i
TRIGLISERIDA DARAH TIKUS JANTAN GALUR
Sprague dawley YANG DIINDUKSI
STREPTOZOTOSIN
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Hasna Aqilah
NIM 11151030000078
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa.
1.
Laporan penelitianini
menrpakan hasil karya asli saya yang diajukantrrtuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata
I
di UIN Syari f Hidayatullah Jakarta.2.
Semua sumber yang saya canttrmkan sesuai dengauHidayatullah Jakarta
gunakan dalam penulisan
ini
telah saya ketentuan yang berlakudi
UIN
Syarif3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya ataumerupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasna Aqilalr Ciputat, 05 September 2018
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAT]N BINAHONG TERI{ADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH TIKUS JANTAN GALUR SpTague
duwley YANG IIIINDLIKSI STREFTOZOTO$IN
Laporan Penelitiatr
Diajukan kepada Program studi Kedskteran, Fakultas Kedokteran untuk
Memenuhi Persl,aratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked)
Oleh H3sna Aqilqh NIM: I1151030000078
Pembirnbing I
tlr. M. Djauhari Widjajateusuurah, AIF, PFK.
NIP- - NrP. 19671 I 19200501 2001
PR
OGR{M
STUDIKEDOKTERAN
FAKULTAS
KEDOKTERAF{UNIYERSITAS
ISLAM
NEGERI
SYARIF
ITII}AYATTILLAH
JAKARTA
1439 W20r8
M
ut
Laporan Penelitian berjudul PENGARUH EKSTRAK ETANOL DALN BINAHONG (Anredera cordifolia) TBRI{ADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH TIKUS JANTAN GAI,UR Sprague dawlep, YANG DIINDUKSI
STREPTOZOTOSIN
yang
diajukan
oleh
Hasna
Aqilah
(NIM:I1151030000078), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada 05
September 2018. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Ciputat, 05 $eptember ?018
DEWAN PENGUJT
Ketua Sidang
dr. M. Djauhari Widjajakusumafu, AIF, PFK. NIP. .
dr. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK.
NTP.
-dr" Hari H-endarto, Fh.F.. $p,FD-EEMD., Ph,D,, FINASIM, r\ilF. 1q65 I I ?32003 1 ?1003 PIMPINAN FAHTILTAS
ffiifi$tan
FK ulN-sH,Yfufifr,"
laUl}Iendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD., PhiD., FINASIM" Ituprodi PSK€dffi
dr. Aclunad Zaki, M.Epid., Sp.OT
NrP. 1 978050720050 1 1 005
tv Penguji I
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia) terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Jantan Galur Sprague dawley yang Diinduksi Streptozotosin” untuk menyelesaikan studi sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih penulis sampaikan kepada dr. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK dan Ibu Nurlaely Mida R., M. Biomed, DMS, selaku dosen pembimbing skripsi, atas bimbingan dan saran-saran yang sangat berharga selama proses penelitian, pengumpulan data hingga penulisan laporan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak Drs. Minjali AS dan Ibu Dra. Gustinaningsih, atas doa dan dukungan yang telah diberikan, serta kepada semua kakak, atas semangat, masukan juga doanya hingga saya mampu mengerjakan skripsi ini dengan baik Elli Rahmawati, S.Pd., M.Si., Amalia Dianah, S.K.Pm., M.Si., Hatfina Dini, S.E., Azwar Gani Sopian, S.T., Mahdi Karim, S.T., Prianka Adi Iradati, S.T., Faqih Alhaq, S.Hum., dan Faruq Aziz. Juga kepada keponakan tersayang, Muhammad Rais Syamil dan Fatih Adwa Filardi. Ungkapan Terima kasih turut penulis sampaikan kepada keluarga besar Yayasan Al Umanaa, Sukabumi, atas segala dukungan yang diberikan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada teman seperjuangan riset, atas motivasi dan kerjasamanya dalam kesuksesan proses penelitian Naura Nazhifah Bakri, Qotrun Nada dan Rafika Astarina, serta seluruh teman program studi kedokteran angkatan 2015 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Ciputat, 05 September 2018
vi
ABSTRAK
Hasna Aqilah. Program Studi Kedokteran. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia) Terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Jantan Galur Sprague dawley yang Diinduksi Streptozotosin. 2018.
Anredera cordifolia (Binahong) merupakan salah satu jenis tanaman yang
memiliki efek anti hiperglikemia dan anti hiperlipidemia. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun Binahong per oral terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan Sprague dawley yang diinduksi streptozotosin secara intraperitoneal. Tikus dinyatakan diabetes melitus (DM) jika kadar glukosa darah mencapai ≥200 mg/dl. Sampel pada penelitian terdiri dari 24 tikus yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (tanpa perlakuan), kelompok kontrol positif (DM) dan kelompok perlakuan (DM dan diberi ekstrak etanol daun Binahong 100 mg/kgBB selama 14 hari). Data dianalisis dengan uji statistik ANOVA untuk membandingkan pengaruh terhadap hasil intervensi yang dilakukan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Anredera
cordifolia tidak signifikan menurunkan kadar trigliserida darah (p=0,898).
Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun Anredera cordifolia dengan dosis 100 mg/kgBB/hari per oral selama 14 hari tidak memiliki efek penurunan kadar trigliserida darah.
Kata kunci: Binahong, Anredera cordifolia, Diabetes, Trigliserida Darah, Sprague
vii
ABSTRACT
Hasna Aqilah. Medical Study Program. The Effect of Ethanol Extract of Binahong (Anredera cordifolia) Leaves on Level of Triglyceride in Blood of Male Rats Sprague dawley Streptozotocin-induced. 2018.
Anredera cordifolia (Binahong) is a kind of the plant that has anti-hyperglycemia and anti-hyperlipidemia effect. This study was conducted to determine the effect of ethanol Binahong extract orally on blood triglyceride levels of male Sprague dawley rats were induced by intraperitoneal streptozotocin. Rats declared diabetes mellitus (DM) when blood glucose levels reach ≥200 mg/dl. The sample consisted of 24 rats devided into 3 groups, namely a negative control group (without treatment), a positive control group (DM) and a treatment group (DM and given the ethanol extract of Binahong leaf 100 mg/kgBB for 14 days). Data were analyzed by ANOVA statistic test to compare the effect. Statistical analysis showed that giving Anredera cordifolia extract was not significantly lowering blood triglyceride levels (p=0.898). The conclusion of this research is the extract of ethanol leaves of Anredera cordifolia with dose of 100 mg/kgBB/day per oral for 14 days is not able to decrease blood triglyceride levels.
