• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP KUANTITAS TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN DI DESA MUNUNGREJO KECAMATAN NGIMBANG KABUPATEN LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP KUANTITAS TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN DI DESA MUNUNGREJO KECAMATAN NGIMBANG KABUPATEN LAMONGAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SURYA

109 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 KABUPATEN LAMONGAN

Lilik Mardiana*, Diah Eko Martini** ABSTRAK

Tidur merupakan prioritas utama bagi bayi, karena pada saat inilah terjadi repair neuro-brain dan kurang lebih 75% hormon pertumbuhan diproduksi. Mengingat akan pentingnya waktu tidur bagi perkembangan bayi, maka kebutuhan tidurnya harus terpenuhi agar tidak berpengaruh buruk terhadap perkembangannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan pijat bayi. Tujuan penelitian ini untuk bertujuan untuk membuktikan bahwa pemijatan dapat meningkatkan kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan di Desa Munungrejo, Kecamatan Ngimbang.

Desain penelitian menggunakan Pra Eksperimen Design dengan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Sampel terdiri dari 18 responden yang dipilih secara Purposive Sampling. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kuantitas tidur bayi. Penelitian ini menggunakan uji statistik Paired t-test (α = 0,05).

Hasil penelitian menunjukkan kuantitas tidur bayi sesudah dilakukan pemijatan lebih tinggi (13,77 jam/hari) daripada sebelum pemijatan (12,42 jam/hari) dengan rerata peningkatan sebesar 1,29 jam/ hari. Hasil uji statistik diperoleh terdapat pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan dengan nilai (p= 0,000).

Dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi. Perlunya peran tenaga kesehatan untuk mengembangkan promosi dan edukasi tentang pijat bayi kepada masyarakat khususnya orangtua untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur bayi

Kata kunci : Pijat bayi, Kuantitas Tidur PENDAHULUAN

Tidur merupakan prioritas utama bagi bayi, karena pada saat inilah terjadi repair neuro-brain dan kurang lebih 75% hormon pertumbuhan diproduksi. Oleh karenanya, kualitas dan kuantitas tidur bayi perlu dijaga. Kualitas dan kuantitas tidur buah hati dapat dilihat dari cara tidurnya, kenyamanan tidur dan pola tidur. Perkembangan tidur bayi berkaitan dengan umur dan maturitas otak, maka jumlah total tidur yang diperlukan berkurang akan

diikuti dengan penurunan proporsi Rapid Eyes Movement (REM) dan nonREM.

Tidur adalah salah satu bentuk adaptasi bayi terhadap lingkungannya. Bayi usia 0-5 bulan akan menjalani hidup barunya dengan 80-90% tidur. Sesaat setelah bayi lahir, ia biasanya tidur selama 16-20 jam sehari yang dibagi menjadi 4-5 periode. Memasuki usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur malam dibanding siang. Seorang bayi yang baru lahir sampai kira-kira usia 3 bulan, akan menghabiskan waktu tidurnya sekitar 15-17 jam, dengan pembagian waktu 8 jam untuk

(2)

SURYA

110 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 tidur siang dan 9 jam untuk tidur malam.

Semakin usia bayi bertambah, jam tidurnya juga semakin berkurang. Pada usia 3-6 bulan jumlah tidur siang semakin berkurang, kira-kira 3 kali dan terus berkurang. Total jumlah waktu tidur berkisar antara 13-15 jam/hari. Pada bayi usia 6 bulan pola tidurnya mulai tampak mirip dengan orang dewasa (Gola, 2009).

Menurut hasil penelitian Sekartini tahun 2004, yang dilakukan di 5 kota yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Palembang dan Batam dengan jumlah responden 385 orang, diperoleh data 51,3% bayi mengalami gangguan tidur, 42% jam tidur malamnya kurang dari 9 jam, terbangun malam hari lebih dari tiga kali dan lama terbangun pada malam hari lebih dari satu jam. Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang pada bulan Oktober 2013, dengan mewawancarai 6 orangtua bayi yang berusia 3-6 bulan, diperoleh data 66,7% mengatakan bahwa bayi sulit untuk tidur malam hari, sering terbangun pada malam hari lebih dari satu jam, total jumlah tidur perhari kurang dari 13 jam, dan hanya 33,3% yang hanya mempunyai jumlah jam tidur normal dengan rata-rata 14 jam perhari. Bayi yang belum mempunyai jam tidur yang cukup, keesokan harinya seringkali menangis dan rewel. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa masih banyak bayi yang belum mempunyai jam tidur yang cukup.

