• Tidak ada hasil yang ditemukan

JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAM BAHASA MUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAM BAHASA MUNA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAM BAHASA MUNA

O L E H

Dr. NURHAYATI, M. Hum. Dosen Fakuitas Sastra Unhas

Disajikan daiam Kongres Internasional Bahasa-bahasa Sulawesi Tenggara Di Bau-Bau Buton tanggal, 19 - 20 Juli 2010

(2)

Mail (psmelayuunhas) htÇ://id.mg60.mail.yahoo.corn/dc/launch?.gx=l&Tand=3vjg517hf9n26

Y A H O O ! , , M A I L

I H D C M E S I A

Cek Email | Tulis j I

Cari Email...

Or-Email Masuk (1) Draft (3) Email Keluar

Spam (5) Kosongkan Sampah Kosongkan

Halo, Pusat Studi Melayu Cffline Sign Out Yahoo!

A p a yang Baru Email Masuk 104email R e : Abstrak Makalah

j Hapus Balas TerusKan j Spam i Pindah Ke j Cetak j ] Tindakan

Re: Abstrak Makalah

Dari: Kantor Bahasa Sultra <Kbris_sultra@/al'oo corn> © Tambah ke Kontak Kepada: Pusat Studi Mdayu Unhas <p5rrBlayu_unhas@yahoo.com>

Mail di Ponsel | Cpsi | Bantuan

Kam, 3 Juni, 201Q 12:13:14

Aplikasi Fotoku

Hal : Pengumuman seleksi abstrak Yth. Dr. Hj. Nurhayati Syaintddin, M H u n i . Dosen l a k . Sastra Unhas.

Makassar

Dengan hormat.

Kami beritahukon kepada Saudara bahwa berdasarkan keputusan panitia seleksi abstrak pemakalah pada Kongres Internasional Rahasa-Rahasa Daerah Sulawesi Tenggara, dari seniua makalah yang masuk ke panitia, gagasan dalam abstrak makalah yang Saudara ajukan dinyatakan diterima, untuk selanjutnya makalah tersebut dapat Saudara lebih arahkan ke subtansi teoretis dan panitia berharap makalah tersebut dapat Saudara sajikan dalam kongres internasional Selanjutnya, makalah lengkap kami harap dapat Saudara kirim kepada panitia selambat-lambatnya tanggal 30 Juni 2010.

Apabila Saudara tidak dapat menghadiri pelaksanaan kongres, kami harap Saudara segera menghubungi narahubung panitia.

(3)

Hal : Pengumuman seleksi abstrak Yth. Dr. Hj. Nurhayati Syairuddin, M.Hum. Dosen Fak. Sastra Unhas.

Makassar

Dengan hormat,

Kami beritahukan kepada Saudara bahwa berdasarkan keputusan panitia seleksi abstrak pemakalah pada Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara, dari semua makalah yang masuk ke panitia, gagasan dalam abstrak makalah yang Saudara ajukan

dinyatakan diterima, untuk selanjutnya makalah tersebut dapat Saudara lebih arahkan ke subtansi teoretis dan panitia berharap makalah tersebut dapat Saudara sajikan dalam kongres

internasional. Selanjutnya, makalah lengkap kami harap dapat Saudara kirim kepada panitia selambat-lambatnya tanggal 30 Juni 2010.

Apabila Saudara tidak dapat menghadiri pelaksanaan kongres, kami harap Saudara segera menghubungi narahubung panitia.

. a s perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih. alam kami,

Panitia Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara

Catatan:

Peserta/pernakalah dapat menempuh perjalanan dari tempat asal—transit Makassar— Bau-Bau mengunakan pesawat Exprès Air atau WingAir yang terbang setiap hari.

Peserta/pemakalah yang dari tempat asal—Makassar—Kendari—Bau-Bau dapat menggunakan kapal cepat yang berangkat pukul 06.30—13.00 dan pukul 12.00—18.00,

(4)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Jalan Perintis K e m e r d e k a a n K M . 10 T a m a l a n r e a M a k a s s a r 9 0 2 4 5 L e m b a r k e K o d e N o m o r N o m o r 0 1 4 8 / S P P D / R / V I I / 2 0 1 0

SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS

Pejabat yang b e r w e n a n g m e m b e r i perintah N a m a Pegawai y a n g diperintahkan

Rektor/Kuasa P e n g g u n a A n g g a r a n Dr. N u r h a y a t i , M. H u m . ^

a. Pangkat dan G o l o n g a n ruang gaji m e n u r u t PP N o m o r 6 T a h u n 1997

b. Jabatan/Instansi

c. Tingkat menurut peraturan perjalanan dinas

a. P e n . b i n a U t a m a M u d a / IV/c b. Dosen Fak. Sastra U n h a s ' c.

Maksud Perjalanan Dinas untuk membawakan makalah pada Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara pada tanggal 18 s.d. 20 Juli 2 0 1 0 di B a u - B a u , Sulawesi Tenggara. <" Alat angkut yang dipergunakan Pesawat u .'ara

a. Tempat berangkat b. Tempat tujuan

a. M a k a s s a r '

b. B a u - B a u , Sulawesi Tenggara a. Lamanya perjalanan dinas

b. Tanggal berangkat

c. Tanggal harus kembali/Tiba di tempat baru *) a. 2 (Dua) hari •• b. 18 Juli 2 0 1 0 -c . 2 0 Juli 2 0 1 0 ^ Pengikut : 1. 2. 3. 4..

N a m a Tanggal Lahir Keterangan

Pembebanan Anggaran : a. Instansi b. Fungsi/Sub F u n g s i / P r o g r a m / K e g i a t a n / M A K a Universitas H a s a n u d d i n b . 10.06.01.0002.04863.524111 10 Keterangan lain-lain

Coret yang tidak perlu

_ ò D i k e l u a r k a n di ' . . P a d a tanggal M a k a s s a r 16 Juli 2 0 1 0 R e k t o r / K u a s a P e n g g u n a A n g g a r a n ^ejäfcat P e m b u a t K o m i t m e n ,

m_l

m , M.Si., Ak. Drs. M u k m i N I P . 19591231 198003 1 026

(5)

Berangkat dari (tempat kedudukan) Pada tanggal

Ke \

Rektor/Kuasa Pengguna Anggaran, 'ejabab\P4rnbuat Komitmen : Makassar : 18 Juli 2010 : Bau-Bau, Sulawe Tenggara Drs, Mukmi N I P . 1 9 5 9 1 : \ M.Si., Ak. 1 198003 1 026 Tiba di Tenggara Pada Tanggal Kepala Bau-Bau, Sulawesi Juli 2010 Berangkat dari (tempat kedudukan) ke / j ^ r r p r j^ v , : Makassar Pada tanggal 20 Juli 2010

/l

y' '

Bau-Bau, Sulawesi Tengga

Tiba di Pada Tanggal Kepala Berangkat dari (tempat kedudukan) ke Pada tanggal Tiba di Pada Tanggal Kepala Berangkatdari (tempat kedudukan) ke Pada tanggal

Tiba kembali di : Makassar (tempat kedudukan)

Pejabat yang memberi perintah

Rektor, sa Pengguna Anggaran, juat Komitmen

Telah diperiksa, dengan keterangan bahwa perjalanan tersebut j benar dilakukan atas perintahnya dan semata- mata untuk ke jabatan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

J!ejjabat yang memberi perintah Rektor/Kuasa Pengguna Anggaran,

it Pembuat Komitmen .Si., Ak. 98003 1 026 Drs. Mukm NIP:Ì95912 M.Si., Ak. 31 198003 1 026 Catatan Lain-lain VI. Perhatian : v> •

Pejabat yang berwenang 'menerbitkan SPPD. Pegawai yang melakukan perjalanan dinas, pada pejah mengesahkan tanggal berangkat/tiba serta bendaharawan bertanggungjawab berdasarkan peraturan-peraturan ke negara apabila negara menderita rugi akibat kesalahan, kelalaian dan kealpaan, (angka 8 lampiran Surat

(6)

Lanjutan Sidang Pleno

Jadwal Pemateri, Pemandu, dan Pencatat

Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara Tahun 2010 Bau-Bau, 1 8 - 2 0 Juli 2010

NO. WAKTU PEMATERI MATERI PEMANDU PENCATAT TEMF

1

Selasa, 20 Juli 2010

07.30 - 09.00

Bupati Buton "Kebijakan Pemerintah dalam Upaya Pemertahanan dan Pelestarian Bahasa-Bahasa Daerah di Daerah Pluralis di Buton"

Dr. Muh. Rasman

Manaf, S. P., M. Si. firman, A.D., S. S., M. Si. Aula Pala 2

Selasa, 20 Juli 2010

07.30 - 09.00 Drs. Sutiman, M. Hum. "Pelestarian dan Pemberdayaan Sastra Daerah" Dr. Muh. Rasman

Manaf, S. P., M. Si. firman, A.D., S. S., M. Si. Aula Pala 3

Selasa, 20 Juli 2010

07.30 - 09.00

Drs. H. Hasidin Sadik, M. Sc. "Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Wolio"

Dr. Muh. Rasman

Manaf, S. P., M. Si. firman, A.D., S. S., M. Si. Aula Pala

4

Selasa, 20 Juli 2010

07.30 - 09.00

Prof. Dr. Ho Young Lee "Pengaksaraan Bahasa Cia-Cia"

Dr. Muh. Rasman

Manaf, S. P., M. Si. firman, A.D., S. S., M. Si. Aula Pala

5

Selasa, 20 Juli 2010

09.00 - 11.00

Prof. Dr. Hamzah Machmoed "Qua Vadis Bahasa Minoritas"

Prof. Dr. Lukman, M.S. Moh. Abduh, STP, M. Si. 6

Selasa, 20 Juli 2010

09.00 - 11.00

Barbara Friberg, M. S.iM. A. "Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Daerah dalam Era Globalisasi"

Prof. Dr. Lukman, M.S. Moh. Abduh, STP, M. Si. 7

Selasa, 20 Juli 2010

09.00 - 11.00 T. David Anderson 1 "Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Moronene" Prof. Dr. Lukman, M.S. Moh. Abduh, STP, M. Si.

Selasa, 20 Juli 2010

09.00 - 11.00

Prof. Dr. Mahsun "Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Daerah"

Prof. Dr. Lukman, M.S. Moh. Abduh, STP, M. Si.

8

Selasa, 20 Juli 2010

09.00 - 11.00

Drs. Zalili Sailan, M. Pd. "Perilaku Sintaksis Adjektiva Bahasa Muna Dialek Gu Mawasangka"

Prof. Dr. Lukman, M.S. Moh. Abduh, STP, M. Si.

9

11.00- 12.30

Dr. Hirobumi Sato "Analisis Akustik Konsonan / h / dalam Kata Terbitan Berimbuhan {-an} /-an/"

Drs. L. M. Budi Wahidin

M., M. Pd. UniawatJ, S. Pd., M. Hum. 10

11.00- 12.30

Dr. Inyo Yos Fernandez

"Relasi Kekerabatan Antarbahasa dalam Subkelompok Muna-Buton-Wakatobi, di Kepulauan Lepas Pantai Provinsi Sulawesi Tenggara:

Kajian Linguistik Diakronis" Drs. L. M. Budi Wahidin

M., M. Pd. UniawatJ, S. Pd., M. Hum. 11

12

11.00- 12.30

Masao Yamaguchi "Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara Dalam Kaitannya dengan Genealogi" Drs. L. M. Budi Wahidin M., M. Pd. UniawatJ, S. Pd., M. Hum. 11 12 11.00- 12.30

Dr. Farid Thalib "Penerapan kaidah Alogaritma Genetik dalam Pemulihan Bahasa Daerah dari Degradasi"

Drs. L. M. Budi Wahidin M., M. Pd. UniawatJ, S. Pd., M. Hum. 11 12 12.30 - 13.00 Ishoma 7/20/2010

(7)

I.idw.il l'cm.iti'll, I 'i M 1 1 , n K 111. d,m l ' i ' i K . M . i l

Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara Tahun 2010 Bau-Bau, 18 - 20 Juli 2010

Sidang Komisi 1

NO. WAKTU PEMATERI MATERI PEMANDU PENCATAT TE

13 Dr. Lalu Abdul Khalik, M.Hum. "Melindungi Bahasa dan Identitas Lokal"

14 Dr. M. Ikhwan Nur Said, M.

Hum.

"Upaya Pelestarian Bahasa Daerah di Sultra Melalui Pelestarian Kajian

Kekerabatan Antara Bangsa-Bangsa Buton, Muna, dan Tolaki" Asrif, S. Pd. M. Hum. Rahmawaü, S.S. RUANG A

15 Dr. Nurhayati, M. Hum. "Jejak Melayu (Indonesia) dalam Bahasa Muna"

16 Cho Tae Yung "Perbedaan Sistem Ejaan Latin antara Bahasa Malaysia dan Bahasa

Indonesia dalam Pengaruh Tulisan Jawi"

18 Dr. Rifai Nur, M. Hum. "Nilai-Nilai Demokrasi dalam Sastra Wolio" Muh. Yunus Mulawab, S. Pd. RUANG B

19 Siti Fatinah, S. Pd. "Pemertahanan Bahasa Muna di Daerah Rantau Sulawesi Tengah"

20

Selasa, 20 Juli 2009

Rosida Tiurma Manurung, M. Hum.

"Peranan Sastra dalam Pemertahanan Nilai-Nilai Budaya Lokal Sebagai Pemerkukuh Identitas dan Ketahanan bangsa"

21 Selasa,

20 Juli 2009

13.00 -14.30 La Ode Alirman, S.H. "Bahasa Cia-Cia dalam Era Globalisasi" Drs. Ali Arham M, M.P. Syaifuddin, S. Pd. RUANG C 22

Selasa, 20 Juli 2009

13.00 -14.30

Drs. Sahlan, M. Pd. "Pemertahanan Bahasa Daerah dan Menggali Kearifan Lokal Melalui Pemberdayaan Bahasa dan sastra Daerah"

23 Anton Ferdinan, S. Pd. "Pelestarian Bahasa Moronene Sebagai Kekayaan Budaya Sulawesi

Tenggara"

Moh. Abduh, STP., M. Si.

24 Ramlah Mappau, S. S., M. Hum. "Modalitas dalam Ungkapan Tradisonal Muna: Analisis Wacana Kritis"

Moh. Abduh, STP., M. Si.

Neil Amstrong, S.S., M.

Hum. RUANG D

25 Dr. Mantasiah Rifai "Sintaksis bahasa Kodeoha"

26 Drs. B. Trisman, M.Hum. "Kehadiran Cerita Bergambar Bersumber dari Cerita Rakyat Sulawesi

Tenggara: Sebuah Harapan"

27 Uniawati, S. Pd. M. Hum. "Larangan Inses dalam Mitos 'Koloimba': Menengok Jendela Budaya

Masyarakat Tolaki"

Drs. Muh. Djusni Firman AD., S.S., M. Si. RUANG E

28 Syaifuddin, S.Pd. "Buton, Feminisme, dan Wa Ode Wulan Ratna"

Dr- L*

Kl

^pppz.

(8)

JEJAK B A H A S A M E L A Y U ( I N D O N E S I A ) D A L A M BAHASA M UN A Oleh: Dr. Nurhayati, M.Hum.

Dosen F a k Sastra Unhas e-mail : n u r h a y a t i s y a i r @yahoo.com

I. P E N G A N T A R

Menurut John Crawfurd dalam bukunya berjudul "On The Malayan and Polinesia Languages and R a c e s " bahwa bahasa-bahasa yang ada di Nusantara ini menunjukkan adanya keserumpunan bahasa. Kemudian istilah tersebut menjadi populer untuk menyebut keserumpunan bahasa-bahasa dari semenanjung Melayu sampai Polinesia. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahasa Muna (salah satu bahasa daerah yang ada di Sulawesi Tenggara) masuk dalam rumpun bahasa Austronesia tepatnya rumpun Austronesia Barat Daya.

Untuk mengetahui apakah dua bahasa itu serumpun atau tidak maka dapat kita gunakan teori linguistik historis komparatif yang dikemukakan oleh Grimm yang dilengkapi oleh Verner. Metode linguistik historis komparatif sebenarnya sudah lama diterapkan dalam telaah kekerabatan antara bahasa-bahasa IndoEropa.

Di Jerman pada abad ke-19 merupakan abad Linguistik Historis Komparatif karena didorong oleh beberapa kenyataan bahwa adanya persamaan-persamaan bahasa yang dapat dilihat dalam perbandingan bunyi dan makna. Pada abad itu pula ditemukan adanya persamaan antara bahasa Sangskrit dengan bahasa di Eropa (bahasa Yunani dan Latin).

(9)

Salah satu tokoh linguistik historis komparatif adalah R a s m u s Rask berasal dari Denmark telah menulis bahasa-bahasa Old Norse dan Old EngUsh dalam bahasa Denmark tahun 1818. Tokoh lain adalah Jacob Grimm yang terkenal dengan Hukum Grimm. Hukum Grimm menyatakan bahwa dalam bahasa Latin dan Yunani terdapat kata-kata yang berbunyi p, t, k maka dalam bahasa-bahasa Germania akan berbunyi f, th, h misalnya dalam bahasa Latin kata paier (bapak) berkorespondensi dengan bahasa Jerman

vater, Latin frater (saudara laki-laki) menjadi brother dalam bahasa Inggris

Selanjutnya, Dalam bahasa Latin genu (lutut) menjadi knee dalam bahasa Inggris dan knie dalam bahasa Jerman. Teori Grimm ini dilengkapi oleh Kari Verner tahun 1877, misalnya dalam bahasa Indo-Eropa perubahan bunyi [s] ke [r] seperti was menjadi war dan were disebut oerubahan rotasi.

Berdasarkan teori perbandingan bahasa dalam bahasa Indo-Eropa tersebut di atas dapat digunakan pula pada bahasa-bahasa Austronesia. D a l a m hubungan tersebut tulisan ini akan memaparkan jejak bahasa Melayu (Indonesia) dengan bahasa Muna. Seperti kita ketahui bahwa bahasa Melayu dan bahasa Muna berasal dari rumpun Austronesia khususnya Austronesia Barat Daya (Parera, 199 L 116-121).

Dalam beberapa kata dalam bahasa Melayu (Indonesia) j u g a terdapat dalam bahasa Muna. Misalnya kata mati (Melayu) menjadi mate (dalam bahasa Muna), kata lima (Melayu) menjadi dima (Muna), kata lidah (Melayu) menjadi lila (Muna). Kata-kata sekerabat tersebut sebagai pertanda adanya kekrabatan antara bahasa Melayu dengan bahasa Muna. Berdasarkan teori perbandingan bahasa tersebut, seberapa banyakkah jejak bahasa Melayu dalam bahasa M u n a melalui perbandingan bunyi dan makna kata dengan

(10)

menggunakan daftar 200 kata oleh Morris Swadess. Untuk menetukan apakah kata-kata kedua bahasa mi sekerabat, untuk membuktikannya dilakukan pengecekan pada kata-kata dalam bahasa lain yang serumpun.

Setelah diketahui bahwa bahasa Melayu dan bahasa M u n a serumpun, maka perlu diketahui pula kapan kedua bahasa tersebut terpisahkan dari bahasa induknya. Untuk mengetahui ini digunakan metode leksikostatistik. Jadi, yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini adalah:

1. Seberapa jauh jejak bahasa Melayu dalam bahasa Mima.

2. Kapan bahasa Melayu dan bahasa M u n a terpisah dari bahasa Induknya.

II. JEJAK B A H A S A M E L A Y U D A L A M B A H A S A M U N A 2.1 Metode Historis Komparatif

Telaah kekerabatan antara bahasa dengan menggunakan metode komparatif telah banyak dilakukan dalam bahasa-bahasa Indo-Eropa. Salah seorang pakar historis komparatif adalah Ludwig Karl Grimrn dalam bukunya Deushe Clrammatik telah membandingkan bahasa-bahasa Germania yang menyatakan b a h w a bahasa-bahasa Indo-Germania diturunkan dari bahasa Sanskrit. Beliau mencontohkan bahwa kata vahati (bahasa Sanskrit) menjadi vehit dalam bahasa Latin. Berdasarkan telaahnya ini maka lahirlah hukum Grimm.

Karakteristik bunyi setiap bahasa tentu berbeda. Meskipun h u k u m Grimm ini tidak diterapkan pada semua bahasa, akan tetapi Grimm telah meletakkan dasar untuk menganalisis kekerabatan bahasa-bahasa. Teori Grimm ini dilengkapi Kari Verner dengan

(11)

sistem rotasi. Misalnya, untuk bahasa Indo-Eropa perubahan bunyi [s] ke [r] dalam kata

was menjadi war dan were.

2.1.1 Sistematika dan Penerapan Metode Komparatif

Metode komparatif bertumpu pada korespondensi bunyi dan makna. Oleh karena itu, maka perhatian utama adalah melakukan satu sistem bandingan bunyi. Perbandingan bunyi konsonan dimulai dari bunyi yang homorgan. Palmer telah membandingkan induk bahasa Indo-Eropa memiliki seri konsonan hambatan tak bersuara /p, t, k, q/ dan beraspirasi /ph, th, kh, qh/ serta konsonan hambat bersura / b, d, g, gw/ dan beraspirasi /bh,

dh, gh, gwh / .

Dalam menentukan kata sekerabat dalam bahasa-bahasa serumpun bukanlah pekerjaan ringan, sebab ada kata yang berkorespondensi tapi belum tentu diturunkan dari satu induk yang sama. Misalnya kata dua (bahasa Indonesia), kata ini mirip dengan kata

duo dalam bahasa Latin, two bahasa Inggris, dva dalam bahasa Sansekerta. Tetapi setelah

dikaji ternyata kata bukan dari Indo-Erapa tetapi dari kata Austronesia karena kata ini ditemukan dalam kata rua (Sikka), rwa (Kawi), rua (Makassar), da 'dua (Mandar), dua (Bugis) dalwa (Tagalog), dan duha (Bisaya). Untuk pengecekan kata sekerabat adalah: (1) kesesuaian dalam kaidah-kaidah sintaksis, morfologi, dan bunyi; (2) kesesuaian dalam kosakata deskriptif dan anomatopea; (3) kesesuaian dalam kosakata yang mudah dipinjam; (4) kesesuaian yang sering dan banyak/besar dalam format (prefiks, sufiks, kata bantu, dan korespondensi bunyi; (5) banyak kesesuaian dalam kosakata dasar dan korespondensi bunyi (Raimo dalam Parera, 1991: 99).

(12)

Penerapan metode komparatif untuk menentukan keserumpunan bahasa-bahasa Indo-Eropa lahirlah Hukum Grimm dan Hukum Verner. Atas dasar hukum tersebut j u g a diterapkan dalam menentukan keserumpunan bahasa di Asia, Samudra India dan Pasifik, Tiongkok dan Jepang. Untuk bahasa-bahasa di Nusantara beberapa pakar telah menggunakan metode komparatif ini dalam penelitiannya. Di antara para pakar tersebut adalah Prof. J. Gonda dalam bukunya "Opmirkingen Over de Toepassing der

Comparative Methode op de Indonesche Talen, Voornamelijk in Verband Met Hun

Woordstrncluur,\ Dalam bukunya Gonda memberikan catatan tentang penerapan metode

komparatif dalam bahasa-bahasa nusantara. Salah seorang pelopor telaah bandingan historis bahasa-bahasa Austronesia adalah Herman Neobronner van der Tuuk

(1982-1894). Beliau benar-benar tokoh linguistik komparatif dalam bahasa-bahasa Austronesia dengan menekuni bahasa Batak. Beberapa karya beliau adalah K a m u s Tata Bahasa Batak-Toba, Batak Dairi, Batak Angkola Mandailing. Karya terakhirnya adalah K a m u s Kawi-Bali-Jerman. Untuk metode historis komparatif, beliau dikenal dengan H u k u m van der Tuuk I R G H , Hukum van der Tuuk II R L D diperluas, R D G H dan R D G L .

Tokoh lam adalah Prof. Dr. H. Kera (1833-1917) dengan bukunya berjudul

"Taalkundige Gegevens ler Bepahng van Stamland der Maleisch-Polynesische Volken".

Intinya buku ini melihat negeri asal bahasa-bahasa Melayu-Polinesia dengan menggunakan 30 daftar kosakata Kern.

Dr. Renward Brandstetter (1860-1942) menulis buku "Wurzel und W o r d ini den indonesischen Sprachen". Tujuan utama buku ini ditulis untuk mengungkap akar kata dan kata dalam bahasa-bahasa Indonesia. Dalam penelitiannya ia menemukan akar kata "lif

(13)

untuk kata belit, sulit, kulit, lilit dan akar kata "'suk untuk kata tusuk, masuk, rasuk, pasok, dan susuk. Beliau menyimpulkan bahwa struktur akar kata bahasa Indonesia bersuku satu dengan pola KV dan KVK.

2.3 Jejak Bahasa Melayu dalam Bahasa Muna 2.3.1 Perubahan Bunyi

2.3.1.1 Perubahan Bunyi Vokal

B. Melayu B. Muna

baru [a] buou M

basah [a] bekhe [e]

gali [a] seli [e]

ular [a] ule [e]

takut [a] tei [e]

benar [e] banakha [a] besar [e] bala [a]

benih W wine [e]

hati K ate [e]

lidah

[']

Jela [e]

air [i] oe [e]

mati

[']

m ate [e] pikir [i] fekikhi [e]

pohon

[0]

puu M

(14)

Dari data di atas terlihat bahwa bunyi [a] berrubah menjadi bunyi [ o ] , [u], dan [ej

baru menjadi buou, basah menjadi hekhe, gali menjadi seti, ular menjadi ule, takut

menjadi takut menjadi tei. Bunyi [e] menjadi [a] pada kata benar menjadi banakha, kata

besar menajadi bala, kata pikir menjadi jikikhe. Bunyi [i] menjadi [e] pada kata benih

menjadi wine, kata nati menajadi ate, kata lidah menjadi lela, kata air menjadi oe, dan kata mati menjadi mate, bunyi [o] menjadi [u] pada kata pohon menjadi puu.

Untuk perubahan bunyi vokal dari bahasa Melayu dengan bahasa M u n a tersebut apakah benar-benar kata yang sekerabat. Untuk pembuktian ini akan dibandingkan dengan kata bahasa daerah lainnya yang masuk dalam rumpun Austronesia Barat Daya. Misalnya kata baru (Melayu), buou (Muna), beru (Makassar), baru (Mandar, Bugis). Kata basah (Melayu), bekhe (Muna), base (Mandar), basa (Makassar). Kata ular (Melayu), ule (Muna), vla (Bugis), ulara (Makassar), ulo (Mandar). Kata benih (Melayu), bine (Bugis, Makassar), banne (Mandar), kata hati (Melayu), ate (Muna), ati (Bugis), ate (Mandar). Kata air (Melayu), oe (Muna), we (Bugis), wai (mandar).Kata mate (Melayu), mate (Muna), mate (Bugis, Makassar, Mandar). Kata pikir (Melayu), fekikhi ( M u n a ) , pikkir (Mandar), pikkin (Bugis, Makassar), dan kata pohon (Melayu), puu (Muna), ponna (Mandar), pong (Bugis).

Dari hasil perbandingan perubahan bunyi vokal pada kata Melayu dan M u n a di atas menunjukkan bahwa kata-kata dengan perubahan vokal tersebut adalah kata sekerabat.

(15)

2.3.1.2 Perubahan Konsonan Bhs. M e l a y u Bhs. M u n a buah [b] vvuah [w] buluh [b] wulu [w] debu [b] ngawu [w] lebar [b] ewa [w] kabut [b] pakakhawu [w] balik [b] doli [d] belah [b] kela

M

busuk [s] bukhu [kh] besar [s] bala [1] api

[p]

lfi

M

tipis [Pl nifis [f) dimana [d] namai [n] di situ [d] naicu [n] di sini [d] naini

M

dorong [d] sokho [s]

M

[kh] kering

H

kele [1] dua [d] khuwa [kh] lidah [d] lelah [1]

(16)

lima [1] dima [dj tua [t] cua [c] gali [g] seli [s]

Data di atas ditunjukkan bahwa bunyi [b] berubah menjadi t .. Pada kata buah dalam bahasa Melayu menjadi wuah dalam bahasa M . . :

wuluh, debu menjadi ngawu, lebar menjadi ewa, kabut pakakhawu. Bun

pada kata apimenjadi ifi, tipis menjadi nifts. Bunyi [d] menjadi [n]. [<" u JB pada kata di situ menjadi naicu, di sini menjadi naini dan kata sorong m e a a c

dua menjadi khuwa, lidah menjadi lelah. Bunyi [n] menjadi [n] kata

bunyi [1] menjadi [d] kata lima menjadi dima, bunyi [t] menjadi [c] kata -reaMfc bunyi [g] menjadi [s].

Seperti halnya perubahan bunyi vokal di atas, perubahan koni atas apa j u g a merupakan kata kerabat. Untuk pembuktiannya akan duiii

Bugis, Makassar, dan Mandar. Kata buah (Melayu), wuah (Munai. ^aa» Mandar). Kata buluh (Melayu), bulu (Mandar, Bugis, dan Makassar). ka:_

ngawu (Muna), dabbu (Mandar), awu (Bugis), kata lebar (Melayu), e-wa

(Bugis), luara (Makassar), kata kabut (Melayu), pakakhawu (Muna).

Kata belah (Melayu), kela (Muna), halia (Mandar), kata busuk (Mela> u i. fm^^H Ao««o(Makassar), kebbong (Bugis), bosi (Mandar), kata tipis (Melayu >.

(Bugis), nipis (Mandar), tipisi (Makassar), kata di mana (Melayu), nam

(17)

(Makssar). Kata dua (Melayu), khuwa (Muna), dua (Bugis, Makassar, Mandar), kata

langit (Melayu), iani (Muna), langi' (Mandar, Bugis, Makssar), kata lima (Melayu), dima

(Muna), kata tua (Melayu), cua (Muna), toa (Bugis dan Makassar), kata gali (Melayu),

sel i (Muna), kali (Mandar), kae (Bugis).

Perubahan konsonan kata Melayu dan M u n a kemudian dibandingkan tiga bahasa senunpun, dapat disimpulkan bahwa bahasa Melayu dan Muna sekerabat.

2.3.1.4 Perubahan Konsonan ke Vokal

baru [r] buou [o] berat [r] bie [e] Perubahan konsonan [r] ke vokal [o] p a d a kata baru dan buou dan perubahan konsonan [r] ke vokal [e] pada kata berat dan bie. Kata baru (Melayu), buou (Muna),

haru (Bugis dan Mandar), beru (Makassar), kata berat (Melayu), bie (Muna), bekkel

(Mandar). Untuk pembahan konsonan ke vokal seperti dua contoh di atas, maka dapat dikatakan bahasa Melayu dan Muna sekerabat.

2.3.2 Penambahan Bunyi/Suku Kata

2.3.2.1 Penambahan Bunyi/Suku Kata di A w a l Kata

Bahasa Melayu Bahasa M u n a

abu ngawu [n.] akar pakhaha /pa/ kabut pakhakhawu /pakha/

(18)

kuning kangkhuni /kang/ putih kapute /ka/ isap soso [s]

telur unteli /un<' 3 Penambahan bunyi [g], [s] dan penambahan suku kata /pa/, /pakha/, /kang/, /ka/,

un/ pada kata-kata yang dicontohkan di atas sekerabat dengan membandingkan dengan kata serumpun lainnya. Kata abu (Melayu), ngawu (Muna), abu (Mandar, Makasar), awai (Bugis), kata akar (Melayu), wake (Mandar), akara (Makassar), kiming (Melayu),

kangkhuni (Muna), unyi' (Bugis), kums (Mandar), kunyi (Makassar), kata putih (Melayu), kapute (Muna), pute (Bugis, Mandar), kata isap (Melayu), soso (Muna), sussur (Mandar),

kata telur (Melayu), unteli (Muna), tello (Bugis), tallo (Mandar).

2.3.2.2 Penambahan Bunyi Konsonan di Tengah Kata

Bahasa Melayu Bahasa M u n a

kuku konisi Ioni Untuk penambahan bunyi/suku kata di tengah hanya di temukan satu kata yaitu pada kata kuku (Melayu), konisi (Muna), kanuku (Bugis, Makassar, Mandar). Dengan demikian kata ini dinyatakan sekerabat.

2.3.2.3 P e n a m b a h a n Bunyi Konsonan/Suku Kata di Akhir Kata Bahasa Melayu Bahasa M u n a

benar banakha /kha/

(19)

pikir fekikhi /khi/

Hanya ada dua kata yang ditemukan untuk penambahan bunyi/suku kata di tengah yaitu kata benar (Melayu), banakha (Muna), kata pikir (Melayu), fikikhi (Muna), pikkir (Mandar, Bugis), pikkiri (Makassar). Dengan demikian dua kata ini sekerabat.

2.4.1 Penghilangan Bunyi 2.4.1.1 Konsonan di Awal Kata

hati ate [h] kutu ucu [k] lebar ewa [1] sempit impi [s]

hijau idho [h] ^ Penghilangan bunyi di awal kata p a d a contoh di atas dapat disimpulkan bahwa

kedua bahasa tersebut sekerabat. Untuk kata hati (Melayu), ate (Muna), ate (Mandar), ati (Makassar dan Bugis). Kata kutu (Melayu), ucu (Muna), utu (Bugis), kutu (Mandar dan Makassar), kata sempit (Melayu), impi (Muna), nipi (Bugis), nipis (Mandar), tipisi (Makassar), kata hijau (Malayu), idho (Muna),

2.4.1.2 Penghilangan Bunyi di T e n g a h Kata

di situ naicu [s] di sini naini [s] Pohon puu [h]

(20)

Tiga contoh kata di atas terdapat penghilangan bunyi di tengah kata memperlihatkan kekerabatan dua bahasa yakni bahasa Melayu dan Muna. Kata di situ (Melayu), naicu (Muna), kutu (Bugis), dittu (Mandar), kata di sini (Melayu), naini (Muna), dinne (Mandar), okkohe (Bugis), kata pohon (Melayu), pun (Muna), ponna (Mandar).

2.4.1.3 PenghUangan Bunyi di A k h i r Kata

balik doli M busuk bukhu M benih weni H buah wua buluh wulu M lidah lila M putih kapute

N

dorong sokho M

gunung gunu tol

kuning kangkuni toJ

potong dodo tahun tau [n] kulit kuli W sempit impi W berat bie

M

13

(21)

telur unteli

ular ula fr]

lebar ewa

isap soso [p]

Ada 19 kata bahasa Melayu, dalam bahasa M u ñ a hilang di akhir kata. Penghilangan konsonan [k] dalam kata balik (Melayu) menjadi dolí (Muna), bale' (Bugis, Makassar, Mandar), kata busuk (Melayu), bukhu (Muna), bosi (Mandar), botto (Makassar). Penghilangan bunyi [h] pada kata benih (Melayu), weni (Muna), bine (Bugis),

banni (Mandar), kata buah (Melayu), wua (Muna), bua (Mandar dan Bugis), kata putih

(Melayu), pule (Makassar, Bugis, Mandar). Penghilangan bunyi [n] pada kata sorong (Melayu), sokho (Muna), sorong (Makassar, Bugis, Mandar), kata gunung (Melayu), gunu (Muna), bulu (Bugis), kata potong (Melayu), dodo (Muna), polong (Makassar, Bugis, Mandar). Penghilangan bunyi [n] pada kata tahun (Melayu ), tau (Muna), taung (Makassar, Bugis, mandar). Pengilangan bunyi {t} pada kata kulit (Melayu), kulu (Muna), uli' (Bugis). Penghilngan bunyi ¡r] pada kata berat (Melayu), bie (Muna), bea (Mandar), batíala' (Makassar), kata telur (Melayu) unteli (Muna), tallo (Mandar), tello (Bugis), kata ular (Melayu), ula (Muna), ulara (Makassar), ula (Bugis), ulo (Mandar), kata lebar (Melayu), ewa (Muna), lebba (Bugis), bang (Mandar). Penghilangan bunyi [p] pada kata isap (Melayu) menjadi soso (Mima). Adanya penghilangan konsonan di akhir kata dalam bahasa M u n a dengan pengecekan beberapa kata serumpun maka dapat disimpulkan kata-kata kedua bahasa itu serumpun.

(22)

2.5 Tahun Pisah Bahasa Melayu (Indonesia) dan Bahasa Muna dari Bahasa Induk Dari 200 kosakata bahasa Melayu (Indonesia) dibandingkan dengan 200 kosakata bahasa Muna ditemukan 52 kata kerabat. Dengan demikian persentase kekerabatan kedua bahasa tersebut adalah 26 %. Berdasarkan persentasi tersebut dapat dihitung tahun pisah antara bahasa Melayu (Indonesia) dengan bahasa Muna dari bahasa induknya adalah:

log 2 6 % t = 2 (log 81%) - 0,585 - 0 , 1 8 3 = 3,197

Tahun pisah adalah: 2010 - 3197 = - 1187 M atau 1187 SM

Jadi bahasa Muna terpisah dengan bahasa Melayu (Indonesia) diperkirakan berpisah dengan induknya pada tahun 1187 SM

111. K E S I M P U L A N

Adanya korespondensi bunyi yang terlihat dalam perubahan bunyi, penambahan bunyi, dan penghilangan bunyi dengan makna yang sama terdapat 52 kata yang sekerabat. Setelah melaui pengecekan pada bahasa Makassar, Bugis, dan Mandar dengan demikian dapat disimpulkan b a h w a bahasa Melayu dan bahasa Muna sekerabat dengan persentase kekerabatan 2 6 % . Berdasarkan rumus leksikostatistik diperoleh tahun pisah bahasa Melayu dan bahasa Muna dari bahasa induknya adalah 1187 SM.

(23)

D A F T A R P U S T A K A

Collins, James. 1981. Pertumbuhan Linguistik di Indonesia Timur: Bahasa Melayu dan Bahasa Asilulu di Pulau Ambon. Kuala Lumpur: D e w a n Bahasa.

Collins, James. 2008. "Sejarah, Diversitas, dan Kompleksitas bahasa Melayu di Indonesia

Timur, Pusat Studi Melayu U n h a s .

Keraf, Gorys. 1990. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta, Gramedia.

Muthalib, Abdul. 1986. Sistem Perulangan Bahasa Mandar. Makassar. Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia, Sulawesi Selatan.

Nurhayati, 1985. "Sistem Perulangan dalam Bahasa Mandar". Skripsi Fakultas Sastra Unhas

Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Lingusitik Umum Historis Komparatif dan Tipologi

Struktural. Jakarta, Erlangga.

(24)

L A M P I R A N

D A F T A R 200 K A T A M O R R I S S W A D E S I !

Bahasa Melayu Bahasa

Kekerabatan (Indonesia) Muna Kekerabatan 1. abu Ngawu + 2. air Oe + 3. akar Pakhakha + 4. aku Indi 5. alir 6. anak Ana + 7. anjing Dau -8. angin Kawea -9. apa Aeno

-10. api Ifi + 11. apung lanto 12. asap Ngawu + 13. awan Olu

-14. bagaimana Nengkeae

-15. baik Netea _ 16. balik Doli + 17. banyak Noanda

-18. bapak Wa umu 19. baring Ndok -20. baru Buou + 2 1 . basah Bekhe + 22. batu Koncu 23. beberapa Seae -24. belah Kela + 25. benar Banakha + 26. benih Wine + 27. bengkak Weo 28. berenang Leni 29. berjalan Kala 30. berat Bie + 3 1 . beri Waane + 32. besar Bala +

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 28 Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame yang

Dengan demikian selanjutnya dua trace element terseleksi (Ni 2+ dan Zn 2+ ) diaplikasikan pada reaktor AFBR untuk mengetahui pengaruh fluidisasi terhadap proses

Hambatan yang dihadapi oleh pemerintah kelurahan Cemorokandang dalam pelaksanaan penilaian kinerja pelayanan publik adalah lemahnya kontrol masyarakat terhadap pegawai,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel harga, distribusi dan promosi secara parsial dan simultan memiliki pengaruh terhadap nilai penjualan dan untuk

Penambahan vitamin C dalam media pengencer dapat mempengaruhi tingkat motilitas, viabilitas, abnormalitas dan integritas membran plasmaa spermatozoa tanpa sexing

Dari hasil uji statistik tersebut, dapat dikemukaan bahwa secara parsial dari 5(lima) variabel yang digunakan dalam penelitian diperoleh hasil bahwa 5(lima)

Objektif am kajian ini adalah bertujuan untuk mengenalpasti keperluan latihan bagi staf di Jabatan Muzium Dan Antikuiti dan muzium-muzium negeri terpilih selaras dengan

Penelitian yang dilakukan oleh Intan Setiawati dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan keterampilan konsep dan keterampilan pemecahaan masalah