Keywords: Binahong, Anredera cordifolia, Diabetes, Blood Triglycerides, Sprague dawley
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK…….. ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR SINGKATAN ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 2 1.3.Hipotesis ... 2 1.4.Tujuan Penelitian ... 2 1.4.1 Tujuan Umum ... 2 1.4.2 Tujuan Khusus ... 3 1.5.Manfaat Penelitian ... 3 1.5.1 Bagi Peneliti ... 3 1.5.2 Bagi Institusi ... 3 1.5.3 Bagi Masyarakat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Landasan Teori ... 4 2.1.1. Insulin ... 4 2.1.2. Metabolisme Makronutrien ... 6 2.1.3. Diabetes Melitus ... 01 2.1.4. Streptozotosin ... 01 2.1.5. Daun Binahong ... 06 2.2. Kerangka Teori ... 20 2.3. Kerangka Konsep ... 21 2.4. Definisi Operasional ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23
3.1.Desain Penelitian ... 23
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
3.3.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 42
ix
3.4.1. Alat ... 25
3.4.2. Bahan ... 25
3.4.3. Adaptasi Hewan Coba ... 25
3.4.4. Induksi dengan Streptozotosin ... 25
3.4.5. Pemberian Ekstrak Etanol Daun Binahong ... 25
3.4.6. Pengukuran Sampel ... 26
3.5.Pengolahan dan Analisa Data ... 26
Alur Penelitian ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1. Hasil Penelitian ... 28
4.1.1. Gambaran Umum Sampel Penelitian ... 28
4.1.2. Hasil Pengukuran Trigliserida Darah ... 29
4.2. Pembahasan ... 30
4.3. Keterbatasan Penelitian ... 31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
x
DAFTAR SINGKATAN
AGEs : Advanced Glycation End Products
AMPK : Adenosine – monophosphate - activated Protein Kinase
FFA : Free Fatty Acid
GDS : Glukosa Darah Sewaku HDL : High Density Lipoprotein HLA : Human Leucocyte Antigen IDL : Intermediate Density Lipoprotein
ip : intraperitoneal
LDL : Low Density Lipoprotein
NO : Nitrit Oksida
OGA : O-GlcNAcase
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia ROS : Reactive Oxygen Species
TG : Trigliserida
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 2.1 Klasifikasi etiologi diabetes melitus ... 11 2.2 Kandungan fitokimia ekstrak etil asetat daun Binahong ... 17 3.1 Kondisi dan Perlakuan Sampel ... 23
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Pelepasan insulin oleh sel beta pankreas ... 5
2.2 Struktur triasilgliserol ... 7
2.3 Regulasi penyimpanan triasilgliserol ... 7
2.4 Komposisi lipoprotein ... 8
2.5 Mekanisme insulin pada jaringan lemak, otot dan hati ... 9
2.6 Mekanisme insulin pada sel target ... 10
2.7 Struktur Kimia Streptozotosin ... 14
2.8 Kadar glukosa darah dan insulin setelah injeksi STZ ... 15
2.9 Mekanisme toksisitas STZ ... 16
2.10 Tanaman binahong (Anredera cordifolia) ... 17
4.1 Diagram batang rata-rata kadar trigliserida darah setelah pemberian ekstrak daun Binahong ... 29
6.1 Surat keterangan sehat hewan ... 37
6.2 Hasil determinasi / identifikasi bahan uji ... 38
6.3 Surat pengujian ekstrak ... 39
6.4 Sampel (Tikus Jantan Sprague dawley) ... 42
6.5 Penimbangan berat badan ... 42
6.6 Pengenceran streptozotosin dalam dapar sitrat pH 4,5 dengan aquades ... 42
6.7 Induksi Streptozotosin ... 42
6.8 Pelarutan esktrak ... 42
6.9 Pemberian ekstrak etanol daun Anredera cordifolia ... 42
6.10 Pengambilan darah untuk pengukuran glukosa dan trigliserida darah... 43
6.11 Pengukuran glukosa darah dengan glukometer merek Gluco dr ... 43
6.12 Pengukuran trigliserida darah dengan pengukur kadar lipid merek Lipid pro43 6.13 Streptozotocin ... 43
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Keterangan Sehat Hewan ... 37
Hasil Determinasi / Identifikasi Bahan Uji ... 38
Surat Pengujian Ekstrak ... 39
Pembuatan Ekstrak oleh Balitro ... 40
Analisa Data ... 41
Gambar Proses Penelitian ... 42
Cara Perhitungan ... 44
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang serius, terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula atau glukosa darah) atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah salah satu dari empat prioritas penyakit tidak menular.1 International Diabetes Federation (IDF) menyatakan
bahwa sekitar 5 juta orang berusia antara 20 dan 79 tahun meninggal karena diabetes pada tahun 2015, setara dengan satu kematian setiap enam detik. Diabetes menyumbang 14,5% dari semua penyebab kematian global dalam kelompok usia ini. Pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke tujuh untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan estimasi penderita diabetes sebesar 10 juta orang.2
Pada penderita DM terjadi disfungsi sel beta pankreas.3 Resistensi insulin yang terjadi pada DM menyebabkan peningkatan lipolisis lemak jaringan adiposa. Asam lemak bebas dan gliserol dari hasil proses pencernaan selanjutnya dibawa ke hati dan akan menjadi simpanan trigliserida.4 Dengan demikian disfungsi sel beta pankreas yang berdampak pada resistensi insulin juga akan mempengaruhi peningkatan trigliserida.5 Penatalaksaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktifitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.3 Pengobatan dengan menggunakan berbagai jenis tanaman obat telah banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia mengingat keyakinannya mengenai efek samping yang lebih ringan dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal.
Binahong (Anredera cordifolia) merupakan salah satu jenis tanaman yang digunakan masyarakat Indonesia untuk mengobati berbagai penyakit.6 Penelitian sebelumnya oleh Dwintha Lestari dkk (2016), menyatakan bahwa fraksi etil asetat
dari ekstrak etanol daun Binahong (Anredera cordifolia) dengan dosis 50 mg/kgBB sampai 200 mg/kgBB efektif untuk menurunkan kadar trigliserida tikus jantan galur wistar hiperlipidemia.8
Dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan efek suatu obat terhadap penyakit dapat menggunakan hewan tikus. Untuk membuat agar tikus sehat menjadi tikus DM dapat diinduksi dengan bahan kimia diabetogenik. Streptozotosin (STZ) serta aloksan merupakan bahan yang paling banyak digunakan. Karena sifat kimia dan stabilitasnya, STZ merupakan bahan pilihan untuk induksi yang dapat direkonstruksi dari keadaan metabolik diabetes pada hewan-hewan percobaan.9
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak daun Binahong terhadap kadar glukosa dan trigliserida darah yang dilakukan pada tikus DM yang telah diinduksi dengan STZ.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah:
Apakah ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) memberikan pengaruh terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan Sprague dawley DM yang diinduksi STZ?
1.3. Hipotesis
Pemberian ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar trigliserida darah tikus jantan Sprague dawley DM yang diinduksi STZ.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh ektrak daun Binahong (Anredera cordifolia) terhadap kadar trigliserida darah tikus DM yang diinduksi STZ.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Memperoleh gambaran kadar trigliserida darah pada tikus yang tidak DM.
2. Memperoleh gambaran kadar trigliserida darah pada tikus yang telah diinduksi STZ.
3. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun Binahong (Anredera cordifolia) dengan dengan dosis 100 mg/kgBB selama 14 hari terhadap kadar trigliserida darah tikus DM yang diinduksi STZ.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Peneliti
1. Mendapatkan pengalaman dalam penelitian terutama dengan metode eksperimental.
2. Menambah pengetahuan mengenai tanaman herbal terutama yang mempunyai pengaruh menurunkan kadar trigliserida darah.
1.5.2. Bagi Institusi
Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih dalam bagi peneliti yang lain.
