• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simposium Anti PKI. ChanCT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Simposium Anti PKI. ChanCT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Simposium Anti PKI

ChanCT

Sekalipun Pemerintah yang berkuasa selama lebih 1/2 abad ini menggelapkan jejak-kaki mereka, namun dari langkah yang diambil sebulan terakhir ini nampak makin jelas jejak-kaki sesungguhnya! Kalau dahulu PKI dituduh dalang G30S itu hanyalah dijadikan DALIH untuk basmi PKI, dan gulingkan Presiden Soekarno saja, sekarang kembali jejak-kaki mereka itu menunjukkan makin jelas merupakan pertarungan kekuatan- kekuatan dalam TNI, khususnya AD yang sudah terjadi sejak pembentukan TNI diawal Kemerdekaan RI!

PKI sejak awal dengan tandas menyatakan, G30S adalah urusan internal Angkatan Darat! Sedang Jenderal Soeharto yang serta-merta menuding PKI dalang G30S, kemudian diperkuat dengan keluarkan “Buku Putih” membuktikan PKI dalang G30S dengan segala FITNAH yang tidak berdasar!

Bukankah TNI, Tentara Nasional Indonesia yang kita kenal sekarang ini, adalah kelanjutan dari TRI, Tentara Rakyat Indonesia dimasa awal Kemerdekaan itu, yang merupakan gabungan dari berbagai Laskar Rakyat dengan berbagai aliran politik yang jelas berbeda. Ada perwira yang berasal dari KNIL, pendidikan kemiliteran Belanda, seperti Jenderal AH Nasution, juga Jenderal Soeharto jebolan KNIL. Hanya saja dimasa Jepang, tahun 1942 untuk menyelamatkan diri dari penangkapan Jepang, mereka berdua juga bergabung dalam tentara PETA, tentara Pembela Tanahair yang dibentuk Jepang, seperti jenderal Sudirman, Suprijadi, ... Kemudian juga ada yang dari Laskar PESINDO, yang dikatakan komunis itu!

Dan kenyataan pertarungan politik dalam perjalanan sejarah TNI itu memang terjadi culik-menculik bahkan pemberontakan, begitulah cetusan dari pertarungan politik yang terjadi diinternal TNI.

Beberapa Peristiwa internal TNI/AD yang terjadi dibawah, saya kutipkan saja dari buku tulisan Siauw Giok Tjhan “G30S dan Kejahatan Negara”.

1. Peristiwa 3 Juli 1946, di mana sebagian Angkatan Darat dibawah pimpinan seorang Panglima Resimen Yogyakarta, telah mendukung upaya penculikan Perdana Menteri Sjahrir dan Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin. Amir Syarifuddin berhasil lolos dari upaya penculikan itu.

(2)

Peristiwa penculikan ini mengakibatkan Jenderal Sudarsono dituntut dan dihukum. Demikian juga beberapa tokoh politik seperti Achmad Subardjo, Iwa Kusumasumantri dan Mohamad Yamin oleh Mahkamah Agung dinyatakan bersalah melakukan makar.

2. Peristiwa Madiun (19 September 1948), yang oleh sementara orang dikatakan sebagai “pemberontakan” PKI, sebenarnya adalah peristiwa internal Angkatan Bersenjata. Peristiwa yang dimulai dengan penculikan seorang panglima Divisi Solo - Kolonel Sutarto, berlarut menjadi Peristiwa Madiun setelah ada pertemuan di belakang layar di Sarangan antara Perdana Menteri Mohamad Hatta dengan seorang tokoh OSS Amerika Serikat, yang bermaksud melenyapkan PKI dari bumi Indonesia.

PKI menyatakan Peristiwa Madiun sebagai Provokasi Madiun, karena menurutnya ini adalah sebuah kompromi politik yang dilakukan Hatta untuk mendapatkan penyelesaian dengan Belanda. Amerika Serikat dikatakan bersedia mendukung keinginan RI untuk mendesak Belanda menerima kemerdekaan Indonesia bilamana pemerintah RI mengganyang komunisme dan PKI.

