• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II AKAD MUDHARABAH DAN DEPOSITO MUDHARABAH DALAM FIQIH MUAMALAH. A. Akad Mudharabah dalam Fiqih Muamalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II AKAD MUDHARABAH DAN DEPOSITO MUDHARABAH DALAM FIQIH MUAMALAH. A. Akad Mudharabah dalam Fiqih Muamalah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

28

A. Akad Mudharabah dalam Fiqih Muamalah 1. Pengertian akad Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, artinya memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang menggerakkan kakinya dalam menjalankan usaha. Mudharabah merupakan bahasa penduduk Irak, sedangkan menurut bahasa penduduk Hijaz disebut dengan istilah qiradh.1

Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola usaha (mudharib).2

Menurut Jaziri sebagaimana yang dikutip oleh Abdullah Saeed, mudharabah merupakan kontrak antara pemilik modal (investor) yang mempercayakan modalnya untuk dikelola oleh pengelola (mudharib) dalam aktivitas perdagangan.3

1

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 224.

2 Ibid,.

3Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis dan Interpretasi Kontemporer

(2)

2. Dasar Hukum Mudharabah a. Al – Qur’an

Di antara dalil-dalil yang membolehkan praktik akad mudharabah tersebut adalah sebagai berikut :

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu”. (Q.S An-nissa :29)

Firman Allah QS Al-Baqoroh (2):283

Artinya : “ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S Al-Baqoroh : 283)

(3)

Firman Allah QS Al-Maidah (5);1

Artinya:Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. (Q.S Al-Maidah : 1) b. Hadits

ملسو هيلع الله ىلص الله لىسر لاق لاق هيبأ نع بيهص نب حلاص نع

لجأ ىلإ عيبلا ةكربلا نهيف ثلاث

ةضراقملاو

لا تيبلل ريعشلاب ربلا طلاخأو

عيبلل

.

(

مقر ثيدحب هجام نبا هجرخأ

:

2289

Artinya: “Dari Salih bin Shuhaib R.A bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual-beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. (HR. Ibn Majah, No. 2289)

c. Ijma’

Diriwayatkan oleh sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’.4

d. Qiyas

Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah.

4

Dikutip dari buku Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalah, Zuhaily, Al Fiqh Al Islami wa Adilatuhu, 1989, 4/838

(4)

e. Kaidah fiqih

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

f. Para ulama menyatakan dalam kenyataan banyak orang yang mempunyai harta namun tidak mempunyai kepandaian dalam usaha memproduktifkannya sementara itu, tidak sedikit pula orang yang tidak memiliki harta namun ia memiliki kemampuan dalam memproduktifkannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya kerjasa diantara kedua belah pihak tersebut.5

3. Rukun dan Syarat Mudharabah

Beberapa rukun akad mudharabah antara lain sebagai berikut: a) Shahibul maal dan mudharib harus cakap hukum.

b) Sighat harus jelas atau pernyataan ijab dan qabul harus diucapkan oleh kedua belah pihak untuk menunjukkan kemauan mereka, dan terdapat kejelasan tujuan mereka dalam melakukan sebuah kontrak. c) Modal harus berupa uang tunai dan 100% dari pihak shahibul maal dan harus diketahui jumlah dan jenis mata uangnya, serta tidak dapat berupa hutang.

d) Keuntungan mudharabah dibagi secara proposional sesuai dengan kesepakatan bersama dalam bentuk prosentasi (nisbah) yang diketahui dan dinyatakan pada saat akad/kontrak.

e) Apabila terjadi kerugian maka pihak shahibul maal yang menanggung kerugian tersebut, kecuali diakibatkan karena kelalaian dari mudharib.

5Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah, (Jakarta: PT.

(5)

f) Dalam mengelola usahanya, pihak pemilik modal tidak boleh membatasi usaha mudharib dan usaha yang dikelola mudharib harus jelas serta berprinsipkan syariah dan pihak shahibul maal mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.6

Syarat mudharabah antara lain sebagai berikut:

a) Shahibul maal (pemilik modal) dan Mudharib (pengelola)

Syarat keduanya adalah harus mampu bertindak layaknya sebagai majikan dan wakil.

b) Sighat (ijab dan qabul)

Sighat harus diucapkan oleh kedua pihak untuk menunjukkan kemauan mereka, dan terdapat kejelasan tujuan mereka dalam melakukan sebuah kontrak.

c) Ra’sul mal (modal)

Modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh shahibul maal kepada mudharib untuk tujuan investasi dalam akad mudharabah.

d) Usaha Perniagaan

Usaha perniagaan adalah kontribusi mudharib dalam kontrak mudharabah yang disediakan sebagai pengganti untuk modal yang disediakan oleh shahibul maal, pekerjaan dalam konteks ini berhubungan dengan manajemen kontrak mudharabah.

(6)

e) Keuntungan

Keuntungan adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal, keuntungan adalah tujuan akhir dari kontrak mudharabah. Syarat keuntungan yang harus terpenuhi adalah kadar keuntungan harus diketahui, berapa jumlah yang dihasilkan. Keuntungan tersebut harus dibagi secara proposional kedua belah pihak, dan proporsi (nisbah) keduanya harus sudah dijelaskan pada waktu melakukan kontrak.

4. Jenis-jenis Mudharabah

Terdapat 2 jenis akad mudharabah yang digunakan, yaitu: a) Mudharabah Mutlaqoh

Pengertian dari mudharabah mutlaqoh adalah sistem mudharabah dimana pemilik modal (investor/shohibul maal) menyerahkan modal kepada pengelola tanpa pembatasan jenis usaha, tempat dan waktu dan dengan siapa pengelola bertransaksi. Jenis ini memberikan kebebasan kepada mudharib (pengelola modal) melakukan apa saja yang dipandang dapat mewujudkan kemaslahatan. Dalam pembahasan fiqh ulama Salaf ash Shalih seringkali dicontohkan dengan ungkapan اعَ فْ اِ ا عَ افْ عَ فْ اِ (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang member kekuasaan sangat besar.

(7)

b) Mudharabah Muqoyyadah

Mudharabah Muqoyyadah adalah dimana pihak pemilik modal (shahibul maal) tidak memberikan batasan mengenai jenis usaha, waktu, dan tempat usaha atau membebaskan mudharib dalam menginvestasi dananya.

Muqoyyadah pengertiaannya pemilik modal (investor) menyerahkan modal kepada pengelola dan menentukan jenis usaha atau tempat atau waktu atau orang yang akan bertransaksi dengan

mudharib.7

5. Implementasi Mudharabah dalam Perbankan Syariah

Akad mudharabah diterapkan oleh bank syariah untuk produk penghimpunan dan pembiayaan. Pada penerapan mudharabah mutlaqoh produk penghimpunan dana berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat 2 jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Ketentuan umum dalam produk ini adalah bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. Untuk tabungan mudharabah bank dapat

7Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK

(8)

memberikan buku tabungan sebagai bukti penabung.Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpan (bilyet) deposito kepada deposan.Tabungan dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif.

Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati, deposito yang diperpanjang setelah jatuh tempo akan diperlukan sama seperti deposito baru tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis, maka tidak perlu dibuat akad baru. Ketentuan – ketentuan yang lain berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.8

6. Manfaat Mudharabah bagi BMT

a. BMT akan menerima peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat

b. BMT tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread

8

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 85-86

(9)

c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah d. BMT akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha

yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan

e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.9

7. Aplikasi Mudharabah

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk

pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada:

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus seperti; tabungan haji, tabungan kurban.

Ketentuan teknisnya sama seperti ketentuan umum yang berlaku di semua bank. Pada produk ini, pihak penabung bertindak sebagai shahibul maal (pemodal) dan pihak bank sebagai mudharib (amil). Pada praktiknya harus ada kesepakatan tenggang waktu antara

9

(10)

penyetoran dan penarikan agar modal (dana) dapat diputarkan. Sehingga ada istilah deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

b. Deposito spesial (special investment), di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu. Misalnya murabahah saja atau ijarah saja.

Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan

jasa.

b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah di mana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul

maal.10

B. Deposito Mudharabah dalam Fiqih Muamalah 1. Pengertian Deposito Mudharabah

Berdasarkan pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Perbankan dinyatakanbahwa deposito atau disebut juga simpanan berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.11

10

Ibid.,

11 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah,Loc. Cit.,

(11)

Adapun yang dimaksud dengan deposito syari’ah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syari’ah (hukum Islam), karena kegiatan deposito tidak semuanya dibenarkan oleh hukum Islam (syari’ah).

Dalam hal ini, Dewan Syari’ah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito berdasarkan prinsip mudharabah.12 Deposito mudharabah merupakan dana investasi yang ditempatkan oleh nasabah yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu, sesuai dengan akad perjanjian yang dilakukan antara bank dan nasabah investor. misalnya deposito diperjanjikan jangka waktunya satu bulan, maka deposito dapat dicairkan setelah satu bulan.13

Deposito investasi mudharabah adalah dana nasabah yang disimpan di bank dimana pengambilannya berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan sesuai dengan nisbah atau prosentase yang telah disepakati bersama.14

12 Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI Edisi Revisi Tahun 2006, Nomor

03/DSN/-MUI/IV/2000, hlm. 18.

13

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011), hlm. 91.

14 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada

(12)

2. Ketentuan dan Akad Deposito Mudharabah

1. Ketentuan Umum Deposito Mudharabah

Berdasarkan pada Fatwa Dewan Syari’ah Nasional nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 01 April 2000 ini deposito yang dibenarkan secara syari’ah adalah yang berdasarkan prinsip

mudharabah dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:15

a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.

c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

15Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah, Op.Cit, hlm.

(13)

Sejalan dengan fatwa dari DSN sebagaimana tersebut, ketentuan dalam pasal 5 peraturan bank Indonesia nomor 7/46/PBI/2005 menetapkan persyaratan paling kurang dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk deposito berdasarkan mudharabah sebagai berikut:

a. Bank syriah bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertidak sebagai pemilik dana.

b. Dana disetor penuh kepada bank syariah dan dinyatakan dalam jumlah nominal.

c. Sebagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam bentuk nisbah.

d. Bank syariah sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

e. Bank syariah tidak boleh mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.

f. Bank syariah tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam perundang-undangan yang berlaku.

(14)

3. Akad Deposito Syariah

Dalam deposito syariah menggunakan akad mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih, salah satu pihak bertindak sebagai shohibul maal yang menyediakan modal secara penuh dan pihak lain sebagai mudharib yang menjalankan usahanya.16

4. Skema Deposito Mudharabah Gambar 2.1

1.Investasi Dana 2.Pembiayaan

4. Bagi hasil 3. Bagi hasil Penjelasan :

1. Deposan menginvestasikan dananya kepada pihak bank

2. Bank memberikan pembiayaan kepada pihak pengelola (user of refund)

3. Pengelola dana (user of refund)memberikan bagi hasil kepada bank 4. Bank memberikan bagi hasil kepada deposan.17

16

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 96.

17Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di

Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 84-85.

Deposan (Penabung)

Bank User of

(15)

5. Mekanisme Deposito Mudharabah

Bank sebagai intermediary financial atau lembaga perantara keuangan harus melakukan mekanisme pengumpulan dana (funding) dan penyalurandana (landing) secara seimbang, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Setiap penerimaan dana dari pihak ketiga merupakan amanah yangharus dijaga keamanan dan kemaslahatannya bagi pemilik dana dan bank. Oleh karenanya setiap proses penghimpunan dan penerimaan dana harus dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan Bank Indonesia, fatwa DSN maupun peraturan intern bank yang bersangkutan.18

Salah satu produk penghimpunan dana adalah melalui deposito. Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lebih lama, karena deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan yang panjang. Oleh karena itu bank akan leluasa melempar dana tersebut untuk kegiatan yang produktif. Sedangkan nasabah akan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil yang besarnya sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.

18Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UII Press,

(16)

Fitur dan mekanisme deposito atas dasar akad Mudharabah ini adalah sebagaiberikut:

1. Dalam akad Mudharabah Muqayyadah harus dinyatakan secara jelas syarat - syarat dan batasan tertentu yang ditentukan oleh nasabah.

2. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati.

3. Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat dilakukan oleh nasabah sesuai waktu yang disepakati.

4. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya - biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekeningantara lain biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan rekening, dan;

5. Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.19

Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya dalam dunia usaha yang produktif dan menguntungkan. Secara umum, konsep sistem operasional bank syari’ah adalah:20

19

http://www.bprspuduartainsani.com/index.php/produk-a-layanan/penghimpunandana.Diakses pada tanggal 5 November 2015.Pukul 21.45 WIB.

(17)

Pertama, Bank syari’ah sebagai penghimpun dana dari pihak surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan uangnya kepada bank untuk disimpan dan dikelola sesuai hukum syari’ah. Dana yang dimaksud adalah dana dari pihak pertama (pemodal dan pemegang saham), dana pihak kedua (pinjaman dari bank dan bukan bank, atau pinjaman dari Bank Indonesia) dan dana pihak ketiga (nasabah simpanan).

Kedua, bank syari’ah sebagai penyalur dana bagi pihak yang membutuhkan berupa kredit atau pembiayaan. Setelah bank menghimpun dana dari pihak ketiga, maka sesuai dengan fungsi intermediary-nya bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut melalui pembiayaan. Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah digariskan. Alokasi dana ini mempunyai beberapa tujuan yaitu:21

a. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko yang rendah.

b. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman.

21Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Pustaka Alfabet, Cet.

(18)

Untuk mencapai tujuan tersebut maka alokasi dana-dana bank harus diarahkan sedemikian rupa agar pada saat diperlukan semua kepentingan nasabah dapat terpenuhi. Alokasi penggunaan dana bank syari’ah pada dasarnya digunakan secara produktif untuk memperoleh pendapatan.

Adapun dalam bank syari’ah, penyaluran dana simpanan dari masyarakat dibatasi oleh dua prinsip dasar, yaitu prinsip syari’ah dan prinsip keuntungan. Artinya, pembiayaan yang akan diberikan harus mengikuti kriteria-kriteria syari’ah, disamping pertimbangan-pertimbangan keuntungan.

Misalnya, pemberian pembiayaan harus kepada bisnis yang halal, tidak boleh kepada perusahaan atau bisnis yang memproduksi makanan dan minuman yang diharamkan, perjudian dan bisnis lain yang tidak sesuai dengan syari’ah.

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku yang lebih banyak ditunjukkan oleh siswa di sekolah tersebut yaitu siswa sering terlambat masuk sekolah dan membolos pada jam – jam pelajaran sekolah,;

Biaya tata niaga, sebaran harga (price spread) dan persentasi mergin (share margin) pedagang yang menyalurkan sayuran sawi, pedagang pengumpul memperoleh keuntungan

Pada tahun 2016-2017, fenomena yang terkait dengan populisme juga terjadi, namun kali ini dalam bentuk aksi massa yang terkait isu keagamaan, yaitu Aksi Bela Islam (ABI) yang

individu Berdasarkan hasil penelitian, responden dengan Income yang tinggi akan memiliki kesepatan yang lebih untuk dapat mengelola keuangan dengan baik, akan memiliki

68 | Efektivitas Penggunaan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Pengetahuan Konseptual Peserta Didik Pada Materi Mitigasi Bencana Alam tersebut maka yang

( Sertifikat/Laporan ) Prosedur Pelayanan Informasi Digabung dengan permohonan pengambilan data Prosedur Pengajuan Pembuatan Benda Pamer Pengadaan Barang dan Jasa.. Prosedur

3.3.2 Mengenal huruf vokal dalam suatu kata yang terkait dengan aku dan teman baru 4.3.1 Melafalkan huruf vokal dan konsonan dalam kata bahasa Indonesia 4.3.2 Melafalkan huruf

Pada penelitian ini analisis ekonomi yang dilakukan dengan menggunakan metode Replacement Analysis (RA), yaitu dengan melakukan analisis kelayakan pada teknik