Mengingat akan pentingnya waktu tidur bagi perkembangan bayi, maka kebutuhan tidurnya harus benar-benar terpenuhi agar tidak berpengaruh buruk terhadap perkembangannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan pijatan. Bayi yang dipijat akan dapat tidur dengan lelap, sedangkan pada waktu bangun, daya konsentrasinya akan lebih penuh (Roesli,

2013). Peningkatan kuantitas atau lama tidur bayi yang dilakukan pemijatan disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi serotonin yang dihasilkan pada saat pemijatan (Roesli, 2013). Menurut Guyton (2001), serotonin merupakan zat transmitter utama yang menyertai pembentukan tidur dengan menekan aktivitas sistem pengaktivasi retikularis maupun aktivitas otak lainnya. Menurut Mas’ud (2001), serotonin yang disintesis dari asam amino tripthophan akan diubah menjadi 5-hidroksitriptophan (5HTP) kemudian menjadi N-asetil serotonin yang pada akhirnya berubah menjadi melatonin. Melatonin mempunyai peran dalam tidur dan membuat tidur lebih lama dan lelap pada saat malam hari (Pierpoli dan Regerson, 2005). Hal ini disebabkan karena melatonin lebih banyak diproduksi pada keadaan gelap saat cahaya yang masuk ke mata berkurang (Mas’ud, 2001).

METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra Eksperimen Design dengan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian bayi usia 3-6 bulan di Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan sebanyak 18 bayi. Teknik sampling yang digunakan adalah Non probability dengan teknik purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Satu hari sebelum dilakukan pemijatan peneliti melakukan pretest kuantitas tidur bayi kemudian keesokan harinya dilakukan pemijatan 3x/minggu dalam 2 minggu. Satu hari setelah pemijatan peneliti melakukan postest kuantitas tidur bayi.

(3)

SURYA

111 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 HASIL PENELITIAN

1. Data umum

1) Distribusi Umur bayi

Diagram 1 Distribusi Umur Bayi Umur Di Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan Tahun 2014

Diagram 1 menunjukkan bahwa dari 17 bayi didapatkan hampir sebagian berumur 5 bulan sebanyak 6 responden (35,2%), dan sebagian kecil berumur 4 bulan sebanyak 3 responden (17,6 %).

2) Distribusi Jenis Kelamin bayi

Diagram 2 Distribusi Responden Menurut Umur Di Desa Munungrejo KecamatanNgimbang,

Kabupaten Lamongan Tahun 2014

Diagram 2 menunjukkan bahwa dari 17 bayi didapatkan sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 9 responden (53%), dan hampir sebagian berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 8 responden (47%).

3) Distribusi tingkat Pendidikan Ibu bayi

Diagram 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Responden Di Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan Tahun 2014

Berdasarkan diagram 3 dapat dilihat bahwa hampir sebagian pendidikan ibu responden adalah SMA sebanyak 6 responden (35,4%), dan sebagian kecil berpendidikan SD dan Sarjana masing-masing sebanyak 3 responden (17,6%). 4) Distribusi Pekerjaan Ibu bayi

Diagram 4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Responden Di Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan Tahun 2014.

Diagram 4 menunjukkan bahwa hampir sebagian pekerjaan ibu responden adalah wiraswasta sebanyak 6 responden (35,3%), dan sebagian kecil adalah ibu rumah tangga sebanyak 2 responden (11,8%).

