• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur dan menilai kinerja perusahaan serta mendukung keberlangsungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mengukur dan menilai kinerja perusahaan serta mendukung keberlangsungan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mengukur dan menilai kinerja perusahaan serta mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan yang telah go public. Seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang go public, maka semakin tinggi pula permintaan atas audit laporan keuangan yang menjadi sumber informasi bagi investor. Laporan keuangan yang baik harus memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5-8) menyatakan laporan keuangan yang berguna bagi pemakai informasi harus terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yakni, dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Salah satu aspek yang paling penting untuk menghasilkan laporan keuangan yang mampu memberikan informasi yang relevan adalah ketepatan waktu (timeliness). Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan. Hal ini menjelaskan betapa pentingnya ketepatan waktu penyajian laporan keuangan kepada publik.

Halim (2000) menyebutkan bahwa ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga saham perusahaan. Di sisi lain, auditing merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu yang mengakibatkan adanya audit delay atau audit report lag, sehingga adakalanya pengumuman laba dan laporan keuangan tertunda. Chambers dan Penman (1984) dalam Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa

(2)

pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns negatif sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat menunjukkan hasil sebaliknya. Hal ini terjadi karena investor pada umumnya menganggap keterlambatan pelaporan keuangan merupakan pertanda buruk bagi kondisi kesehatan perusahaan.

Peraturan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyajian laporan keuangan kepada publik di Indonesia telah diatur dalam Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik yang berlaku efektif pada tanggal 1 Agustus 2012. Peraturan tersebut menyatakan bahwa emiten atau perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir. Peraturan tersebut juga memuat pernyataan bahwa Bapepam dan LK berwenang mengenakan sanksi terhadap setiap pihak yang melanggar ketentuan peraturan tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari Konferensi Pers Akhir Tahun 2014 Pasar Modal Indonesia (http://www.ojk.go.id/), sampai tanggal 29 Desember 2014 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menetapkan sebanyak 777 (tujuh ratus tujuh puluh tujuh) sanksi administratif kepada para pelaku industri pasar modal. Sebanyak 30 (tiga puluh) sanksi administratif berupa peringatan tertulis ditetapkan karena keterlambatan mengumumkan laporan keuangan, serta 30 (tiga puluh) sanksi administratif berupa peringatan tertulis karena pelanggaran terkait kasus di bidang pasar modal selain keterlambatan pelaporan. Selanjutnya 713 (tujuh ratus tiga

(3)

belas) sanksi administratif berupa denda telah dikenakan kepada para pelaku di industri pasar modal karena keterlambatan penyampaian laporan berkala dan laporan insidentil, maupun karena kasus pelanggaran ketentuan di bidang pasar modal selain keterlambatan pelaporan dengan total nilai denda Rp7.953.060.000,00 (tujuh miliar sembilan ratus lima puluh tiga juta enam puluh ribu rupiah). Adanya fenomena tersebut dapat dijadikan pembelajaran bagi setiap perusahaan go public bahwa perusahaan harus menyampaikan laporan keuangan tahunannya kurang dari batas yang telah ditentukan oleh Bapepam dan LK agar tidak memperoleh sanksi administrasi dan moral.

Henderson and Kaplan (2000) dalam Aziz, et al. (2014) menyatakan bahwa: “gap between financial year end and date of auditor’s report is referred to as the ‘audit report lag’”.

Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor.

Berbagai penelitian mengenai audit report lag telah dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lianto dan Budi (2010) menyatakan bahwa variabel umur perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag. Perusahaan yang telah lama berdiri umumnya telah melakukan ekspansi dengan membuka cabang-cabang atau usaha di beberapa daerah, bahkan di luar negeri. Besarnya skala operasi ini menunjukkan bahwa banyak pemeriksaan yang perlu dilakukan auditor, ditambah lagi kerumitan transaksi. Hal ini tentu akan memperpanjang proses audit yang pada akhirnya akan mempengaruhi audit report lag. Hal sebaliknya ditemukan oleh Pradana dan

(4)

Wirakusuma (2013) dan Maharani (2013) yang membuktikan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap keterlambatan publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan.

Penelitian terdahulu pada ukuran perusahaan dan audit report lag yang dilakukan oleh Ng and Tai (1994), Givolry dan Palman (1982), Dyer dan Mchough (1975), Courtis (1976), Garsombke (1981) dalam Dibia dan Onwuchekwa (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang besar diharapkan dapat menyelesaikan laporan audit lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil karena perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber daya manusia dan lebih berpengalaman. Penelitian yang dilakukan oleh Subekti dan Widiyanti (2004), Petronila (2007), Indriyanti dan Supriyanti (2012), Santoso (2012), Apadore dan Marjan (2013), dan Togasima dan Yulius (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag, namun Parwati dan Yohanes (2009) menemukan bukti empiris bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian serupa juga ditemukan oleh Subagyo (2009), Iskandar dan Estralita (2010), Lianto dan Budi (2010), Juanita dan Rutji (2012).

Iskandar dan Estralita (2010) menemukan bahwa besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil ini menunjukkan bahwa auditor yang mempunyai reputasi yang baik, dalam hal ini adalah KAP Big Four akan memberikan kualitas pekerjaan audit yang efektif dan efisien sehingga audit dapat diselesaikan secara tepat waktu. Sedangkan penelitian-penelitian yang dilakukan Carslaw and Kaplan (1991), Tauringana et al,. (2005), Kartika (2011),

(5)

Juanita dan Rutji (2012), dan Wirakusuma dan Angruningrum (2013) tidak menemukan hubungan antara ukuran KAP dengan audit report lag.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rustiarini dan Mita (2013) membuktikan bahwa pergantian auditor berpengaruh secara positif pada audit delay. Apabila perusahaan mengalami pergantian auditor, tentunya auditor baru membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali karakteristik usaha klien dan sistem yang ada didalamnya sehingga hal ini menyita waktu auditor dalam melaksanakan proses auditnya dan menyebabkan keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan yang telah diaudit. Namun hasil berbeda diperoleh Subagyo (2009), Bangun dkk., (2012), Listiana dan Tri (2012), dan Putra dan Sukirman (2014) yang menyatakan bahwa pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap reporting lag perusahaan. Hal ini berarti walaupun perusahaan melakukan pergantian auditor tidak akan memengaruhi lamanya waktu penyelesaian audit.

Penelitian tentang audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah banyak dilakukan, namun masih banyak perbedaan hasil. Hasil penelitian tersebut beragam mungkin dikarenakan perbedaan sifat variabel independen dan variabel dependen yang diteliti, perbedaan periode pengamatan atau perbedaan dalam metodologi statistik yang digunakan. Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk menguji apakah umur perusahaan, ukuran perusahaan, reputasi auditor, dan pergantian auditor berpengaruh terhadap audit report lag pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana pengaruh umur perusahaan terhadap audit report lag? 2) Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag? 3) Bagaimana pengaruh reputasi auditor terhadap audit report lag? 4) Bagaimana pengaruh pergantian auditor terhadap audit report lag?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:

1) Untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan terhadap audit report lag. 2) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag. 3) Untuk mengetahui pengaruh reputasi auditor terhadap audit report lag. 4) Untuk mengetahui pengaruh pergantian auditor terhadap audit report lag.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan dukungan empiris akan keterkaitan teori agensi dan teori sinyal dengan pengaruh umur perusahaan, ukuran perusahaan, reputasi auditor, dan pergantian auditor terhadap audit report lag.

(7)

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

2) Kegunaan Praktis

Bagi auditor hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pelaksanaan penyusunan laporan keuangan perusahaan yang berkualitas dan tepat waktu sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh Bapepam dan LK, dan bagi investor hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi.

1.5 Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis sehingga terdapat hubungan yang erat antarbab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika dalam penulisan skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Bab ini berisi uraian mengenai berbagai landasan teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yakni mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag, serta hasil penelitian sebelumnya dan hipotesis penelitian.

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menyajikan metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan data penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini mengemukakan mengenai gambaran umum daerah atau wilayah penelitian, deskripsi data hasil penelitian dan pembahasan atau pembahasan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data dan saran untuk pengembangan bagi peneliti selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Mencantumkan bukti pembayaran pajak tahun terakhir pada daftar isian kualifikasi, tetapi tidak melampirkan bukti pembayaran pajak tahun terakhir.

Contoh material yang akan digunakan (berupa material visual billboard ukuran A3 dengan bahan vinyl korea 400 gram dengan desain full color, berikut dengan

saat ini SBU kami sedang perpanjangan di LPJK..kira kira bukti surat keterangan bahwa sedang penguurusan SBU bisa ndak dijadikan sebagai bukti

(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Sub Bidang Anggaran Pendapatan, Belanja Tidak Langsung dan Pembiayaan Daerah mempunyai

Banyak orang yang asyik berkomunikasi menggunakan telephone, menggunakan handphone, dan lain sebagainya tetapi semua yang mereka gunakan terkena biaya yang sangat mahal sehingga

Analisis hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang menjadi responden menyatakan kurang setuju dengan cara mulai tidur yang meliputi kebiasaan makan

Penataan bagi ruang kelas anak berkebutuhan khusus pada intinya sama saja dengan penataan pada ruang kelas orang normal, hanya saja perbedaaan terletak pada