1.5.3. Bagi Masyarakat
Menjadi sumber informasi bagi masyarakat tentang kegunaan ekstrak daun Binahong sebagai agen penurunan kadar lipid darah pada pasien diabetes, dan menjadi pengobatan herbal sebagai salah satu pencegah atau alternatif pengobatan dari penyakit diabetes.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Insulin
Insulin merupakan hormon polipeptida. Bentuk aktif dari insulin terdiri dari dua rantai polipeptida (rantai A dan rantai B) dihubungkan oleh dua ikatan disulfida. Insulin disintesis sebagai preprohormon yang diubah di dalam retikulum endoplasma kasar menjadi proinsulin. Kemudian diangkut dalam mikrovesikel menuju kompleks Golgi. Ia meninggalkan kompleks Golgi di vesikel, dimana protease menghilangkan C-peptide yang tidak aktif secara biologis dan beberapa sisa kecil lainnya sehingga menghasilkan pembentukan insulin aktif secara biologis.10
Sekresi insulin oleh sel beta pankreas diinduksi oleh meningkatnya kadar glukosa darah. Ketika kadar glukosa darah mencapai sekitar 80 mg/dl, glukosa masuk melalui protein transporter spesifik yang dikenal sebagai glucose
transporter-2 (GLUT-2). Glukosa difosforilasi melalui aktivitas glukokinase
dalam membentuk glukosa 6 - fosfat yang dimetabolisme melalui glikolisis, siklus asam sitrat serta fosforilasi oksidatif. Reaksi-reaksi tersebut menghasilkan peningkatan kadar adenosine triphosphate (ATP) dalam sel beta. Ketika rasio [ATP]/[ADP] pada sel beta meningkat, aktivitas saluran K+ATP
dihambat (saluran ditutup). Penutupan saluran ini mengarah ke depolarisasi membran yang mengaktifkan saluran voltage-gated Ca2+ sehingga terjadi peningkatan Ca2+ intraseluler secara signifikan. Peningkatan Ca2+ intraseluler merangsang terjadinya eksositosis vesikel-vesikel yang membawa insulin, menghasilkan sekresi insulin (Gambar 2.1).10
Gambar 2.1 Pelepasan insulin oleh sel-beta pankreas
Sumber: Berny & Levy, 5th Ed
2.1.1.1. Efek Metabolisme Insulin
Insulin berperan dalam penyimpanan glukosa sebagai glikogen dalam hati dan otot, konversi glukosa menjadi triasilgliserol di hati dan penyimpanannya di jaringan adiposa serta penyerapan asam amino dan sintesis protein pada otot rangka.10 Pada kondisi kenyang, kadar insulin meningkat sebagai respon terhadap kadar glukosa darah yang besar. Insulin meningkatkan ambilan glukosa darah dan pemanfaatannya dalam jaringan. Pada keadaan puasa, insulin yang rendah dan tingkat glukagon tinggi memfasilitasi glukoneogenesis hati dan glikogenolisis (pemecahan glikogen), dengan demikian dapat menurunkan sintesis glikogen sehingga mencegah hipoglikemia.11
2.1.2. Metabolisme Makronutrien
Makronutrien dapat diklasifikasikan sebagai karbohidrat, lemak dan protein.12 Selama proses pencernaan, makronutrien diuraikan menjadi subunit-subunit yang lebih kecil dan dapat diserap yaitu protein diubah menjadi asam amino, kompleks karbohidrat menjadi monosakarida (terutama glukosa), dan trigliserida (TG) (lemak makanan) menjadi monogliserida dan asam lemak bebas. Unit-unit yang dapat diserap ini dipindahkan dari lumen saluran cerna ke dalam darah, baik langsung atau melalui pembuluh limfe. Setelah diabsorpsi, subunit organik ini terus-menerus dipertukarkan antara darah dan sel tubuh untuk dimetabolisme.13
Selama keadaan absorptif setelah makan, nutrien yang diserap dan berlebihan serta tidak segera digunakan untuk menghasilkan energi atau sintesis protein akan disimpan dalam jumlah terbatas sebagai glikogen di hati dan otot, tetapi umumnya sebagai TG di jaringan lemak. Selama keadaan pasca-absorptif ketika tidak ada nutrien baru yang masuk ke darah, simpanan glikogen dan TG dikatabolisme untuk membebaskan glukosa dan asam lemak ke dalam darah. Jika dibutuhkan, protein tubuh diuraikan, membebaskan asam amino untuk diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis). Jaringan yang tidak bergantung pada glukosa beralih ke asam lemak sebagai bahan bakar metabolik sehingga glukosa disisakan hanya untuk otak.13
Trigliserida adalah lemak utama makanan manusia, yang terdiri dari tiga asam lemak yang diesterifikasi menjadi gliserol (Gambar 2.2). Produk degradasinya adalah asam lemak bebas dan 2-monoasilgliserol. Keduanya dihasilkan oleh pencernaan yang dikemas dalam misel, sebuah mikrodroplet kecil yang diemulsi oleh garam empedu. Misel bergerak ke mikrovili pada permukaan sel epitel usus dimana selanjutnya akan diserap oleh usus halus. Dalam sel epitel usus, asam lemak dan 2-monoasilgliserol dikondensasi oleh reaksi enzimatik dalam retikulum endoplasma halus untuk membentuk TG.10
Gambar 2.2 Struktur triasilgliserol
Sumber: Marks, 2013
Di dalam darah TG bersama dengan protein dan fosfolipid membentuk kilomikron, yang merupakan partikel lipoprotein yang tidak mudah larut dalam air (Gambar 2.3).11 Setelah semua kilomikron dikeluarkan dari pembuluh limfe maka sebagian besar dari seluruh lipid dalam plasma berada dalam bentuk lipoprotein.
Gambar 2.3 Regulasi Penyimpanan Trigliserida
Lipoprotein merupakan partikel kecil yang jauh lebih kecil daripada kilomikron, tetapi secara kualitatif mirip dalam komposisi, mengandung trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan protein.12 Terdapat empat jenis utama lipoprotein yang diklasifikasikan berdasarkan kepadatannya, yaitu very low density lipoprotein (VLDL), Intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL) dengan
komposisi dari masing-masing lipoprotein dijelaskan dalam Gambar 2.4.12
Gambar 2.4 Komposisi lipoprotein
Sumber: Ganong, 2012
Insulin memiliki peran penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah serta mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut. Terdapat empat peran insulin yaitu mempermudah transpor glukosa ke dalam sebagian besar sel, merangsang glikogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa, di sel otot rangka dan hati), menghambat glikogenolisis (penguraian glikogen menjadi glukosa) serta menghambat glukoneogenesis (perubahan asam amino menjadi glukosa di hati) (Gambar 2.5).13
Gambar 2.5 Mekanisme insulin pada jaringan lemak, otot dan hati
Sumber: Marks, 2013
Insulin merupakan satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah. Insulin mendorong penyerapan glukosa oleh sebagian besar sel melalui rekrutmen transporter glukosa. Pengangkutan glukosa dari darah ke dalam sel dilaksanakan oleh suatu pembawa membran plasma yang dikenal sebagai glucose transporter (GLUT).13 GLUT-1 berfungsi memindahkan glukosa menembus sawar darah otak, GLUT-2 memindahkan glukosa yang masuk ke sel ginjal dan usus ke aliran darah sekitar melalui pembawa kotransporter glukosa dan natrium, GLUT-3 merupakan pengangkut utama glukosa ke dalam neuron, dan GLUT-4 sebagai transporter yang bertanggung jawab atas sebagian besar penyerapan glukosa oleh mayoritas sel tubuh. GLUT-4 adalah satu-satunya jenis transporter yang berespon terhadap insulin.13,14 Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan lemak menggunakan GLUT-4, mengalami metabolisme untuk sintesis trigliserida, serta menghambat lipolisis (Gambar 2.6).13
Gambar 2.6 Mekanisme insulin pada sel target
Sumber: Robbins, 2005
2.1.3. Diabetes Melitus
Diabetes melitus yaitu terjadinya disfungsi sel beta pankreas.3 Sebagai akibatnya, kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemia) menjadi ciri khas yang berkembang dari gangguan ini.15
2.1.3.1. Klasifikasi Diabetes Melitus
Terdapat dua jenis diabetes melitus berdasarkan patogenesisnya, yaitu diabetes melitus tipe 1 yang membentuk sekitar 10% semua kasus diabetes, ditandai oleh kurangnya sekresi insulin dan diabetes melitus tipe 2, dengan sekresi insulin yang mungkin normal atau bahkan meningkat, tetapi sel sasaran insulin kurang peka terhadap hormon ini dibandingkan dengan sel normal. Sembilan puluh persen penderita diabetes mengalami diabetes melitus tipe 2.13
Berikut klasifikasi diabetes berdasarkan etiologi3:
Tabel 2.1 Klasifikasi etiologis diabetes melitus
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut
- Autoimun - Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain - Defek genetik fungsi sel beta - Defek genetik kerja insulin - Penyakit eksokrin pankreas - Endokrinopati
- Karena obat atau zat kimia - Infeksi
- Sebab imunologi yang jarang
- Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
DM gestasional
Sumber: PERKENI, 2015
2.1.3.2. Patofisiologi