(4)

SURYA

112 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 2. Data Khusus

1) Kuantitas Tidur Bayi Sebelum dan Sesudah Pemijatan

Gambar 5. Distribusi kuantitas tidur bayi sebelum dan sesudah pemijatan Gambar 5 diatas menunjukkan bahwa setelah dilakukan pemijatan hampir seluruh responden mempunyai kuantitas tidur lebih banyak daripada sebelum dilakukan pemijatan. Data diatas diperkuat oleh data yang berada dalam table dibawah ini.

Tabel 6. Distribusi Kuantitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan Sebelum dan Sesudah Pemijatan Di Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang,

Kabupaten Lamongan Tahun 2014 Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa dari 17 responden sebelum dilakukan pemijatan, rerata kuantitas tidur responden adalah 12.42 jam/hari dan sesudah dilakukan pemijatan, rerata kuantitas tidur responden adalah jam 13.78 jam/hari.

Dari hasil uji Paired t-test didapatkan nilai p = 0,00 dimana p < 0,05, sehingga H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6

bulan di Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang.

PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 seperti pada tabel 4.5 diperoleh rerata kuantitas tidur bayi sebelum dilakukan pemijatan adalah 12,42 jam/hari dan sesudah pemijatan adalah 13,77 jam/hari dengan rerata peningkatan 1,29 jam. Hasil uji Paired t-test didapatkan bahwa pemijatan pada bayi dapat meningkatkan kuantitas tidurnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Touch Research Institute Amerika yang menunjukkan bahwa anak-anak yang dipijat selama 2x15 menit setiap minggunya dalam jangka waktu 4 minggu, tidurnya menjadi lebih nyenyak sehingga pada waktu bangun konsentrasinya lebih baik daripada sebelum diberi pemijatan (Roesli, 2013).

Peningkatan kuantitas tidur pada bayi yang diberi pemijatan tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi serotonin yang dihasilkan pada saat pemijatan, disamping itu pada pemijatan juga terdapat perubahan gelombang otak yaitu terjadinya penurunan gelombang alpha dan peningkatan gelombang beta serta theta yang dapat dilihat melalui penggunaan EEG (Elektroensefalografi) (Roesli, 2013). Menurut Guyton (2001), serotonin merupakan zat transmitter utama yang menyertai pembentukan tidur dengan menekan aktivitas sistem pengaktivasi retikularis maupun aktivitas otak lainnya. Menurut Mas’ud (2001), serotonin yang disintesis dari asam amino tripthophan akan diubah menjadi 5-hidroksitriptophan (5HTP) kemudian menjadi N-asetil serotonin yang pada akhirnya berubah menjadi melatonin. Melatonin mempunyai peran dalam tidur dan membuat tidur lebih lama dan lelap pada saat N Min Max Mean

Kuantitas Tidur Pre 17 10.0 0 15.00 12.4206 Kuantitas Tidur Post 17 11.0 0 16.30 13.7765

(5)

SURYA

113 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 malam hari (Pierpoli dan Regerson, 2005).

Hal ini disebabkan karena melatonin lebih banyak diproduksi pada keadaan gelap saat cahaya yang masuk ke mata berkurang (Mas’ud, 2001).

Berdasarkan gambar 3.1 hampir seluruh responden sesudah diberikan pemijatan rerata kuantitas tidur responden mengalami peningkatan. Secara tidak langsung, pemijatan pada bayi memberikan efek yang positif, salah satunya yakni dapat meningkatkan kuantitas tidur bayi. Meskipun demikian, ada sebagian kecil sebanyak 2 responden (11,8%) yang tidak mengalami peningkatan kuantitas tidur, dan bahkan ada 1 responden (5,9%) yang mengalami penurunan kuantitas tidur setelah diberikan pemijatan, hal ini dikarenakan pada saat pengukuran kuantitas tidur, bayi mengalami sakit sehingga kondisi ini bisa mempengaruhi kuantitas bayi.

Terdapat beberapa faktor yang ikut mempengaruhi kuantitas tidur bayi. Faktor tersebut mencakup faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal diantaranya adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang ramai dan tidak kondusif akan mempengaruhi kuantitas tidur bayi tersebut (Rini 2010). Pada penelitian ini faktor lingkungan tidak dikendalikan secara ketat, sehingga menimbulkan pengaruh pula terhadap kuantitas tidurnya. Sedangkan faktor internal diantaranya adalah kondisi kesehatan bayi, pada minggu pertama terdapat satu bayi yang mengalami batuk, tetapi pemijatan tidak dihentikan karena melihat kondisi bayi yang hanya batuk ringan dan masih memungkinkan untuk dilakukan pemijatan.

Kebiasaan minum susu sebelum tidur juga akan berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas tidur bayi. Susu mengandung alfa protein yang dapat meningkatkan kadar triptophan. Triptophan merupakan prekursor

dari hormon melatonin dan serotonin yang bertugas sebagai penghubung antar syaraf (neurotransmitter) serta pengatur kebiasaan (neurobehavioral) yang berpengaruh pada pola kesadaran, persepsi dan rasa sakit juga akan berpengaruh terhadap pola tidur (Widianto, 2006). Pada penelitian ini sebagian bayi mempunyai kebiasaan minum susu sebelum tidur dan sebagian tidak. Oleh karena itu bayi yang sebelum tidur diberikan minum susu, tidurnya akan lebih nyenyak dan lebih lama dibandingkan yang tidak minum susu sebelum tidur. Faktor usia juga berpengaruh terhadap kuantitas tidur bayi. Semakin bertambah usia maka kuantitas tidurnya semakin berkurang. Seorang bayi yang baru lahir sampai kira-kira usia 3 bulan, akan menghabiskan waktu tidurnya sekitar 15-17 jam ada usia 3-6 bulan jumlah tidur siang semakin berkurang, kira-kira 3 kali dan terus berkurang. Total jumlah waktu tidur berkisar antara 13-15 jam/hari. Pada bayi usia 6 bulan pola tidurnya mulai tampak mirip dengan orang dewasa (Gola, 2009).

PENUTUP 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: Kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan sesudah dilakukan pemijatan lebih tinggi (rerata 13,77 jam/hari) daripada sebelum pemijatan (rerata 12,42 jam/hari) dengan rerata peningkatan sebesar 1,29 jam/hari. Sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan di Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan.

(6)

SURYA

114 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 Berdasarkan kesimpulan diatas maka ada

beberapa upaya yang perlu diperhatikan: 1) Bagi Profesi Kesehatan

Petugas kesehatan perlu mengembangkan promosi dan edukasi tentang pijat bayi kepada masyarakat khususnya orangtua untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur bayi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan yang disertai dengan demonstrasi dan pemberian leaflet yang dapat dilakukan melalui posyandu-posyandu oleh petugas kesehatan.

2) Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi ibu bayi untuk belajar tentang pijat bayi sehingga dapat melakukan pijatan kepada bayinya secara benar.

3) Bagi Peneliti yang akan datang Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel dengan jumlah yang lebih besar. Pemberian perlakuan pemijatan hendaknya dilakukan oleh peneliti sendiri agar pemijatan yang dilakukan dapat sama antara bayi yang satu dengan yang lainnya. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menilai kualitas tidur bayi bukan hanya kuantitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Atmaji, W. (2005). Kekurangan Alfa Protein Akan Hasilkan Generasi Kurang Tidur.

http://www.suaramerdeka.com/harian /0509/05ragam4.htm, diakses tanggal 23 Oktober 2013.

Brainbridge, N & Health, A. (2001). Baby Massage (Kekuatan Menenangkan Dari Sentuhan). Jakarta : Dian Rakyat

Conny, Tanjung M.F, Rini Sekartini. Masalah Tidur Pada Anak. Sari Pediatri ; vol 2 (3) : 138-142. 2004 Eberlein Tamara, (2002). Selamat Tidur,

Balitaku:Kiat-Kiat Mengantar Anak Anda Tidur. Bandung:Mizan Pustaka Field, T.M; Dieter, J.N.I; Hernandez, M.R;

Emory E.K; Redzepi, M. (2003). Stable Preterm Infants Gain More Weight and Sleep Less After Five Days of Massage Therapy, Journal of Pediatric Psychology. Vol.28 no.6, hal.403- 411.

