• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN KEPUASAN PELAYANAN KEPERAWATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN KEPUASAN PELAYANAN KEPERAWATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar .

1

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN KEPUASAN

PELAYANAN KEPERAWATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

ARTIKEL KARYA ILMIAH

Oleh :

Sutianti

NIM. ST161039

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2018

(2)

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar .

2

PROGRAM STUDY SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2018

Sutianti

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAWAT DENGAN KEPUASAN

PELAYANAN KEPERAWATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

ABSTRAK

Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan salah satunya dipengaruhi oleh faktor komunikasi interpersonal

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Untuk membina hubungan yang interpersonal perawat harus mampu

menguasai tehnik dan sikap komunikasi interpersonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

komunikasi interpersonal perawat terhadap kepuasan pelayanan keperawatan pasien di ruang Mina Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan Cross Sectional. Data ini diperoleh dengan

membagikan kuesioner terhadap 65 Responden di ruang Mina Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar. Data

dianalisa menggunakan Analisa Spearman Rank.

Hasil penelitian didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,173 artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel

komunikasi interpersonal perawat dan kepuasan Pasien sangat lemah, sedangkan nilai p-value adalah 0,169 lebih besar

dari nilai 0,05 maka dapat diartikan tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut. Kesimpulan penelitian yang

dapat dikemukakan adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal perawat dengan

kepuasan pasien di ruang Mina Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.

Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, Kepuasan Pasien, Perawat

Daftar pustaka : 37 (2000 - 2015)

(3)

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar .

3

BACHELOR OF NURSING STUDY PROGRAM

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2018

THE RELATION BETWEEN INTERPERSONAL NURSE COMMUNICATIONS

AND PATIENTS SATISFACTION ON NURSING SERVICES IN PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL

KARANGANYAR

ABSTRACT

Patient's satisfaction on health service is influenced by interpersonal communication factor of nurses

in giving care. To foster an interpersonal relationship, nurses must be able to master the techniques and

attitude of interpersonal communication. This study aims to determine the relationship between

interpersonal communication nurses and the patients’ satisfaction of nursing services in the Mina room PKU

Muhammadiyah hospital Karanganyar.

The type of this research is descriptive correlative with Cross Sectional approach. This data is

obtained by distributing questionnaires to 65 Respondents in the Mina room PKU Muhammadiyah hospital

Karanganyar. Data were analyzed using Spearman Rank Analysis.

The result showed that the correlation coefficient achieved is 0.173. it means that the strength of the

relationship between the nurse interpersonal communication variables and patient satisfaction is very weak,

while the p-value is 0.169 bigger than the value of 0.05. It can be interpreted there is no relationship between

the two variables. The conclusion of the research is there is no significant relationship between nurse

interpersonal communications with patient satisfaction in Mina room PKU Muhammadiyah hospital

Karanganyar.

Keywords: Interpersonal Communication, Patient Satisfaction, Nurse

References: 37 (2000 - 2015)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Memasuki era globalisasi, berbagai pelayanan

kesehatan termasuk rumah sakit dituntut untuk lebih

meningkatkan profesionalisme kerja dan mutu pelayanan

kesehatan yang berujung pada motivasi untuk sembuh

pada klien. Menurut Depkes RI (2009) rumah sakit

merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan

teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis

dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan

masyarakat. Paradigma baru pelayanan kesehatan

mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan

berkualitas sesuai kebutuhan dan keinginan pasien dengan

tetap mengacu pada kode etik profesi. Perkembangan

teknologi yang pesat dan persaingan yang semakin ketat,

maka rumah sakit dituntut untuk terus melakukan

peningkatan kualitas pelayananya (Depkes RI 2007).

Persaingan bisnis dalam usaha jasa pelayanan kesehatan

kepada masyarakat tidak dapat dipungkiri semakin

berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

rumah sakit dan puskesmas yang berdiri. Di

Karanganyar

terdapat

tiga

Rumah

Sakit

besar

diantaranya RSUD Kartini, RSU Jati Husada, dan RSU

PKU Muhammadiyah Karanganyar yang semuanya

bersaing untuk memperebutkan pelanggan melalui

pemenuhan kepuasan konsumen secara maksimal yang

dikehendaki oleh pelanggan dengan peningkatan kualitas

jasa pelayanan.

Kepuasan adalah ungkapan perasaan senang atau

kecewa seseorang dari hasil perbandingan antara prestasi

atau produk yang dirasakan dengan yang diharapkannya.

Disatu pihak, kepuasan pasien dipandang sebagai hasil

yang didapatkan dari pengalaman mereka yang

memanfaatkan produk barang atau jasa. Berdasarkan

pihak lain, kepuasan pasien juga kerap kali dipandang

sebagai

proses

orientasi

yang

lebih

mampu

mengungkapkan pengalaman yang mereka rasakan

(4)

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar .

4

secara keseluruhan dibandingkan orientasi hasil (Kotler

2007).

Hermanto (2010) berpendapat bahwa kepuasan

pasien dapat dinilai berdasarkan interpretasi pasien

terhadap pelayanan yang diterima sudah sesuai dengan

harapan mereka seperti kelengkapan sarana dan

prasarana, keramahan dan kesopanan petugas dalam

memberikan pelayanan serta keterampilan petugas pada

saat memberikan pelayanan.

Komunikasi interpersonal atau komunikasi terapeutik

adalah suatu pengalaman bersama antara perawat - klien

yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien.

Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui kondisi

klien jika tidak memiliki kemampuan menghargai

keunikan klien. Tanpa mengetahui keunikan

masing-masing, terutama terkait kebutuhan klien, perawat juga

akan kesulitan memberikan bantuan kepada klien dan

mengatasi masalah klien. Sehingga perlu metode yang

tepat dalam mengkomodasi agar perawat mampu

mendapatkan pengetahuan yang tepat tentang pasien.

Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat

menghadapi, mempersepsikan, bereaksi dan menghargai

keunikan klien (Mundakir 2006). Untuk itu perawat harus

memiliki ketrampilan komunikasi teraupetik yang baik.

Perawat

yang

memiliki

ketrampilan

komunikasi

teraupetik yang baik tidak saja akan mudah menjalin

hubungan saling percaya dengan pasien tetapi juga dapat

memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan

keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan

serta citra rumah sakit.

Berdasarkan penelitian Salman Nur (2010), yang

meneliti tentang Pengaruh Komunikasi Terapeutik

Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Haji Medan

menunjukkan komunikasi terapeutik perawat di rumah

Sakit Haji Medan rata – rata sangat baik walaupun ada

sebagian belum menggunakan komunikasi terapetik

secara baik. Pada fase orientasi (62,5%), dan fase kerja

(53,1%), dan pada fase terminasi (60,9%). Kepuasan yang

dirasakan pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan

pada umunya sangat puas terhadap respon yaitu (79,7%)

dan empati perawat 76,8%) ) ketika berinteraksi dengan

pasien dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara komunikasi terapeutik dengan kepuasan

pasien di Rumah Sakit Haji Medan.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya peneliti dapat

melihat bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan salah satunya dipengaruhi oleh faktor

komunikasi interpersonal perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan. Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti pada bulan Februari 2017 di rumah

sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar dengan tehnik

wawancara pada 10 pasien ditemukan beberapa keluhan

dari pasien. Keluhan tersebut antara lain terkait dengan

belum

optimalnya

pelayanan

perawat.

Belum

optimalnya pelayanan perawat yang dirasakan pasien

terutama dari sikap, keramahan dan kemampuan

komunikasi yang kurang santun. Data dari management

rumah sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar tentang

survey kepuasan pada bulan Maret 2017 angka kepuasan

pasien adalah 60%, April 78% , Mei 60%, Juni 76%, dan

Juli 78% masih dibawah angka target yaitu 80%.

Berdasarkan studi latar belakang di atas, maka

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan

Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut,

maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu

Adakah hubungan komunikasi interpersonal perawat

dengan kepuasan pelayanan keperawatan pasien di

rumah sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar?

Tujuan Penelitian

Menganalisis hubungan komunikasi interpersonal

perawat dengan kepuasan pelayanan keperawatan

pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Karanganyar.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat Menambah

ilmu

dan

pengalaman

dalam

mengaplikasikan

pembelajaran

riset

keperawatan

terutama

dalam

kepuasan pelayanan keperawatan bagi pasien

METODE PENELITIAN

Jenis Dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif korelatif. Peneliti

korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan

antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

(Hidayat

2007).

Penelitian

korelasi

bertujuan

mengetahui

sejauh

mana

hubungan

komunikasi

interpersonal perawat terhadap kepuasan pelayanan

keperawatan

pasien

di

Rumah

Sakit

PKU

Muhammadiyah

Karanganyar.

Penelitian

ini

menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu

variabel sebab (Independent variable) maupun variabel

akibat (Dependent variable) atau kasus yang terjadi pada

obyek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu

bersamaan.

(5)

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar .

5

Populasi Dan Sampel

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono

2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien

yang dirawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Karanganyar selama Januari

sampai Desember 2016 yaitu 2.202 orang dengan

rata-rata 184 orang perbulan (karena BOR Ruang Mina kurang

lebih 60%) dari 42 tempat tidur.

Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik

dari populasi, untuk itu sampel yang diambil harus

betul-betul representatif (mewakili populasi) (Sugiyono 2005).

Pada penelitian ini pengambilan sampel dengan

menggunakan teknik sampling Purposive Sampling yaitu

pengambilan berdasarkan atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo 2005). Sampel

penelitian ini adalah Pasien di ruang Mina Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Karanganyar pada bulan Oktober

2017.

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Mina Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar. Penelitian ini

dilaksanakan selama bulan Oktober 2017.

Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data ini

menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan

yang berhubungan dengan variabel yang dikaji meliputi

komunikasi terapeutik perawat dan kepuasan pasien. Jenis

data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu

data yang diperoleh langsung dari responden dengan

kuesioner.

Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dimulai dengan

melakukan perijinan dari program studi keperawatan yang

ditujukan pada tempat penelitian yaitu di Di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Karanganyar, setelah mendapat ijin

dari STIKES Kusuma Husada Surakarta dan Direktur

Rumah

Sakit

PKU

Muhammadiyah

Karanganyar

pengumpulan data dilakukan

Analisa Data

Analisa Univariat

Analisa univariat untuk mencari nilai distribusi

frekuensi dan diinterpretasikan yang ditanyakan dalam

bilangan prosentase sebagai langkah awal dari

keseluruhan proses analisis. Analisa data univariat yaitu

distribusi frekuensi dari karakteristik responden yaitu

usia, jenis kelamin, dan pendidikan, serta distribusi

komunikasi

interpersonal

perawat/terapeutik

dan

kepuasan pasien.

Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan membuat tabel

silang (contingency) antara variabel independen dan

variabel dependen yaitu untuk mengetahui hubungan

komunikasi interpersonal perawat dan pasien terhadap

kepuasan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Karanganyar. Analisa data menggunakan analisis

korelasi Spearman Rank karena skala data baik variabel

independent maupun dependent menggunakan skala

ordinal.

HASIL PENELITIAN

Distribusi Karakteristik Responden

Jenis kelamin

Jenis Kelamin

Frekuensi

Persentase (%)

Laki-laki

41

63,1

Perempuan

24

36,9

Total

65

100,0

Berdasarkan tabel Jenis kelamin responden lebih

banyak pada kelompok laki-laki yaitu sebanyak 41

orang (63,1%).

Umur

Umur

Frekuensi Prosentase (%)

< 18

1

1,5

18 – 60

40

61,5

>60

24

36,9

Total

65

100

Berdasarkan tabel umur responden terbanyak yaitu

pada kelompok usia 18-60 tahun sebanyak 40 orang

(61,5%).

Pendidikan terakhir

Jenis Pendidikan Frekuensi

Persentase (%)

SD

34

52,3

SMP

13

20,0

SMA

18

27,7

(6)

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar .

6

Berdasarkan tabel pendidikan terakhir sebagian

besar responden berpendidikan SD sebanyak 34 orang

(52,3%).

Komunikasi Interpersonal Perawat di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Karanganyar

Komunikasi

Terapeutik

Frekuensi

Prosentase

(%)

Kurang

1

1,5

Cukup

10

15,4

Baik

54

83,1

Total

65

100

Berdasarkan

tabel

menunjukkan

pelaksanaan

komunikasi terapeutik perawat di Ruang Mina Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar sebagian besar

adalah baik sebanyak 54 orang (83,1%).

Kepuasan

Pasien

di

Rumah

Sakit

PKU

Muhammadiyah Karanganyar

Kepuasan pasien

Frekuensi

Prosentase (%)

Tidak Puas

5

7,7

Puas

60

92,3

Total

65

100

Berdasarkan table sebagian besar pasien merasa puas

terhadap pelayanan yang diberikan di Ruang Mina

Rumah

Sakit

PKU

Muhammadiyah

Karanganyar

sebanyak 60 orang (92,3%).

Hasil analisis data Spearman Rank Komunikasi

Interpersonal dengan Kepuasan Pasien di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.

p- value

R

Spearman

Rank

0.169

0.173

Berdasarkan tabel koefisien korelasi (r) sebesar 0,173

artinya tingkat kekuatan hubungan antara variabel

komunikasi interpersonal perawat dan kepuasan Pasien

sangat lemah sedangkan nilai p- value adalah 0,169 lebih

besar dari nilai 0,05 atau 0,01 maka dapat diartikan tidak

ada hubungan antara dua variabel tersebut. sehingga dapat

disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara

komunikasi interpersonal perawat dengan kepuasan

pasien di Ruang Mina Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar.

PEMBAHASAN

Distribusi Karakteristik Responden

Jenis Kelamin

Berdasarkan analisis deskripsi terlihat bahwa

responden terbanyak dengan jenis kelamin laki-laki

yaitu 41 orang (63,1%) sedangkan jenis kelamin

perempuan ada 24 orang (36,9%). Jenis kelamin

mempengarahi persepsi dan harapan pasien untuk

memehuhi kebutuhan termasuk pelayanan kesehatan.

Laki-laki memiliki kecenderungan pekerjaan yang lebih

berat dibanding perempuan sehingga lebih mudah

terserang penyakit (Wahyu, 2006).

Menurut Loudon dan Bitta (2006) menyatakan

bahwa faktor demografi yang berhubungan dengan

kepuasan salah satunya adalah jenis kelamin. Laki-laki

lebih tinggi tingkat kepuasannya terhadap layanan

kesehatan, mungkin disebabkan oleh cara berpikirnya

yang cenderung positif, rasional, dan lebih sabar dalam

menghadapi masalah sedangkan perempuan cenderung

berpikir negatif, lebih banyak menggunakan perasaan

dan emosi, tidak sabar, serta lebih cerewet. Selain itu,

karena perbedaan peranan di mana laki-laki berperan

dalam memberikan dasar ekonomis (mencari nafkah),

sedangkan peranan perempuan adalah membantu,

mengolah, dan memelihara (Gibson, 2003). Sehingga

laki-laki lebih mementingkan output (kesembuhan) dari

pada proses dalam pelayanan kesehatan. Sebaliknya,

perempuan melihat pada proses layanan kesehatan

menjadi sangat penting dan seharusnya sesuai dengan

harapan mereka.

Umur

Berdasarkan

distribusi

frekuensi

usia

yang

didapatkan dari penelitian ini, responden paling banyak

adalah umur antara 18-60 tahun berjumlah 40 orang

(61,5%). Menurut Lestari (2009) karakteristik umur

pasien umur merupakan faktor yang mempengaruhi

kepuasan. Usia tua lebih puas terhadap pelayanan

keperawatan

dibandingkan

usia

muda.

Semakin

bertambahnya usia seseorang, semakin bijaksana dalam

menanggapi

permasalahan

sehingga

kekurangan-kekurangan

selama

menjalani

perawatan

bisa

dimaklumi. Selain itu ada faktor sosial budaya yaitu

sebagai orang timur para perawat lebih menghargai dan

menghormati orang tua sehingga lebih perhatian dalam

memberikan pelayanan keperawatan.

Pendidikan terakhir

Berdasarkan analisis distribusi pasien berdasarkan

tingkat pendidikan jumlah pasien dengan tingkat

pendidikan SD lebih banyak dibandingkan pasien

(7)

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar .

7

dengan tingkat pendidikan SMP maupun SMA yaitu

sebanyak 34 (52,3%). Dari hasil penelitian ini didapatkan

tingkat pendidikan yang lebih rendah akan merasa lebih

puas.

Tingkat pendidikan seseorang akan cenderung

membantunya untuk membentuk pengetahuan sikap dan

perilakunya terhadap sesuatu. Dengan pengetahuan yang

baik seseorang dapat melakukan evaluasi berkaitan

dengan kemampuan dalam melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek atau materi yang

ditentukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka daya untuk mengkritisi segala sesuatu akan

meningkat. Sehingga dengan pendidikan yang lebih tinggi

akan semakin kritis dalam menentukan apakah pelayanan

yang diberikan dapat memberikan rasa puas atau tidak.

Peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan

dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya

sebagai akibat dari semakin tinggi pendidikan rata-rata

masyarakat sehingga membuat mereka lebih tahu tentang

haknya dan lebih asertif (Lestari, 2009).

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan

seseorang akan lebih bisa menerima hasil dari suatu

pelayanan kesehatan karena tuntutan akan palayanan

kesehatan yang mereka butuhkan sendiri lebih sedikit

dibandingkan dengan tuntutan orang yang berpendidikan

tinggi.

Komunikasi Interpersonal Perawat

Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan

komunikasi interpersonal perawat di Ruang Mina Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar sebagian besar

adalah baik sebanyak 54 orang (83,1%). Hasil penelitian

ini sesuai dengan Ardia Putra (2013) yang menunjukkan

pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat di ruang

rawat inap RSUD Zainal Abidin Banda Aceh sebagian

besar kategori baik yaitu sebanyak 42 orang (53,8%).

Penerapan komunikasi terapeutik yang baik oleh perawat

disebabkan karena penelitian ini dilakukan di rumah sakit

swasta yang lebih mengedepankan pelayanan dan

menggantungkan kelangsungan hidup rumah sakit dari

kepercayaan pasien dalam memanfaatkan pelayanan

rumah sakit ini, yang menyebabkan perawat sebagai

ujung tombak pelayanan kesehatan kepada pasien, merasa

perlu menerapkan kemampuan komunikasi terapeutik

yang efektif untuk dapat meyakinkan pasien bahwa

pelayanan yang akan diterima benar – benar berkualitas.

Komunikasi merupakan alat kontak sosial antara individu

yang satu dengan yang lain. Komunikasi yang tidak

efektif akan menimbulkan kesalahan presepsi dan

mengganggu keharmonisan hubungan antar individu.

Namun sebaliknya komunikasi yang efektif, tepat

waktu dengan sikap, intonasi, ekspresi wajah yang

sesuai akan meningkatkan kepercayaan antara individu

dalam membina hubungan saling percaya dan saling

membutuhkan. Hibdon (2000) menyatakan bahwa

dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima

klien apa adanya, perawat akan meningkatkan

kemampuan klien dalam membina hubungan saling

percaya. Hal senada diungkapkan oleh Roger (2004)

dalam

Abraham

dan

Shanley

(2007)

yang

mengemukakan bahwa hubungan antara perawat dan

klien

merupakan

area

untuk

mengekspresikan

kebutuhan, memecahkan masalah, dan meningkatkan

koping.

Kemampuan dalam keterampilan tindakan

medis tenaga kesehatan harus didukung dengan

ketrampilan berkomunikasi secara baik dengan

pasien.

Dengan

memiliki

keterampilan

berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih

mudah menjalin hubungan saling percaya dengan

klien, sehingga akan lebih efektif dalam mencapai

tujuan asuhan keperawatan yang telah diiterapkan,

memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan

keperawatan dan akan meningkatkan mutu profesi.

Kemampuan komunikasi terapeutik yang dilakukan

oleh perawat merupakan aplikasi dari apa yang

telah dia dapatkan dari pendidikan di akademik.

Walaupun tugas seorang perawat sangat berat dan

menyangkut nyawa orang, seorang perawat harus

dengan sabar baik dalam perbuatan maupun

kata-kata dalam bentuk komunikasi terapeutik. Hal

tersebut dikarenakan kesembuhan seorang pasien

tidak hanya ditentukan dari obat saja namun dari

suasana yang mendukung kesehatan psikologis

pasien.

Kepuasan Pasien

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien

merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan di

Ruang Mina Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Karanganyar yaitu sebanyak 60 orang (92,3%). Hasil

penelitian ini sesuai dengan Penti Sariningsih (2015)

yang menunjukkan tingkat kepuasan pasien rawat inap

kelas III RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

sebagian besar menyatakan puas terhadap pelayanan

keperawatan yang diberikan sebanyak 75% pasien.

Hanya 4,2% pasien saja yang menyatakan tidak puas

atas pelayanan keperawatan yang diberikan. Hal ini

membuktikan bahwa secara umum pelayanan yang

diberikan

di

Instalasi

rawat

inap

RS

PKU

Muhammadiyah Karanganyar telah mampu memenuhi

harapan pasien.

(8)

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar .

8

Kepuasan pasien adalah suatu keadaan dimana

keinginan, harapan dan kebutuhan pasien terpenuhi,

kepuasan terjadi setelah seseorang membandingkan

kinerja/hasil yang dirasakan dengan harapannya (Pohan,

2007).

Jika kinerja produk lebih tinggi dari harapan

konsumen, maka konsumen akan mengalami kepuasan.

Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari

interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah

memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Kepuasan

pasien akan pelayanan yang diberikan oleh pihak

penyedia jasa (rumah sakit) akan meningkatkan

kepercayaan pasien (masyarakat) terhadap kinerja dan

kualitas rumah sakit tersebut. Ini akan mendorong

penggunaan yang berulang fasilitas tersebut atau akan

menjadi pilihan utama pasien untuk meminta bantuan

medis.

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat dengan

Kepuasan Pasien

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pasien

yang mendapatkan komunikasi terapeutik kategori baik

yaitu 54 orang (83,1%) puas dengan pelayanan yang

diberikan.

Pasien

yang

mendapatkan

komunikasi

terapeutik kategori cukup yaitu sebanyak 10 orang

(15,4%) sebagian besar puas dengan pelayanan yang

diberikan.

Pasien

yang

mendapatkan

komunikasi

terapeutik kategori kurang tidak puas dengan pelayanan

yang diberikan sebanyak 1 orang (1,5%).

Dari hasil analisis penelitian dengan analisi korelasi

Spearman’s. hubungan komunikasi interpersonal perawat

dengan kepuasan pasien di Ruang Mina Rumah Sakit

PKU

Muhammadiyah

Karanganyar

menunjukkan

koefisien korelasi sebesar 0,173 artinya tingkat kekuatan

hubungan antara variabel komunikasi interpersonal

perawat dan kepuasan Pasien sangat lemah sedangkan

nilai p-value 0,169 lebih besar dari nilai 0,05 atau 0,01

maka dapat diartikan hubungan antara dua variabel

tersebut tidak signifikan atau tidak berarti. Asumsi

penelitian yang dapat dikemukakan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan komunikasi interpersonal

perawat dengan kepuasan pasien di Ruang Mina Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar.

Hasil

penelitian

ini

mendukung

penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Salman Nur (2010) yang

bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di

ruang rawat inap Rumah Sakit Haji Medan. Berdasar

hasil uji statistik diperoleh nilai r = 0,004. Yang berarti

adanya korelasi yang tidak kuat dan dengan nilai p-value

= 0,972 menunjukkan adanya pengaruh yang tidak

signifikan antara komunikasi terapeutik perawat

terhadap kepuasan pasien.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Eva Alviana (2007), hasil dari penelitian

ini menunjukkan bahwa : "Ada hubungan antara

Komunikasi Terapeutik PerawatPasien dengan Kepusan

Pasien terhadap Pelayanan Rumah Sakit AI-Islam

Bandung." Berdasar hasil uji statistik diperoleh nilai r =

0,514 dan p = 0,000. Data ini menunjukkan bahwa

hubungan tersebut signifikan pada taraf signifikansi 0.01

(lebih kecil dari 0,05). Nilai r sebesar 0,514 berarti

kekuatan hubungan tersebut sedang atau moderat. Pola

hubungan linier positif yang berarti semakin baik

pelaksanaan komunikasi terapeutik maka pasien akan

semakin merasa puas. optimal bagi setiap pasien dan

pelayanan kesehatan memperhatikan kemampuan pasien

atau keluarganya, adanya perhatian terhadap keluhan,

kondisi

lingkungan

fisik

dan

tanggap

atau

memprioritaskan kebutuhan pasien (Kottler, 2008).

Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan setelah

membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan

dengan harapan (Supranto, 2001). Pasien akan

mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diterima.

Hasil dari evaluasi tersebut akan menghasilkan perasaan

puas atau tidak puas (Sumarwan, 2003). Bagi pasien

kebutuhan yang paling menonjol bukanlah yang

berkaitan dengan harga diri atau untuk diakui

kehebatannya tetapi adalah kebutuhan belongingness

and social needs. Merasa dicintai, didengarkan, tidak

dianggap sebagai orang yang menyusahkan saja dan

tidak pula diperlakukan sebagai manusia yang tidak

berguna (Tobing, 2008 dalam Salman Nur, 2010).

Komunikasi terapeutik ini sendiri memegang

peranan penting dalam membantu pasien memecahkan

masalah yang dihadapi. Karena bertujuan untuk terapi

maka

komunikasi

dalam

keperawatan

disebut

komunikasi terapeutik (Suryani, 2005). Komunikasi

terapeutik diterapkan oleh perawat dalam berhubungan

dengan pasien untuk meningkatkan rasa saling percaya,

dan apabila tidak diterapkan akan menganggu hubungan

terapeutik yang berdampak pada ketidakpuasan pasien.

Pasien akan merasa puas ketika kinerja layanan

kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi

harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasaan atau

perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja

layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai

dengan harapannya (Pohan, 2007).

Kepuasan pelanggan rumah sakit atau kepuasan

pasien tidak hanya dipengaruhi oleh komunikasi

(9)

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar .

9

interpersonal perawat saja namun banyak faktor

antara lain pendekatan dan perilaku petugas, mutu

informasi, prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas

umum yang tersedia, fasilitas perhotelan untuk pasien

seperti mutu makanan, pengaturan kunjungan dan privasi

outcome terapi dan perawatan yang diterima. Mungkin

inilah yang menjadi faktor hasil dalam penelitian ini

menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan

antara

komunikasi

interpersonal

perawat

dengan

kepuasan pasien.

KESIMPULAN

Sebagian besar responden pada penelitian ini berjenis

kelamin laki-laki yaitu 41 orang dengan presentase

63,1%, sebagian besar responden berumur antara 18-60

tahun yaitu 40 orang dengan presentase 61,5%, dan

sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu 34

orang dengan presentase 52,3%.

Sebagian besar komunikasi terapeutik perawat di

ruang rawat inap khususnya Ruang Mina Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar memiliki

kategori yang baik yaitu sebanyak 54 orang dari 65 orang

dengan presentase 83,1%.

Sebagian besar respon kepuasan pasien rawat inap

terhadap komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat

khususnya di Ruang Mina Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar memiliki kategori puas

yaitu sebanyak 60 orang dari 65 orang dengan presentase

92,3%.

Tidak ada hubungan yang signifikan antara

komunikasi interpersonal perawat dengan kepuasan

pasien di Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Karanganyar dengan nilai korelasi (r) 0,173 dengan

interval koefisien korelasi 0,00 - 0,199 (hubungan sangat

lemah), dan p- value 0,169 > 0,05.

SARAN

Bagi Rumah Sakit Bagi pihak rumah sakit agar tetap

memperhatikan dan menerapkan komunikasi efektif, visi

dan misinya karena dalam hal berkomunikasi merupakan

salah satu cara untuk meningkatkan mutu dalam

pelayanan kesehatan agar pasien maupun masyarakat

tetap menggunakan fasilitas di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar.

Bagi Perawat Perawat di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah

Karanganyar

agar

dapat

mempertahankan dan meningkatkan kemampuan untuk

melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien maupun

keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M, Sambas AM, Ating S. 2011.

Dasar-Dasar Metode Statistika Untuk Penelitian.

Bandung: Pustaka Setia.

Ardia Putra. 2013. Skripsi : Hubungan Komunikasi

Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di

Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Zainal Abidin

Banda Aceh. Banda Aceh. PSIK-FK Universitas

Syiah Kuala Banda Aceh

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan

Praktek. Jakarta: rineka Cipta.

Bungin, Burhan, 2007. Sosiologi Komunikasi (Teori,

Paradigma, dan iskursus Teknologi Komunikasi

di Masyarakat), Jakarta : Kencana.

Crain, William, 2007. Theories of Development,

Concepts and Applications, hird Edition,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Devito, J.A, 2002. Komunikasi Antar Manusia, Jakarta :

Profesional Books.

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman

untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawat Pasien, Edisi 3. Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Efeendy, O. U. 2004. Jurnal : Dinamika Komunikasi.

Bandung : Remaja Rosdakarya

Keliat, Budi, Anna. (2000), Hubungan Terapuetik

Perawat Klein. Penerbit Buku Kedokteran,

ECG. Jakarta.

Kotler, Philip. (2002). Marketing Management. (Edisi

Indonesia oleh Hendra Teguh, Ronny dan

Benjamin Molan). PT Indeks: Jakarta

Liliweri,

Alo.

2008.

Dasar-Dasar

Komunikasi

Kesehatan. Cetakan kedua. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

Muhammad Ali. 2000. Komunikasi Organisasi. Cetakan

kelima. Jakarta : Bumi Aksara.

Mundakir, (2006), Komunikasi Dalam Keperawatan :

Aplikasi Teori dan Praktik. EGC. Jakarta.

Mulyana, Deddy. 2002, Ilmu Komunikasi Suatu

(10)

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Karanganyar .

10

Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Murtiningsih.2013.Bab III - UNIMUS Digital Library

Universitas

uhammadiyah

Semarang

digilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-murtinings-7631-4-

babiii.pdf.Diakses

20

Agustus 2017

Notoatmojo,

S.

(

2005

),

Metode

Penelitian

Keperawatan,, Rineka Cipta, Jakarta.

Nurjannah, Intansari. 2005. Komunikasi Terapeutik

(Dasar-dasar Komunikasi Bagi perawat).

Yogyakarta : Mocomedia

Nursalam,( 2003 ), Konsep Dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika,

Jakarta.

Penti Sariningsih. 2015. Skripsi : Hubungan Komunikasi

Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan

Pasien Rawat Inap Kelas III RS PKU

Muhammadiyah Jogjakarta Unit II. Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Jogjakarta

Purwanto, Heri. (2007). Komunikasi Untuk Perawat.

EGC,

JakartSugiyo.

2005.

Komunikasi

Antarpribadi. Semarang : UNNES PRESS

Potter, P.A., & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Keperawatan

: Konsep, Proses, Dan

Praktik, Jakarta: EGC.

Rahmawati, Y dan Purwanti, O.S. 2008. Hubungan

Komunikasi Perawat- Pasien . Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Salman Nur. (2010). Pengaruh Komunikasi Terapeutik

Perawat Terhadap Kepuasan Pasien di Rumah

Sakit Haji Medan , Medan: Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Soejanto, Agoes, 2005. Psikologi Komunikasi, Bandung.

Penerbit : PT Remaja

Rosdakarya.

.

Sendjana, S. Djuarsa. 2002. Teori Komunikasi. Jakarta:

Universitas Terbuka

Setiadi. Nugroho J. 2008. Perilaku Konsumen. Jakarta:

Kencana.

Sugiono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Supratiknya, A. 2003. Komunikasi Antarpribadi.

Yogyakarta : Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI)

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik : Teori dan

Praktik. EGC. Jakarta..

Stuart, G.W & Sundeen S.J (2005), Pocket gide to

Psychiatric Nursing. Third edition.

Stuart, G.W.& Sundeen S.J (2005).Principles and

Practise of Psychiatric Nursing. St.Louis: Mosby

Year Book.

Supranto.

2001.

Pengukuran

Tingkat

Kepuasan

Pelanggan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tamsuri. Anas. 2004. Komunikasi dalam Keperawatan.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tjiptono,

Fandy.

2008.

Service

Management

Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta : Andi

offset.

Tucker SM. 2002. Standar Perawatan Pasien (Proses

Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi. Edisi V.

Volume 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Widjaja. H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar

Studi. Rineka Cipta

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:

Grasindo .

(11)

Hubungan Komunikasi Interpersonal Perawat Dengan Kepuasan Pelayanan Keperawatan Pasien Di Rumah Sakit PKU

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.25 Tanggapan Responden Terhadap Keterbukaan Laporan Keuangan 91 Tabel 4.26 Tanggapan Responden Terhadap Kegiatan Pelayanan Masyarakat 91 Tabel 4.27 Tanggapan

Baik akseptor yang mengalami ekspulsi maupun Bidan praktik Mandiri. diihat dari wilayah kerja Puskesmas Kota

siswa yang memiliki minat belajar dalam suatu pelajaran tertentu pasti. akan mempunyai rasa senang, ketertarikan, keingintahuan,

Hasil penelitian pada analisis VECM Perbankan konvensional menunjukkan bahwa variabel jumlah Dana Pihak Ketiga perbankan konvensional (DPKk), Indeks Harga

Jika keluarga Tomi sampai di rumah nenek pukul 12.15, dan berangkat pada pukul 10.45.. Berapa lama perjalanan

In this case, Kim and Kross also distinguish between firms with positive earnings and firms with negative earnings, the result states that the relationship between earnings

Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik

Untuk menambah pengetahuan penulis tentang bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap hak-hak pengguna jasa laundry pakaian serta pertanggungjawaban pihak pelaku usaha