ini sangatlah penting bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin mempunyai wewenang mengambil keputusan dan memerintah sehingga harus mempunyai sikap dan keterampilan untuk menggerakkan dan memotivasi angotanya agar mau melaksanakan perintahnya .

2) Fungsi Konsultatif

Fungsi konsultatif merupakan fungsi dua arah, dimana seorang pemimpin dalam mengambil sebuah keputusan mencari

informasi kepada bawahanya, guna mempertimbangkan

keputusan apa yang akan diambil. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki sikap dekat dengan bawahannya dan selalu menyerap aspirasi bawahannya sehingga setiap keputusan yang diambil sesuai kebutuhan dan selalu dapat disempurnakan. 3) Funngsi Partisipasi

Fungsi partisipasi merupakan fungsi dimana seorang pemimpin dapat mengaktifkan angota-angotanya, baik dalam keikutsertaan mengambil bagian dalam kegiatan maupun keputusan akan tetapi tetap terkendali dan terarah. Untuk itu seorang pemimpn harus memberikan motivasi kepada anggotanya untuk melaksanakan tugas sesuai jabatan masing-masing dan tidak mengambil tugas orang lain.

4) Fungsi Delegasi

Fungsi delegasi ini merupakan suatu fungsi dimana seorang pemimpin memberikan/melimpahkan wewenang kepada angotanya. Seorang pemimpin harus memiliki sikap percaya kepada angotanya untuk melakukan tugas yang diberikan. 5) Fungsi Pengendalian.

Didalam fungsi pengendalian ini seorang pemimpin berfungsi sebagai pengarah anggotanya, agar tujuan yang sudah ditetapkan bersama dapat terlaksana dengan efektif. Oleh karena itu

(11)

15

seorang pemimpin harus mampu memberikan bimbingan dan arahan, serta mampu berkoordinasi dan mengawasi anggotanya dalam mewujudkan tujuan bersama.

2.1.3.4 Sikap kepemimpinan

Sikap kepemimpinan merupakan sikap yang dimiliki seorang pemimpin dalam menjalankan sebuah organisasi. Sikap seorang pemimpin akan terlihat dari seberapa besar kemampuannya untuk mengatasi tantangan dan rintangan yang dihadapi seorang pemimpin tersebut. Menurut Ali Umar (2014:31), sikap kepemimpinan merupakan suatu sikap pribadi yang mampu mengembangkan potensi diri, mampu menempatkan diri serta mampu berfikir terbuka dan positif terhadap diri dan lingkungannya. Sedangkan menurut Hadiri (2012:22-23), sikap kepemimpinan merupakan sikap yang muncul ketika terjadi dinamika kepemimpinan, dimana terdapat interaksi satu orang dengan orang lain.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sikap kepemimpinan merupakan sikap pribadi seseorang yang mampu mengembangkan diri, menempatkan diri, mampu berfikir terbuka dan positif dalam berinteraksi dan mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.

2.1.4 Indikator sikap kepemimpinan

Ada beberapa indikator sikap kepemimpinan menurut para ahli.

Hadiri (2012:22-23), mengatakan ada enam (6) indikator sikap kepemimpinan yaitu:

1. Sikap hormat

2. Sikap tanggungjawab 3. Sikap saling menghargai 4. Disiplin

5. Dapat mengarahkan dan diarahkan 6. Sikap jujur.

Selanjutnya Ali Umar (2014:31), berpendapat bahwa indikator sikap kepemimpinan terbagi menjadi 5 yaitu:

(12)

16 1. Jujur atau dapat dipercaya

Kejujuran adalah hal yang sangat pokok dalam kehidupan, karena dengan kejujuran yang melekat pada seseorang akan melekat pula kepercayaan yang akan diberikan oleh pihak lain. Dari kemampuan dapat dipercaya seseorang sebetulnya merupakan awal arah karier seseorang. Selaras dengan Kartono (2014:48), seorang pemimpin harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.

2. Disiplin

Kemampuan yang menunjukkan konsisten dan memiliki komitmen yang tinggi untuk berusaha menyelesaikan segala masalah dengan mengacu pada nilai – nilai disiplin. Disiplin adalah kebiasaan yang akan terbangun menjadi sifat seseorang, adapun nilai – nilai disiplin yang terkait meliputi:

1) Disiplin terhadap fungsi diri.

2) Disiplin terhadap standard an ilmu yang dimiliki. 3) Disiplin melaksanakan perintah atasan.

4) Disiplin tehadap peraturan yang berlaku. 5) Disiplin dalam menggunakan waktu kerja.

Selaras dengan pendapat diatas Kartono (2014:44), menyatakan bahwa, seorang pemimpin harus memiliki keyakinan yang teguh, dia tahu persis kemana arah yang menjadi tujuannya, disiplin terhadap tujuan harus disadari benar dan sangat berguna bagi sebuah organisasi.

3. Terampil

Diperlukan sikap terampil dalam membentuk jiwa kepemimpinan, karena kepemimpinan tidak hanya memerlukan sikap tegas,disiplin, dan jujur. Selaras dengan itu Kartono (2014:94), mengatakan bahwa seorang pemimpin diharapkan dapat terampil mengelola segala kelemahan dan kekuata setiap angotanya, sehingga dapat ditempatkan pada tugas-tugas yang cocok dengan mereka.

