• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PENYAKIT DISPEPSIA

KELOMPOK 1

ANGGOTA:

1. APRILIA NUGRAHENI

(13008)

2. ATIKA DWI HARYATI (13009)

3. AYU SRI REJEKI

(13010)

4. ANGGIT TRI P

(13006)

5. ALDILA INGGAR N

(13055)

AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA SURAKARTA

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT ,karena dengan rahmat dan karunia nya ,kami masih di berikan kesempatan utk menyelesaikan makalah ini.

Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman teman yg telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dengan penulisan makalah ini banyak kekurangan,oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yg membangun.dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman teman.Amin....

Surakarta,Oktober 2014

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang

Kata Dyspepsia berasal dari bahasa -Yunani yang berarti pencernaan yang sulit / jelek, juga dikenal sebagai sakit perut atau gangguan pencernaan, mengacu pada kondisi gangguan pencernaan Ini adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri kronis atau berulang di atas. perut kepenuhan dan merasa kenyang lebih awal dari yang diharapkan ketika makan. Hal ini dapat disertai dengan kembung, bersendawa, mual, atau mulas. Dispepsia adalah masalah umum, dan sering akibat penyakit gastroesophageal reflux (GERD) atau gastritis, tetapi dalam sebuah minoritas kecil mungkin merupakan gejala pertama dari penyakit ulkus peptikum (tukak lambung dari lambung atau duodenum) dan kadang-kadang kanker

Banyak sumber, banyak juga angka yang diberikan. Ada yang menyebut 1 dari 10 orang, namun ada juga yang menyatakan sekitar 25 persen dari populasi. Mengenai jenis kelamin, ternyata baik lelaki maupun perempuan bisa terkena penyakit itu. Penyakit itu tidak mengenal batas usia, muda maupun tua, sama saja. Di Indonesia sendiri, survei yang dilakukan dr Ari F Syam dari FKUI pada tahun 2001 menghasilkan angka mendekati 50 persen dari 93 pasien yang diteliti. Sayang, tidak hanya di Indonesia , di luar negeri pun, menurut sumber di Internet, banyak orang yang tidak peduli dengan dispepsia itu. Mereka tahu bahwa ada perasaan tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi hal itu tidak membuat mereka merasa perlu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Padahal, menurut penelitian- masih dari luar negeri-ditemukan bahwa dari mereka yang memeriksakan diri ke dokter, hanya 1/3 yang tidak memiliki ulkus (borok) pada lambungnya atau dispepsia non-ulkus. Angka di Indonesia sendiri, penyebab dispepsi adalah 86 persen dispepsia fungsional, 13 persen ulkus dan 1 persen disebabkan oleh kanker lambung.

(4)

penyakit penyebab kematian. Survei yang dilakukan dr Ari F. Syam dari FKUI pada tahun 2001 dari 93 pasien yang diteliti, hampir 50% mengalami dispepsia. Berdasarkan data dari Rumah Sakit umum Mokopido Tolitoli tahun 2011 didapatkan bahwa angka kejadian rawat inap kasus dispepsia diruang teratai interna berjumlah 204 pasien (22,7%), dan untuk tahun 2012 periode bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012 adalah 154 pasien, dengan presentase 17,2%.

Masalah kesehatan yang tersebut diatas menarik minat peneliti untuk menulis karya tulis ilmiah oleh karena masalah tersebut harus ditanggulangi untuk mengurangi dan mencegah komplikasi – komplikasi yang lebih berat. Dan untuk mengatasi masalah – masalah yang lazim tersebut, diperlukan asuhan keperawatan yang komprenhensif ditujukan untuk meningkatkan mencegah, mengatasi dan memulihkan kesehatan dengan mempergunakan pendekatan proses keperawatan.

B. Tujuan

Untuk mengetahui lebih dalam tentang dispepsia

C. Manfaat

(5)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIANEN GERTIAN

Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks

gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada ( heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dyspepsia ( Mansjoer, Arif Edisi III, 2000 hal : 488). Pengertian dyspepsia terbagi dua, yaitu:

a. Dyspepsia organic, bila telah diketahui adanya kelainan organic sebagai penyebabnya.

Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pancreas, radang empedu, dan lain – lain.

b. Dyspepsia non-organik atau dyspepsia fungsional, atau dyspepsia non-ulkus (DNU),

bila tidak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan). (Mansjoer, 2000)

B. KLASIFIKASI

a. Dispepsia Fungsional

Terdapat bukti bahwa dispepsia fungsional berhubungan dengan ketidaknormalan pergerakan usus (motilitas) dari saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas). Selain itu, bisa juga dispepsia jenis itu terjadi akibat gangguan irama listrik dari lambung atau gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal.