Diabetes melitus tipe 1 (DM1) ditandai oleh adanya kerusakan luas pada sel beta pankreas, yang mensintesis dan melepaskan insulin. Bentuk yang paling umum adalah diabetes melitus tipe 1a yaitu kerusakan yang timbul disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh seseorang melalui serangan antibodi. Penyebab serangan ini yang terjadi masih belum jelas. Pada tipe 1b, kerusakan sel beta disebabkan oleh mekanisme non imun. Faktor lingkungan dianggap masih memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan diabetes melitus tipe 1. Beberapa jenis infeksi virus telah terlibat dalam memicu kerusakan karena reaksi autoimun pada sel beta, termasuk rubella congenital, cytomegalovirus, gondong dan virus
Epstein-Barr. Predisposisi genetik terhadap kondisi ini dapat diprediksi dengan adanya set penanda genetik tertentu yang disebut human leucocyte
antigen (HLA) subregio DR3 dan DR4.15,16
Rusaknya sel beta pankreas pada proses autoimun DM1 terjadi melalui tahap pengolahan dan presentasi autoantigen oleh APC (Antigen
Precenting Cell) yang akan mengaktivasi sel T-helper 1 (Th1) dan 2
(Th2). Aktivasi dari Th1 akan menstimulasi pengeluaran IFN-γ yang akan mengaktivasi makrofag dengan melepaskan IL-1 dan TNF-α. Th1 juga menstimulasi IL-2 yang mengaktivasi autoantigen sel T sitotoksik (CD8). Sedangkan aktivasi Th2 akan menstimulasi pengeluaran IL-4 sehingga limfosit B teraktivasi untuk menghasilkan autoantibodi sel-sel pulau pankreas dan antibodi antiGAD65. Dengan demikian, seluruh proses ini akan berujung pada kerusakan sel beta yang menurunkan sekresi insulin.16
Diabetes melitus tipe 2 (DM2) tidak sama halnya dengan DM1, penderita DM2 dapat mensintesis dan mengeluarkan insulin, tetapi sensitivitas sel sasaran terhadapnya berkurang. DM2 juga ditandai dengan adanya perubahan sensitivitas jaringan perifer, seperti sel otot, jaringan lemak dan hepar terhadap sinyal insulin. Kelainan tersebut dikombinasikan dengan pengaruh lingkungan, seperti obesitas, yang kemudian dari keduanya menghasilkan mekanisme patofisiologi dasar diabetes melitus tipe 2 yaitu resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin oleh sel-sel beta pankreas. Secara normal akan terjadi pengaktifan proses kompensasi terkait sekresi insulin pankreas. Ketika sensitivitas insulin menurun, pelepasan insulin meningkat untuk menjaga homeostasis glukosa. Defisit insulin menghasilkan penurunan transportasi glukosa ke dalam sel-sel tubuh sehingga terjadi peningkatan glukosa darah (hiperglikemia).15,16,17
Terjadinya hiperglikemia, dengan sendirinya dapat menyebabkan gejala akibat hipoosmolalitas darah. Selain itu, terjadi glikosuria karena kapasitas ginjal untuk reabsorpsi glukosa terlampaui. Ekskresi molekul glukosa aktif secara osmotik menyebabkan hilangnya air yang banyak dan juga kehilangan Na+ dan K+. Setiap gram glukosa yang disekresikan,
menyebabkan kehilangan 4,1 kkal dari tubuh sehingga menginduksi terjadinya polifagia. Besarnya cairan yang keluar dari tubuh menyebabkan dehidrasi yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena berkurangnya volume darah secara mencolok. Kegagalan sirkulasi ini, jika tidak diperbaiki dapat menyebabkan kematian karena berkurangnya aliran darah ke otak atau gagal ginjal sekunder akibat kurangnya tekanan filtrasi.13
Kelainan utama metabolisme lemak pada pasien diabetes adalah percepatan katabolisme lipid, dengan peningkatan pembentukan badan keton serta penurunan sintesis asam lemak dan trigliserida. Konversi glukosa menjadi asam lemak menurun karena defisiensi glukosa intraseluler. Insulin menghambat hormon sensitif lipase dalam jaringan adiposa. Dengan tidak adanya hormon ini, tingkat plasma asam lemak bebas (FFA= Free Fatty Acid) lebih dari dua kali lipat. Di hati dan jaringan lain, asam lemak dikatabolisme menjadi asetil-KoA. Kelebihan asetil-KoA diubah menjadi badan keton. Pada keadaan diabetes yang tidak terkontrol, konsentrasi trigliserida, kilomikron dan FFA plasma meningkat dan plasma sering mengalami lipemik. Kenaikan konstituen ini terutama karena penurunan trigliserida ke simpanan lemak. Penurunan aktivitas lipoprotein lipase berkontribusi pada penurunan ini.16
2.1.4. Streptozotosin
Streptozotosin (STZ) merupakan obat induksi permanen diabetes. Disintesis dari turunan kotoran mikroba Streptomyces achromogenes (bakteri Gram positif) dengan spektrum luas dari sifat bakteri tersebut. Struktur molekul STZ sama seperti 2-deoxy-D-glucose dengan adanya pergantian pada C2 menjadi grup N-methyl-N-nitrosourea, yang merupakan bagian sitotoksik
Gambar 2.7 Struktur Kimia Streptozotosin
Sumber: Lenzen S. 2008
2.1.4.1. Mekanisme Diabetogenik STZ
Hewan pengerat (tikus, hamster) dan beberapa mamalia lainnya (monyet dan kelinci) sensitif terhadap STZ dan akan menginduksi diabetes. STZ secara selektif masuk ke dalam sel beta melalui afinitas rendah dari transporter glukosa GLUT-2 di membran plasma. Karena sifat hidrofiliknya menyebabkan STZ tidak bisa berdifusi bebas menembus membran plasma sel beta. Karena struktur kimia STZ yang mirip dengan struktur glukosa, maka STZ masuk ke dalam sel beta melalui GLUT-2. Hepatosit dan sel tubulus ginjal juga mengekspresikan transporter GLUT-2 dan rentan terhadap STZ. Hal ini menyebabkan dapat terjadinya kerusakan ginjal dan hati pada model diabetes yang diinduksi STZ. STZ menghambat produksi insulin karena secara selektif menghancurkan sel beta dengan menyebabkan kematian sel (nekrosis). Sel endokrin non-beta di pulau pankreas seperti α dan δ serta sel parenkim ekstra pankreas tetap dalam keadaan utuh yang menunjukkan sifat selektif sel beta STZ.20
Gambar 2.8 Kadar glukosa darah dan insulin setelah injeksi STZ
Sumber: Sameel N. Goyal, 2016
Terdapat beberapa mekanisme toksisitas sel beta oleh STZ, yakni karbamoilasi dan alkilasi terhadap komponen sel, pelepasan nitrit oksida (NO), pembangkitan radikal bebas dan stres oksidatif serta inhibisi terhadap O-GlcNAcase (OGA) (Gambar 2.9). STZ merupakan alkilasi genotoksik agen yang tinggi, yang dapat menyebabkan kerusakan seluler meliputi pemecahan struktur DNA dan segera menyebabkan kematian sel. Potensi radikal NO STZ memediasi terjadinya destruksi sel beta pankreas melalui rusaknya DNA. Setelah dua jam injeksi STZ, NO yang terlepas berjalan di sel beta pakreas tikus. NO tersebut terlepas akibat meningkatnya akifitas guanilil siklase dan formasi cGMP, yang merupakan karakteristik utama pada NO dalam melaksanakan fungsi biologi.
Beberapa studi menunjukkan bahwa hiperglikemia yang terjadi pada diabetes induksi STZ berhubungan dengan meningkatnya bentuk dari
Reactive Oxygen Species (ROS) dan kerusakan oksidatif pada komponen
jaringan. Stres oksidatif pada hewan diabetes induksi STZ berhubungan dengan auto-oksidasi glukosa, glikasi protein, pembentukan produk glikasi
dan jalur poliol yang menghasilkan radikal bebas. STZ secara spesifik membunuh sel-sel dengan menginhibisi OGA. O-GlcNAcase merupakan glikosida hidrolase yang memecah beta-O-linked GlcNAc (N-acetyl
glucosamine (O-GlcNAc)) dari modifikasi protein sitosol sel beta selama
modifikasi pasca-translasi protein untuk menghasilkan keamanan dan kualitas baik bagi fungsi protein. Penghambatan terhadap OGA menyebabkan akumulasi protein-protein berbahaya dan mengarahkan aktivasi jalur stres pada apoptosis sehingga merusak sel beta pankreas.20
Gambar 2.9 Mekanisme toksisitas STZ
Sumber: Goud, Jayasimha Businesi. 2015
2.1.5. Daun Binahong
Anredera cordifolia (Binahong) merupakan salah satu tanaman yang
memiliki manfaat dalam mengobati banyak penyakit. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa daun Binahong dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus jantan putih DM. Selain itu daun ini juga dapat menurunkan kadar lipid darah serta dapat mengobati diare dan sebagai insektisida. Di Indonesia Binahong memang belum banyak dikenal oleh masyarakat, tanaman ini dikenal sebagai gondola yang sering digunakan sebagai gapura melingkar di atas jalan suatu taman dan dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis.25,37 Bagian dari tanaman ini yang dapat digunakan adalah daun, batang, akar, dan bunga. Daun menjadi bagian yang paling sering digunakan sebagai obat herbal, berbentuk bulat telur sampai suborbicular, panjang 5-10 cm, lebar 1,5-5,5 cm, dan sedikit berdaging.6,21,22 Tanaman Binahong dikenal dengan nama lain gulf
Taksonomi tanaman21: Kingdom (Plantae) Divisio (Angiospermae) Kelas (Dicotyledoneae) Ordo (Caryophyllales) Familia (Basellaceae) Genus (Anredera Juss.)