(13)

17 4. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah suatu bagian resiko dari suatu perbuatan. Dalam suatu kehidupan bertanggung jawab atas kehidupan yang dipilih adalah suatu tuntutan dalam kehidupan. Tanggung jawab akan terasa indah jika dilalui dan diawali dari jalan yang menurut hati dan akal sehat adalah benar. Karena dari kebenaran inilah suatu pembelajaran kehidupan akan terus berjalan. Keberanian bertanggung jawab seseorang pada dasarnya adalah keberanian seseorang untuk dapat menikmati suatu kehidupan yang enak atau tidak enak. Selaras dengan pendapat diatas Kartono (2014:218), mengatakan bahwa seorang pemimpin itu harus bertanggung jawab dalam segala hal, berkaitan dengan tugas-tugasnya dan peran yang harus dilakukan.

5. Kerjasama

Membangun kemampuan dalam bekerja sama dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok serta berperan aktif sebagai anggota kelompok dalam menyelesaikan pekerjaan adalah suatu kemampuan yang sangat penting. Adapun salah satu ciri orang yang mudah diajak kerjasama adalah yang bersangkutan, disamping banyak ide yang ia sampaikan, ia juga pandai mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain. Kartono (2014:39), mengatakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kecakapan khusus (dengan atau tanpa pengakuan resmi) untuk mempengaruhi suatu kelompok yang dipimpinnya, guna mencapai sasaran tertentu dalam sebuah organisasi.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Sebagai dasar melengkapi dan mempersiapkan penelitin ini maka peneliti mencari bahan acuan yang relevan dalam mendukung penelitian yang dilakukan. Penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

(14)

18

1. Nia Dewi Ratnasari dan Suharningsih (2013) yang berjudul “Hubungan Kegiatan Ekstrakurikuler Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Dengan Kepemimpinan Peserta Didik SMA Kartika IV-3 Surabaya”. Hasil penelitian mengenai hubungan antara ektrakurikuler paskibraka dengan kepemimpinan peserta didik, melalui perhitungan korelasi product moment terdapat korelasi sebesar 0,613. Korelasi ini terbilang sangat kuat karena diantara rentang 0,600-0,799. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi / hubungan yang kuat antara kegiatan ekstrakurikuler dengan sikap kepemimpinan peserta didik.

2. Amir Arjun (2014) dengan judul “Pengaruh kegiatan ektrakurikuler pramuka terhadap sikap kepemimpinan siswa kelas V SD Se Gugus I Kecamatan Sendayu Kabupaten Bantul”. Hasil dari penelitian ini, menunjukkan adanya pengaruh yang positif kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan terhadap sikap kepemimpinan. Koefisien korelasi yang terjadi antara ekstrakurikuler kepramukaan (X) dengan sikap kepemimpinan (Y) dalam penelitian ini sebesar 0,490 dengan arah positif. Oleh karena r hitung 0,490 pada proporsi 0,00<0,05 maka hipotesis alternatif penelitian ini diterima dan hipotesis nihil ditolak.

Berdasarkan dua (2) penelitian di atas, menunjukkan ada hubungan atau pengaruh kegiatan ektrakurikuler paskibra dan pramuka terhadap sikap kepemimpinan siswa. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi program kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra dalam Mengembangkan Sikap Kepemimpinan Siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga Tahun pembelajaran 2017-2018.

(15)

19 2.3 Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori, kegiatan ekstrakurikuler paskibra mempunyai salah satu tujuan yaitu memupuk semangat kepemimpinan siswa dan berdasarkan penelitian terdahulu menunjukan bahwa ada hubungan atau pengaruh kegiatan ekstrakurikuler paskibra terhadap sikap kepemimpinan siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana materi dan pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler paskibra dalam mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, serta faktor pendukung dan penghambatnya.

Gambar 01. Kerangka Pemikiran Penelitian

Implementasi program kegiatan Ektrakurikuler paskibra - Materi / program kerja - Pelaksanaan program kerja - Faktor pendukung

pelaksanaan program kerja - Faktor penghambat

pelaksanaan program kerja

Gambar

Gambar 01.  Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini setelah melalui perjuangan

NUSA INDAH PERKASA TRANSPORTASI JL.I GUSTI NGURAH RAI RT.. NUSA INDAH PERKASA TRANSPORTASI JL.I GUSTI NGURAH

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Hal tersebut menunjukkan bahwa angka asam minyak biji Callophyllum inophyllum dan Ceiba pentandra yang didapatkan pada penelitian ini hanya melebihi sedikit dari

Jadi sesaat setelah terjadi perampasan mesin sepeda motor akan mati secara otomatis dan tidak dapat dihidupkan.Maka dari itu penulis membuat sebuah rancangan

Kerjasama kota Bandung- Kawasaki dalam mewujudkan green city hampir sama dengan beberapa program yang dilakukan oleh Surabaya-Kitakyushu mengenai permasalahan lingkungan di bidang

Langkah-langkah dalam pengecekkan televisi yang rusak adalah sebagai berikut , Pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa bagian catu dayanya, apakah sudah ada tegangan yang