Penelitian sejarah membuktikan, bahwa di kota Madiun ketika itu pada bulan September 1948, tidak ada bendera Merah-Putih yang diturunkan, seperti dikabarkan. Tidak ada pembentukan negara Soviet di sana. Penjara-penjara juga tidak dipenuhi oleh para tawanan baru yang terdiri tentara yang dilucuti senjatanya dan ditangkap oleh pasukan bersenjata PKI.

Akan tetapi Hatta dengan tuduhan bahwa PKI telah melakukan pemberontakan di Madiun mengerahkan seluruh kekuatan Angkatan Bersenjata untuk menumpas “pemberontakan PKI” tersebut. Akibat penumpasan ganas ini, banyak tokoh PKI tewas, dibunuh tanpa proses pengadilan apapun. Di antara yang dibunuh adalah Musso, Amir Syarifuddin, Maruto Darusman, Suripno dan Oei Gee Hwat. Kecuali Musso yang tewas dalam pertempuran, para tokoh lainnya dibunuh atas perintah Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer.

Hatta di kemudian hari pada tahun 1978 dalam buku Bung Hatta Menjawab menyatakan bahwa pembunuhan itu dilakukan tanpa sepengetahuannya sebagai Perdana Menteri. Dan Hatta-pun mengakui bahwa secara hukum, para tokoh PKI itu seharusnya diadili terlebih dahulu sebelum ditembak mati.

(3)

orang dari berbagai organisasi massa, buruh dan tani. Mereka ditahan tanpa proses hukum apapun, karena memang mereka tidak terlibat dan pemerintah tidak memiliki landasan hukum untuk mengadili mereka.

Dan sebagian terbesar mereka menjadi “bebas” ketika tentara Belanda melaksanakan agresi ke-2 pada tahun 1948. Amerika Serikat ternyata tidak berhasil memaksa Belanda untuk mengakui RI, sekalipun kabinet Hatta telah membuktikan kemauannya membasmi PKI dari bumi Indonesia.

Yang menyedihkan adalah banyak dari mereka yang ditahan pemerintah Hatta, seperti di Dampit, dibunuh atas instruksi pemerintah. Mereka yang dipenjarakan harus dibunuh sebelum tentara Belanda masuk. Lagi-lagi, mereka dibunuh tanpa proses hukum apapun.

Sejarah juga menunjukkan bahwa pada umumnya para tahanan politik yang bebas segera menyusun kembali kekuatan bersenjata untuk melanjutkan perjuangan melawan agresi Belanda. Para pejuang yang dituduh pengikut PKI ini dan yang harus meringkuk dalam penjara dengan tuduhan melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Republik Indonesia, justru menunjukkan keberaniannya melawan Belanda tanpa kompromi dan tidak pernah menyerah terhadap segala rintangan yang dihadapi.

Keberanian dan kegigihan mereka dalam membela Republik Indonesia mendorong Panglima Besar RI, Jendral Sudirman untuk merehabilitasi orang-orang yang ditahan oleh pemerintah Hatta.

3. Peristiwa 17 Oktober 1952, Kol. AH Nasution pimpinan Angkatan Darat ketika itu, berusaha membangun Angkatan Darat sebagai angkatan yang jauh lebih profesional. Jumlah prajurit ingin dikurangi. Disiplin dan kualitas prajurit ingin dipertinggi.

Keterlibatan Angkatan Darat dalam menentukan berbagai kebijakan pemerintah dan keterlibatan para politikus sipil dalam rasionalisasi Angkatan Darat. Para politikus sipil menyatakan bahwa Parlemen adalah perwakilan Rakyat yang paling berhak menentukan berbagai kebijakan, termasuk struktur organisasi Angkatan Bersenjata. Bukan senapan yang berperan. Pimpinan Angkatan Darat tidak bisa menerima turut campurnya parlemen dalam urusan Angkatan Darat.