(6)

Keadaan itu bisa membuat lambung merasa penuh atau bersendawa terus. Kebiasaan lain yang bisa menyebabkan dispesia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi), alkohol, atau minuman yang sudah dikarbonasi.

Mereka yang sensitif atau alergi terhadap bahan makanan tertentu, bila mengonsumsi

makanan jenis tersebut, bisa menyebabkan gangguan pada saluran cerna. Begitu juga dengan jenis obat-obatan tertentu, seperti Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik makrolides, metronidazole), dan kortikosteroid. Obat-obatan itu sering dihubungkan dengan keadaan dispepsia.

Yang paling sering dilupakan orang adalah faktor stres/tekanan psikologis yang berlebihan.

b. Penyakit Refluks Asam/Organik

Cukup sering ditemukan dispepsia akibat asam lambung yang meluap hingga ke esofagus (saluran antara mulut dan lambung). Karena saluran esofagus tidak cukup kuat menahan asam -yang semestinya- tidak tumpah, karena pelbagai sebab, pada orang tertentu asam lambung bisa tumpah ke esofagus dan menyebabkan dispepsia. Dispepsia jenis itu bisa menyebabkan nyeri pada daerah dada.

c. Diagnosis

Mencari tahu sebab (diagnosis) dari dispepsia tidaklah mudah. Dalam dunia kedokteran, diagnosis harus ditegakkan dulu sebelum memberi pengobatan. Dalam hal itu pengobatan dispepsia boleh dibilang relatif sukar karena untuk mengetahui dengan pasti penyebab penyakit itu relatif tidak gampang.

C. ETIOLOGI

(7)

tidak ditemukan penyebabnya secara pasti. Dispepsia fungsional adalah penyebab maag yang paling sering.

b. Tukak lambung (stomach ulcers). Tukak lambung adalah adanya ulkus atau luka di lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang dirasakan terus menerus, bersifat kronik (lama) dan semakin lama semakin berat.

c. Refluks esofagitis (gastroesophageal reflux disease) d. Pangkreatitis

e. Iritable bowel syndrome

f. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan maag.

g. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis serta pendarahan pada lambung.

h. Malabsorbsi (gangguan penyerapan makanan) i. Penyakit kandung empedu

j. Penyakit liver

k. Kanker lambung (jarang)

l. Kanker esofagus (kerongkongan)(jarang) m. Penyakit lain (jarang)

D. PATOFISIOLOGI

(8)
(9)

F. MANIFESTASI KLINIS

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dyspepsia menjadi tiga tipe:

1) Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus ( Ulkus – like dyspepsia ), dengan gejala: § Nyeri epigastrium terlokalisasi

§ Nyeri hilang setelah makan atau peberian antacid § Nyeri saat lapar

§ Nyeri episodic

2) Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas ( dismotility-like dyspepsia), dengan gejala:

§ Mudah kenyang

§ Perut cepat terasa penuh saat makan § Mual

§ Muntah

§ Upper abdominal bloating

§ Rasa tak nyaman bertambah saat makan.

3) Dyspepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).

Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. (Sujono, 2006)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang harus bias menyingkirkan kelainan serius, terutama kanker lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin. Sebagian pasien memiliki resiko kanker yang rendah dan dianjurkan untuk terapi empiris tanpa endoskopi. Menurut Schwartz, M William (2004) dan Wibawa (2006) berikut merupakan pemeriksaan penunjang:

a. Tes Darah

Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan serius. Hasil tes serologi positif untuk Helicobacter pylori menunjukkan ulkus peptikum namun belum menyingkirkan keganasan saluran pencernaan.

b. Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)

(10)

Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan kausa organic pada pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H. pylori merupakan pendekatan bermanfaat pada penanganan kasus dispepsia baru. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada pasien dengan keluhan yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien dengan tanda alarm seperti penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau perdarahan yang diduga sangat mungkin terdapat penyakit struktural.

Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan kemungkinan komplikasi serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat GNJ, endoskopi direkomendasikan sebagai investigasi pertama pada evaluasi penderita dispepsia dan sangat penting untuk dapat mengklasifikasikan keadaan pasien apakah dispepsia organik atau fungsional. Dengan endoskopi dapat dilakukan biopsy mukosa untuk mengetahui keadaan patologis mukosa lambung.

c. DPL : Anemia mengarahkan keganasan d. EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis

e. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap, laju endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja. Jika terdapat emesis atau pengeluaran darah lewat saluran cerna maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan barium pada saluran cerna bgian atas.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS a. Penatalaksanaan non farmakologis

1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres

3) Atur pola makan

b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

(11)

B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan dispepsia.

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah

(12)

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)

2. Berikan istirahat dengan posisi semifowler

3. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja asam lambung

4. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya

5. Observasi TTV tiap 24 jam

6. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi

7. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik

1. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan

2. Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang

3. dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik

4. mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium

5. sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya

6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol

(13)

B. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat 2. Timbang BB klien

3. Berikan makanan sedikit tapi sering

4. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.

5. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.

6. Monitor intake dan output secara periodik.

1. Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang diharapkan

2. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat 3. meminimalkan anoreksia, dan

mengurangi iritasi gaster

4. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan

5. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.

6. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan

(14)

C. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah

Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

INTERVENSI RASIONAL

1. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor kulit

2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat

3. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik 4. Identifikasi rencana untuk

meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan 5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV

1. Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

2. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit

3. Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut

4. Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk berhasil 5. Tindakan daruat untuk

(15)

D. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat kecemasan

2. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua keluhannya

3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan

4. Berikan dorongan spiritual

1. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya 2. Klien merasa ada yang

memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam segala hal tundakan yang diberikan

3. Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama dalam perawatannya.

(16)

ASUHAN KEPERAWATAN DISPEPSIA

I. PENGKAJIAN

1. A. IDENTITAS

IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn. H Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 27 tahun Alamat : Jl. Veteran Pekerjaan : Swasta Status perkawinan : Kawin Agama : Islam

Tanggal masuk RS : 22 Agustus 2010 Tanggal Pengkajian : 23 Agustus 2010 Diagnosa Medis : Dispepsia

No. RM : 17 19 71 IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB Nama : Tn. M Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 38 tahun Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Sungai lulut Hubungan dengan klien : kaka klien B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama

Pada saat pengkajian tanggal 23 Agustus 2010, klien mengeluh nyeri pada abdomen atas dan merasa mual.

2. Riwayat Kesehatan/ penyakit Sekarang

Keluarga klien mengatakan sebelum kien masuk rumah sakit pada tanggal 22 Agustus 2010 klien sedang berpusa, kemudian ketika klien berbuka puasa dengan minum penyegar berupa Adam sari (cairan yang asam), klien tidak ada makan dan merasa nyeri pada abdomen, kemudian klien minum obat puyer dan nyerinya bertambah dan rasanya sangat hebat, lalu klien langsung dibawa ke Rumah Sakit Islam Banjarmasin diruang Al Biruni Al Kindi pada tanggal 22 Agustus 2010.

3. Riwayat Kesehatan/ penyakit Dahulu

Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya juga pernah mengalami nyeri pada abdomennya, namun tidak terlalu lama dan tidak sampai dibawa ke Rumah Sakit.

(17)

Keluarga klien mengatakan ibu klien juga pernah mengalami hal seperti apa yang dirasakan klien, tapi tidak sampai masuk Rumah Sakit dan tidak separah klien. C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Kilen tampak lemah dan terbaring ditenpat tidur, tingkat kesadran klien Composmentis dengan GCS 4, 5, 6.

Ket : 4 (Respon membuka mata spomtan) 5 (Respon verbal orientasi baik)

6 (Respon motorik mengikuti perintah) Hail TTV klien :

TD : 110/ 60 mmHg N : 100 x/menit R : 20 x/menit S : 38°C

Data Antropmetrik BB : 50 kg

TB : 165 cm LLA : 23 cm BBI : 58.5 kg 2. Kulit

ur kulit tampak simetris, kebersihan kulit baik, kulit teraba agak lembab, tidak terdapat lesi atau luka pada kulit, turor kulit kembali ± 2 detik, kulit teraba hagat dengan suhu 38°C, warna kulit kuning langasat.

3. Kepala dan Leher

Tekstur kepala dan leher tampak simetris, kebersihan kulit kepala baik tidak terapat ketombe, persebaran rambut merata, warna rambut hitam, tidak ada benjolan pada kepala, pada leher tidak ada pembeasran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, leher dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri.

