• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rajungan (Portunus pelagicus) adalah komoditi perikanan dengan nilai jual cukup tinggi, baik sebagai komoditi lokal maupun komoditi ekspor. Berdasarkan data statistik perikanan tahun 2006, jumlah produksi ekspor rajungan pada tahun 2005 sebesar 18.593 ton dengan nilai produksi sebesar 130.905.000 US$ (Statistik Perikanan, 2006). Menurut manajer PT Phillips Seafood (Samudra edisi Maret 2006) perusahaannya dalam 1 tahun membutuhkan 36.000 ton rajungan. Sementara itu tahun 2004 periode bulan Januari-Desember menunjukkan bahwa produksi rajungan seluruh Indonesia yaitu mencapai 36.130 ton (Statistik Perikanan, 2006), dari produksi rajungan yang ada jelas bahwa produksi rajungan tidak mencukupi kebutuhan ekspor seluruh perusahaan pengekspor rajungan. Masuknya rajungan di pasar ekspor membuat harga rajungan semakin meningkat, hal tersebut secara tidak langsung merupakan salah satu motivasi nelayan di Indonesia untuk melakukan usaha penangkapan rajungan sepanjang tahun.

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Gebang Mekar merupakan salah satu basis penangkapan rajungan terbesar di Kabupaten Cirebon. Teknologi yang diterapkan nelayan Gebang Mekar yang umum digunakan untuk menangkap rajungan (Portunus pelagicus) adalah teknologi penangkapan dengan set bottom gillnet atau oleh nelayan sendiri biasa disebut jaring kejer. Selama ini nelayan jaring kejer di Gebang Mekar seringkali mengalami berbagai hambatan antara lain hilangnya jaring yang dioperasikan, selain itu jaring mengalami kerusakan yang sanga t parah akibat terseret oleh alat tangkap lain seperti dogol, garok, dan arad, serta perawatan pasca operasi penangkapan yang sulit. Seperti yang diungkapkan oleh seluruh responden nelayan jaring kejer pada saat wawancara, bahwa hambatan dari pengoperasian jaring kejer yang utama adalah akibat hilangnya jaring saat proses perendaman diperairan dengan nilai 43%.

Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon sejak tahun 2001 sampai 2006, nelayan Gebang Mekar beralih teknologi penangkapannya dari jaring kejer ke teknologi penangkapan dengan mengunakan bubu lipat atau biasa

(2)

disebut wadong. Bubu lipat ini di Kabupaten Cirebon diperkenalkan pertama kali oleh nelayan andon (nelayan Cirebon yang bermukim di Jakarta atau ikut kapal nelayan asing). Nelayan tersebut kemudian mencoba membuat duplikat dari bubu lipat dengan ukuran yang lebih kecil dan lebih sederhana yaitu berukuran P x L x T = 52 cm x 33 cm x 20 cm, sedangkan yang berukuran kecil mempunyai ukuran P x L x T = 44 cm x 28 cm x 15 cm. Sebenarnya bubu lipat ini berasal dari Taiwan sehingga sering disebut bubu Taiwan dengan ukuran P x L x T = 70 cm x 51 cm x 38 cm. Perkembangan bubu lipat di daerah Cirebon sangat cepat dengan sentra pembuatan bubu di Desa Citemu Kecamatan Mundu Pesisir. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha pembuat bubu lipat (wadong) untuk skala industri rumahan per harinya mereka mampu membuat 100 buah. Bahkan bubu lipat ini sudah mulai dikenal sampai daerah Jawa Tengah dan Banten.

Perubahan teknologi penangkapan rajungan dari set bottom gillnet (jaring kejer) menjadi teknologi penangkapan dengan bubu lipat (wadong) di Gebang Mekar, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan produksi rajungan di Gebang Mekar dan dapat menunjang tujuan umum pembangunan perikanan yaitu meningkatkan kesejahteraan nelayan, mampu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, menciptakan lapangan kerja serta menghasilkan devisa negara.

Kajian mengenai bubu lipat (wadong) ini masih belum banyak dilakukan. Hal ini menjadi salah satu alasan dilakukannya penelitian ini. Penelitian yang ada hanya melihat tingkat keramahan lingkungan alat tangkap bubu lipat yang dilakukan oleh Agatri (2005). Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai teknologi pilihan perikanan rajungan yaitu antara bubu lip at (wadong) dan jaring kejer dilihat secara aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi dengan contoh kasus di Gebang Mekar Kabupaten Cirebon, sehingga dalam penerapannya dapat mengoptimalkan tingkat pemanfaatan sumberdaya rajungan yang ada dengan memperhatikan keberlanjutan dari sumberdaya rajungan.

1.2 Perumusan Masalah

Meningkatnya kebutuhan ekspor untuk produk rajungan menjadi agenda nelayan untuk terus mengeksploitasi sumberdaya rajungan yang ada di Pantai

(3)

Utara Jawa. Sementara itu, sampai saat ini belum ada penelitian yang mengarah pada pengelolaan sumberdaya yang optimal dan lestari mengenai sumberdaya rajungan yang ada di Pantai Utara Jawa. Padahal selain udang, rajungan menjadi primadona Pantai Utara Jawa khususnya di Gebang Mekar sebagai salah satu sentra penangkapan rajungan di Kabupaten Cirebon.

Usaha perikanan rajungan yang berkembang saat ini masih berskala usaha kecil sehingga belum berfungsi secara optimal. Hal ini dikarenakan rendahnya permodalan dan pengetahuan manajerial pendapatan yang rendah. Sementara itu sejak tahun 2001 sudah ada alat tangkap bubu lipat atau disebut wadong oleh nelayan setempat yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan sebagai alat tangkap pengganti jaring kejer. Karena itu perlu kiranya mengetahui lebih dalam mengenai teknologi penangkapan yang baru yaitu bubu lipat (wadong) dengan membandingkan dengan yang lama yaitu jaring kejer dengan berbagai kriteria berdasarkan aspek bilogi-teknis-sosial-ekonomi, dari kedua alat tangkap tersebut mana yang lebih menguntungkan tanpa mengesampingkan keberlanjutan dari sumberdaya yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah utama yang dihadapi pada pengembangan usaha perikanan rajungan di Gebang Mekar Kabupaten Cirebon adalah belum diketahuinya tingkat kelayakan unit penangkapan rajungan yaitu bubu lipat dan jaring kejer yang ada berdasarkan aspek teknis, biologi, sosial dan ekonomi (efisiensi usaha dan investasi) sehingga sumberdaya perikanan rajungan dapat dimanfaatkan secara optimal serta dapat meningkatkan taraf hidup nelayan. Untuk itu pengkajian terhadap dua alat tangkap (jaring kejer dan bubu lipat) yang digunakan untuk menangkap rajungan diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas alat tangkap mana yang lebih efektif, efisien dan berkelanjutan.

1.3 Tujuan

Tujuan umum penelitian ini antara lain :

1. Menentukan teknologi penangkapan pilihan yang efektif, efisien dan berkelanjutan berdasarkan aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi.

2. Menentukan strategi pengembangan alat tangkap rajungan yang terpilih di Gebang Mekar.

(4)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

1. Memberikan informasi untuk nelayan rajungan berkaitan dengan suatu usaha perikanan rajungan di perairan Gebang Mekar.

2. Memberi masukan kepada instansi terkait dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan perikanan rajungan.

1.5 Hipotesis

Sesuai dengan masalah yang teridentifikasi, hipotesis yang diajukan adalah adanya perbedaan hasil tangkapan antara jaring kejer dengan bubu lipat (wadong).

1.6 Kerangka Pemikiran

Berpijak dari permasalahan tentang usaha penangkapan rajungan yang ada di Gebang Mekar Kabupaten Cirebon yaitu kurangnya produksi untuk pasar yang menjanjikan, maka perlu kiranya mengkaji lebih mendalam tentang teknologi penangkapan yang terbaik untuk penangkapan rajungan.

Teknologi penangkapan pilihan untuk perikanan rajungan yang akan diteliti ini yaitu antara bubu lipat dan jaring kejer, kiranya dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan usaha perikanan rajungan terutama di Gebang Mekar. Karena pengembangan usaha perikanan tangkap, dapat dilakukan jika informasi mengenai teknologi penangkapan yang terbaik dapat diketahui.

Unit penangkapan yang digunakan untuk menangkap rajungan di Gebang Mekar yaitu jaring kejer dan bubu lipat. Penggunaan alat tangkap bubu lipat untuk menangkap rajungan dikenal sejak tahun 2001. Sampai saat ini belum pernah ada penelitian mengenai aspek biologi-teknis-sosial-ekonomi dari dua alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap rajungan (jaring kejer dan bubu lipat) itu sendiri yang dapat berpengaruh terhadap pengembangan usaha perikanan rajungan.

Bertitik tolak dari kenyataan yang ada, yaitu ketersediaan sumberdaya, pasar yang menjanjikan, dan belum adanya penelitian mengenai aspek biologi-teknis-sosial-ekonomi dari bubu lipat, dirasa perlu untuk mengkaji permasalahan yang terjadi, menganalisis, dan mencoba mencari jawaban atas permasalahan tersebut.

(5)

Dalam upaya peningkatan produksi rajungan di Gebang Mekar guna mendapatkan teknologi penangkapan yang efektif, efisien dan berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian alat penangkap rajungan (jaring kejer dan bubu lipat) berdasarkan aspek biologi, teknis, sosial, dan ekonomi. Setelah diketahui teknologi yang terbaik maka perlu dilihat kelayakan alat tangkap yang terpilih sebagai syarat pengembangan usaha perikanan rajungan. Syarat kelayakan telah dipenuhi maka disusun strategi yang tepat agar usaha perikanan rajungan dapat berkembang lebih baik lagi. Gambar 1 menunjukkan kerangka pemikiran penelitian.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Alat Tangkap Rajungan

Biologi Teknologi Sosial Ekonomi

Analisis Kelayakan Investasi

Analisis Pengembangan

Bubu Lipat Jaring Kejer

Alat Tangkap Rajungan Terpilih

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi

Penataan promosi statis ialah suatu kegiatan untuk mempertunjukkan, memamerkan atau memperlihatkan hasil praktek atau produk lainnya berupa merchandise kepada masyarakat

Pendapat tersebut juga sesuai dengan pendapat Sudjana (2008, p.56) bahwa evaluasi produk mengukur dan menginterpretasi penca- paian program selama pelaksanaan program

5) Melihat animo masyarakat Kota Suwon yang begitu tinggi terhadap Kesenian Tradisional yang ditampilkan Tim Kesenian Kota Bandung, diharapkan Kota Bandung dapat

3 Scatter plot hasil clustering algoritme PAM untuk k=17 7 4 Scatter plot hasil clustering algoritme CLARA untuk k=19 9 5 Plot data titik panas tahun 2001 sampai dengan