(4)

pada tanggal 17 Oktober 1952 dengan mengarahkan meriam ke gedung parlemen yang sedang bersidang dan Istana Merdeka. Pimpinan Angkatan Darat menuntut Presiden Sukarno untuk membubarkan parlemen.

4. Peristiwa Bambang Utoyo, 27 Juni 1955 ini berkaitan dengan upaya para perwira Angkatan Darat untuk menggagalkan pelantikan Kolonel Bambang Utoyo sebagai KSADA pada bulan Juni 1955.

Pemboikotan itu terjadi karena PNI dianggap memaksakan pengangkatan Bambang Utoyo pengikut setia PNI sebagai KSAD. Pelantikan itu akhirnya tetap berlangsung. Hanya saja yang memainkan musik dalam acara pelantikan adalah Korps Musik Pemadam Kebakaran, karena Korps Musik Angkatan Darat memboikot tidak datang. Pertentangan antara PNI dan Angkatan Darat ini ternyata menyebabkan Kabinet Ali Sastroamidjojo pertama jatuh.

5. Pemberontakan PRRI-Permesta (1956, 1958, 1961)

Tidak terselesaikannya berbagai masalah internal Angkatan Darat sejak berdiri, menyebabkan kontradiksi sengit antara perwira tetap berlangsung dan pembangkangan terhadap perintah atasan sering terjadi.

Kontradiksi nampak lebih runcing ketika para panglima daerah diberi keleluasaan untuk mencari dana dengan cara melakukan perdagangan dengan luar negeri. Terbentuklah berbagai dewan, antara lain Dewan Banteng, Dewan Gajah, Dewan Garuda. Ini menjadi basis pemberontakan PRRI-Permesta yang dipimpin oleh Masyumi dan PSI.

Seperti diketahui, keterlibatan Amerika Serikat dalam mendukung pemberontakan ini terungkap setelah Alan Pope, penerbang pesawat Amerika Serikat ditembak jatuh di atas kota Ambon dan ditangkap. Taiwan ternyata menjadi pangkalan pesawat-pesawat Amerika Serikat yang mendukung pemberontakan PRRI-Permesta tersebut.

Penumpasan pemberontakan itu berupa penangkapan tokoh Masyumi dan PSI yang terlibat dan harus bertanggungjawab! Tapi, TIDAK melibatkan seluruh anggota Masyumi dan PSI yang JESLAS TIDAK terlibat dalam pemberontakan. Bahkan banyak tokoh PSI dan Masyumi yang menjadi anggota DPR hasil Pemilihan Umum 1955 tetap bebas dan tetap menghadiri rapat-rapat DPR di Jakarta. TIDAK

(5)

terganggu!

Bahkan kemudian setelah PSI dan Masyumi dinyatakan sebagai partai-partai terlarang pada awal tahun 1960, karena tidak bersedia mendisiplin para anggotanya yang aktif terlibat dalam pemberontakan PRRI-Permesta dan bisa dibuktikan secara organisasi kedua partai ini ikut memimpin pemberontakan PRRI-Permesta, Presiden Sukarno tetap mengeluarkan amnesty. Hanya mereka yang menantikan proses pengadilan tetap ditahan. Sedang anggota maupun tokoh-tokoh kedua partai tersebut pada umumnya dibebaskan. Jumlah tahanan politik di massa itu kemudian bertambah dengan penahanan tokoh-tokoh PSI yang dianggap terlibat dalam upaya membunuh Presiden Sukarno, termasuk Sutan Sjahrir, Subadio, Anak Agung Gde dan Sultan Hamid.

Perlu diperhatikan tindak tegas Sukarno terhadap pemberontakan PRRI/Permesta disamping tidak melibatkan penangkapan massal, apalagi pembunuhan massal, juga tetap mempertahankan Hubungan Diplomatik dengan Amerika Serikat yang jelas terbukti mendukung pemberontakan PRRI-Permesta.

6. Gerakan 30 September 1965

Berlarutnya kontradiksi tajam yang tidak terselesaikan dalam tubuh Angkatan Darat yang berdasarkan perbedaan haluan politik, perebutan fasilitas dagang dan perebutan kekuasaan akhirnya meletuskan sebuah peristiwa yang dinamakan Gerakan 30 September. Kontradiksi antara perwira menengah dan perwira tinggi makin meruncing dengan makin memanasnya Perang Dingin didunia internasional, adanya provokasi Surat Gilchrist yang menyatakan ada rencana Dewan Jenderal akan melancarkan kudeta menggulingkan kekuasaan Presiden Soekarno; dikisahkan kesehatan Presiden Soekarno sedang memburuk, … menimbulkan ketidak puasan pengaturan politik untuk mengubah kontradiksi menjadi aksi militer. Terjadi lah G30S, penculikan dan pembunuhan beberapa jendral senior Angkatan Darat yang dilakukan oleh perwira-perwira muda.

7. Lalu, kalau kita perhatikan maraknya isu “PKI bangkit kembali” dalam bulan-bulan terakhir ini juga sangat jelas dimunculkan sebagai usaha mengganjel dan menggagalkan Simposium Pembedahan Tragedi 1965. Simposium yang untuk pertama kali diselenggarakan Pemerintah dalam usaha menyelesaikan Pelanggaran HAM-berat, khususnya Tragedi 1965. Ssebagai satu usaha merealisasi janji kampanye Jokowi untuk menyelesaikan Pelanggaran HAM-berat yang dilakukan Pemerintah sebelumnya.

(6)

Usaha Pemerintah Jokowi yang pelaksanaan konkrit Simposium diserahkan pada Menpolhukam jenderal Luhut Panjahitan dan Kepala Lemhanas jenderal Agus Widjojo, nampak jelas ada sementara jendral kanan, macam jenderal Kivlan Zein, Jenderal Kiki

Syahnakri dll, yang berkeras menentang usaha pemerintah Jokowi ini.

Dimunculkanlah kegiatan-kegiatan aneh maraknya pin Palu-Arit, baju kaos berlogo Palu-Arit, bahkan jenderal Kivlan sudah ada kejelasan PKI bangkit kembali, PKI sudah bangkit kembali mendeklarasikan kebangkitan nya dan bermarkas di Jalan Kramat Raya, juga sudah bisa dinyatakan Pimpinannya bernama Wahyu Setiaji, dengan menunjukkan foto-foto demonstrasi Pemuda PKI merayakan terbentuknya PKI kembali!

Dan, jenderal kanan ini juga sudah melangsungkan Simposium Anti-PKI dengan keluarkan 9 rekomendasi yang disampaikan pada Pemerintah, dimana intinya menimpakan Kesalahan berada dipihak PKI yang telah berulangkali melakukan makar dengan kekejaman kemanusiaan yang dilakukan, … Sedang, sejak era reformasi, PKI dinyatakan telah melaksanaka kongres sebanyak tiga kali, memutarbalikan sejarah, menyebar video dan film yang sifatnya menghasut serta fitnah dengan melimpahkan kesalahan pada Orba, TNI dan umat Islam. Jadi, Simposium menuntut pemerintah konsisten menegakkan Pancasila dengan pertahankan Tap MPRS XXV Tahun 1966, UU 27 Tahun 1999 Jo KUHP pasal 107 dan 169 tentang pelarangan terhadap PKI dan semua kegiatan-kegiatannya serta menindak setiap kegiatan yan terindikasi upaya membangkitkan PKI.

Sangat jelas tujuan Simposium Anti-PKI ini adalah jangan lagi ungkit-ungkit masa lalu, … lupakan saja, jangan membuka luka lama yang berarti membongkar borok mereka yang bau busuk kekejaman kemanusiaan dimasa membasmi komunis itu.

Tinggal sekarang kita lihat saja sampai dimana kekuatan dan kemampuan Pemerintah Jokowi, bagaimana pertarungan antara jenderal-jenderal yang beda pendapat itu! Atau akan membuktikan kebenaran “penokohan” Jokowi itu ternyata adalah “think-tank” TNI/AD juga?

From: 'Lusi D.' lusi_d@rantar.de [GELORA45] Sent: Sunday, June 5, 2016 12:12 AM

Atau memang awalmula yang menggagas "tokoh" orang Jawa bernama Jokowi jadi presiden ini adalah orang-orang "think tank"-nya TNI AD.

(7)

From: Jonathan Goeij jonathangoeij@yahoo.com [GELORA45] Sent: Thursday, June 2, 2016 3:58 AM

tepat sekali yg ribut dari TNI AD, dan yg "mengherankan" saat ini seluruh pertahanan keamanan dari TNI AD tidak ada dari yang lain, dan ini terjadi justru pada masa pemerintahan presiden Jokowi yg presiden pilihan rakyat itu yg berjanji akan menuntaskan tragedi 65. bagaimana bisa menyelesaikan kasus 65 kalau pihak yg alergi pada pengungkapan kasus justru ditempatkan pada kekuasaan dan dipersenjatai.

saya perhatikan presiden2 terdahulu sejak reformasi selalu menjaga keseimbangan kekuatan diantara angkatan2 itu, misalnya waktu GD biarpun Menkopolkamnya Wiranto yg AD tetapi Menhamkam-nya Juwono Sudarsono yg sipil dan Panglima TNI Widodo AS yg dari AL. Demikian juga pada presiden2 berikutnya bahkan termasuk presiden SBY yg dari AD itupun tidak memberikan semua kekuasaan pertahanan keamanan pada AD, panglima TNI dijabat bergantian dari AD, AL, dan AU sementara Menkopolkam dari AL dan AU, sedang Menhamkam dari sipil (Juwono Sudarsono dan Purnomo Yusgiantoro).

From: Edy Loekmono esloekwwjd@yahoo.com [GELORA45] Sent: Thursday, June 2, 2016 3:12 AM

Kalau diperhatikan maka yang ribut dan sewot adalah dari kalangan ABRI-AD tidak ada dari kalangan Militer lainnya. Pada dasarnya G30S adalah internal Angkatan Darat. Dan kebetulan pangeran Mahkota adalah dari Angkatan Darat yaitu Jendral M. Yani. Semua ini ketakutan kalau dimintai pertanggungan jawab perbuatannya membantai PKI dan simpatisannya.

From: Jonathan Goeij jonathangoeij@yahoo.com [GELORA45] Sent: Wednesday, June 1, 2016 10:52 PM

Try Sutrisno Hadiri Simposium 'Anti-PKI'

Prima Gumilang, CNN Indonesia Rabu, 01/06/2016 13:25 WIB

(8)

Wakil Presiden RI keenam Try Sutrisno membuka Simposium Nasional ‘Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain’ di Balai Kartini, Jakarta. (CNN Indonesia/Prima Gumilang)

Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden RI era Orde Baru, Jenderal Purnawirawan Try

Sutrisno, membuka Simposium Nasional ‘Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan Partai Komunis Indonesia dan Ideologi Lain’ di Balai Kartini, Jakarta, hari ini. Try berkata, simposium ini bertujuan untuk mengukuhkan Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara Indonesia. Dia menegaskan penolakannya terhadap kebangkitan PKI dan semua ideologi yang kandungan isi serta tindak-tanduk pendukungnya bertolak belakang dengan nilai-nilai Pancasila.

"Kita harus mengukuhkan kembali dukungan kita kepada Pancasila dan menegaskan kembali penolakan kita terhadap komunisme dan PKI," kata Try di hadapan ratusan orang peserta, Rabu (1/6).

Try mengklaim, eks anggota dan simpatisan PKI saat ini telah menikmati seluruh hak mereka, baik sipil maupun politik.

Oleh sebab itu maraknya penggunaan atribut berlambang palu-arit dan aksi-aksi yang diduga mendukung penyebaran komunisme belakangan ini dianggap Try berlebihan.

Mantan ajudan Presiden Soeharto itu menyerukan penolakan jika negara diminta minta maaf kepada para pengikut PKI.

Baca juga:

'Tragedi 1965 Bukan Soal Jumlah, tapi Memanusiakan Korban'

Ketua Panitia Pelaksana Simposium ‘Anti-PKI’, Letjen Purnawirawan Kiki Syahnakri, mengatakan simposium digelar karena dilatari kegelisahan atas ancaman terhadap Pancasila, UUD 1945, dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(9)

Dia menyebut ada lima tujuan utama penyelenggaraan simposium. Pertama,

mempersatukan seluruh komponen bangsa guna menghadapi ancaman hegemoni global yang anti-Pancasila.

Kedua, mencegah berbagai upaya untuk membangkitkan kembali PKI.

Ketiga, membangun kesadaran bangsa bahwa PKI telah melakukan pemberontakan

berkali-kali terhadap NKRI. Keempat, menegaskan bahwa ideologi yang bertentangan dengan Pancasila tidak dapat hidup di NKRI dalam bentuk apapun.

Terakhir, untuk menghasilkan rekomendasi menyeluruh dan adil bagi pemerintah untuk

menghadapi musuh Pancasila, khususnya bahaya laten komunis.

Di sela acara, pembawa acara mengajak peserta meneriakkan seruan, "Pancasila, Abadi!"

Baca juga:

Kiki Syahnakri Sebut Tak Ingin Saingi Simposium Tragedi 1965

Selain Try Sutrisno, sejumlah pejabat negara juga hadir pada pembukaan simposium, antara lain Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Agus Widjojo dan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana.

Sementara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang dijadwalkan mengisi sambutan ternyata tidak hadir.

Hadir pula pemimpin Front Pembela Islam Habib Rizieq, Ketua Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD) Soerjadi, Ketua Gerakan Bela Negara Budi Sudjana, mantan Kepala Staf Kostrad Mayjen Purnawirawan Kivlan Zen, dan sejumlah purnawirawan dan perwakilan ormas kepemudaan serta keagamaan.

Baca juga:

Panitia Simposium 'Anti-PKI' Minta Rekomendasi 1965 Ditahan (agk)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapakan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pengaruh C/N

Dilihat dari keseluruhan bentuk-bentuk aksara yang  digunakan  dalam  penulisan  Prasasti  Raja Soritaon  ini  tidak  jauh  berbeda  dengan  bentuk- bentuk  aksara 

Kita ketahui bersama penggunaan lensa kontak sedang marak di zaman modern sekarang ini. Penggunaan lensa kontak semakin hari mengalami meningkat, baik yang menggunakan untuk

o Formulir permohonan KP yang telah ditandatangani Ketua Jurusan diambil kembali oleh BAAK, untuk disampaikan kepada dosen pembimbing KP, berikut formulir kegiatan bimbingan

Penyusunan buku Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember bertujuan untuk memberikan panduan kepada seluruh mahasiswa Jurusan Sejarah dalam

2.Mata Kuliah :UNO151107 (pendidikan Kewaarganegaraan,HANYA DIMABIL oleh Mahasiswa/i yang memeluk Agama Islam ,karena Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam di tawarkan/diambil

Pola Penataan Ruang dan Implikasinya terhadap Interaksi dan Hirarki Sosial Manusia Masa Lampau pada Situs Gunung Kawi, Kabupaten Gianyar, Bali.. Situs Gunung Kawi merupakan