4. Penglihatan dan Mata

Struktur mata tampak simetris, kebersiahn mata baik (tidak ada secret yang menempel paa mata), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada kelainan pada mata seperti strabismus (juling), mata dapat digerakan kesegala arah, tidak ada kelainan dalam penglihatan, kilen tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata 5. Penciuman dan Hidung

Struktur hidung tampak simetris, kebersiahn hidnubg baik, tidak ada secret didalam hidung, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, fungsi penciuman baik (dapat membedakan bau minyk kayu putih denga alkohol)

(18)

Struktur telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga baik, tidak ada serumyang keluar, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, klien mengtakan telinganya tidak berdengun, fungsi pendengaran baik(kilen dapat menjawab pertanyaan dengan bai tanpa harus mengulang pertanyaan), klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran. 7. Mulut dan Gigi

Struktur mulut dan gigi tampak simetris, mukosa bibir tampak kering, kebersihan mulut dan gigi cukup baik, tidak terapat peradangan dan perdarahan pada gusi, lidah tapak bersih dan klien tidak meggunakan gigi palsu.

8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi

Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit, tidak ada nyeri tekan pada dada, klien bernafas melalui hidung, tidak ada terdengar bunyi nafas tambahan seperti wheezing atau ronchi, CRT kembali ± 3 detik.

9. Abdomen

Struktur abdomen simetris, abdomen tampak datar(tidak ada benjolan), saat diperkusi terdenagr bunyi hipertimpani.Klien mengatakan perutnya terasa kembung, saat

dipalpasi terdapat nyeri tekan, klien mengatakan nyeri didaerah abdomen pada bagin atas. Klien mengatakn skala nyerinya 3 dan seperi disuk-tusuk, serta nyerinya bisa berjam-jam.

10. Genetalia dan Reproduksi

Klien berjenis kelamin laki-laki dan klien tida ada keluhan atau gangguanpada sistem reproduksi.

11. Ekstremitas Atas dan Bawah

Struktur ekstermitas atas dan bawah (kiri dan kanan) simetris, tidak ada kelainan bentuk, pada tangan kanan terpasang infis RL 20 ttpm, klien tampak lemah, skala kekuatan otot

Ket :

0 : Parlisis total

1 : Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot 2 : Gerakan otot penuh menantang gravitasi dengan sokongan

3 : Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit tahanan 4 : Gerakan noramal penuh memntang gravitasi dengan sediikt tahanan 5 : Gerakan normal penuh mentang gravitasi dengan tahanan.

Skala aktivitas 2 Ket :

0 : Ketidaktergantungan secara keseluruhan 1 : Membutuhkan penggunaan alat bantu 2 : Membutuhka bantuan minimal

3 : Membutuhkan bantuan atau beberapa pengawasan 4 : Membutuhkan pengawasan total

(19)

D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL

1. Aktivitas dan Istirahat

Dirumah : klien mengatakan sebelum sakit melakukan aktivitas sehari-hari yaitu sebagai sopir. Klie mengatakan tidur siang dan tidur malamnya ± 8 jam. Saat klien tidur siang ± 2 jam dan tidur malamnya ± 9 jam.

Di RS : Kien tampakm lemah dan hanya berbaring ditempat tidur. Klien

mengatakan tidurnya sangat jarang dan hany dapat tidur ± 1 jam kadang-kadang, serta tidurnya tidak puas.

2. Personal Hygiene

Di rumah : Klien mengatakan mandinya 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan memotong kuku apabila panjang.

Di RS : Klien mengatakan tidak menggosok gigi tapi hanya berkumur-kumur saja dan klien hanya diseka oleh isterinya di pagi hari.

3. Nutrisi

Dirumah : Klien mengatkan makan 2x sehari karena sedang bulan puasa dan klien mengatakan minumnya 6-7 gelas sehari

Di RS : Klien megatakn maknnya sangat jarang dan tidak nafsu, klien hanya dapat makan ± 5 sendok makn, klien mengatakan merasa mual dan minum jarang ± 5-6 gelas sehari.

4. Eliminasi (BAB dan BAK)

Dirumah : Klien mengatakan BAB lancar dan BAK tidak menentu, feses klien padat dan lembek.

Di RS : klien mengatakan tidak ada BAB dan BAK hanya 1 kali, 6. Seksulitas

Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai anak. 7. Psikososial

Psikologi klien tampak ramah dan sopan, hubungan klien dengan keluarga, perawat, dokter dan tim medis lainnya baik

8. Spiritual

Klien beragama Islam dan klien selalu berdoa untuk kesembuhannya. E. DATA FOKUS

a. Data Subjektif

 Klien mengatakan nyeri pada abdomen atas (epigastrium)

 Klien mengatakan nyeri pada abdomen karena tidak ada makan

 Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk

(20)

 Klien mengatakan nyeri saat abdomennya ditekan

 Klien mengatakan tidak nafsu makan

 Klien mengatakan hanya menghabiskan 5 sendok makan

 Klien mengatakan mual

 Keluarga klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas sendiri

 Klien mengatkan skala nyerinya 3

b. Data Objektif Inspeksi :

 Klien tampak meringis kesakitan

 Skala nyeri 3 (berat)

 Klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur

 Mukosa bibir klien tampak kering

 Skala aktivitas 2

Auskultasi :

 TD : 110/60 mmHg

Perkusi :

 Abdomen terdengar hipertimpani

Palpasi :

 Kulit klien teraba hangat dngan suhu 38°C

(21)
(22)

G. TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)

 Inj. Invomit 8 mg 3x 1 amp

 Inj. GASTRIDIN 2×1 amp

 Inj. Lantipain 30 mg (now)

 Inj Gastridin 1 amp (now)

 Infus RL 20 tetes/menit

II. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS :

 Klien mengatakan nyeri

pada abdomen atas (epigastrium)

 Klien mengatakan nyeri

pada abdomen karena

(23)

tidak ada makan

 Klien mengatakan

nyerinya seperti ditusuk-tusuk

 Klien mengatakan

nyerinya bisa berjam-jam

 Klien mengatakan nyeri

saat abdomennya ditekan

DO:

 Klien tampak meringis

kesakitan

 Skala nyeri 3 (berat)

2. DS :

 Klien mengatakan tidak

nafsu makan

 Klien mengatakan hanya

menghabiskan 5 sendok makan

 Klien mengatakan mual

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(24)

DO :

 Mukosa bibir klien

tampak kering

 Abdomen terdengar

hipertimpani

 Data Antropometrik

BB : 50 kg TB : 165 cm LLA : 23 cm 3. DS :

 Keluarga klien

mengatakan klien tidak dapat beraktivitas sendiri

DO :

 Klien tampak lemah dan

terbaring ditempat tidur

 Skala aktivitas 2

Intoleransi aktivitas Tirah baring/ imobilisasi

Prioritas Masalah:

1. Nyeri akut berhubungan dengan iritsi pada mukosa lambung.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Tirah baring/ imobilisasi.

III. PERENCANAAN

(25)

O TANGGAL KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Senin, 23 Agustus 2010

(26)
(27)

3 Senin,

(28)

IV. IMPLEMENTASI

NOHARI/TANGGAL PUKUL NO.DX IMPLEMENTASI EVALUASITINDAKAN PARAF

1. Senin,

1. mengkaji status nutrisi

(29)

2. menganjurkan makan sedikit tapi sering

1. mengkaji tingkat toleransi aktivitas

1. menganjurkan untuk membatasi aktivitas dan melakukan perawatan sesuai kebutuhan

1. Aktivitas klien 2 (dengan

NO HARI/TANGGAL PUKUL NO.DX Evaluasi hasil PARAF

1. Senin, 23 Agustus 2010

09.00 I S : klien mengatakan nyeri pada

abdomen dan nyerinya seperti ditusuk-tusuk selama berjam-jam.

O : klien tampak meringis kesakitan. A : maslah nyeri akut belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

 kaji status nyeri

 observasi ttv

 berikan kompres hangat

(30)

teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

 kaji status nutrisi

 anjurkan makan sedikit tapi sering

08.45 III S : klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas

O: klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur

A: masalah intoleransi aktivitas belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

 kaji skala aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC

Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.

Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI Doengoes. E. M, et al, 2000, Rencana asuhan keperawatan, edisi 3 Jakarta, EGC

Price & Wilson, 1994, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta, EGC

Referensi

Dokumen terkait

Alasan pemilihan obat karena pasien menderita hipertensi hert failure (HHF) sebagai terapi hipertensi digunakan obat golongan diuretic untuk menurunkan tekanan

4) Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan Concrete Mixer dengan campuran sesuai dengan spesifikasi teknis. 5) Batu dibersihkan dari bahan

Peringkat pertama iaitu pratulisan adalah tempoh masa murid-murid disediakan dengan aktiviti menulis sebelum mereka dapat menulis huruf-huruf dengan kemas dan

Dengan ini saya sebagai Mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan Universitas Muhammadiyah Ponorogo yang bernama IKA KURNIA FITRI dengan NIM 11621174 bermaksud

Penelitian ini dengan “Studi Fenomenologi Konstruksi Makna Perempuan Pergerakan Bagi KOPRI di Kabupaten Karawang” ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan

Faktor sosioekonomi ini juga merupakan penyebab dari peningkatan prevalensi Kebutaan akibat Trauma mata oleh karena rendahnya penghasilan masyarakat setempat yang pada

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai hubungan intensitas

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN BRAINSTROMING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL PESERTA DIDIK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu