• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa atau menggunakan bahasa pada dasarnya adalah menggunakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa atau menggunakan bahasa pada dasarnya adalah menggunakan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berbahasa atau menggunakan bahasa pada dasarnya adalah menggunakan

makna. Oleh sebab itu, mempelajari bahasa termasuk didalamnya mempelajari

makna-makna yang sudah disepakati oleh penutur bahasa itu dan mempelajari

bagaimana menggabungkan setiap unsur bahasa yang memiliki makna menjadi suatu

ungkapan bahasa yang baik dan benar.

Sudjianto( 2004:14) mengatakan bahwa dilihat dari aspek kebahasaan, bahasa

Jepang memiliki karateristik tertentu yang dapat kita amati dari huruf yang digunakan,

sistem pengucapan, gramatika, ragam bahasa dan kosa kata. Apa bila kita melihat

kosa kata yang digunakan, ada beberapa kata yang makna dalam bahasa Indonesia

sama, namun dalam bahasa Jepang berbeda. Beberapa diantara kata yang

dimaksudkan adalah kata youda, souda, dan rashii yang apa bila kita terjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan “sepertinya”, atau “kelihatannya”,

akan tetapi dalam bahasa Jepang memiliki perbedaan makna.

Youda, souda dan rashii, ditinjau dari segi morfologi, merupakan morfem terikat. Pengertian tentang morfem ini telah dinyataka oleh Ramlan ( 1987: 32) yang

menyatakan bahwa morfem adalah unsur-unsur terkecil yang masing-masing

mempunyai makna dalam tutur sebuah bahasa. Setiap bentuk tunggal baik termasuk

satuan bebas maupun terikat, merupakan satu morfem. Koizumi dalam Situmorang

(2007:11) juga memberikan pengertian Morfem, adalah bagian terkecil dari kata yang

mempunyai arti. Potongan kata tersebut ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang

(2)

Sedangkan Kridalaksana mengatakan bahwa morfem terikat tidak terdapat

sebagai kata tetapi selalu dirangkaikan dengan satu atau lebih dengan morfen yang

lain menjadi satu kata. Dengan demikian kata youda, souda dan rashii sebagai

morfem terikat tidak bisa berdiri sendiri melainkan harus digabungkan dengan kata

tau morfem yang lainnya.

Koizumi dalam Situmorang (2007:11) membagi morfem sebagai berikut:

1. Morfem dasar (形態素け い た い そ/ keitaiso)

2. Morfem terikat(結語形態け つ ご け い た い/ ketsugokeita) 3. Morfem berubah(異形態い け い た い/ ikeitai)

4. Morfem bebas(自由形態じ ゆ う け い た い/ jiyuukeitai)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Youda (ようだ) terdiri dari dua

morfem yaitu you (よう) yang merupakan morfem dasar ( 形態素

け い た い そ

/ keitaiso ), dan

morfem da ( だ) merupakan morfem berubah terikat ( 結語形態け つ ご け い た い / ketsugokeitai ), yang dapat mempunyai makna bila digabungkan dengan morfem yang lain. Morfem

ada yang mempunyai arti dan ada pula yang tidak mempunyai arti, namun

memberikan makna pada morfem yang mengikutinya. Makna tersebut bisa berupa

makna sopan, atau tidak. Jadi kata you ( よう ) memiliki arti sepertinya, sedangkan kata da ( だ ) tidak memiliki arti apa-apa namun dapat memberikan makna pada kata you. Yaitu makna bentuk biasa. Kata da ( だ ) bisa berubah menjadi desu (で

(3)

す ) ini memberikan makna sopan.

Souda (そうだ ) juga terdiri dari dua morfen yaitu sou(そう) merupakan

morfem dasar ( 形態素け い た い そ/ keitaiso ) dan da(だ) merupakan morfem terikat Kata (sou) memiliki arti sepertinya dan (da) tidak memiliki arti apa-apa mamun

memberikan makna sopan atau tidak.

Kata rashii ( らしい ) juga terdiri dari dua morfem yaitu (rashi) sdan (i), kata ( rashii) memiliki arti sepertinya sedang ( i ) tidak memiliki arti apa-apa namun bisa

memberikan makna positif atau negatif pada kata rashi. Seperti contoh kata (rashi + i)

berubah menjadi kata (rashi + kunai ) menunjukkan makna negatif pada kata rashii.

Ditinjau dari segi semantik kata youda, souda dan rashii dalam kalimat bahasa

Jepang dapat diartikan dengan kata kelihatannya atau sepertinya dalam bahasa

Indonesia. Seperti contoh berikut:

1. みんながテレビの前に集まっていますよ。何か事項があったらしいですよ。

Ninna ga terebi no mae ni atsumatteimasuyo. Nanika jikou ga atta rashii desuyo. Semuanya berkumpul didepan Televisi, sepertinya ( kelihatannya ) ada

kecelakaan.

( Nihongo hyougen bunkei : 2000 : 147 )

2. 森さんはきょう元気がないようでした。何か心配ことがあるのでしょうか。

Morisan wa kyou genkiga nai youdeshita. Nanika shinpaikoto ga aruno deshouka. Mori sepertinya hari ini tidak sehat. Apakah ada hal yang kamu khawatirkan.

(4)

( Nihongo hyougen bunkei : 2000 :150 )

3. このケーキはおいしそうです。 Kono keki wa oishi soudesu. Kue ini kelihatannya enak.

( Nihongo kihon bunpou jiten: 1986 : 411)

Dari contoh diatas dapat dikatakan bahwa, kata sou, you dan rashii dalam

kalimat diatas memiliki arti yang dalam bahasa indonesia bisa diterjemahkan dengan

kata “sepertinya” atau “kelihatannya”. Sedangkan morfem (desu) pada kata youda

dan souda memiliki makna sopan dalam kalimat tersebut.

McCready dan Ogata (2006: 11) mengatakan bahwa youda, souda,dan rashii

ditinjau dari segi semantik ketiga kata tersebut memiliki perbedaan makna. Dengan

demikian, selaku pembelajar bahasa Jepang, sebaiknya kita paham benar cara

pemakaian kata tersebut, agar lawan bicara paham betul apa yang kita bicarakan.

Dengan alasan tersebut penulis tertarik sekali untuk menganalisis kata kata tersebut

yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul “ analisis Pemakaian youda,

souda, dan rashii ditinjau dari segi Morfologi dan Semantik”

1.2. Perumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pemaparan

secara deskripsi kata souda, youda dan rashii yang merupakan dugaan dilihat dari

segi morfologi dan semantik. Diatas telah dikemukakan bahwa kata youda, souda dan

(5)

dengan morfem yang lain. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis kata-kata

tersebut terdiri dari morfem apa, dan apa makna setiap morfem tersebut.

Ditinjau dari segi semantik, kata youda, souda, dan rashii apa bila kita

terjemahkan kedalam bahasa Indonesia memiliki arti “seperti”, “kelihatannya” atau

“sepertinya”, namun ada perbedaan makna dalam kalimat bahasa Jepang. Penelitian

ini mencoba menjelaskan masalah dan perbedaan makna tersebut serta cara

penggunaanya dalam kalimat bahasa Jepang.

Untuk membahas hal tersebut diatas, maka penulis merumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagai mana bentuk morfologis dari kata youda, souda, dan rashii

2. Terdiri dari morfem apa kata youda, souda, dan rashii dan apa makna setiap

morfem tersebut.

3. Makna kata rashii, youda dan, souda dalam kalimat bahasa Jepang

4. Kapan dan dalam situasi yang bagaimana digunakan youdesu, soudesu,dan

rashii dalam kalimat bahasa Jepang

1.3. Ruang Lingkup Permasalahan

Kata youda, souda, dan rashii terdiri dari morfem terikat, yang bemiliki

makna bila digabungkan dengan morfem yang lain. Sementara kata youda sendiri

terdiri dari dua morfen,( you) dan ( da). Begitu juga dengan souda, terdiri dari dua

morfem yaitu ( sou) dan (da).

Morfem ada yang memiliki arti dan ada yang tidak memiliki arti namun

memberikan makna pada morfem lain yang mengikutinya. Dalam penelitian ini

penulis akan membahas tentang kata youda, souda, dan rashi dari bentuk morfologis.

(6)

souda, dan rashii . Kata souda, youda ,dan rashii dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan sepertinya atau kelihatannya, namun kata tersebut dalam

bahasa Jepang mempunyai perbedaan makna bila kita tinjau dari segi semantik,

pemakaian kata tersebut haruslah sesuai dengan kondiri yang tepat, dan gejala apa

yang ditunjukkan sehingga pembicara memilih menggunakan taka tersebut. Agar

tulisan ini dapat terorganisir dengan baik, maka penulis membatashi masalah dengan

hannya menganalisis kata souda, yaouda dan rashii, yang bermakna “sepertinya”

atau “kelihatannya” ditinjau dari bahasa indonesia, dan bagai mana penggunaannya

dalam kalimat bahasa Jepang.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka teori

1.4.1. Tinjauan Pustaka.

Bahasa adalah simbol bunyi yang digunakan oleh alat ucap manusia yang

mengandung arti tertentu sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat untuk

menyampaikan ide, pikiran atau perasaan. Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh

alat ucap manusia yang merupakan simbol atau lambang. ( Sudjianto, 1996 : 18 ).

Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

hasrat dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa

bukan untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain tetapi hanya ditujukan pada

diri sendiri, seperti saat berbicara sendiri baik yang dilisankan maupun hanya didalam

hati. Tetapi yang paling penting adalah ide, pikiran, hasrat, dan keinginan tersebut

dituangkan melalui bahasa (Sutedi,2003:2).

Linguistik merupakan ilmu yang objek pengamatannya adalah bahasa; bahasa

(7)

pokok linguistik adalah masalah dasar yang menyangkut bahasa, seperti hakekat atau

sifat bahasa. Proses kerja bahasa, perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam

bahasa ( Siregar; 2006 : 1)

Siregar ( 2006: 6) juga menambahkan bahwa bidang yang mendasari linguistik

adalah bidang yang menyangkut struktur-struktur dasar tertentu, yaitu struktur bunyi

bahasa yang disebut “fonologi”, yang membahas struktur kata disebut “ morfologi”,

struktur antar kata dan kalimat disebut disebut “sintaksis”, masalah arti dan makna

disebut “semantik”, dan hal-hal yang menyankut komunikasi antar orang-orang dalam

memperoleh atau pemakaian bahasa, dan menyangkut hubungan tuturan bahasa

dengan apa yang dibicarakan disebut “ragmatik”.

Sementara Verhar ( 1988:52 ) mengatakan bahwa morfologi adalah bidang

linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Tambahan

secara gramatikal dalam hal ini adalah mutlak, karena setiap kata juga dapat dibagi

atas sekmen yang terkecil yang disebut fonem, tetapi fonem-fonem itu tidak harus

berupa morfem.

Ahmad Dahidi ( 2004 :12 ) mengatakan bahwa bahasa Jepang merupakan

bahasa yang unik yang merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya,

seperti bahasa Ingris, Malaysia, Brunei dan bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa

yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dan deiamati dari huruf yang

dipakainya, kosa kata, sistem pengucapan, gramatika, dan ragam bahasa.

Apabila kita cermati secara seksama bahwa bahasa Jepang kaya akan kosa

kata, selain itu dalam bahasa Jepang banyak juga kata yang memiliki bunyi ucapan

yang sama tetapi ditulis dengan huruf kanji yang berbeda sehingga menunjukkan

makna yang berbeda pula. ( Sudjianto; 2004: 15 ).

(8)

sudah barang tentu banyak terdapat perbedaan diantara kedua bahasa tersebut. Salah

satu diantaranya adalah penmakaian kata. Dalam bahasa Jepang banyak terdapat kata

yang apa bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya sama, namun dalam

bahasa Jepang sendiri berbeda, baik dari segi katanya maupun makna dari kata

tersebut. Seperti contoh adalah kata youda, souda,dan rashii, keempat kata ini apabila

diartikan kedalam bahasa Indonesia , dapat berarti “kelihatannya”, atau “sepertinya”

namun pada dasarnya ada terdapat perbedaan makna yang terkandung dalamnya.

Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan makna dari kata tersebut diatas.

ら し い ( Rashii)Seiichi Makino dan Michio Sutsuji (1996 : 373 ) mengatakan bahwa :

Rashii : an auxiliary adjective which indicates that the preceding sentence is the speaker’s conjecture based on what he has heard, read or sen.

Rashii Merupakan sebuah kata sifat pelangkap yang menunjukkan bahwa kalimat sebelumnya merupakan perkiraan pembicara berdasarkan apa yang telah di dengar, dibaca atau dilhat.

McCready dan Ogata (2006: 13) menyatakan bahwa rashii digunakan untuk

menyatakan suatau hal atau perkara yang diketahui dari sumber yang tidak begitu

jelas atau desas-desus, namun pembicara dapat merasakan kebenaran dari informasi

yang ia terima.

Seiichi Makino dan Michio Tsutsuji ( 1996:373 ) memberikan penjelasan

tengtang penggunaan rashii:

1. Rashii secara umum digunakan ketika pembicara membuat suatu dugaan

didasarkan pada informasi yang ia telah didengar, dibaca, atau dilihat. Apa

yang telah didengar oleh pembicara adalah yang terpenting. Tidak sama

(9)

dilihat oleh pembicara. Rashii digunakan ketika mengungkapkan dugaan

didasarkan pada informasi yang lebih dapat dipercaya.

2. Jika telah ada dugaan yang relatif kecil /sedikit di pikiran pembicara, rashii

adalah hampir sama halnya dengan souda yaitu ungkapan desas desus.

Ogata (2006:13) menambahkan bahwa rashii digunakan untuk

mengungkapkan suatu kesimpulan yang yang diketahui oleh pembicara dari

informasi yang diperoleh secara tidak langsung. Namun informasi yang diperoleh itu

berasal dari sumber yang dapat dipercaya dan pembicara yakin akan kebenaran dari

informasi yang ia peroleh.

Selain itu dalam buku nihongo hyougen bunpou; ( 2000:147) dikatakan bahwa

rashii digunakan untuk menyatakan perkiraan atau tafsiran pada waktu kejadian dari hal yang dilihat dan didengar oleh pembicara

そ う だ ( Souda) digunakan untuk menyatakan perkiraan pembicara berdasarkan yang dilihatnya sekarang. ( minna no nihongo keterangan tatabahasa

II;110).

Seiichi Makino dan Michio Shitsuji ( 1996 : 410) mengatakan bahwa:

Souda: an auxiliary adjective which indicates that what is expressed by the preceding sentence is the speaker’s conjecture concerning an event in the future or the present state of some one, or samething, based on what the speaker sees or feels.

Souda merupakan Sebuah kata sifat pelengkap yang menunjukkan bahwa apa yang di ekspresikan oleh pembicara adalah sebuah dugaan mengenai peristiwa atau kejadian yang akan datang atau sedang terjadi dari seseorang atau sesuatu, berdasarkan apa yang pembicara rasakan atau dilihat.

Seiichi Makino dan Michio Tsutsuji ( 1996:411) mengatakan bahwa souda

digunakan untuk menyatakan dugaan pembicara berdasar pada informasi visual

(10)

digunakan ketika pembicara mengamati sesuatu secara langsung. Dugaan pembicara

berhubungan dengan suatu peristiwa yang mungkin berlangsung di masa datang atau

status yang saat ini sedang terjadi dari seseorang atau suatu peristiwa. Dengan kata

lain, souda tidak bisa digunakan untuk menyatakan dugaan pembicara mengenai

suatu peristiwa masa lampau .

Souda Digunakan untuk menyatakan perkiraan atau ramalan dari pengamatan pembicara secara langsung pada saat kejadian, informasi yang diperoleh oleh

pembicara merupakan suatu pendapat yang dapat dibenarkan secara umum. .

ようだ(Youda) digunakan pada saat pembicara menyatakan perkiraan subjektif berdasarkan informasi yang ia terima melalui panca inderanya (minna no

nihongo keterangan tatabahasa II;135).

Aoki dalam McCready dan Ogata ( 2006:16 ) mengatakan bahwa youda bisa

gunakan untuk menyatakan suatu dugaan yang berasl dari apa yang dilihat dan

dirasakan, serta informasi yang diterima oleh akal sehat. Dia juga menambahkan

bahwa apa bila pembicara telah mengetahui dari suatu objek, kata souda tidak dapat

digunakan

Kikuchi Yasuto ( 2000: 17 ) mengatakan bahwa yooda digunakan ketika

pembicara mengamati obyek secara langsung dan menilai sesuatu (yang) yang tidak

dapat dipisahkan dari pengamatan.

Namun kata youda, souda dan rashii apabila kita terjemahkan kedalam bahasa Indonesia dapat diartikan sengan “sepertinya” atau “kelihatannya” padahal dari teori

yang telah dikemukakan diatas ada perbedaan dalam konteks maupun makna yang

terdapat dalam kata souda, youda, dn rashii. Hal ini berkaitan dengan tataran

linguistik yaitu semantik.

(11)

Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan

kata yang lainnya, makna prase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Semantik

dibagi atas semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik gramatikal adalah

penyelidikan makna bahasa dengan menekankan hubungan-hubungan dalam berbagai

tataran gramatikal. Semantik leksikal adalah penyelidikan makna makna unsur-unsur

kosa kata suatu bahasa pada umumnya.( Siregar; 2006: 129).

Dalam kamus bahasa Indonesia (1990: 548) semantik adalah (1) arti, makna (2)

maksud pembicara dan penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk

pembahasan.

1.4.2. Kerangka Teori.

Kerangka teori menurut Koentjaraningrat ( 1976 : 11 ) berfungsi sebagai

pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkrit.

Suatu teori yang dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi batasan

terhadap fakta-fakta konkrit yang tidak terbilang banyaknya dalam kenyataan

kehidupan masyarakat yang harus diperhatikan

Penelitian ini merupakan suatu analisis struktur kata youda, souda, dan rashii,

dan makna apa yang terdapat dari masing-masing kata youda, souda, dan rashii .

Sehingga untuk menganalis kata youda, souda, dan rashii dari struktur kata dan

makna, maka penulis menggunakan pendekatan morfologi yang membahas tentang

struktur kata dan semantik yang membahas tentang makna.

Dari segi semantik, penelitian ini akan membahas tentang makna yang

terdapat pada kata souda, youda dan rashii yang apa bila diterjelahkan kedalam

bahasa Indonesia dapat berarti “kelihatannya”, atau “sepertinya”. Namun sebenarnya

(12)

kalimat. Penelitian ini juga akan membahas cara pemakain kata tersebut dalam

kalimat bahasa Jepang..

Menurut Filisuf Jerman Wittgenstein (1830 dan 1858 ) ia berpendapat bahwa

kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks, karena konteks itu

selalu berubah dari waktu ke waktu. Makna tidak di luar kerangka pemakaiannya.

Wittgenstein juga memberi nasehat: jangan menanyakan makna sebuah kata,

tanyakanlah pemakaiannya". Lahirlah pengertian tentang makna: Makna sebuah

ujaran ditentukan oleh pemakainya dalam masyarakat bahasa. Wittgenstein dalam J.D

Parera (1990:18).

Dari teori yang dikemukakan oleh Wittgenstein seperti diatas, maka sudah

pasti kata souda, youda dan rashii memiliki perbedaan makna dan tidak digunakan

dalam konteks yang sama. Untuk itu dalam penelitian ini penulis akan membahas

tentang makna yang ada dalam kata souda, youda dan rashii.

Menurut Chaer ( 1994:59 ) makna itu terbagi dua yaitu makna leksikal dan

makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus ( jisho

teki imi) atau makna kata (goi teki imi) yang sesungguhnya sesuai dengan referensinnya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya,

bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata sedangkan makna gramatikal yang

dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat ( bunpou teki imi) yaitu makna yang

muncul akibat dari proses gramatikal

1.5. Tujuan dan Manfaat penelitian 1.5.1. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(13)

kalimat bahasa Jepang.

2. Untuk memahami makna yang ada dalam kata souda, youda dan rashii yang

memiliki arti “sepertinya” atau “kelihatannya” dalam bahasa Indonesia.

3. Untuk mengetahui perbedaan makna dari kata souda, youda dan rashii dan

bagai mana cara penggunaannya dalam kalimat bahasa Jepang.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Mamfaat yang akan diperoleh bila penelitian ini dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang linguistik, khususnya

mengenai struktur kata dan makna yang terdapat dalam kata youda,rashii, dan

souda

2. Setelah mengetahui makna dari kata rashii, youda,dan souda serta

batasan-batasannya maka baik penulis atau pembaca akan mengunakan kata tersebut

dengan tepat sesuai konteks dari kalimat sehingga tercipta suasana

komunikasi yang baik.

1.6. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriftif.

Nenurut Nawawi ( 1991: 63 ) penelitian deskriftif adalah prosedur pemecahan yang

diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

adanya. Koentjaraningrat ( 1976 : 30 ) mengatakan bahwa penelitian yang bersifat

(14)

keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Cara ini dilakukan dengan mengumpulkan,

menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji, dan menginterprestasikan data.

Dalam penelitian ini juga menggunakan metode kepustakaan atau library

research yaitu metode pengumpulan data dari berbagai lituratur, baik diperpustakaan maupun ditempat lain. Serta mengumpulkan buku-buku yang berisi berbagai

Referensi

Dokumen terkait

10 Roeslan Salah, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, 1987, hlm.61. Gerakan yang menentang pidana mati bukanlah sekedar suatu usaha atau perjuangan yang

1) Leverage PT “X” berada pada posisi yang cukup baik, namun masih perlu perhatian, karena masih terjadi 1 kali peningkatan rasio hutang perusahaan. Namun secara

Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga

mediasi. 3) Hakim, melalui kuasa hukum atau langsung kepada para pihak, mendorong para pihak untuk berperan langsung atau aktif dalam proses mediasi. 4) Kuasa hukum para

c. pengembangan sistem informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan. 3) LKPP menetapkan standar layanan, kapasitas, dan keamanan informasi SPSE dan sistem pendukung. 4)

Dari hasil kajian dapat disimpulkasn sebagai berikut : (1) Di lihat dari gambaran pembangunan di Kabupaten Pandeglang, dilihat dari tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan

i Perubahan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2015 ini, disusun sebagai

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang program publisitas Tjong A Fie Mansion dalam meningkatkan jumlah wisatawan domestik kota Medan, adalah dengan