ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PADA GASTRITIS
A. Pengkajian 1. Identitas Pasien
Nama :
Usia :
Jenis kelamin : Jenis pekerjaan : Alamat : -Suku/bangsa : Agama : -Tanggal MRS : -No. Registrasi :
-Tingkat pendidikan: Bagi orang/keluarga yang tingkat pendidikannya rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pasien dengan penyakit gastritis biasanya nyeri di ulu hati atau nyeri didaerah Epigastrium dan perut sebelah kanan bawah.Nyeri yang dialami dipengaruhi oleh pengalaman, persepsi, toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri itu sendiri. Individu memberi respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut, gelisah, dan cemas sedangkan yang lain penuh dengan toleransi dan optimis.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
dibagian dorsal lateral dari formasio retikularis medula oblongata, yaitu pada tingkat nukleus motorik dorsal lateral dari syaraf vagus.Pusat ini terletak dekat dengan pusat salivasi, vasomotor dan pernafasan. Alat keseimbangan dapat terserang akibat proses – proses sentral atau perifer. Peranan dari pusat muntah adalah mengkoordinir semua komponen komplek yang terlibat dalam proses muntah.
Terjadinya muntah didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam sfinter esophagus akan relaksasi, laring dan palatum mole tingkat dan glotis menutup. Selanjutnya diafragma akan berkontraksi dan menurun serta dinding perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan pada lambung dan sebagian isinya dimuntahkan. Peristiwa ini didahului oleh statis lambung, kontraksi duodenum, dan antrum lambung.Mual dirasakan sebagai sensasi tidak enak diepigastrium, dibelakang tenggorokan dan perut.Sensasi mual biasanya disertai dengan berkurangnya motilitas lambung dan meningkatnya kontraksi duodenum.
Terdapat lima penyebab muntah yang utama diantaranya adalah penyakit psikogenik, proses – proses sentral, proses sentral tidak langsung, penyakit perifer dan iritasi lambung atau usus. Konsekuensi dari muntah yang berat dan lama akan meningkatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit serta gangguan asam basa. b. Riwayat penyakit dahulu
Perawat menanyakan kepada pasien tentang masalah masa lalu pada sistem Gastrointestinal.Pernahkan pasien dirawat dirumah sakit?Untuk melanjutkan pengkajian keperawatan riwayat pasien, perawat mencatat status kesehatan umum pasien serta gangguan dan perbedaan gastrointestinal sebelumnya.Obat – obatan, dapatkan informasi lengkap tentang obat yang diresepkan dan yang dijual bebas, baik saat ini dan yang digunakan sebelumnya.Tanyakan tentang penggunaan Aspirin, dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat memperberat gastritis.
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit Gastrointestinal yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan saat ini dan masa lalu pasien.
4. Pemeriksaan Fisik Review of system (ROS)
Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik.
B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
5. Fokus Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala :kelemahan, kelelahan
Tanda :takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas) 2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda : hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia), nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi), warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda :
a) nyeri tekan abdomen, distensi
c) karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida). d) haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan Gejala :
a) anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal). b) masalah menelan : cegukan
c) nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan Gejala :
a) nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut)
b) nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster)
d) tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis)
e) faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal: trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi.Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2).CO2 cepat diabsorbsi
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak.Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses.Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung.Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin.Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress psikologi
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan
c. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas menurun dan proses penyakit e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
f. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung
C. Perencanaan No
.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress psikologi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri dapat berkurang, pasien mengungkapakan nyeri yang dirasakan akibat nyeri pada klien serta keluarganya menurunkan tegangan otot
3. Respon autonomik meliputi, perubahan pada TD, nadi, RR, yang berhubungan dengan penghilangan nyeri
menyeringai kesakitan peningkatan aktivitas dengan cepat otot, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping
7. Memberikan dukungan (fisik, emosional,
meningkatkan rasa kontrol, dan kemampuan koping) 8. Menghilangkan atau
mengurangi keluhan nyeri klien
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perkembangan status nutrisi pasien
cukup keseimbangan nutrisi pasien
3. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam intake cairan adekuat. individual. Anjurkan klien untuk minum kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa. keseimbangan cairan dalam fase segera. ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung 4. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan imunitas menurun dan proses penyakit
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan, pasien tidak mengalami infeksi lebih lanjut
Kriteria hasil:
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi Tidak ada rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolesa.
2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Menunjukan perilaku hidup sehat
4. Personal hygiene pasien terpenuhi baik sacara mandiri maupun dibantu keluarga.
4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase kapan diadakannya imunisasi
8. Keluarga mengetahui manfaat imunisasi
9. Menjaga dan mencegah dari bakteri dan mikroorganisme yang dapat memperburuk penyakit 10. Mengurangi inflamasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mendapatkan informasi yang tepat pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien. terhadap komplikasi seperti ulkus peptik dan pendarahan pada lambung.
6. Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak mengalami berkisar antara 36 – 37
derajat celsius
2. Menjelaskan tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh Tindakan untuk mengurangi
peningkatan suhu tubuh.
3. Tidak ada perubahan warna kulit.
Warna kulit tidak sianosis, turgor kulit baik.
4. Denyut nadi normal 5. Respirasi normal 6. Cairan seimbang
(intake dan out put) dalam 24 jam
4.4 Evaluasi
No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress psikologi
S : anak mengatakan nyeri yang dirasakan mulai berkurang O : pasien terlihat lebih rileks A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan
S : keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien berkurang dan sering kali mengeluh mual dan muntah
O : pasien sering terlihat muntah beberapa kali dalam sehari
A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi
3.
Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
S : Anak mengatakan bahwa dirinya sudah tidak merasa mual
O : kondisi umum pasien baik, turgor kulit baik, tidak tampak lemah
A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas menurun dan proses penyakit
S : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengeluh perih pada bagian perut
5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
S : keluarga pasien mengatakan cukup paham dengan kondisi pasien dan mengerti apa yang harus dilakukan saat pasien merasa kesakitan
O : keluarga pasien terlihat tanggap saat pasien mengeluh kesakitan A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
6. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung
S : keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak demam
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GASTRITIS
No. Register : 101.8680 Ruang : Bougenvile
Tanggal/Jam MRS : 28 September 2012/ 21.00 WIB Tanggal Pengkajian : 29 September 2012
Diagnosa Medis : Gastritis
1. IDENTITAS a. Biodata Pasien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 65 tahun
Agama : Islam Suku/bangsa : Indonesia Pendidikan : SMA Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bojong Menteng Rt. 03/ IX Kelurahan Pasir Kuda
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. N Umur : 33 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Hubungan dengan px : Istri
Alamat : Bojong Menteng Rt. 03/ IX Kelurahan Pasir Kuda
2. RIWAYAT KESEHATAN a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa setiap pagi hari setelah bangun tidur pasien sering merasa nyeri pada perut bagian sebelah kirinya. Rasa nyerinya itu seperti diremas-remas serta terasa panas. Rasa nyerinya berada di skala 7 dari skala nyeri 0-10 menurut Bourbanis. Menurut Bourbanis skala 7 menggambarkan nyeri berat terkontrol dimana terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan nyeri tetapi tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.Pasien mengatakan merasa lebih baik jika dibuat berbaring.Pasien juga mengeluh mual dan muntah yang membuat nafsu makan pasien menurun. Pasien mengatakan keluhan ini terjadi hampir seminggu sampai akhirnya dia dibawa ke IGD RSUD Bangli pada tanggal 28 September 2012 pukul 21.00 WIB.
Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat dengan penyakit yang sama (gastritis) pada tanggal 5 April 2009, dan diberi obat Antasida.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus dan Hipertensi serta penyakit menular seperti Hepatitis dan TBC.
3. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI a. Nutrisi
Di Rumah : makan tidak teratur ±1-2x sehari. Makan selalu habis dalam 1 porsi. Pasien mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan, pasien minum 6-7 gelas ( ±1500-1700cc) setiap hari.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan pagi hanya makan bubur habis 1/4 porsi karena pasien merasa mual setiap kali mau makan dan sehabis makan pasien sering muntah. Pasien minum air putih habis 4-5 gelas (1000-1200cc) setiap hari.
b. Eliminasi
Di Runah : pasien mengatakan BAB 1x sehari pada waktu pagi dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAB.
Klien BAK ± 2-6x sehari dengan warna kuning, bau khas, dan pasien tidak ada kesulitan dalam BAK.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB dengan frekuensi 1x sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat kecil), warna hitam, bau khas dan pasien mengeluh sulit untuk BAB.
Pasien mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6x sehari warna kekuningan, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAK.
c. Istirahat dan Tidur
Di Rumah :pasien mengatakan tidur selama 7jam mulai tidur pukul 22.00 WIB dan bangun pukul 05.00 WIB. Pasien jarang tidur siang. Di Rumah Sakit :pasien mengatakan tidur selama 9jam mulai pukul 21.00
WIB, kalau malam sering terbangun karena suasana yang panas, pasien bangun pukul 06.00 WIB.
d. Aktifitas Fisik
Di Rumah : pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan, pasien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga, pasien tidak mengalami kesulitan dalam melakukan personal hygiene, pasien mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut terasa sakit saat bergerak.
Di Rumah : pasien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, keramas 2 kali dalam seminggu, ganti baju 1 kali sehari, dan tidak ada gangguan apapun.
Di Rumah Sakit : pasien diseka oleh keluarga 2 kali sehari yaitu pagi dan sore dengan tidak memakai sabun.
4. DATA PSIKOSOSIAL a. Status Emosi
Emosi pasien stabil.
b. Konsep Diri
Body Image : pasien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan pengobatan agar cepat sembuh
Self Ideal : pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan mendapat perhatian yang cukup dari keluarga
Self Eksterm : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah
Role : pasien sebagai kepala keluarga.
Identity : pasien bernama Tn. “S” dengan usia 35 tahun yang beralamatkan di Bojong Menteng Rt. 03/ IX Kelurahan Pasir Kuda
c. Interaksi Sosial
Hubungan pasien dengan perawat serta pasien lain dalam satu ruangan baik. Pasien juga keluarga juga baik.
d. Spiritual
Pasien beragama Islam, sebelum sakit ia taat beribadah, tetapi sekarang tidak bisa menjalankan sholat lima waktu. Pasien hanya dapat berdoa demi kesembuhannya.
5. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum
Keadaan umum kurang
b. Kesadaran
CM (Composmentis) 4-5-6
c. Tanda-Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg S : 37°C N : 80 x/menit RR : 20 x/menit
d. Kepala
Kulit Kepala
Bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut warna hitam, tidak ada nyeri tekan. Wajah
Bentuk wajah simetris, tidak ada luka, tidak ada edema. Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik. Hidung
Telinga
Bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran. Mulut
Bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan dan pembengkakan gusi.
e. Leher
Tidak terdapat pembesaran tiroid.
f. Dada dan Thorak
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan Perkusi : suara jantung pekak, suara paru sonor
Auskultasi : bunyi paru vesikuler, bunyi jantung normal (1,2)
g. Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
Palpasi : ada nyeri tekan terhadap abdomen (ulu hati) Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus ± 8x/menit
h. Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus RL 20 tpm (tetes per menit) pada tangan kiri, tidak terdapat oedem.
Ekstremitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi kelumpuhan, dan tidak oedem.
i. Genetalia
Tidak terpasang kateter.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
WBC (SEL DARAH PUTIH) : 9,51 . 103m/l (4,00 – 10,00)
RBC (eritrosit) : 5,39 . 106m/l (3,50 – 5,50)
HGB (hemoglobin) : 14,3 g/dl (11,0 – 16,0) HCT (hemotokrit) : 42,8% (37,0 – 50,0)
MCV (Volume Korpuskular rerata) : 79,4 fl (80,0 – 50,0) MCH : 26,5 pg (27,0 – 100,0)
MCHC : 33,0 g/dm (32,0 – 31,0) RDW : 12,9% (1,5 – 36,0) PLT : 207 . 103m/l (150 – 450)
MPV : 7,0 fl (7,0 – 11,0) PDW : 16,1 (15,0 – 17,0)
7. TERAPI DAN PENATALAKSANAAN
Infus RL 20 tpm (tetes per menit) Injeksi :
Ranitidine (2x1 mg) Oral :
Antasida (3x500 mg)
8.
ANALISA DATA
Nama : Tn. “S” No.Reg : 101.8680 Umur : 65 tahun Ruang : Bougenvile
NO. PENGKAJIAN ETIOLOGI MASALAH
29 Septembe r 2012
DS:
1. Tn. “S” mengatakan kalau daerah ulu hatinya terasa panas dan terbakar
2. Tn.“S” mengatakan kalau nyerinya hilang timbul jika epigastrium di tekan
3. Tn.“S” mengeluh sering merasa mual dan muntah
DO:
1. Diagnosa medis dari Tn.“S” adalah gastritis
2. Skala nyeri klien 7 dari skala (0-10)
3. Nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium) Tn.“S”
Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
Gangguan rasa nyaman (Nyeri)
DS :
1. Tn.“S” sering merasa mual dan muntah
2. Tn.“S” mengatakan kalau dia hilang selera makan
3. Tn.“S” sering merasa kenyang DO :
1. Diagnosa Medis dari Tn.“S” adalah Gastritis
2. Tn.“S” tampak lemah dan tidak berenergi
3. Kesadaran Tn.“S” Composmentis
Pemenuhan nutrisi tidak adekuat
Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh
DS:
1. Tn.“S” mengatakan di rumah sakit BAB dengan konsistensi feses keras
2. Tn. “S” mengatakan lebih banyak berbaring di tempat DO:
1. Palpasi abdomen : teraba keras di perut sebelah kiri bawah
2. Auskultasi pada
abdomen: peristaltik ± 4x/mnt 3. tidur karena perut terasa sakit
saat bergerak DS:
1.Tn.“S” mengatakan hal yang dipikirkan terhadap penyakitnya adalah penyakit jantung karena di ulu hati terasa perih, panas dan kemeng-kemeng.
DO:
1.Tn.“S” tampak bingung terhadap penyakitnya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. “S” No.Reg : 101.8680 Umur : 65 tahun Ruang : Bougenvile
NO .
TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
4.
29
September 2012
Gangguan rasa nyaman (Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)) berhubungan peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
DS:
1.Tn. “S” mengatakan kalau daerah ulu hatinya terasa panas dan terbakar 2.Tn.“S” mengatakan kalau nyerinya hilang timbul jika epigastrium di tekan
3.Tn.“S” mengeluh sering merasa mual dan muntah DO:
1.Diagnosa medis dari Tn.“S” adalah gastritis 2.Skala nyeri klien 7 dari skala (0-10)
3.Nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium) Tn.“S”
Gangguan pola makan (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan pemenuhan nutrisi tidak adekuat
DS :
1.Tn.“S” mengatakan sering merasa mual dan muntah 2.Tn.“S” mengatakan kalau dia hilang selera makan 3.Tn.“S” mengatakan sering merasa kenyang DO :
1. Diagnosa Medis dari Tn.“S” adalah Gastritis 2. Tn.“S” tampak lemah dan tidak berenergi 3. Kesadaran Tn.“S” Composmentis
Konstipasi berhubungan dengan kurang aktifitas DS:
1. Tn.“S” mengatakan di rumah sakit BAB dengan konsistensi feses keras 2. Tn. “S” mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut
terasa sakit saat bergerak DO:
1. Palpasi abdomen : teraba keras di perut sebelah kiri bawah 2. Auskultasi pada abdomen: peristaltik ± 4x/mnt
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi DO:
1. Tn.“S” mengatakan bingung terhadap penyakitnya DS:
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. “S” No.Reg : 101.8680 Umur : 65 tahun Ruang : Bougenvile
NO. TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN
Rasa Nyeri klien berkurang dengan tidak
ada peradangan atau iritasi pada mukosa lambung
2.diberikan pada 2. Gangguan pola
makan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemenuhan nutrisi
tidak adekuat
Pola Makan dari Tn.S teratur atau iritasi dari mukosa lambung kecil dan dalam waktu yang terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan
2.Mudah proses
defekasi untuk makan tinggi serat (pepaya) 4.Kolaborasi pemberian obat laksatif.
serat bisa melunakan konsistensi feses masalah yang dia alami dengan memberikan informasi
terhadap masalah dari Tn.S dalam waktu 1 x 24 jam dengan kriteria: 1.Tn.S tahu tentang penyakit dan tidak salah persepsi
TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. “S” No.Reg : 101.8680 Umur : 65 tahun Ruang : Bougenvile Tanggal/jam Dx Implementasi Respon TTD
29
I 1. Menjelaskan pendekatan pada px dan keluarga dengan BHSP 4. Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri 5. Memberikan makanan sedikit tapi
sering sesuai indikasi untuk pasien 6. Menganjurkan pasien untuk mengubah
posisi
7. Memberikan perawatan oral
8. Melakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat
9. Melakukan pemeriksaan TTV T : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit N : 80x/menit
S : 37 C
1. Memberikan makan sedikit tapi sering 2. Memberikan lingkungan yang tenang
dan nyaman
3. Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri 4. Memberikan perawatan oral
5. menganjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam
6. menganjurkan px untuk mengubah posisi
7. melakukan observasi TTV T : 110/70 mmHg
RR : 20x/menit N : 84x/menit
S : 37,5 C
1. Memberikan makan sedikit tapi sering 2. Memberikan lingkungan yang tenang
dan nyaman
3. Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri 4. Memberikan perawatan oral
5. menganjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam
6. menganjurkan px untuk mengubah posisi
7. melakukan observasi TTV T : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit N : 80x/menit
S : 37,3 C
Px kooperatif
Px merasa diperhatikan Px kooperatif
Px kooperatif
CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. “S” No.Reg : 101.8680 Umur : 35 tahun Ruang : Bougenvile
Tanggal/jam Catatan perawat TTD 29 September
2012/ 10.00 WIB
29 September 2012/ 19.00
WIB
30 September 2012/ 10.00
WIB
Bina Hubungan Saling Percaya dengan px dan keluarga Memberikan makanan sedikit tapi sering
Menganjurkan px untuk mengubah posisinya Melakukan TTV
Infus RL 20 tpm (tetes per menit) Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)
Memberikan makanan sedikit tapi sering Menganjurkan px untuk mengubah posisinya Mengajarkan teknik relaksasi pada px
Melakukan observasi TTV Infus RL 20 tpm (tetes per menit) Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)
Memberikan makanan sedikit tapi sering Menganjurkan px untuk mengubah posisinya Mengajarkan teknik relaksasi pada px
Melakukan observasi TTV Infus RL 20 tpm (tetes per menit) Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
FLOW SHEET (LEMBAR OBSERVASI)
Nama : Tn. “S” No.Reg : 101.8680 Umur : 35 tahun Ruang : Bougenvile
Tanggal/ jam 29 September 2012/10.00 WIB
1/4 porsi /5-6 gelas BAB 1x/4-6x Data fokus Perut terasa nyeri,
panas, mual dan muntah
Nyeri perut
berkurang, mual dan muntah berkurang
Keadaan px
EVALUASI
Nama : Tn. “S” No.Reg : 101.8680 Umur : 35 tahun Ruang : Bougenvile
No .
Tanggal/ jam
Diagnosa Evaluasi 1 29
September 2012/10.00
Dx I DS:
1.Tn. “S” mengatakan kalau daerah ulu hatinya terasa nyeri, panas dan terbakar
2.Tn.“S” mengatakan nafsu makannya berkurang 3.Tn.“S” mengeluh sering mual dan muntah
O : keadaan lemah
Makan / minum : 1/4 porsi/4-5 gelas T : 120/80 mmHg
N : 80x/menit RR: 20x/menit S : 37 C
A : nyeri , masalah belum teratasi P : R dilanjutkan
Infus RL 20 tpm (tetes per menit) Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)
2 29 September 2012/19.00
DS:
1.Tn. “S” mengatakan kalau daerah ulu hatinya masih terasa nyeri.
2.Tn.“S” mengatakan masih belum nafsu makan 3.Tn.“S” mengeluh sering merasa mual dan muntah
O : keadaan cukup
Makan / minum : 1/4 porsi /5-6 gelas T : 110/70 mmHg
N : 84x/menit RR: 20x/menit S : 37,5 C
A : masalah teratasi sebagian P : R dilanjutkan
Infus RL 20 tpm (tetes per menit) Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
3. 30
September 2012/10.00
1.Tn. “S” mengatakan kalau nyerinya masih terasa di daerah ulu hati
2.Tn.“S” mengatakan nafsu makannya sudah bertambah
3.Tn.“S” mengatakan sudah tidak merasa mual dan muntah
O : keadaan cukup
Makan / minum : ½ porsi/6-7 gelas T : 120/80 mmHg
N : 80x/menit RR: 20x/menit S : 37,3 C
A : masalah teratasi sebagian P : R dilanjutkan
Infus RL 20 tpm (tetes per menit) Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :