• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk melindungi atau mempertahankan hak-hak pada suatu kelompok,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk melindungi atau mempertahankan hak-hak pada suatu kelompok,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resistensi acap kali dipandang sebagai pro dan kontra, dimana sering dilakukan untuk melindungi atau mempertahankan hak-hak pada suatu kelompok, baik itu secara ekstremis maupun persuasif.Namun sebenarnya resistensi dapat diaplikasikan kedalam berbagai kejadian lainnya seperti dalam hal mempertahankan budaya atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh suatu kelompok. Bentuk resistensi sering dilakukan dikala sudah adanya pengekangan ataupun peraturan yang dibuat guna menghancurkan eksistensi dari suatu bagian dari masyarakat ataupun kelompok.

Resistensi merupakan salah satu bentuk semua tindakan yang digunakan atau dimaksudkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang atau kelompok (Scott, 2012). Resistensi terhadap pemerintah artinya merupakan penentangan atau perlawanan terhadap kebijakan pemerintah. Resistensi juga memiliki musuh yang berbeda, baik itu pemerintah maupun non pemerintah, sebagai halnya contoh resistensi kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka di Provinsi Aceh terhadap pemerintah Republik Indonesia, dimana kelompok Gerakan Aceh Merdeka dipandang sebagai gerakan yang separatis dan dipandang menganggu keutuhan NKRI dengan ingin membentuk Negara Aceh dan lepas dari Indonesia, dimana gerakan ini melawan para tentara nasional Indonesia yang berjaga disana, dan mempertahankan daerahnya terlepas gerakan atau resistensi yang dilakukan dinilai benar atau salah

(2)

(Sivuun, 2015). Banyak faktor yang menyebabkan adanya resistensi diantaranya dikarenakan perbedaan pendirian dan pendapat, perbedaan persepsi dan keyakinan, dan adanya ketidakadilan serta diplomasi yang tidak menguntungkan kedua belah pihak. Faktor-faktor seperti ini sering sekali menjadi pemicu terjadinya resistensi, pembentukan pola pikir antar masyarakat yang akhirnya terbelah menjadi dua kelompok, pro resistensi dan kontra resistensi. Kepentingan yang berbeda pun dapat menyebabkan resistensi, seperti pada judul diatas mengenai adanya resistensi peternak babi terhadap keputusan Pemerintah Kota Medan tentang peraturan Walikota Medan Nomor 23 tahun 2009.

Kota Medan merupakan salah satu dari beberapa kota besar di Indonesia. Penduduk kota Medan terdiri dari berbagai macam etnis, ras, dan agama. Kehidupan ini mencerminkan kondisi masyarakat Indonesia yang dikenal plural, dengan keberagaman tersebut tentunya beragam pula mata pencaharian masyarakat di kota Medan, seperti pedagang, petani, maupun peternak. Apalagi pola geografis kota Medan yang semakin kian terisi kepadatannya. sehingga membuat pemerintahan kota Medan membuat berbagai peraturan untuk mengatasi hal tersebut.

Peternakan merupakan salah satu sumber mata pencaharian yang sangat berkembang di Indonesia. Peternakan biasanya banyak dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kehidupan mereka. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Masyarakat kota Medan terkhususnya masyarakat yang mata pencahariannya usaha ternak babi, produk olahannya cukup potensial sebagai komoditas ekspor nasional, sehingga usaha ini berperan cukup besar

(3)

dalam menunjang ekonomi keluarga, disamping itu pemeliharaannya relatif mudah dan perkembangbiakannya cepat (Firdaustkubh, 2012).

Besarnya permintaan akan ternak babi disamping sebagai pemenuhan permintaan konsumsi rumah tangga, tetapi juga dikarenakan masyarakatnya, khususnya masyarakat suku Batak membutuhkan dalam segala kegiatannya, baik dibidang agama, sosial kemasyarakatan, adat budaya, maupun dalam relasi persahabatan, misalnya pada saat upacara adat pernikahan, adat orang meninggal, adat lahiran dan lain sebagainya (Sihombing, 2015). Selain beternak babi kerap kali masyarakat memanfaatkan situasi ketika mengambil makanan ternak mereka seperti mengambil barang-barang bekas yang ada dijalanan kota.

Kegiatan usaha budidaya ternak babidi pemukiman penduduk yang semakin intensif, pada gilirannya menimbulkan permasalahan yang kompleks terhadap lingkungan hidup, misalnya pengandangan dan peningkatan populasi ternak babi yang menimbulkan masalah yaitu pencemaran lingkungan dan masalahkesehatan.

Usaha beternak rumahan ini sudah digeluti di Indonesia terkhususnya di kota Medan, usaha beternak rumahan ini dinilai lebih praktis dan terjangkau apalagi mudah diawasi karena berada dekat dengan tempat tinggal masyarakat. Diketahui bahwa di kota Medan terdapat lokasi usaha peternakan babi seperti di Kecamatan Medan Belawan, Deli, Marelan, Petisah, Helvetia, Sunggal, Selayang, Tuntungan, Amplas, Johor, dan Medan Denai (Bitstream, 2016).

Salah satu lokasi usaha ternak babi yang masih banyak digeluti oleh masyarakat kota Medan adalah lokasi Kecamatan Medan Denai. Di daerah ini pada umumnya masyarakat masih banyak yang memiliki usaha ternak babi, baik itu

(4)

memelihara dan mengembangkannya serta berdagang hasil dari daging babi itu sendiri, salah satunya di lokasi Kelurahan Tegal Sari Mandala II. Para pemilik ternak babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II sudah digolongkan kedalam masyarakat yang bermatapencarian pokok pengusaha, dikarenakan biasanya selain memelihara babi masyarakat juga menjual dagingnya di depan rumah mereka, menjual babi mereka ke toke-toke babi baik dari luar maupun dari dalam lingkungan sendiri, dan menjualnya ke masyarakat yang bukan penduduk di Kelurahan Tegal Sari Mandala II.

Disekitaran lingkungan Kelurahan Tegal Sari Mandala II ada beberapa rumah peribadatan seperti Mesjid, Musholla, dan Gereja. Musholla atau mesjid dibangun tidak tepat disebelah kandang babi tetapi lebih tepatnya disekitaran lingkungan rumah masyarakat. Disisi lain yang dapat dilihat, masyarakat yang tidak memelihara babi mengeluh bau yang menyengat dari kotoran babi dan sumbatan parit-parit disekitar yang diakibatkan banyaknya masyarakat pemilik ternak babi yang membuang kotoran ke aliran parit. Selain itu masyarakat peternak babi juga banyak yang memulung dan memungut plastik-plastik bekas untuk dijemur dan dijual, alhasil parit-parit menjadi ikut tersumbat dan menjadi sarang nyamuk. Namun disisi lain tidak pernah adanya konflik antara masyarakat dan masyarakat terkait adanya ternak babi di Kelurahan Mandala II, masyarakat hanya mengeluh tentang bau yang menyengat dari kotoran babi dan sumbatan parit-parit kepada lurah dan kepling, kepling dan lurah pun sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang memiliki ternak babi agar menampung kotoran ternak babinya di tempat khusus, namun masyarakat peternak babi menghiraukan hal tersebut.

(5)

Kelurahan Tegal Sari II biasanya disebut sebagai lokasi Mandala, yang merupakan salah satu daerah padat penduduk yang memiliki usaha peternakan babi rumahan. Selain memiliki usaha peternakan rumahan, masyarakat setempat melakukan usaha dagang hasil daging babi disekitaran daerah tersebut. Ternak babi yang ada di Kelurahan Tegal Sari Mandala II merupakan ternak rumahan sekaligus juga ternak produksi, dikarenakan selain memelihara dirumah banyak masyarakat yang menjual hasil daging babi tersebut di depan rumah mereka dan menjual babi mereka baik induk maupun anak kepada toke-toke babi dari luar maupun toke babi sekitar. Banyak juga masyarakat peternak babi yang tidak seutuhnya kalau mereka sendiri adalah pemilik dari babi tersebut, melainkan babi tersebut titipan orang lain tetapi hasil penjualannya dibagi dua sesuai dengan kesepakatan yang dibuat bersama, sehingga menguntungkan kedua belah pihak.

Biasanya para pemilik ternak babi mengambil makanan sisa untuk memberi makan ternak-ternak babinya dan biasanya mereka sudah punya tempat langganan khusus seperti restoran, rumah-rumah makan maupun pinggiran jalan raya. Jarak pengambilan makanan ternak babi biasanya bervariasi mulai dari jarak yang terdekat sampai yang terjauh misalnya di daerah rumah-rumah makan di Asia Mega Mas yang merupakan salah satu tempat yang biasanya para etnis Tionghoa makan dan minum. Mereka juga biasanya pergi ke daerah alun-alun kota seperti lapangan merdeka dan sekitarnya, dengan menggunakan becak barang mereka mengangkut sisa-sisa makanan bekas untuk dibawa pulang dan diberikan kepada ternak-ternak babinya.

Pemerintah membuat peraturan untuk para peternak kaki empat di kota Medan, guna tercapainya kota Medan yang bersih, asri dan mengurangi

(6)

daerah-daerah kumuh sehingga pemerintah mengawasi para pengusaha peternak kaki empat termasuk usaha ternak babi di daerah pemukiman masyarakat. Sesuai peraturan walikota (Perwalkot) Medan No.23/2009 tanggal 16 Oktober 2009 tentang larangan ternak kaki empat di kota Medan, sehingga di seluruh wilayah kota Medan dilarang adanya usaha ternak kaki empat. Bila ada usaha peternakan yang di kota Medan diminta untuk dipindahkan sendiri. Sesuai Surat Keputusan Walikota Medan No.524/1256 K tanggal 27 September 2010 bahwa kepada masyarakat peternak babi diberikan bantuan biaya pengangkutan atau pemindahan babi keluar kota Medan sebesar Rp 76 ribu per ekor untuk babi berumur di atas empat bulan dan Rp 60 ribu untuk yang berumur kurang dari empat bulan.

Sebelum penelitian ini, telah ada beberapa penelitian terdahulu ataupun referensi yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin yang berjudul “Resistensi Paguyuban Pedagang Pasar Tradisional Terhadap Pembangunan Mall Dinoyo City (Studi di Paguyuban Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang)”, melalui penelitiannya, peneliti ingin mengetahui bentuk-bentuk resistensi paguyuban pedagang pasar tradisional terhadap pembangunan Mall Dinoyo.

Penelitian terdahulu lainnya oleh Eduar Baene yang berjudul “Resistensi Pedagang Kaki Lima Terhadap Kebijakan Pemerintah Kota (Studi Fenomenologi Tentang Resistensi Pedagang Kaki Lima Terhadap Tindakan Penertiban di Alun-Alun Kota Malang)”, penelitian ini membahas penyebab pedagang kaki lima (PKL) yang ada di Alun-Alun Kota Malang melakukan resistensi terhadap kebijakan pemerintah Kota Malang yang melakukan upaya penertiban.

(7)

Penelitian terdahulu oleh I Made Dian Saputra yang berjudul “Resistensi Pedagang Acung Di Kawasan Kerta Gosa Klungkung Terhadap Perda No. 2 Tahun 1993”. Penelitian ini membahas prilaku para pedagang acung di kawasan Kerta Gosa dalam menghadapi Perda No. 2 Tahun 1993, sehingga diperoleh gambaran bagaimana dampak dan makna dari resistensi yang dilakukan oleh para pedagang acung.

Penelitian terdahulu oleh Muhammad Ilham Nurrochmaddani yang berjudul “Resistensi Pedagang Atas Relokasi Pasar Dinoyo Ke Pasar Merjosari”. Penelitian ini membahas tentang resistensi para pedagang pasar Dinoyo dan warga Merjosari terhadap relokasi pasar Dinoyo dan membahas dampak yang ditimbulkan dari relokasi Pasar Dinoyo.

Penelitian terdahulu dari Mirdalina yang berjudul “Resistensi Pedagang Kaki Lima (PKL) Terhadap Penertiban Satpol PP (Studi kasus di Pasar Bambu Kuning Bandar Lampung)”. Penelitian ini membahas tentang bentuk-bentuk perlawanan Pedagang Kaki Lima di Pasar Bambu Kuning Bandar Lampung terhadap penertiban Satpol PP, dan membahas tentang faktor penyebab perlawanan Pedagang Kaki Lima di Pasar Bambu Kuning Bandar Lampung.

Penelitian terdahulu oleh Ridho Riyansyah. Muhammad (2015) yang berjudul Potensi Konflik Antara Peternak Babi Dengan Masyarakat Sekitar Daerah Simalingkar B Di Medan, ia mengatakan bahwa tidak hanya dengan peraturan semata Pemko Medan langsung bergerak dengan melakukan razia terhadap ternak babi yang ada di daerah kota Medan. Kegiatan razia tersebut kerap kali mendapatkan perlawanan dari para pemilik peternakan babi tersebut. Banyak dari kaum laki-laki

(8)

membawa senjata tajam untuk melawan petugas yang merazia sedangkan kaum ibu-ibunya melawan dengan melakukan aksi membuka pakaian mereka dihadapan petugas Satpol PP. Adanya perlawanan yang dilakukan masyarakat peternak babi. Pemko Medan seakan tidak memiliki ketegasan dalam merelokasi peternakan babi itu sendiri. Ketidaktegasan pemerintah membuat para peternak masih dapat memelihara hewan ternaknya sebagaimana biasanya. Hal ini membuat masyarakat mulai mendesak pemerintah agar lebih amanah dalam menjalankan peraturan yang di buat.

Resistensi yang dilakukan masyarakat setempat terhadap keputusan pembuatan peraturan oleh Walikota Medan adalah kunci agar ternak babi mereka tidak ditangkap dan dipindahkan oleh pemerintah kota Medan. Perlawanan yang dilakukan masyarakat sebagai wujud nyata masyarakat dikarenakan masyarakat menolak keputusan pembuatan peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan keberadaan peraturan walikota (Perwalkot) Medan No.23/2009 tanggal 16 Oktober 2009 tentang larangan ternak kaki empat di kota Medan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil judul tentang “Resistensi Peternak Babi Terhadap Keputusan Pemerintah Kota Medan Tentang Peraturan Walikota Medan Nomor No.23 Tahun 2009 (Studi Deskriptif Peternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan)”.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan penulis diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini, diantaranya :

(9)

1. Mengapa terjadinya resistensi peternak babi di tengah keputusan peraturan Walikota Medan Nomor No.23 Tahun 2009di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai ?

2. Bagaimana bentuk-bentuk resistensi para peternak babi tentang peraturan Walikota Medan Nomor No.23 Tahun 2009 di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, adapun tujuan dari proposal ini yaitu :

1. Untuk meneliti dan mengetahui terjadinya resistensi peternak babi di tengah keputusan peraturan Walikota Medan Nomor No.23 Tahun 2009di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai.

2. Untuk meneliti dan mengetahui bentuk-bentuk resistensi para peternak babi tentang peraturan Walikota Medan Nomor No.23 Tahun 2009 di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara teoritis

1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu Sosiologi, khususnya dalam Perencanaan dan Sosiologi Pembangunan.

(10)

2. Diharapkan dapat memperkaya kajian dan referensi tentang resistensi peternak babi tentang larangan usaha ternak kaki empat di Kota Medan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa Sosiologi terkait judul diatas serta kepada masyarakat luas.

1.4.2 Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat luas mengenai pemeliharaan ternak kaki empat pada tempatnya guna menciptakan lingkungan yang bersih. Hasil penelitian ini juga memberikan manfaat kepada pemerintah khususnya pemerintah kota Medan dalam pembuatan peraturan wali kota dengan memikirkan sebagian masyarakat yang terkena dalam peraturan yang telah dibuat guna mengurangi terjadinya resistensi-resistensi akibat pembuatan peraturan serta undang-undang melalui relokasi tempat para pengusaha ternak babi.

1.5 Defenisi Operasional Variabel

Konsep – konsep sosial yang sudah diterjemahkan menjadi satuan yang lebih operasional, yakni variabel dan konstruk (construct), biasanya belum sepenuhnya siap untuk diukur. Hal ini demikian karena variabel dan konstrak sosial mempunyai beberapa dimensi yang dapat diukur secara berbeda. Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Defenisi oeprasional adalah suatu

(11)

informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dari informasi tersebut dia akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel itu dilakukan. Dengan demikian dia dapat menentukan apakah prosedur pengukuran yang sama akan dilakukan atau diperlukan prosedur pengukuran yang baru (Effendi. 2012).

Penelitian ini mengangkat topik tentang Resistensi Peternak Babi Terhadap Keputusan Pemerintah Kota Medan Tentang Peraturan Walikota Medan Nomor No.23 Tahun 2009. Maka operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Resistensi, secara sederhana bisa artikan sebagai semua tindakan yang digunakan atau dimaksudkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang atau kelompok.

b. Usaha Ternak adalah usaha pengembangbiakan hewan ternak yang biasanya dilakukan di sekitar rumah.

c. Ternak Kaki Empat adalah hewan kaki empat yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan dan pendapatan ekonomi yang biasanya terletak di sekitar pemukiman.

d. Peternakan babi adalah usaha membudidayakan babi untuk mendapatkan dagingnya. Babi bisa diternakkan secara jelajah bebas, dipelihara di sekitar ladang, di dalam kandang tradisional, hingga di dalam peternakan pabrik.

(12)

e. Keputusan Peraturan Walikota (Perwalkot) Medan No.23/2009 tanggal 16 Oktober yang berisi tentang larangan ternak kaki empat di kota Medan. f. Konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang (kelompok) atau lebih

dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

1.6 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel adalah batasan yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau mempersepsikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Agar penelitian ini tetap pada fokus penelitian dan tidak menimbulkan penafsiran ganda pada kemudian hari maka proses penelitian ini perlu dan melibatkan variabel. Menurut Sugiyono, variabel independen (bebas) adalah variabel yang sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, dan anteseden. Variabel ini mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel dependen (terikat) sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Maka operasionalisasi dari penelitian ini adalah :

(13)

Variabel X (Terikat)Resistensi Indikator Resistensi

mengomel

1. Resistensi Tertutup menggerutu gosip

bersikap acuh tak acuh

pertemuan yang diadakan antar peternak

2. Resistensi Semi Terbuka membuat spanduk pernyataan demonstras/protes melakukan negosiasi

(14)

menampar

3. Resistensi Terbuka Kekerasan memukul meludahi melempar membentak memaki menghina meneriaki mengucilkan memelototi mencibir mengancam

(15)

Variabel Y (Bebas) Keputusan Pemerintah Kota Medan Tentang Peraturan Wali Kota Medan Nomor 23 Tahun 2009

Indikator Keputusan Pemerintah Kota Medan Tentang Peraturan Wali Kota Medan Nomor 23 Tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

These systems typically use GPS and IMU information for reconstruction initialization and apply an exhaustive matching approach for tie-point extraction, which is needless

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-8, 2014 ISPRS Technical Commission VIII Symposium, 09 – 12 December

Sepasang bangun datar yang mempunyai simetri lipat dan simetri putarnya sama banyak adalah ..... Segitiga sama sisi mempunyai simetri putar sebanyak 3 jika diputar

Berdasarkan aturan dalam pelelangan umum dengan pascakualifikasi, maka panitia pengadaan diharuskan melakukan pembuktian kualifikasi terhadap data-data kualifikasi

[r]

[r]

Fani Gustin 2012 , Analisis pengaruh fariabel bauran pemasaran terhadap loyalitas konsumen produk minuman Teh Botol Sosro Fakultas Ekonomi Universitas Padang..

JUDUL : RATUSAN DIFABEL PERIKSA KESEHATAN DI RS UGM. MEDIA :