• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA. Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA. Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

68 Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim : Pengujian Galur-Galur Harapan Jagung Toleran Kekeringan di Papua PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG

TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan varietas yang memiliki keunggulan pada kondisi lingkungan yang luas adalah dengan melakukan uji multilokasi. Suatu genotipe sebelum dilepas menjadi varietas unggul baru memerlukan uji multilokasi untuk menentukan daya adaptasi dan daya hasil serta stabilitasnya. Uji multilokasi galur harapan jagung di Papua dilaksanakan di dua wilayah yakni, Kabupaten Keerom (Arso), dan Kota Jayapura (Koya Barat). Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai November 2010. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan diulang tiga kali. Peubah yang diamati meliputi komponen pertumbuhan dan hasil tanaman yang diuji (tinggi tanaman 30 HST, tinggi tanaman saat panen, jumlah tongkol, panjang tongkol, jumlah baris per tongkol, berat 100 biji, hasil. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa hasil tertinggi jagung di Koya Barat (Kota Jayapura), dicapai oleh galur G1005 (9,17 t/ha) dan terendah pada Galur No. 11 (3,80 t/ha). Di Arso (Kabupaten Keerom), galur G1006 (6,74 t/ha) mampu menghasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan galur lainnya. Hasil terendah dicapai oleh galur G1005 (3,37 t/ha), tidak berbeda nyata dengan galur G1002 (3,97 t/ha), G1007 (3,47 t/ha) dan galur ASI (3,91 t/ha).

Kata kunci: Multilokasi, galur harapan jagung, kekeringan. PENDAHULUAN

Untuk memenuhi permintaan atas kebutuhan jagung yang semakin tinggi, Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Serealia Maros merakit dan melepas beberapa varietas unggul jagung yang berpotensi hasil lebih tinggi, serta toleran terhadap cekaman air. Melalui jaringan litkaji Balai Komoditas bekerja sama dengan BPTP melakukan kegiatan pemuliaan partisipatif dan uji multi lokasi galur-galur harapan jagung di Papua.

Uji multilokasi genotipe baru sering menampilkan perbedaan hasil yang berubah-ubah dari satu lokasi dengan lokasi lainnya. Suatu genotipe memberikan hasil tertinggi di lokasi tertentu namun belum tentu di lokasi lainnya. Terdapatnya perbedaan antara rata-rata hasil dengan potensi hasil disebabkan karena adanya kerentanan terhadap berbagai cekaman biotik dan abiotik (Shah et al. 2005).

Rendahnya produksi jagung pada lahan tadah hujan umumnya disebabkab

oleh cekaman abiotik berupa kekeringan. Kekeringan suatu keadaan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fisher et al. (1981) dan Dahlan (2001) menyatakan bahwa genotipe toleran kekeringan adalah genotipe yang masih mampu bertahan hidup dan memberikan hasil dalam kondisi air terbatas. Lebih lanjut Dahlan (2001) menyatakan jagung dapat tumbuh baik memerlukan curah hujan 25 mm/minggu.

Produktivitas jagung di provinsi Papua baru mencapai, 1,9 t/ha (Distan Papua 2010). Sementara hasil-hasil penelitian yang telah di lakukan BPTP Papua menunjukkan produktivitas jagung dengan menerapkan pola PTT 5.5-7.2 t/ha (Rauf et al. 2009). Hal ini menunjukkan bahwa potensi untuk meningkatkan produktivitas jagung tersebut masih sangat memungkinkan.

Uji multilokasi umumnya digunakan untuk mengevaluasi tanaman pada suatu hamparan yang luas yang merupakan target untuk lingkungan pertumbuhan tanaman (Berger et al.

(2)

69 Seminar Nasional Serealia 2011

2007). Stabilitas hasil diukur berdasarkan variasi hasil dari berbagai kondisi lingkungan (Cleveland 2001). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pengujian beberapa galur harapan jagung yang bertujuan untuk mendapatkan galur harapan yang berdaya hasil tinggi pada beberapa kondisi lingkungan, khususnya kondisi lingkungan di Provinsi Papua.

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan pada MK 2010 mulai bulan Juli-November 2010 pada lahan petani di wilayah pengembangan tanaman pangan yaitu Kota Jayapura (Koya Barat) dan Kabupaten Keerom (Arso), menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) diulang tiga kali. Perlakuan yang digunakan terdiri dari 9 galur harapan jagung toleran kekeringan dan 3 varietas pembanding yaitu Makmur 4, ASI, dan Bima 4.

Kegiatan ini dilaksanakan secara on farm dengan rakitan-rakitan teknologi spesifik lokal. Komponen-komponen teknologi yang diterapkan, seperti terlihat pada Tabel 2.

Pengumpulan data meliputi : tinggi tanaman 30 hst, tinggi tanaman saat panen, jumlah tongkol, panjang tongkol, jumlah baris per tongkol, berat 100 biji, hasil (t/ha).

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian galur harapan jagung toleran kekeringan produktivitas tinggi dilaksanakan di Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom dengan waktu tanam yang berbeda, sehingga penanaman tidak dapat dilakukan secara bersamaan. Tabel 1 memperlihatkan rataan tinggi tanaman, jumlah tongkal, berat tongkol, dan berat 100 biji berbeda antara galur dan varietas jagung di Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom.

Tabel 1. Komponen teknologi yang diterapkan pada jagung, di Kabupaten dan kota Jayapura, serta Kabupaten Keerom tahun 2010

Komponen teknologi Pengelolaan tanaman

Pengolahan tanah Sempurna, dibuat saluran drainase

Varietas 9 Galur Harapan Jagung , 3 varietas pembanding Bima 4, Makmur 4 dan AS1

Kebutuhan benih 15-20 kg/ha

Pembibitan/pesemaian Tanam langsung Jumlah tanaman/benih per

lubang tanam 2-3 benih/lubang

Jarak tanam 75 cm x 45 cm

Pemupukan Urea: 250 kg/ha

SP36: 100 kg/ha KCl : 100 kg/ha

(Pupuk Nitrogen berdasarkan BWD)

Pengairan -

Penyiangan Pengendalian gulma terpadu

Pengendalian hama/penyakit Pengendalian hama terpadu

(3)

70 Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim : Pengujian Galur-Galur Harapan Jagung Toleran Kekeringan di Papua Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah tongkol/tanaman, Berat Tongkol kering dan

Berat 100 biji jagung pada 2 kabupaten. Papua 2010.

Lokasi

Kab/Kota Galur/ varietas

Tinggi tanaman

(cm) Berat Tongkol Kering (gr) Berat 100 Biji (gr)

Koya Barat G1001 162,37 abc 149,71 ab 25,40 cd Kota Jayapura G1002 166,73 ab 154,69 ab 27,69 abc

G1003 168,14 a 157,12 ab 23,41 d G1004 154,73 abc 147,11 abc 26,87 bcd G1005 162,87 abc 156,46 ab 26,09 cd G1006 163,67 abc 161,10 a 25,82 cd G1007 163,30 abc 152,35 ab 27,99 abc G1008 153,00 abc 156,90 ab 30,54 a G1009 148,30 c 159,39 a 28,45 abc Makmur 4 165,70 ab 124,80 c 26,75 bcd AS1 151,70 bc 135,01 bc 27,07 bc Bima 4 162,63 abc 164,50 a 30,03 ab Arso G1001 210,20 ab 122,00 de 30,46 a Keerom G1002 201,93 ab 123,26 d 22,60 cd G1003 208,13 a 126,43 d 19,45 e G1004 175,13 b 136,41 c 24,47 c G1005 174,23 b 105,65 f 16,56 f G1006 177,47 ab 151,82 b 22,57 cd G1007 196,40 ab 102,15 f 21,24 e G1008 181,60 ab 95,88 g 21,21 e G1009 184,47 ab 122,90 d 20,73 e Makmur 4 191,40 ab 165,33 a 27,10 b AS1 182,87 ab 116,74 e 21,39 de Bima 4 185,20 ab 156,82 b 20,76 e

Ket. Data yang diikuti dengan huruf yang sama pada satu baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 95%

Respon galur dan varietas terhadap pertumbuhan tinggi tanaman berbeda-beda. Hal tersebut dapat disebabkan genetik dari varietas/galur dan kemampuan adaptasi dari masing-masing galur/varietas terhadap kondisi tempat tumbuh tanaman. Jumlah tongkol per tanaman pada semua galur adalah satu tongkol/tanaman. Di kota Jayapura, galur tertinggi dicapai galur G1003 (168,14 cm) tidak berbeda nyata dengan 7 galur lainya dan semua varietas pembanding namun berbeda nyata dengan Galur G1009 sekaligus merupakan galur yang menghasilkan tinggi tanaman paling rendah yaitu 148,30 cm. Sedangkan di Kabupaten Keroom tanaman jagung tertinggi dihasilkan Galur G1003 (2003 cm) dan tidak berbeda nyata dengan galur dan varietas pembanding lainnya. Galur -

galur yang ditanam di Kabupaten Kerom mempunyai penampilan tinggi tanaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan galur-galur yang ditanaman di Kota Jayapura. Hal ini disebabkan karena kandungan unsur hara P dan K di Kabupaten Keerom lebih tinggi dan curah hujan cukup tinggi. Menurut Hardjowigeno (1987) kandungan P dan K sangat berperan memperbaiki struktur tanah serta menunjang perkembangan akar, metabolisme karbohidrat, proses fisiologis tanaman dan pemanjangan ruas.

Jumlah tongkol yang diamati terlihat bahwa rata-rata jumlah tongkol setiap galur dan varietas pembanding hanya menghasilkan 1 tongkol kecuali galur G1006 menghasilkan 2 tongkol pertanaman pada kedua kabupaten.

(4)

71 Seminar Nasional Serealia 2011

Berat tongkol galur atau varietas yang paling tinggi dihasilkan di Kota Jayapura adalah varietas pembanding BIMA 4 (164,50 gr), disusul galur G1006 (161.10 gr), dan galur G1009 (159,39 gr) ketiganya tidak berbeda nyata namun berbeda nyata dengan galur lainya. Selanjutnya di Kabupaten Keerom berat tongkol paling tinggi dihasilkan varietas Makmur 4 yaitu (165,33 gr) berbeda nyata dengan varietas dan galur lainnya. Berat tongkol paling ringan diperoleh pada galur G 1008 (95,88 gr)

Sedangkan Berat 100 biji galur/ varietas pada kedua kabupaten memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata. Di kota Jayapura nampak bahwa

berat 100 biji paling tinggi dihasilkan Galur G1008 (30,54 gr) diikuti varietas BIMA 4 (30,03 gr) keduanya tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan galur dan varietas lainnya. selanjutnya di kabupaten Kerom, berat 100 biji tertinggi dihasilkan galur G1001 (30,46 gr) dan berbeda nyata dengan semua galur dan varietas. Hasil berat 100 biji terendah didapatkan galur G100.

Produkitivitas galur dan varietas pembanding jagung pada dua agroekosistem yang berbeda memperlihatkan pengaruh yang berbeda-beda pula, disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-Rata Berat Per Petak dan Jumlah Tongkol Per Petak Per Tanaman Jagung pada 2 Kabupaten. Papua 2010.

Lokasi

Kab/Kota varietas Galur/ per petak (kg) Berat tongkol

Jumlah Tongkol per petak

Produksi (t/ha) Koya Barat G1001 10,29 b 97,00 bcd 6,86 b

Kota Jayapura G1002 10,49 b 86,33 bcde 6,99 b G1003 9,63 b 73,00 ef 6,42 b G1004 11,63 ab 105,33 a 7,75 ab G1005 13,76 a 96,33 bcd 9,17 a G1006 11,66 ab 82,33 cde 7,77 ab G1007 9,99 b 77,00 e 6,66 b G1008 11,48 ab 104,00 ab 7,65 ab G1009 11,00 ab 107,67 a 7,33 a Makmur 4 9,76 b 100,67 abc 6,51 b AS1 5,70 c 54,67 f 3,80 c Bima 4 9,87 b 80,00 de 6,58 b

Arso G1001 8,05 def 83,57 b 5,37 def

Keerom G1002 5,96 g 66,50 de 3,97 g G1003 8,67 cd 96,37 a 5,78 cd G1004 7,32 e 66,93 de 4,88 e G1005 5,05 g 60,73 e 3,37 g G1006 10,11 a 80,97 bc 6,74 a G1007 5,20 g 62,23 e 3,47 g G1008 7,60 de 95,09 a 5,07 de G1009 9,14 bc 91,78 a 6,09 bc

Makmur 4 8,41 cde 65,77 de 5,61 cde

AS1 5,87 g 67,73 de 3,91 g

Bima 4 9,86 ab 73,93 cd 6,57 ab

Ket. Data yang diikuti dengan huruf yang sama pada satu baris menunjukan tidak berbeda nyata pada uji DMRT 95%

(5)

72 Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim : Pengujian Galur-Galur Harapan Jagung Toleran Kekeringan di Papua Kemampuan galur atau varietas

pembanding berinteraksi dengan lingkungannya sangat mempengaruhi produktivitas. Galur atau varietas yang mampu berinteraksi dengan lingkungan tempat tumbuhnya akan mampu menghasilkan produksi yang maksimal pula.

Analisis statistik pada (Tabel 2) menunjukkan bahwa karakter galur atau varietas di 2 lokasi memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Koya Barat barat berat tongkol perpetak tertinggi diperoleh galur G1005 (13.76 kg) namun tidak berbeda nyata dengan galur G1006, galur G1008, dan G1009 (11 kg) dan terendah pada varietas ASI (5.70 kg), sedangkan di Arso berat tongkol perpetak tertinggi diperoleh pada galur G1006 (10.11 kg) berbeda nyata dengan galur G1002, galur G1005, galur G1007 dan varietas ASI , berat tongkol terendah didapatkan varietas ASI (5.87). Varietas ASI merupakan salah satu varietas yang memiliki daya adaptasi paling rendah pada 2 lokasi yang berbeda.

Di Koya Barat jumlah tongkol tertinggi di hasilkan galur G1009 (107.67 buah) tidak berbeda nyata dengan galur G1004 (105.33 buah) dan terendah pada varietas ASI (54.67 buah), sedangkan di Arso jumlah tongkol per petak tertinggi dihasilkan galur G1003 (96.37 buah) namun tidak berbeda nyata dengan jumlah tongkol yang dihasilkan galur G1008 (95.09 buah) dan Galur G1009 (91.78 buah), dan jumlah tongkol terendah dihasilkan galur G1007 (62.23 buah) dan galur G1005 (60.73 buah).

Hasil pengamatan menunjukan bahwa galur-galur yang diuji mampu beradaptasi pada kondisi kekeringan sehingga tetap mampu mempertahankan hasil produksi yang cukup tinggi dibandingkan varietas pembanding. di Koya Barat, produksi tertinggi dicapai oleh galur G1005 (9.17 ton/ha) dan terendah pada varietas ASI (3.80 ton/ha). Sedangkan di Arso, Galur G1006 ( 6,74 ton/ha) menghasilkan produksi lebih tinggi dibandingkan dengan galur lainnya, hasil terendah dicapai oleh galur G1005 (3.37 ton/ha) tidak berbeda nya

dengan Galur G1002 (3.97 ton/ha), galur G1007 (3.47 ton/ha) dan varietas ASI (3.91 ton/ha). Hal ini menunjukan bahwa galur-galur yang diuji pada lokasi pada 2 lokasi yaitu di Koya barat dan di Arso memiliki daya adaptasi yang lebih baik dari varietas pembanding.

Daya hasil galur-galur pada pengujian ini menunjukkan hasil yang optimal dan lebih tinggi dari varietas pembanding. Dari galur-galur yang sifatnya sudah mantap sifatnya dan mempunyai daya adaptasi tinggi dapat diusulkan sebagai varietas unggul hibrida.

Meskipun hasil di Koya Barat lebih baik di banding di Arso, namun dalam pertumbuhannya intensitas curah hujan cukup tinggi di Koya Barat sehingga mempengaruhi kuantitas dan kualitasnya. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan leaching unsur hara dalam tanah. Hal ini sejalan yang dengan Hardjowigeno (1987) bahwa tanah selain merupakan sistem tertutup juga sebagai sistem terbuka dimana tanah dapat menerimah dan dapat juga kehilangan unsur-unsur hara yang dimilikinya disebabkan oleh proses erosi, penguapan atau pencucian (leaching).

Hama penyakit utama di Koya dan Arso adalah hama penggerek batang, ulat bibit sedangkan penyakit adalah penyakit namun intensitasnya serangannya masih rendah

KESIMPULAN

1. Galur/varietas yang ditanam di Koya memberi hasil 3.80 - 9.17 t/ha, sedangkan di Kerom 3,37 – 6,74 t/ha 2. Hasil tertinggi di kedua lokasi

pengkajian berbeda, di Koya, hasil tetinggi dicapai oleh galur G1005 (9,17 t/ha), terendah dari varietas ASI (3,80 t/ha), sedangkan pada lokasi Arso hasil tertinggi diperoleh dari galur G1006 (6,74 t/ha) dan terendah pada galur G1005 (3,37 t/ha).

(6)

73 Seminar Nasional Serealia 2011 DAFTAR PUSTAKA Berger, J.D., Speijers, J., Sapra, R.L., and

Sood, U.C .2007. Genotype by environment interaction and chickpea improvement. In: Chickpea Breeding and Management. Yadav SS, Redden RJ, Chen W, Sharma B (eds), CAB International, pp. 617-629.

Cleveland, D.A. 2001. Is plant breeding science objevtive truth or social construction: The case of yield stability. Agriculture and Human Value 18:251-170

Dahlan, M. 2001, Pemulia tanaman untuk ketahanan terhadap kekeringan, Dalam Prosiding International Confrence on Agricultural Development NTT, Timor Timur and Maluku Tenggara 11-15 Desember 2001, Kupang.

Distan Papua. 2010. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tk. I Provinsi Papua.100 Hal.

Fisher, K.S.,E.C.,Johnson,and G.O.Edmeades.1981. Breeding and selection for drought resistence in tropical maize, CYMMYT Asia Regional Maize Program,Paper at Symposium on Principles and Methods in Crop Improvement for Drought Resistence, IRRI May 4-8, PO Box 2453. Bangkok

Hardjowigeno,S. 1987. Ilmu Tanah, PT Media Sarana Perkasa. Bogor. Shah, T.M., Hassan, M., Haq, M.A., Atta,

B.M., Alam, S.S., and Ali, H. 2005. Evaluation of Cicer species for resistance to Ascochyta Blight. Pak. J. Bot. 37(2):431-438.

Rauf A.W., et al. 2009. Penerapan PTT Padi, Jagung, dan Kedelai pada Ekosistem Lahan Rawa dan Kering yang dapat meningkatkan Produktivitas padi > 6 ton/ha, Kedelai 2 ton/ha dan jagung > 5 ton/ha. Laporan Hasil Penelitian BPTP Papua. Tidak Dipublikasi. 30 hal.

Gambar

Tabel 1.  Komponen  teknologi  yang  diterapkan  pada  jagung,  di  Kabupaten  dan  kota  Jayapura, serta Kabupaten Keerom tahun 2010
Tabel  3.  Rata-Rata  Berat  Per  Petak  dan  Jumlah  Tongkol  Per  Petak  Per  Tanaman  Jagung  pada 2 Kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pengambilan kebijakan pembentukan dua dinas pendidikan di Kabupaten Bantul memiliki latar belakang politis untuk memberikan perimbangan

Sistem RWH menggunakan rangkaian talang yang dipasang pada sisi atap bangunan tempat air hujan jatuh dan terkumpul kemudian dialirkan melalui pipa PVC ke dalam bak

Cara yang pertama ini merupakan cara yang paling sempurna, terutama dalam hal merumuskan tindak pidana dalam bentuk pokok atau standar dengan mencantumkan

Oleh sebab itu pula, kemungkinan terjadinya dualistik aktivitas kota dalam kawasan ini sangat tinggi, yaitu selain di sektor formal, yang paling signifikan adalah pada sektor

menyatakan bahwa “ SKRIPSI ” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Menurut hukum Islam, barang yang diperjualbelikan harus mempunyai manfaat menurut syara’. Pelaksanaan jual beli barter antara UD. Azizah dengan peternak ayam telur adalah

Pakan ternak menggunakan pakan hijauan (rumput gajah, rumput lapangan) dengan pakan tambahan ampas tahu yang dicampur dengan tumpi jagung. Pemberiannya 2 kali

Banyak siswa saya menanyakan apakah terdapat cara-cara untuk memurnikan segala sesuatu yang mereka persembahkan kepada Buddha dan Bodhisattva karena mereka merasa tidak