Spesies (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.)
Gambar 2.10 Tanaman Binahong (Anredera cordifolia)
Sumber: Xu, Zhenghau. 2017
Berikut kandungan kimia yang terdapat pada daun Binahong24:
Kandungan Kimia Hasil
Alkaloids - Flavonoids + Saponins + Tanins - Quinones - Sterols + Volatile oil - Coumarine +
Tabel 2.2 Kandungan fitokimia ekstrak etil asetat daun Binahong
Selain kandungan flavonoid, saponin, sterol dan kumarin (coumarine), daun Binahong mengandung senyawa fitol, 2 - metil 5H - dibenzibflazepin, neofitadin, dan fitol asetat.7 Senyawa fitol dapat menurunkan kadar glukosa darah dan tingkat AGEs (Advanced glycation end-products). Fitol menghambat aktivitas insulin kinase yang menyebabkan cacat pada transduksi sinyal, seperti translokasi transporter glukosa dan transportasi glukosa ke dalam sel. Dilakukan dengan menstimulasi sekresi insulin oleh sel beta pankreas menurunkan glukosa darah dan kadar AGEs.7 Penelitian lain menunjukkan bahwa fitol meningkatkan pola abnormal sekresi insulin di sel β pankreas dan langsung meningkatkan rekrutmen GLUT-4 melalui aktivitas Adenosine –
monophosphate - activated Protein Kinase (AMPK).27
Flavonoid memiliki aktivitas pembersih radikal bebas (antioksidan). Pada esktrak metanol dan etil asetat, senyawa ini lebih poten aktivitasnya sebagai antioksidan ketika digabungkan dengan ekstrak n-hexane dan n-butanol.26 Aktivitas antioksidan dalam flavonoid akan membantu menurunkan kondisi lanjut dari hiperglikemia pada pembuluh darah besar maupun kecil, yaitu menurunkan kadar glukosa dan trigliserida darah. Efek antioksidan ekstrak daun Binahong dapat dikatakan cukup baik dengan persentase penurunan kadar glukosa darah sebesar 82,90 %.7
Saponin berfungsi juga untuk menurunkan kadar glukosa darah. Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat aktivitas enzim α-glukosidase (enzim yang bertanggung jawab pada pengubahan karbohidrat menjadi glukosa). Enzim α-glukosidase memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian diserap oleh usus sehingga berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. Ketika enzim ini dihambat maka akan membantu menghambat peningkatan glukosa darah setelah makan.3,28
Senyawa sterol yang secara kimia menyerupai kolesterol, bekerja dengan menghalangi penyerapan makanan dan kolesterol endogen yang berasal dari usus. Namun sterol tidak memiliki efek yang kuat dalam menurunkan trigliserida darah.29 Senyawa lainnya yaitu kumarin, memiliki efek terapeutik terhadap diabetes dan komplikasinya dengan cara memperbaiki sel beta
pankreas, meningkatkan sinyal insulin serta sebagai anti inflamasi dan antioksidan. Komponen-komponen dari senyawa kimia kumarin memiliki berbagai mekanisme dalam menjalankan fungsinya yaitu menghambat produksi AGEs serta mengubah aktivitas enzim utama dari metabolisme karbohidrat sehingga dapat membantu mengobati hiperglikemia dan hiperlipidemia.30
2.2. Kerangka Teori Keterangan: = Diteliti = Berpengaruh = Menghambat = Tidak diteliti Anredera cordifolia (Binahong) Kumarin Flavonoid Menghambat aktivitas enzim α-glukosidase Saponin Fitol Menghambat peningkatan glukosa darah setelah makan Antioksidan ↓ ROS ↓ AGEs Aktivasi AMPK ↑ rekrutmen GLUT-4
↓ absorbsi glukosa intrasel Hiperglikemia ↓ sintesis LPL ↓ lipolisis pada kilomikron dan VLDL ↑ trigliserida pada kilomikron & VLDL Hipertrigliseridemia ↑ lipolisis trigliserida di adiposit ↑ FFA ↑ VLDL Faktor Resiko
Genetik Life Style ↑ asupan glukosa maupun lemak
Resistensi insulin Kerusakan sel β pankreas ↓ insulin Induksi Streptozotosin Alkilasi DNA Pelepasan NO Radikal Bebas Inhibisi O-GlcNAcase ↑ glukagon DM ↑ trigliserida di hepar
2.3. Kerangka Konsep Keterangan: = Diteliti = Berpengaruh = Menghambat = Tidak diteliti Diabetes Melitus hiperglikemia ↑ trigliserida
↓ glukosa darah ↓ trigliserida
Binahong (Anredera
2.4. Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara Pengukuran Skala
Pengukuran
Trigliserida Komponen lemak makanan dengan satuan kadar mg/dl (Sherwood, 2016).
Strip dan alat pengukur kadar lipid (merek Lipid Pro)
Darah yang diambil dari ekor sampel diteteskan pada strip pengukur kadar lipid, lihat hasil
pengukuran pada angka yang tertera di alat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan adalah experimental.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi di Animal House, Laboratorium Biologi, Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Kertamukti No. 05 Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2018.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan hewan sebagai percobaan. Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus jantan putih Sprague dawley usia 12 minggu dengan berat badan 120-160 gram yang didapatkan dari IRATco, Animal Facility and
Modelling Provider, Institut Pertanian Bogor.
Sampel penelitian dibagi menjadi tiga kelompok dengan kondisi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kondisi dan Perlakuan Sampel
Kelompok DM/tidak Perlakuan
Kontrol negatif Tidak DM Tanpa perlakuan
Kontrol positif DM Tanpa perlakuan
Perlakuan DM Ekstrak daun Binahong (Anredera
cordifolia) dengan dosis 100 mg/kgBB
Jumlah sampel yang digunakan didasari dari penghitungan menggunakan rumus Mead’s resource equation method sebagai berikut31:
10 ≥ (N-1) – 0 – (3-1) 20 ≤ (N-1) – 0 – (3-1)
10 ≥ N – 1 – 2 20 ≤ N – 1 – 2
10 ≥ N – 3 20 ≤ N – 3
N ≥ 13 N ≤ 23
Keterangan:
E = Derajat kebebasan komponen kesalahan, (10-20) N = Jumlah sampel dalam penelitian (dikurangi 1)
B = Blocking component menggambarkan pengaruh lingkungan yang diperbolehkan dalam penelitian
T = Jumlah kelompok perlakuan (dikurangi 1)
Berdasarkan rumus tersebut dibutuhkan jumlah minimal sampel 13 ekor tikus dan jumlah maksimal sampel 23 ekor tikus. Maka diperlukan minimal 5 ekor tikus dan maksimal 8 ekor tikus pada setiap kelompok. Dalam upaya menghindari kejadian yang tidak terduga, digunakan jumlah maksimal ekor tikus dari perhitungan rumus ini. Sehingga secara keseluruhan diperlukan 24 ekor tikus.
3.3.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi sampel yang masuk ke dalam kelompok kontrol negatif dan kelompok DM. Sampel yang tidak diinduksi STZ dan memiliki kadar glukosa darah < 200 mg/dl masuk ke dalam kelompok kontrol negatif sedangkan sampel yang dilakukan induksi STZ dan memiliki kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl masuk ke dalam kelompok DM. Untuk kriteria eksklusi adalah sampel yang mati dan sampel yang diinduksi STZ namun tidak memiliki kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl setelah tiga kali pengukuran.
3.4. Cara Kerja Penelitian
3.4.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah strip glukosa dan glukosameter, strip dan alat pengukur profil lipid (merek Lipid pro), spuit 1 cc dan 3 cc, timbangan berat badan, vortex, tabung mikro, mikro pipet, tabung falcon 15 ml, sonde, kandang tikus, alcohol swab, botol minuman serta tempat makanan tikus.
3.4.2. Bahan
Bahan yang digunakan meliputi daun Binahong sebanyak 1 kg yang dijadikan ekstrak dengan pelarut etanol 70 % oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Bogor, sehingga diperoleh ekstrak etanol daun Binahong sebanyak 159,8 gram. Diperlukan juga streptozotosin, dapar sitrat pH 4,5, sukrosa 20%, akuades serta etil eter untuk proses pengambilan darah.
3.4.3. Adaptasi Hewan Coba
Adaptasi pada hewan coba meliputi adaptasi terhadap tempat tinggal baru, makanan, serta minumannya yang berlangsung selama 14 hari.
3.4.4. Induksi dengan Streptozotosin
Setelah masa akhir adaptasi, tikus kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan diinduksi dengan Streptozotosin 50 mg/KgBB secara intraperitoneal (ip) yang tepat dilakukan pada hari ke-15. Setelah 4 hari dari penginduksian (hari ke-19) dilakukan pengukuran kadar glukosa darah sewaktu (GDS). Jika kadarnya mencapai ≥ 200 mg/dL maka akan digunakan sebagai sampel tikus kategori DM.32
3.4.5. Pemberian Ekstrak Etanol Daun Binahong
Pemberian ekstrak etanol daun Binahong dilakukan pada tikus yang telah dikatakan DM selama 14 hari (hari ke-20 hingga hari ke-33). Ekstrak dilarutkan dalam aquades, diberikan secara oral menggunakan sonde sebanyak 1 ml dengan dosis 100 mg/KgBB/hari.
3.4.6. Pengukuran Sampel
Pengukuran trigliserida dilakukan pada hari terakhir pemberian ekstrak yaitu pada hari ke-33 dari total pelaksanaannya penelitian. Tikus dianestesi menggunakan eter kemudian diambil darah dari ekor menggunakan spuit 3 cc. Darah yang didapat diteteskan pada strip pengukur profil lipid dan diukur dengan alat ukur (merek Lipid Pro).
3.5. Pengolahan dan Analisa Data
Uji statistik yang digunakan adalah uji post hoc T test untuk menilai perbandingan kelompok perlakuan dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Uji
Shapiro-wilk digunakan untuk menilai normalitas data. Jika data terdistribusi
normal dilakukan uji Levene untuk menilai homogenitas data dan jika tidak terdistribusi normal, dilakukan transformasi data. Hasil transformasi data yang normal kemudian dilanjutkan dengan uji one way ANOVA dan jika hasil tetap tidak normal maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis yang keduanya berfungsi untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antara ketiga kelompok.
Alur Penelitian
(Hari ke 16-17)
Kelompok kontrol positif :
Pemberian makan dan minum (sukrosa 20%) ad libitum dan
bedding
(Hari ke 16-17)
Kelompok perlakuan :
Pemberian makan dan minum (sukrosa 20%) ad libitum dan
bedding
(Hari ke-18)
Makan dan minum ad libitum dan bedding
(Hari ke-18)
Makan dan minum ad libitum dan bedding
(Hari ke-19)
- Pengukuran glukosa darah dan berat badan
- Makan dan minum ad
libitum dan bedding
(Hari ke-19)
- Pengukuran glukosa darah dan berat badan
- Makan dan minum ad
libitum dan bedding
(Hari ke 19-32)
- Sonde oral Ekstrak Anredera
cordifolia 100 mg/kgBB/hari
- Pemberian makan dan minum
ad libitum dan bedding
(Hari ke 19-32)
Makan dan minum ad libitum dan bedding
(Hari ke 16-32)
Makan dan minum ad
libitum dan bedding
(Hari ke 33)
Pengukuran glukosa darah dan trigliserida
Pembagian kelompok tikus
(Hari ke-15)
Kelompok kontrol negatif: - Pengukuran berat badan
- Pemberian makan dan minum ad libitum dan bedding
(Hari ke-14)
Pengukuran glukosa darah tikus
(Hari ke-1)
- Tikus tiba di animal house - Pengukuran berat badan tikus
(Hari ke-15) - Pengukuran berat badan
- Induksi STZ dalam dapar sodium sitrat pH 4,5
- Makan dan minum ad libitum dan bedding
(Hari ke 1-14)
- Adaptasi 2 minggu - Penempatan kandang serta
pemberian makan dan minum ad
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Sampel Penelitian
Penelitian ini membahas tentang pengaruh ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) terhadap kadar trigliserida darah pada tikus jantan
Sprague dawley yang diinduksi STZ.
Pada penelitian ini menggunakan 24 sampel tikus jantan dan dibagi secara acak menjadi 8 ekor tikus per kelompok. Setelah diadaptasi, dilakukan pengukuran kadar GDS sampel. Sampel dengan kadar GDS tinggi digunakan untuk kelompok kontrol positif dan perlakuan. Pada seluruh sampel kelompok tersebut dilakukan penyuntikan STZ secara ip yang dilanjutkan dengan pemberian sukrosa 20% ad libitum selama satu hari tepat setelah induksi STZ. Pemilihan sampel kelompok kontrol positif dan perlakuan ini dilakukan dengan harapan kadar GDS semua sampel pada kedua kelompok tersebut akan lebih dari 200 mg/dl dan dapat digunakan pada penelitian. Setelah terjadi peningkatan GDS ≥ 200 mg/dl, tikus kelompok perlakuan diberi ekstrak Binahong dengan dosis 100 mg/kgBB/hari selama 14 hari. Penentuan sampel yang masuk dalam kedua kelompok tersebut tidak dipilih secara acak. Hal ini dilakukan karena sebaran kadar GDS sampel yang telah diinduksi STZ tersebut sangat lebar, sehingga dikhawatirkan tikus dengan kadar GDS di atas 500 mg/dl tidak akan bertahan hingga 14 hari kemudian. Dengan alasan inilah, dipilih tikus dengan kadar GDS yang tinggi untuk dijadikan sampel kelompok perlakuan.
Setelah dilakukan pemberian ekstrak selama waktu tersebut, jumlah hewan yang tersisa adalah 15 ekor, terdiri dari masing-masing 5 ekor pada setiap kelompok (kontrol negatif, kontrol positif dan perlakuan). Sembilan ekor tikus mati setelah dilakukan pemberian STZ dan selama
proses penelitian berlangsung. Kematian hewan penelitian diduga akibat efek toksisitas STZ serta kondisi tempat yang mempengaruhi rentannya terserang penyakit maupun stres.
4.1.2. Hasil Pengukuran Trigliserida Darah
Pada penelitian ini diamati kadar trigliserida darah pada tikus setelah perlakuan yaitu hari ke-14. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut didapatkan rata-rata kadar trigliserida darah dari masing-masing kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan perlakuan adalah 91,6 mg/dl, 91,6 mg/dl dan 83,2 mg/dl (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Hasil Analisa Data Trigliserida Setiap Kelompok Perlakuan
n Rerata ± s.d (mg/dl) p
GDS Kontrol Negatif 5 91,6 ± 31,1
Kontrol Positif 5 91,6 ± 31,7 0.898
Perlakuan 5 83,2 ± 14,3
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, diperoleh data nilai signifikansi 0,898 yaitu lebih dari batas kritis (p>0,05), maka tidak ada perbedaan yang bermakna antar kelompok terhadap kadar trigliserida darah ini sehingga selanjutnya tidak perlu dilakukan uji lanjutan. Kadar trigliserida darah kelompok perlakuan setelah diberikan ekstrak Binahong memiliki nilai rata-rata paling rendah dari kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Dengan hasil analisa data tersebut, nilai kadar trigliserida darah kelompok perlakuan yang lebih rendah dari kedua kelompok lainnya dapat dikatakan hanyalah kebetulan. Maka dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) dengan dosis 100 mg/kgBB/hari selama 14 hari tidak dapat menurunkan kadar trigliserida darah pada tikus jantan Sprague dawley DM.
4.2. Pembahasan
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
Sprague dawley berusia 12 minggu. Tikus sering digunakan dalam penelitian.
