• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1. Pendahuluan. bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1. Pendahuluan. bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Jepang adalah bangsa yang mendapatkan nilai plus di mata dunia, sebagai bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan berjalan dengan sangat tertatih. Setelah bom atom Amerika menghujani jantung kota Jepang pada tahun 1945, semua pakar ekonomi saat itu memastikan Jepang akan segera mengalami kebangkrutan. Namun bagi Jepang, tidak butuh waktu lama untuk kembali menyusul ketertinggalannya. Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, Jepang ternyata mampu bangkit dan bahkan menyaingi perekonomian negara yang menyerangnya. Terbukti, pendapatan per kapita dan taraf hidup rakyatnya yang menempati posisi kedua tertinggi di dunia (Fadhli, 2007, hal.99). Dan pada tahun 1968, Produk Nasional Bruto Jepang telah berhasil melampaui Jerman Barat yaitu menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan ekonomi terkuat di dunia, di bawah Uni Soviet dan Amerika Serikat (Waswo, 1996, hal.104).

Dengan semangat perubahan yang telah tertanam, Jepang kembali belajar untuk bangkit. Bangsa Jepang tidak pernah menyerah dengan segala kekurangan dan kelemahan pada diri mereka. Menurut mereka, kekalahan dapat ditebus dengan kemenangan dan keberhasilan dalam bidang lain. Meskipun sumber alamnya minimal, terancam gempa bumi dan angin topan, namun mereka menggunakan segala potensi yang ada untuk membangun negara agar sebanding dengan negara yang kaya dengan sumber alam. Orang Jepang cepat dan tanggap

(2)

bertindak. Selain itu mereka tidak menunggu peluang datang, tetapi mencari dan menciptakan sendiri peluang tersebut. Orang Jepang mau belajar keras dan sungguh-sungguh seumur hidup. Belajar dari siapa pun, apa pun dan dimana pun. Ini merupakan bentuk semangat mencari sesuatu yang baru. Mereka juga senang mengikuti pendidikan-pendidikan di luar pendidikan formal. Sehingga perkembangan dan kemajuan perekonomian Jepang, semua diperoleh dari hasil kesungguhan, disiplin ketat, usaha dan semangat kerja keras (spirit bushido) rakyatnya. Dalam urusan pekerjaan, kita tahu bahwa orang Jepang memegang teguh prinsip tepat waktu dengan tertib dan disiplin, khususnya dalam sektor perindustrian dan perdagangan. Kedua bagian ini menjadi dasar kemakmuran ekonomi yang dicapai Jepang sampai saat ini. Ekonomi berkembang baik sehingga tingkat kesejahteraan hidup meningkat, rakyat pun menikmati hasil pembangunan negaranya.

Sikap patriotisme bangsa Jepang juga menjadi salah satu faktor yang membantu keberhasilan ekonomi negaranya. Bangsa Jepang bangga menggunakan produk buatan negeri sendiri. Selain itu, di mana saja mereka berada bangsa Jepang selalu mempertahankan identitas dan jatidiri mereka. Mereka mempromosikan produk buatan Jepang ke seluruh dunia dari makanan, teknologi, sampai tradisi dan budaya (Fadhli, 2007, hal.103). Meskipun orang Jepang pintar meniru produk Barat, namun mereka memiliki daya inovasi yang tinggi. Pihak Barat memakai aspek logika dan rasional untuk mendapatkan inovasi. Tetapi bangsa Jepang memakai aspek emosi dan intuisi untuk menghasilkan inovasi yang sesuai dengan selera pasar. Bahkan Perusahaan Jepang bersedia menghabiskan jutaan rupiah (sekitar 45 persen dari anggaran belanjanya) untuk membiayai penelitian dan pengembangan dalam rangka

(3)

meningkatkan inovasi dan mutu produk. Selain itu, mereka juga meletakkan kepercayaan dan jaminan kualitas sebagai aset terpenting pemasaran dan perdagangan (Seng, 2007, hal.152). Semua hal ini dilakukan supaya produk Jepang mampu bersaing di pasar internasional.

Pada dasarnya, etos dan budaya kerja orang jepang tidak jauh beda dengan bangsa Asia lainnya. Jika mereka disebut pekerja keras, maka bangsa Cina, Korea dan bangsa Asia lainnya juga pekerja keras. Namun salah satu yang membedakan bangsa Jepang dengan bangsa Asia lainnya adalah orang Jepang sanggup berkorban dengan bekerja lembur tanpa mengharap bayaran. Mereka merasa lebih dihargai jika diberikan tugas pekerjaan yang berat dan menantang. Di Jepang, orang yang pulang kerja lebih cepat akan dinilai negatif, yaitu dianggap sebagai pekerja yang tidak penting, malas dan tidak produktif. Bahkan istri orang Jepang lebih bangga bila suami mereka gila kerja. Sebab hal itu juga merupakan tanda suatu status sosial yang tinggi. Jadi, ukuran nilai dan status orang Jepang didasarkan pada disiplin kerja dan jumlah waktu yang dihabiskannya ditempat kerja. Bagi mereka, jika hasil produksi meningkat dan perusahaan mendapat keuntungan besar, secara otomatis mereka akan mendapatkan balasan yang sesuai.

Para karyawan Jepang tidak memandang kerja dan pekerjaan sebagai suatu bentuk hukuman dan beban yang menyiksa. Sesungguhnya, orang Jepang cenderung lebih menyukai kehidupan di sekitar lingkungan kerja ketimbang lingkungan kehidupan rumah tangga. Kesetiaan pada pekerjaan, yang tidak dikenal di negara Barat, lebih merupakan aturan umum, bukan pengecualian. Konsekuensinya, jika karyawan Jepang menolak untuk bekerja lembur atau jika karyawan Jepang meminta izin untuk tidak masuk kerja untuk urusan keluarga,

(4)

maka karyawan tersebut akan menciptakan kesan yang kurang baik. Jika seorang karyawan tidak bergabung dengan karyawan yang lain, maka karyawan tersebut akan merusak solidaritas kelompok kerja.

Dedikasi yang demikian tinggi terhadap pekerjaan dan perusahaan yang dimiliki oleh setiap orang Jepang telah membentuk para pengusaha Jepang menjadi manusia-manusia organisasi. Ketika bertemu dengan orang asing, orang Jepang sering menyebutkan terlebih dahulu nama perusahaan tempat mereka bekerja sebelum menyebutkan nama mereka sendiri. Mereka bangga akan pekerjaaan dan perusahaannya. Hal ini seperti pada zaman foedal dimana para samurai selalu memperkenalkan diri sebagai orang sewaan dari bangsawan tertentu, daripada menyebutkan namanya sendiri.

Keberhasilan Jepang selalu dikaitkan dengan sistem perdagangan yang berbasis budaya dan tradisinya. Walaupun sebesar dan sehebat apa pun perusahaan itu, tradisi mereka tetap terpelihara. Ada banyak perusahaan raksasa Jepang yang dikenal sebagai Sogo-Shosha (perusahaan konglomerat, yang memiliki berbagai bidang bisnis), seperti Mitsubishi Shoji, Mitsui Bussan, Marubeni, C. Itoh, Sumitomo Shoji, Nissho-Iwai, Toyo-Menka dan Kanamatsu-Ghosu yang menggunakan sistem yang agak konservatif dalam bisnis mereka. Perusahaan-perusahaan itu mempunyai sejarah bisnis yang cukup lama dan beberapa di antaranya didirikan lebih dari 100 tahun yang lalu. Setiap pekerja dianggap sebagai bagian dari perusahaan. Mereka bukan bekerja untuk perusahaan, melainkan sama-sama membangun perusahaan (Seng, 2007, hal.44). Sesudah perang dunia II, perusahaan Jepang yang besar membentuk tiga sistem yang disebut juga dengan tiga pilar pokok perusahaan Jepang. Tiga pilar pokok tersebut adalah pekerjaan seumur hidup (shuushin koyou), pemberian upah

(5)

dan promosi berdasarkan senioritas (nenkoujyouretsu), dan serikat pekerja berbasis korporasi (kigyou betsu kumiai). Dengan adanya tiga sistem ini dalam perusahaan Jepang, pekerja menganggap dirinya sendiri sebagai anggota perusahaan dan merasa memiliki kesetiaan kepada perusahaannya. Dan di atas ketiga sistem ini, etos kerja dan budaya kerja orang Jepang berkembang.

Dalam praktek umumnya, meskipun perubahan demi perubahan tengah berlangsung, sekali calon karyawan melamar dan diterima bekerja di sebuah perusahaan, dia akan bekerja seumur hidup di perusahaan tersebut hingga usia pensiun, biasanya sekitar umur 55 tahun sampai 65 tahun. Di waktu dia harus keluar karena telah mencapai usia pensiun, kedudukannya biasanya sudah cukup tinggi walau waktu baru masuk kerja dia diterima untuk posisi bawah. Itulah keuntungan dari sistem kesenioran (nenkoujyouretsu) dalam manajemen perusahaan Jepang. Selain itu serikat pekerja (kigyou betsu kumiai) yang dibentuk dalam kerangka satu perusahaan, bekerjasama baik dengan pimpinan perusahaan bagi kepentingan kesejahteraan karyawan.

Perusahaan dan pekerja merupakan bagian integral yang saling membutuhkan. Dapat dikatakan juga bahwa hubungan keduanya merupakan suatu kerja sama yang saling bergantung satu sama lain (simbiosis mutualisme). Di satu sisi pihak pekerja menemukan ketenangan kerja dan mendapat jaminan-jaminan kerja, di sisi lain perusahaan membutuhkan tenaga kerja untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Selain itu, pekerja ikut merasakan jika perusahaan mengalami kegagalan, begitu juga sebaliknya. Jika pekerja kehilangan semangat bekerja maka produktivitas pun akan hilang (Seng, 2007, hal.75).

Maka dari itu dalam penelitian ini, penulis menggunakan perusahaan Jepang di Indonesia sebagai objek penelitian. Penulis melakukan penelitian ini dalam PT.

(6)

Asuransi Nipponkoa Indonesia. PT. Asuransi Nipponkoa Indonesia adalah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang asuransi non-life yang beralamat di Jalan Jend. Sudirman Kav. 27, Permata Tower Lantai 8, Jakarta Selatan, 12920.

1.2 Rumusan Permasalahan

Dalam penelitian skripsi ini penulis akan meneliti penerapan konsep shuushin koyou dalam perusahaan Jepang di Indonesia.

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Penulis akan meneliti penerapan konsep shuushin koyou dalam PT. Asuransi Nipponkoa Indonesia.

1.4 Manfaat dan Tujuan Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah agar pembaca mengetahui kondisi perusahaan Jepang di Indonesia saat ini, khususnya mengenai penerapan konsep shuushin koyou dalam PT. Asuransi Nipponkoa Indonesia yang dilihat dari dua sisi, yaitu; sisi perusahaan dan sisi karyawan. Selain itu, penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi PT. Asuransi Nipponkoa Indonesia sebagai bahan evaluasi perusahaannya, tetapi juga bermanfaat bagi perusahaan Jepang lainnya. Dan juga bermanfaat bagi pembaca yang akan bekerja di perusahaan Jepang, baik perusahaan Jepang di Indonesia maupun perusahaan Jepang di Jepang.

Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui penerapan konsep shuushin koyou dalam PT. Asuransi Nipponkoa Indonesia. Dan untuk membuktikan apakah dalam PT. Asuransi Nipponkoa Indonesia saat ini konsep shuushin koyou tersebut masih diterapkan.

(7)

1.5 Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian skripsi ini adalah metode deskriptif-analitis dan metode kuantitatif. Adapun tahapan penelitian pertama yang akan penulis lakukan adalah dengan menggunakan kuisioner, yang terdiri dari 17 buah pertanyaan di mana dalam kuisioner tersebut dibagi dalam dua jenis pertanyaan yaitu terdiri dari 15 pertanyaan tertutup dan 2 pertanyaan terbuka. Kuisioner ini disebarkan kepada karyawan PT. Asuransi Nipponkoa Indonesia beralamat di Jalan Jend. Sudirman Kav. 27, Permata Tower Lantai 8, Jakarta Selatan, 12920. Dimana responden terdiri dari karyawan pria dan karyawan wanita.

Kemudian setelah kuisioner dikembalikan, penulis akan menganalisis hasil kuisioner tersebut. Hasil kuisioner akan dibuat ke dalam bentuk diagram dan tabel. Penulis akan menggabungkan metode angket dengan metode studi pustaka sebagai landasan teori, dimana metode yang digunakan disebut metode deskriptif-analitis. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2004, hal.53).

Selanjutnya tahapan penelitian kedua yang akan penulis lakukan adalah mewawancarai general manajer HRD PT. Asuransi Nipponkoa Indonesia. Penulis menggunakan metode deskriptif-analitis dan metode kuantitatif dengan tujuan agar data yang diperoleh untuk penelitian skripsi ini bersifat faktual, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

(8)

Bagian pembuka terdiri dari abstraksi, daftar isi, serta ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, permintaan maaf atas segala kekurangan dalam penulisan dan harapan penulis. Bab 1 berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, manfaat dan tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Pada latar belakang, penulis menjelaskan alasan pemilihan tema budaya, yaitu alasan pemilihan judul penelitian “Analisis Penerapan Konsep Shuushin Koyou dalam PT. Asuransi Nipponkoa Indonesia”.

Bab 2 berisi landasan teori, pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep-konsep yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian skripsi ini. Dimana konsep mengenai shuushin koyou digunakan sebagai konsep induk. Kemudian konsep mengenai tiga pilar dalam manajemen Jepang, konsep ie, dan konsep loyalitas digunakan sebagai konsep pendukung dalam menganalisis.

Bab 3 berisi analisis data, penulis akan menganalisis dan memaparkan data dalam bentuk tabel dan diagram, kemudian penulis akan menganalisis data yang dihubungkan dengan teori yang ada, untuk mengetahui apakah pada saat ini konsep Shuushin Koyou masih diterapkan dalam PT. Asuransi Nipponkoa Indonesia.

Bab 4 berisi simpulan yang diperoleh penulis dari hasil analisis data dalam penelitian skripsi yang dihubungkan dengan konsep dan saran bagi para pembaca yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama, dengan tujuan agar dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi.

Bab 5 adalah ringkasan yang berisi kesimpulan akhir dari semua penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu dari bab 1 sampai bab 4. Ringkasan pada bab

(9)

5 ini, yang kemudian akan diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang atau yang disebut dengan gaiyou.

Referensi

Dokumen terkait

hipotesis peneliti, dilakukan analisis statistik dengan analisis regresi. Cara pengambilannya menggunakan teknik random sampling, yaitu cara pengambilan/pemilihan

Semangat dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik

Hal ini bermakna bahwa mahasiswa/i pendatang angkatan 2009 Universitas Bina Nusantara memiliki konsep diri yang positif, berdasarkan pendapat Globe (1994) bahwa

Dalam Bab ini berisi uraian simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang merupakan rekomendasi bagi Direktorat Jenderal Pajak terutama dalam menentukan regulasi

Bab ini berisi mengenai simpulan dari hasil analisis dan evaluasi pada PT.XYZ yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta saran- saran peningkatan

Lalu dari hasil wawancara penulis dengan Analyst Brand Management dan Media Internal Officer Pertamina mengenai Program Sosialisasi ini bahwa adanya manfaat dan

Kemudian,dengan menggunakan analisis anova 2x2 (General Linier Models) SPSS 22 IBM for Windows dan menggunakan MS.Excel ditemukan bahwa Modifikasi Task-based

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Tjhai (2002) yang menunjukkan bahwa variabel kapabilitas personal sistem informasi berpengaruh positif