Gola, G. (2009). Ayo Bangun! Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta : Penerbit Hikmah.

Guyton, A.C. (2001). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Harley, S. (2003). Tangan-Tangan Lembut: Pijatan Sehat Untuk Anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan Dan Analisis Data. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hurlock, E.B. (2002). Psikologi

Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Mas’ud, I. (2001). Fisiologi : Persepsi Kerja Otak. Malang : UM Press Malang. Mindell, Jodi A. Phd. (2010). Berapa Lama

Si Kecil Membutuhkan Waktu Tidur? http://keluargasehat.wordpress.com/2 010/05/17/berapa-lama-si-kecil-membutuhkan-waktu-tidur-2/. Diakses tanggal 29 Januari 2014 Notoatmojo, Soekidjo. (2002). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian

(7)

SURYA

115 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 Keperawatan. Jakarta : PT Salemba

Medika

Pierpolli, W; William R. (2005). The Melatonin Miracle.USA: Simon dan Schuster Inc.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Proses, Dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Prasetyono. (2009). Teknik-Teknik Tepat Memijat Bayi Sendiri. Yogyakarta: Penerbit DIVA Press.

Riamelani. (2006). Pijat Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Bayi. http://riamelani.multiply.com/journal /item/6. Diakses tanggal 15 Nopember 2013

Roesli, Utami. (2013). Pedoman Pijat Bayi. Edisi Revisi. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Santi, Enindya. (2012). Buku Pintar Pijat Bayi Untuk Tumbuh kembang Optimal Sehat dan Cerdas. Yogyakarta: Pinang Merah Publisher. Sekartini, Rini. (2010). Pentingnya Pola Tidur Berkualitas Untuk Bayi. http://www.

mentorhealthcare.com/news.php?nID =92&action+detail. Diakses tanggal 22 September 2013

Setiadi, (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono, (2006). Statitska Untuk Penelitian. Bandung: Alfaveta

Surinah. (2009). Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Widodo, Dwi Putro. Taslim, S Soetomenggolo. (2000). Perkembangan Normal Tidur Pada Anak Dan Kelainannya. Sari Pediatri ; Vol. 2 (3) : 139-145.

Yudana, I.G.A. (2007). Tidurlah Agar Tak

“Hilang” Ingatan.

http://www.kompas.com/kesehatan/ne ws/0303/25/005341.htm. Diakses tanggal 23 Oktober 2013

Gambar

Gambar 5.  Distribusi  kuantitas  tidur  bayi  sebelum dan sesudah pemijatan  Gambar  5  diatas  menunjukkan  bahwa  setelah  dilakukan  pemijatan  hampir  seluruh  responden  mempunyai  kuantitas  tidur  lebih  banyak  daripada  sebelum  dilakukan  pemija

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka kerja sama transmigrasi tahun 2012 sebagaimana butir 2, telah disampaikan surat Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta kepada Bupati

yang sudah menjadi kebutuhan, maka dibutuhkan sistem informasi berbasis aplikasi android agar memudahkan pengumpulan basis data yang mudah, cepat dan akurat yang

4.1 Indonesian women travel writers’ experiences shared in The Naked Traveler Anthology.. In this sub-chapter, I will discuss women’s experiences in The

a) First, the qualitative method fits for what are the problems the research wants to investigate, that the use of role playing is to help students to increase their

Melalui sosiologi musik, proses tersebut dapat dilihat dengan cara melihat bentuk-bentuk praksis musikal Al-Asyik yang juga merupakan bagian dari budaya musikal religius di

terdapat tiga jenis interaksi yang perlu diketahui oleh para praktisi PTJJ, yaitu interaksi antara mahasiswa-materi bahan ajar, interaksi antara mahasiswa-tutor,

senyawa aktif gaultherin dari daun gandapura melalui penerapan teknologi ekstraksi akan dilaksanakan oleh tim dari Perguruan Tinggi bersama Kelompok Tani Rukun,

selaku dosen pembimbing II Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Segenap dosen Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala