• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGGUNAAN BIOCARDS TERHADAP HASIL BELAJAR EKOSISTEM. Biocard merupakan salah satu alternatif media pembelajaran yang baru dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENGGUNAAN BIOCARDS TERHADAP HASIL BELAJAR EKOSISTEM. Biocard merupakan salah satu alternatif media pembelajaran yang baru dan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGGUNAAN BIOCARDS TERHADAP HASIL BELAJAR EKOSISTEM

A. Biocards

Biocard merupakan salah satu alternatif media pembelajaran yang baru dan belum banyak dipakai. Biocards termasuk kedalam media pembelajaran berbahan gambar dan tulisan atau media visual. Beberapa orang berpendapat bahwa apabila kita menggunakan media visual dalam pembelajaran hasil belajarnya tidak akan sebaik dibandingkan jika menggunakan media audiovisual.

Pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar, karena beberapa penelitian seperti yang dilakukan Frescillia (2005:50) menunjukkan media visual yang dikembangkan seperti biocards, dapat memberikan pengaruh baik terhadap hasil belajar siswa, memiliki keunggulan seperti membantu siswa membentuk kaitan antara subsumer baru dan subsumer lama. Disamping itu media visual yang dikembangkan juga dapat meningkatkan level berpikir siswa yang semula hanya Chaining Learning menjadi Problem solving. Keunggulan itu pula yang menjadikan peneliti memilih biocards sebagai media yang akan diteliti sejauh mana memberikan pengaruh terhadap hasil dan motivasi belajar siswa.

Biocards sendiri merupakan media yang berupa kartu yang masing-masing berisi gambar atau konsep biologi dan juga media yang mudah dibuat bahkan oleh siswa sendiri, dapat menggunakan program komputer seperti paint, bisa juga dibuat dengan tulis tangan oleh siswa sendiri (Crowley,1994). Biocards termasuk kedalam media visual yang dikembangkan. Dahulu media visual hanya berupa

(2)

gambar, peta, charta, foto, poster, papan tulis dan kesemuanya hanya membantu menggambarkan proses abstrak secara sederhana dan kurang memperhatikan pembuatan kaitan antara subsumer lama dengan subsumer baru. Sebenarnya apabila kita lihat lebih jauh media visual memiliki kesempatan membuat kaitan antara subsumer lama dengan subsumer baru. Apabila media visual yang lama kurang memberikan kesempatan terbentuknya kaitan tersebut dapat dikarenakan pengemasan media visulnya, ataupun cara pemanfaatannya.

Media visual dapat dikembangkan dari isi yang dibawa atau disampaikannya hingga pengemasan medianya. Semakin banyak pengemasan yang “out signing”, maka semakin banyak kesempatan terbentuk kaitan antar subsumer. Isi media yang semula hanya berupa gambar atraktif dengan sedikit penjelasan yang berbahasa baku dan untuk kalangan dewasa dapat dikembangkan menjadi bergambar atraktif, dengan pilihan warna sesuai dengan yang disukai siswa, pemilihan kata oleh siswa sendiri yang dipahami dan sesuai dengan batasan umur mereka. Beberapa siswa tidak termotivasi untuk belajar dikarenakan media yang digunakan pengemasannya membosankan, bahasa yang digunakan tidak mereka mengerti karena bukan untuk batasan umur mereka. Sehingga berakibat hasil belajar mereka merosot.

Jenis-jenis media kartu yang sudah digunakan adalah :

1. Kartu yang hanya berisi 1 atau 2 kata. Kata-kata tersebut tidaklah harus memiliki makna yang saling berkaitan.

(3)

Contoh kartunya adalah :

Gambar 2.1

Contoh kartu pembelajaran sederhana (Sumber : koleksi pribadi)

2. Kartu yang berisi kalimat sederhana. Kalimat-kalimat ini merupakan rangkuman atau penjelasan dari wacana yang telah dibaca atau konsep yang hendak dibahas dalam KBM. Berikut contoh kartu :

Gambar 2.2

Contoh Biocards yang Berisi Konsep dan Penjelasan Sederhana (Sumber : Koleksi Pribadi)

3. Kartu yang berisi gambar sederhana dengan penjelasan. Kartu ini seperti kartu yang ke dua, hanya saja pada kartu ini dilengkapi oleh gambar-gambar sederhana untuk membantu pemahaman siswa. Jenis kartu ini yang akan digunakan dalam penelitian. Contoh kartunya adalah (Crowley, 1994):

Komponen abiotik

merupakan benda tak hidup disekitar komponen

biotik, yang menyokong kebutuhan hidup komponen biotik.

(4)

Gambar 2.3

Biocards berisi konsep dan gambar sederhana beserta penjelasan konsep (Sumber : www.woodrow.org/teachers/bi/1994/biocards)

Biocards merupakan pilihan media yang atraktif karena biocards sangat fleksibel dalam hal pengemasan media (pilihan bahan dasar pembuat media, gambar, warna, maupun bahasa yang digunakan) dan isi medianya (konsep yang dimasukkan berdasarkan pengertian siswa dengan bimbingan dari guru terkait). Cara pemanfaatan biocards juga sangat beragam, bisa berupa permainan kartu “cangkulan”, “41-an”, atau permainan yang dapat dikembangkan sendiri oleh siswa. Dengan menggunakan biocards untuk bermain maka guru menerapkan cara mengajar “reward and punishment” secara tidak langsung.

(5)

B. Belajar

Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada setiap orang dan berlangsung seumur hidup. Dimulai dari lahir hingga menutup usia, manusia akan tetap belajar tentang sesuatu. Yang menandai seseorang telah mengalami proses belajar adalah adanya sebuah perubahan baik dari sikap, pengetahuan maupun mental. Menurut Ausubel (dalam Yamin, 2003 : 103), belajar merupakan proses mengaitkan antara informasi baru dengan informasi lama yang dimiliki pada konsep-konsep yang relevan dalam ranah kognitif seseorang.

Pengertian belajar menurut Spear (dalam Yamin, 2003 : 99), belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Belajar sangat dekat artinya dengan kata pengalaman, belajar sesuatu juga bisa berarti mendapat pengalaman baru tentang sesuatu. Pengalaman didapat karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya, begitu juga belajar. Dengan adanya interaksi tersebut, seseorang akan memiliki ketertarikan terhadap suatu hal atau benda dan membuatnya terdorong untuk mendekat dengan tujuan mencari tahu atau mendapatkan informasi tentang sesuatu atau sebuah benda tersebut. Dorongan tersebut memiliki nama lain motivasi. Jadi untuk belajar tentang sesuatu, seseorang harus memiliki rasa dorongan atau ketertarikan untuk melakukannya dengan diikuti sebuah setting “goals” dan diakhiri sebuah produk/ hasil.

Baik atau buruknya sebuah produk atau hasil sangat dipengaruhi oleh penunjang-penunjang pembelajaran. Penunjang-penunjang tersebut dapat berupa media pembelajaran yang baik, metode penyampaian yang menarik, dan pelibatan siswa dalam sebuah pembelajaran. Belajar bukan hanya mendapatkan sebuah

(6)

konsep, akan tetapi memahami, mengembangkan konsep, bahkan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh proses pengembangan ini merupakan perubahan sikap yang bisa didapat oleh seseorang yang belajar.

C. Pola-pola belajar

Siswa memiliki pola-pola belajar yang berbeda satu sama lain, walaupun ada beberapa karakter dari pola belajar yang sama, tetapi setiap siswa memiliki pola belajar yang khas untuk mereka sendiri. Apabila kita mengambil generalisasi dari pola-pola belajar siswa, menurut Gagne (dalam Makmun, 2004 : 226-230) terdapat 8 kategori pola-pola belajar. Setiap tipe dapat dibedakan satu sama lain dari kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya proses belajar. Kedelapan pola belajar ini saling terkait, karena yang satu merupakan prasyarat bagi kategori yang lain yang hierarkinya lebih tinggi. 8 kategori tersebut adalah :

1. Tipe 1 : Signal Learning. Tipe 1 menduduki tingkatan hierarki paling dasar. Tipe ini dapat didefinisikan sebagai proses penguasaan pola dasar perilaku yang bersifat involunter.

2. Tipe 2 : Stimulus-Respons Learning. Tipe 2 dapat digolongkan dalam tipe belajar classical condition dari Pavlov. Kondisi yang diperlukan untuk terciptanya pola belajar ini adalah hadirnya faktor reinforcement.

3. Tipe 3 : Chaining adalah tahap belajar menghubungkan antara satu ikatan stimulus dan respon yang satu dengan yang lain dan lebih kearah perilaku psikomotorik

(7)

4. Tipe 4 : Verbal Association, yaitu tahap belajar menghubungkan antara satuan ikatan stimulus dan respon yang satu dengan yang lain dan lebih kepada aspek-aspek belajar verbal.

5. Tipe 5 : Discrimination learning. Tahap ini siswa mengadakan diskriminasi antara dua atau lebih stimulus yang diterima kemudian memilih pola respon yang dinilai paling sesuai untuk diberikan.

6. Tipe 6 : Concept learning. Kondisi utama yang diperlukan adalah terkuasainya kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.

7. Tipe 7 : Rule learning. Siswa mengkombinasikan berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal sehingga siswa dapat membuat kesimpulan tertentu yang kemudian dapat dipandangnya sebagai rule.

8. Tipe 8 : Problem solving. Siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah berdasarkan rule yang telah dikuasainya.

D. Hasil Belajar

Akhir dari sebuah proses adalah terbentuknya produk sebagai output-nya, dalam belajar juga berlaku demikian setelah adanya sebuah proses belajar maka akan ada hasil akhir yaitu output dalam bentuk produk atau jasa. Gagne dan Briggs (dalam Subiyanto, 1988 : 54-57) membuat kategori sebanyak 5 kategori hasil yang diperoleh dari belajar, yaitu :

(8)

1. Keterampilan intelektual adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan respon terhadap lingkungan sehingga dapat menemukan sebuah pemecahan atas suatu masalah.

2. Strategi kognitif adalah sebuah keterampilan seseorang yang digunakan untuk mengendalikan tingkah laku berfikir dirinya sendiri.

3. Informasi verbal yang dimaksud adalah informasi yang didapatkan seseorang akan disimpan sebagai hasil belajar.

4. Keterampilan motorik, keterampilan ini adalah keterampilan yang paling mudah diamati.

5. Sikap, yang dimaksud adalah seseorang setelah belajar akan memiliki sikap yang dapat membantunya menentukan sebuah pilihan dari berbagai alternatif yang ada.

E. Media Pembelajaran

Sebuah pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas memiliki komponen-komponen seperti hadirnya guru, siswa, materi untuk disampaikan dan tak kalah penting media untuk menyampaikan materi. Assotiation for Education and Communication Technology(AET) (dalam Rustaman, 2005:114-115) memberikan pengertian media adalah segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. Apabila kata media digunakan dalam pembelajaran, maka media pembelajaran memiliki arti media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran (Santoso S. Hamidjojo dalam Rustaman, 2005:115). Menurut Briggs (Rustaman, 2005: 115) media pembelajaran merupakan peralatan fisik untuk membawa atau menyampaikan isi pelajaran, kedalam video tape,

(9)

bahkan kartu konsep seperti biocards. Sedangkan menurut E. De Corte (dalam Winkel, 1996: 285) media pengajaran diartikan suatu sarana nonpersonal yang digunakan atau disediakan oleh pengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan arti media diatas maka dapat digolongkan macam-macam media pembelajaran, diantaranya :

1. Bahan publikasi, contohnya koran. 2. Bahan bergambar, contohnya gambar. 3. Bahan pameran, contohnya papan buletin. 4. Bahan proyeksi, contohnya film.

5. Bahan rekaman audio, contohnya kaset. 6. Bahan produksi, contohnya video kamera. 7. Bahan siaran, contohnya program radio dan TV. 8. Bahan pandang-dengar, contohnya biocards bersuara.

9. Bahan model, contohnya model irisan penampang melintang daun dikotil. Jenis-jenis media tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Media pembelajaran memiliki andil besar dalam pembelajaran, salah satu manfaat atau andil media dalam pembelajaran adalah mengatasi keterbatasan pembelajaran tanpa media. Nilai praktis dari media pembelajaran adalah (Rustaman, 2005: 121-122):

1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.

2. Media dapat mengatasi ruang kelas, misal ada objek belajar yang terlalu besar seperti kerangka dinosaurus yang tidak mungkin dibawa ke dalam

(10)

kelas dapat diatasi dengan menggunakan media pembelajaran seperti gambar 2 dimensi, charta, atau slide computer.

3. Media dapat membantu mengatasi ukuran objek pembelajaran yang terlalu kecil. Misal, siswa hendak mengamati proses pembelahan biner dari protozoa. Hal tersebut tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan mata manusia biasa, maka dapat digunakan media CCTV yang disambungkan dengan mikroskop elektrik.

4. Media dapat mengatasi gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Misal, siswa mengamati suksesi yang dapat memakan waktu hingga beberapa bulan. Dikarenakan gerakan pertumbuhan suksesi terlalu lambat, maka dapat digunakan video rekaman dari pertumbuhan suksesi dan dapat di percepat pemutaran filmnya. Sehingga siswa yang seharusnya dapat melihat pertumbuhannya dengan menunggu selama beberapa bulan dapat dipercepat melihat seluruh prosesnya hingga menjadi 5 menit saja.

5. Media dapat mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks atau terlalu rumit untuk diamati. Misal, sistem peredaran darah manusia atau sistem saraf manusia dan ekosistem.

6. Media dapat mengatasi hal-hal seperti peristiwa alam, misal melihat suksesi yang terjadi akibat kebakaran hutan.

7. Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan dan masyarakat atau kondisi alamiahnya.

8. Media menghasilkan keseragaman pengamatan siswa terhadap objek pembelajaran.

(11)

9. Media dapat menanamkan konsep dasar yang konkret dan realita, yaitu dengan menggunakan gambar, animasi, model, dll.

10. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat belajar yang baru, memotivasi dan merangsang kegiatan belajar siswa.

Media pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan dari KBM. Masing-masing jenis media memiliki karakter khusus yang mendukung pembelajaran dengan konsep tertentu pula. Berikut ini diagram cone of learning dari Edgar Dale yang menggambarkan pentingnya fungsi sebuah media dalam pembelajaran (Muhamad,2006):

Gambar 2.4

Diagram cone of learning

(Sumber : www.teknologipendidikan.wordpress.com)

(12)

F. Ekosistem

Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, komponen-komponen yang menyususn ekosistem, antara lain:

Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuhan hijau. Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba (Evi,2008).

Bahan tak hidup (komponen abiotik) yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Komponen berikutnya yang terdapat di ekosistem adalah pengurai. Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur (Campbell, Reece,& Mitchell, 2004:271).

(13)

Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.

1. Ekosistem darat; Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.

a. Bioma gurun; Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropis yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah . Suhu siang hari tinggi sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah . Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.

b. Bioma padang rumput; Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur.

c. Bioma Hutan Basah ; Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik. Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40

(14)

m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.

d. Bioma hutan gugur; Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur).

e. Bioma taiga; Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.

f. Bioma tundra; Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.

2. Ekosistem Air Tawar; Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan

(15)

lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme-organisme yang hidup di air tawar dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air. b. Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.

c. Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.

d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.

e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis. Lihat Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Ekosistem Danau

(16)

Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, aliran energi, dan siklus biogeokimia. Dalam sebuah ekosistem terdapat komponen-komponen penyusun, yaitu komponen biotik dan abiotik. Kedua komponen tersebut saling berinteraksi dalam bentuk berikut ini :

1. Rantai makanan

Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan. Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.

a. Rantai Makanan Pemangsa; Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.

b. Rantai makanan Parasit ;Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.

(17)

c. Rantai makanan Saprofit ; Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk faring-faring makanan.

Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa makan dan dimakan, sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia, dan komponen lain dari satu bentuk ke bentuk lain di sepanjang rantai makanan. Organisme dalam kelompok ekologis yang terlibat dalam rantai makanan digolongkan dalam tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik tersusun dari seluruh organisme pada rantai makanan yang bernomor sama dalam tingkat memakan.

Sumber asal energi adalah matahari. Tumbuhan yang menghasilkan gula lewat proses fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara. Oleh karena itu, tumbuhan tersebut digolongkan dalam tingkat trofik pertama. Hewan herbivora atau organisme yang memakan tumbuhan termasuk anggota tingkat trofik kedua. Karnivora yang secara langsung memakan herbivora termasuk tingkat trofik ketiga, sedangkan karnivora yang memakan karnivora di tingkat trofik tiga termasuk dalam anggota iingkat trofik keempat. Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3 jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi (Evi, 2008).

1. Piramida jumlah;Organisme dengan tingkat trofik masing - masing dapat disajikan dalam piramida jumlah, seperti kita Organisme di tingkat trofik

(18)

pertama biasanya paling melimpah, sedangkan organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya makin berkurang. Dapat dikatakan bahwa pada kebanyakan komunitas normal, jumlah tumbuhan selalu lebih banyak daripada organisme herbivora. Demikian pula jumlah herbivora selalu lebih banyak daripada jumlah karnivora tingkat 1. Karnivora tingkat 1 juga selalu lebih banyak daripada karnivora tingkat 2. Piramida jumlah ini di dasarkan atas jumlah organisme di tiap tingkat trofik.

2. Piramida biomassa;Seringkali piramida jumlah yang sederhana kurang membantu dalam memperagakan aliran energi dalam ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik dapat disajikan dengan piramida biomassa. Biomassa adalah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap tingkat harus diukur kemudian barulah jumlah organisme di tiap tingkat diperkirakan.

Piramida biomassa berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu, dan diukur dalam gram. Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya hanya diambil sedikit sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa dihitung. Dengan pengukuran seperti ini akan didapat informasi yang lebih akurat tentang apa yang terjadi pada ekosistem.

3. Piramida energi; Seringkali piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan tentang ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat berdasarkan observasi yang dilakukan dalam waktu yang

(19)

lama. Piramida energi mampu memberikan gambaran paling akurat tentang aliran energi dalam ekosistem. Pada piramida energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap tingkat trofik. Berkurangnya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena hal-hal berikut (Evi,2008):

a. Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.

b. Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicernakan dan dikeluarkan sebagai sampah.

c. Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari tubuh organisme, sedangkan sisanya digunakan sebagai sumber energi.

Gambar

Gambar 2.6  Ekosistem Danau

Referensi

Dokumen terkait

Penelitan penggunaan media pembelajaran sebagai bahan pembelajaran biologi bagi siswa smp pada materi ekosistem mangrove ini bertujuan untuk mengetahui: (1) proses pembuatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi pada siswa yang diajar menggunakan media animasi dan media komik pada konsep sistem

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu indeks bervariasi dengan media charta dapat meningkatkan hasil belajar biologi

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan hasil belajar matematika konsep pecahan siswa kelas III SD N 1 Mento Wonogiri dengan menggunakan media kartu

Pengembangan media kartu gambar ini didasari karena dalam proses pembelajaran di lapangan, media kartu gambar mudah dibawa dan mudah digunakan, selain itu dengan

hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi dengan menggunakan facebook sebagai media pembelajaran pada materi ekositem di kelas VII MTs Mafatihul Huda (2).. hasil belajar siswa

Jenis media yang digunakan adalah media visual berupa kartu kerja yang berisi contoh teks puisi lama dan puisi baru, lirik lagu, dan gambar atau ilustrasi yang dibuat sendiri

- Siswa mendapatkan kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang barkaitan dengan materi yang telah disampaikan, kartu tersebut berupa kartu soal dan