Tidak menggunakan jenis kelamin betina karena memiliki kondisi hormonal yang sangat berfluktuasi pada saat mulai beranjak dewasa, sehingga dikhawatirkan akan memberi respon yang berbeda serta dapat memengaruhi hasil penelitian.33 Dalam efek penyuntikan dengan STZ, tikus jantan cenderung lebih rentan terhadap respon diabetes yang dihasilkan. Penurunan sensitivitas yang dialami oleh tikus betina dapat dikaitkan dengan kemampuan estradiol untuk melindungi sel β pankreas dari apoptosis yang disebabkan oleh stress oksidatif.20
Tikus mempunyai daya tahan terhadap penyakit dan cukup agresif dibandingkan dengan galur lainnya.34 Kondisi diabetes didapatkan dengan induksi STZ (ip) dosis tunggal 50 mg/kgBB. Jika kadar GDS ≥ 200 mg/dl maka tikus sudah mengalami diabetes.35
Antibiotik streptozotosin merupakan alkilasi genotoxik agen tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan seluler meliputi pemecahan struktur DNA yang akan secepatnya menyebabkan kematian sel. Potensi radikal NO streptozotosin memediasi terjadinya destruksi sel β pankreas melalui rusaknya DNA. Hiperglikemik ini juga berhubungan dengan meningkatnya bentuk dari Reactive
Oxygen Species (ROS) dan kerusakan oksidatif pada komponen jaringan. Stres
oksidatif dari induksi streptozotosin berhubungan dengan auto-oksidasi glukosa, glikasi protein, pembentukan produk glikasi dan jalur poliol yang menghasilkan radikal bebas. Penghambatan terhadap O-GlcNAcase dari streptozotosin pun menyebabkan akumulasi protein-protein berbahaya dan mengarahkan aktivasi jalur stres pada apoptosis sehingga merusak sel β pankreas. Tingginya kadar GDS pada kelompok kontrol positif dan perlakuan setelah diinduksi STZ diduga karena kerusakan sel β pankreas tersebut sehingga kadar insulin dalam pembuluh darah menurun.
Pada Tabel 4.1 didapatkan hasil signifikansi (p>0,05) yang berarti perbedaan rata-rata kadar trigliserida darah pada ketiga kelompok tidak bermakna walaupun pada kelompok perlakuan kecenderungannya menurun. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Dwintha Lestari dkk (2016), pemberian ekstrak daun Binahong dengan dosis yang sama 100 mg/kgBB selama 21 hari mampu menurunkan kadar trigliserida darah.36 Perbedaan hasil tersebut kemungkinan disebabkan oleh teknik pengukuran TG yang berbeda dengan sensitivitas pembacaan yang berbeda pula. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan dosis 100 mg/kgBB selama 14 hari belum cukup waktu untuk menurunkan kadar TG darah.
Dalam pengaruhnya terhadap penurunan kadar trigliserida darah, ekstrak daun Binahong memiliki kandungan senyawa flavonoid, fitol dan kumarin yang bersifat antioksidan sebagai hipolipidemik. Sehingga diharapkan ekstrak daun Binahong dapat menurunkan kadar trigliserida darah dengan mempertimbangkan kembali pengaruh internal maupun eksternal terhadap penelitian itu sendiri.7,26,29,30
4.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan beberapa keterbatasan penelitian sebagai berikut:
1. Distribusi sampel belum dilakukan secara merata.
2. Penyebab kematian akibat tikus yang sakit karena infeksi masih belum dapat diminimalisir disebabkan tikus tidak ditatalaksana dengan baik. 3. Alat pengukur profil lipid (merek Lipid Pro) yang digunakan memiliki
harga yang mahal sehingga belum bisa meneliti lebih banyak variasi (waktu dan dosis) terhadap kadar trigliserida.
4. Belum memandingkan pengaruh ekstrak dengan dosis yang beragam. 5. Belum membandingkan pengaruh ekstrak dengan obat yang juga memiliki
efek antiglikemik dan antilipidemik.
6. Belum membandingkan pengaruh ekstrak dengan perbedaan lama waktu perlakuan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan uji statistik dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Pemberian ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) dengan dosis 100 mg/kgBB selama 14 hari tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar trigliserida darah tikus DM yang diinduksi STZ dengan diperoleh angka p>0,05 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara ketiga kelompok.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia) terhadap kadar glukosa darah dan trigliserida pada tikus DM, saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Menambah variasi waktu ataupun dosis yang diberikan dengan harapan memperoleh hasil yang lebih akurat.
2. Dapat membandingkan hasil penelitian dengan obat antidiabetik ataupun antilipidemik.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Global Report on Diabetes. France: Worls Health Organization. 2016.
2. International Diabetes Federation (IDF). IDF Diabetes Atlas Seventh
Edition. US: International Diabetes Federation, 2015.
3. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI; 2015.
4. Beaudry JL, Riddell MC. Effects of glucocorticoids and exercise on
pancreatic â -cell function and diabetes development. Diabetes Metab Res
Rev. 2012; 28: 560–73.
5. PERKENI. Konsensus Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta: PERKENI. 2012.
6. Paju, N., Yamlean, P. V.Y., Kojong N. Effectiveness Binahong leaf extract
ointment (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) test in rabbits (Oryctolagus cuniculus) were infected with the bacteria Staphylococcus aureus.
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. 2013; 2(1):51-61.
7. Nurtika. Uji Antidiabetik Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Aloksan. Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
Surakarta. 2017.
8. Lestari D, Sukandar EY, Irda F. Anredera cordifolia Leaves Fraction as
an Antihyperlipidemia. Ajpcr. 2016;9 (6):13628.
9. Basu, Samar., Wiklund, Lars., Studies on Experimental Model. London: Humana Press. 2011.
10. Smith, Colleen M., Allan D. Marks, M.A. Lieberman, Dawn B. Marks, and Dawn B. Marks. Marks’ Basic Medical Biochemistry: a clinical
approach. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2013.
11. Kumar V, Abbas A.K, Fausto N., Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease. 8th ed. Philadelphia, USA: Elsevier Saunders. 2010.
12. Guyton, A. C. Hall, J. E. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders. 2006.
13. Sherwood, Lauralee. Human Physiology From Cells to Systems. 9th ed. New York: Thompson Learning-Brooksdale Cole. 2016.
14. Murray, Robert K. Harper’s Illustrated Biochemistry. 26th ed. United States: The McGraw-Hill Companies. 2003.
15. Bullock, S. and Hales, M. Principles of Pathophysiology. Australia: Pearson Australia. 2013.
16. McCance, Kathryn L., Sue E. Huether, Valentina L. Brashes, Neal S. Rote.
Pathophysiology: The Biologic Basis for Disease in Adults and Children.
6th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier. 2010.
17. VanMeter, Karin., Hubert, Robert J., Gould, Barbara E. Gould’s
Pathophysiology for the Health Professions. 4th ed. US: Saunders Elsevier. 2011.
18. Ganong, W.F. Review of Medical Physiology. 24th ed. New York: McGraw Hill. 2012.
19. Chang, Albert Y. Diani, Arthur R. Diabetes and Atherosclerosis Research, The Upjohn Company, Kalamazoo, Michigan 49001. 1985.
20. Goud, B.J., Dwarakanath, V., Chikka, B.K. Streptozotocin – a
Diabetogenic Agent in Animal Models. International Journal of Pharmacy
& Pharmaceutical Research 3(1). 2015.
21. Xu, Zhenghao. Deng, Meihua. Identification and Control of Common
Weeds: Volume 2. China: Zhejiang University Press. 2017.
22. Kottaimuthu, R., Ganesan and R. Vijayan. Anredera cordifolia (Tenore)
Steenis (Basellaceae) - a New Record for India. Departement of Botany,
The American College, Madurai. Elixir Bio Diversity. 40 (2011) 5517-5518.
23. Integrated Taxonomic Information System. Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. US: ITIS. 2018.
24. Djamil, Ratna. Wahyudi P., Wahono S., Heri A. Phytochemical and
Biological Screening of Anredera cordifolia (Ten)Steenis Leaves using Artemia salina (Brine Shrimp Test). The 2nd Penang International Conference For Young Chemists (Penang ICYC). 2008.
25. Wahyuni, Sri. Yasa, I Wayan Putu Sutirta. Administration of Binahong
(Anredera Cordifolia (Ten) Steenis) Leaves Extract Fixes Pancreatic β-cell Damage through Lowering Blood Glucose and Advanced Glycation End Products (AGEs) Level in Hyperglcemic Wistar Rat. JGPT
06(9):05-09. 2017.
26. Djamil, Ratna., Wahyudi PS., Wahono S., M. Hanafi. Antioxidant Activity
of Flavonoid from Anredera cordifolia (Ten) Steenif Leaves. IRJP 2012, 3
(9).
27. Matsuda, Hiroko. Effects of Dietary Phytol on Glucose Uptake and Insulin
Secretion in Vitro and in Vivo. FNCR 2018, 1(1): 29-37.
28. Makalalag, Indri Wirasuasty. Wullur, Adeanne. Wiyono, Weny. Uji
Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia Steen.) Terhadap Kadar Gula Darah Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi-Unsrat 2013, 2(1).
29. Law, Vivian WY. Journoud, Melanie. Jones, Peter JH. Plant Sterols are
Efficacious in Lowering Plasma LDL and Non-HDL Cholesterol in Hypercholesterolemic Type 2 Diabetic and Nondiabetic Persons. AJCN
2005, 81 (6).
30. Li, Hanbing. Yao, Yuanfa. Li, Linghuan. Coumarins as Potential
Antidiabetic Agents. JPP 2017, 69 (10).
31. Mead, R. The Design of Experiments. New York: Cambridge University Press. 1988.
32. Winarsi, Hery. Ekstrak Daun Kapulaga Menurunkan Indeks Atherogenik
dan Kadar Gula Darah Tikus Diabetes Induksi Alloxan. Agritech 2013, 33
(3).
33. Kesenja, R. Pemanfaatan Tepung Buah Pare (Momordica charantia I.)
Kadar Glukosa Darah pada Tikus Diabetes Mellitus [Skripsi]. Bogor:
Institus Pertanian Bogor. 2005.
34. Harkness, J.E., Wargnes, J.E. Biology and Medicine of Rabbits and
Rodents. Philadelphia: Lea and Fabriger. 1983.
35. Qinna, Nidal A. Badwan, Adnan A. Impact of Streptozotocin on Altering
Normal Glucose Homeostasis during Insulin Testing in Diabetic Rats Compared to Normoglycemic Rats. Drug Des Devel Ther 2015:9
2515-2525.
36. Lestari D, Sukandar EY, Irda F. Anredera cordifolia leaves extract as an
anti-hyperlipidemia and endothelial fat content reducer in wistar rat. Int J
Pharm Clin Res 2015;7(6):435-9.
37. Manoi F. Binahong Anredera cordifolia) sebagai Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 2009, 15(1): 3-5.
38. Cefalu, Wiliiam T. Standards of Medical Care in Diabetes. USA: American Diabetes Association. 2017.
39. Berne, Robert M. Levy, Matthew N. Koeppen, Bruce M. Stanton, Bruce A. Berne & Levy Physiology, Ed. 5th. Philadelphia, PA: Mosby/Elsevier 2014.
40. Lenzen S. The Mechanisms of Alloxan and Streptozotocin Induced
Diabetes. Diabetalogia 2008, 51:216-26.
41. Goyal, Sameer N. Reddy, N. Madhava. Challenges and Issues with
Streptozotocin-induced Diabetes – A clinically Relevant Animal Moden to Understand the Diabetes Pathogenesis and Evaluate Therapeutics.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Sehat Hewan
Gambar 6.1 Surat keterangan sehat hewan
Lampiran 2 Hasil Determinasi / Identifikasi Bahan Uji
Lampiran 3 Surat Pengujian Ekstrak
Lampiran 4 Pembuatan Ekstrak oleh Balitro
Ekstrak dibuat menggunakan alat evaporator dengan sistem kerja penguapan langsung.
Operasional ekstraksi:
1. Bahan serbuk ditimbang (serbuk daun Binahong 1 kg) 2. Memasukan ke dalam wadah
3. Memasukan perlarut etanol 60% 4. Aduk/stiler, mikser selama 3 jam 5. Mengendapkan selama 24 jam
6. Setelah 24 jam, pagi harinya disaring pakai kertas saring
7. Hasil saringan baru dimasukan ke dalam labu gelas evaporator dengan suhu 50˚C sampai penguapan selesai
8. Hasil ditimbang kembali
Lampiran 5 Analisa Data Hasil SPSS Trigliserida
a. Uji Normalitas Trigliserida Darah
b. Uji Homogenitas Trigliserida Darah
Test of Homogeneity of Variances
Trigliserida
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.632 2 12 .548
c. Uji One Way ANOVA Trigliserida
ANOVA
Trigliserida
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .003 2 .001 .109 .898 Within Groups .159 12 .013 Total .162 14 Tests of Normality Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Trigliserida 1 .242 5 .200* .832 5 .145
2 .241 5 .200* .826 5 .131
3 .212 5 .200* .918 5 .518
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 6 Gambar Proses Penelitian
Gambar 6.7
Induksi Streptozotosin
Gambar 6.6
Pengenceran streptozotosin dalam dapar sitrat pH 4,5
Gambar 6.8
Pelarutan Ekstrak
Gambar 6.5
Penimbangan Berat Badan
Gambar 6.9
Pemberian ekstrak etanol daun
Anredera cordifolia
Gambar 6.4
(lanjutan)
Gambar 6.11
Pengukuran glukosa darah dengan glukometer merek Gluco dr
Gambar 6.13
Streptozotocin
Gambar 6.12
Pengukuran trigliserida darah dengan pengukur kadar lipid merek Lipid pro
Gambar 6.14
Sukrosa 20%
Gambar 6.10
Pengambilan darah untuk pengukuran glukosa dan trigliserida darah
Lampiran 7 Cara Perhitungan
1. Dosis induksi streptozotosin,
- Dosis yang digunakan 50 mg/kgbb
- Dosis untuk tikus dengan rerata berat badan 170 g sebanyak 7 ekor tikus:
Konsentrasi obat = untuk membuat dosis pada masing-masing tikus dengan rerata berat badan 170g adalah 0,2 ml
- Dosis untuk tikus dengan rerata berat badan 200 g sebanyak 9 ekor tikus:
Konsentrasi obat = untuk membuat dosis pada masing-masing tikus dengan rerata berat badan 200g adalah 0,2 ml
-
- Kebutuhan untuk 16 ekor tikus:
Streptozotosin 59,5 + 90 = 149,5 mg Dapar sitrat pH 4,5 1,12 + 1,44 = 2,56 mg
- Maka untuk 149,5 mg STZ dibutuhkan 2,56 ml dapar sitrat sebagai pelarut.
Dapar sitrat pH 4,5 untuk 9 ekor V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 50 = 1,8 ml × 10 mg
V1 × 50 = 18 ml
V1 = 0,36 ml
1,8 – 0,36 = 1,44 ml Dapar sitrat pH 4,5 untuk 7 ekor
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 42,5 = 1,4 ml × 8,5 mg
V1 × 42,5 = 11,9 ml
V1 = 0,28 ml
2. Dosis pemberian ekstrak
- Dosis 100 mg/kgBB dengan rata-rata berat badan tikus 200 gr 100 mg/0,2 kgBB = 20 mg/ekor
- Konsentrasi esktrak = 154,8 gr/175,9 ml = 0,88 gr/1 ml = 880 mg/1 ml
- Pengenceran dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 880 mg = 8 ml × 20 mg
V1 × 880 = 160 ml
V1 = 0,18 ml
Jumlah aquades = 8 ml – 0,18 ml =7,82 ml.
Jadi untuk 8 ekor tikus yang diberi perlakuan ekstrak etanol daun
Lampiran 8 Riwayat Penulis Identitas Diri
Nama : Hasna Aqilah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 01 Desember 1997
Agama : Islam
Alamat : Jalan Pelabuhan II, Km. 10 Cikaret, RT: 001/RW: 014, Desa Kebonmanggu, Kec. Gunungguruh, Kab. Sukabumi, Prov. Jawa Barat (43156)
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
- 2002-2003 : TK Lingga - 2003-2008 : SDN Ciriung 03
- 2008-2009 : SDIT Tarbiyatun Nisaa Bogor - 2009-2012 : SMP PGRI 1 Cibinong - 2012-2015 : SMAN 1 Cibinong
- 2009-2015 : Pondok Pesantren Modern Al Umanaa - 2015-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta