• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKHASAN VERBA PREFIKS TER- DALAM KORAN TEMPO OLAHRAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEKHASAN VERBA PREFIKS TER- DALAM KORAN TEMPO OLAHRAGA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KEKHASAN VERBA PREFIKS TER-

DALAM KORAN TEMPO OLAHRAGA

Makalah Nonseminar

Diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora

oleh Sartika Izzati NPM 1106013486 Program Studi Indonesia

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2015

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KEKHASAN VERBA PREFIKS TER-

DALAM KORAN TEMPO OLAHRAGA

Sartika Izzati, Totok Suhardijanto

1. Program Studi Indonesia, FIB, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Program Studi Indonesia, FIB, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Email: sartika.izzati@gmail.com Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembentukan kata berprefiks ter- inflektif dan derivatif dalam

Koran Tempo Olahraga yang terbit tanggal 11 – 17 Desember 2012. Selain itu juga bertujuan untuk

mendeskripsikan makna prefiks ter- dalam Koran Tempo Olahraga yang terbit tanggal 11 – 17 Desember 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode simak, yaitu metode yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa. Objek penelitian ini adalah penggunaan prefiks ter- dalam Koran Tempo

Olahraga yang terbit tanggal 11 – 17 Desember 2012. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perubahan pola

bentuk inflektif dari kata berprefiks ter- yang memiliki bentuk dasar verba menjadi kata berkategori verba, namun juga ditemukan kata berprefiks ter- yang memiliki bentuk dasar nomina dan ajektiva yang berubah menjadi kata berkategori verba setelah ditambahkan prefiks ter-. Begitu juga pada pola bentuk derivatif dari kata berprefiks ter- yang memiliki bentuk dasar nomina atau ajektiva menjadi kata berkategori verba, namun dalam data juga ditemukan kata berprefiks ter- yang memiliki bentuk dasar verba dan tetap berkategori verba setelah ditambahkan prefiks ter-. Adapun makna prefiks ter- inflektif yang ditemukan dalam data hanya makna ‘dapat/sanggup’ yang berjumlah sebelas kata dan makna ‘sudah terjadi’ yang berjumlah dua belas kata, sedangkan dalam data terdapat semua makna prefiks ter- derivatif yaitu ‘paling’ yang berjumlah sembilan kata, makna ‘dalam keadaan’ yang berjumlah 21 kata, dan makna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ yang berjumlah satu kata.

Kata kunci: bidang olahraga; derivatif; inflektif; makna; prefiks ter-.

THE SPECIAL CHARACTERISTIC OF VERB WITH PREFIX TER-

IN TEMPO SPORT NEWSPAPER

Abstract

The purpose of this research is to explain the process of word formation of word with prefix ter- inflective and derivative in Tempo Sport Newspaper which was published on 11 – 17 December 2012. Another purpose is to explain the meaning of words with prefix ter- in Tempo Sport Newspaper which was published on 11 – 17 December 2012. This is a qualitative research using simak (observe) method; a method of observing the using of the language. The object of this research is the using of prefix ter- in Tempo Sport Newspaper published on 11 – 17 December 2012. The result shows that there is a change in inflective pattern from the words with prefix ter- whose base form are verb into verb, but there are also the words with prefix ter- whose base form are noun and adjective has changed into verb after the addition of prefix ter-. This also occur in the derivative pattern of the words with prefix ter- whose base form are noun or adjective has changed into verb, however, it is also found in the data that the words that has prefix ter- whose base form are verb stay as verb even after added prefix ter- The meaning of inflective prefix ter- found in the data are only the meaning of ‘dapat/sanggup (may/able)’ in eleven words and the meaning of ‘sudah terjadi (occured)’ in twelve words, while all the meaning of the derivative prefix ter- found in the data; they are ‘paling (most)’ in nine words, the meaning of ‘dalam keadaan (in a situation)’ in 21 words, and the meaning of ‘terjadi dengan tiba-tiba (occur suddenly)’ in one word.

(7)

2

1. Pendahuluan

Bahasa memiliki berbagai macam definisi. Salah satunya bahasa merupakan sebuah sistem (Kridalaksana, 2009: 3). Sebagai sistem, bahasa memiliki sejumlah unsur yang terkumpul secara beraturan. Apabila terdapat salah satu bagian yang tidak terlihat, bagian lainnya dapat ditebak atau diramalkan keseluruhan ujarannya. Selain itu dapat dikatakan bahwa bahasa bersifat sistematis dan sistemis. Bahasa bersifat sistematis artinya bahasa dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang terkombinasi dengan kaidah-kaidah yang dapat diramalkan. Menurut Kridalaksana (2009: 4) Bahasa bukan merupakan sistem yang tunggal, melainkan bersifat sistemis yaitu terdiri dari beberapa subsistem di antaranya subsistem fonologi, gramatika, dan leksikon.

Dalam tulisan ini akan dibahas salah satu dari ketiga subsistem tersebut, yaitu subsistem gramatika. Menurut Kridalaksana (2009: 4), subsistem gramatika atau tata bahasa terdiri atas morfologi dan sintaksis. Subsistem morfologi mencakup kata, bagian-bagiannya, dan kejadiannya, sedangkan subsistem sintaksis mencakup satuan-satuan yang lebih besar dari kata, seperti frasa; klausa; kalimat; dan hubungan di antara satuan-satuan tersebut (2009: 7). Menurut Kentjono (2009: 146), morfologi merupakan studi gramatikal struktur intern kata dan biasa disebut tata kata atau tata bentuk. Adapun sintaksis merupakan studi gramatikal mengenai kalimat atau sering disebut tata kalimat.

Di dalam studi morfologi terdapat proses morfologis, yaitu proses pembentukan kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1987: 46). Menurut Ramlan ada empat jenis proses morfologis, yaitu proses pembubuhan afiks, pengulangan, pemajemukan, dan perubahan zero (1987: 47). Kridalaksana menyebutkan ada enam proses morfologis, yaitu derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi, komposisi, dan derivasi balik (1992). Adapun menurut Chaer (2008: 25), proses morfologi adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronomisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Menurut Chaer ada lima jenis proses morfologis, yaitu afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronomisasi, dan konversi.

(8)

Dalam tulisan ini akan dibahas proses morfologis afiksasi. Ramlan dalam bukunya tidak spesifik menyebutkan jenis-jenis afiks seperti Kridalaksana dan Chaer. Menurut Kridalaksana terdapat lima buah afiks dalam bahasa Indonesia (1992), antara lain prefiks; infiks; sufiks; simulfiks; dan konfiks. Adapun Chaer menyebutkan ada enam buah afiks dalam bahasa Indonesia yaitu prefiks; infiks; sufiks;konfiks; klofiks; dan afiks nasal (simulfiks) (2008). Menurut Chaer (2008: 38) terdapat dua bentuk pembentukan kata, yaitu bentuk inflektif dan bentur derivatif, sedangkan Ramlan dan Kridalaksana tidak menyebutkan kedua bentuk tersebut dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Menurut penulis hal ini menarik, karena penelitian mengenai bentuk inflektif dan derivatif dalam pembentukan kata belum terlalu banyak ditemukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dideskripsikan bagaimana pola pembentukan kata berbentuk inflektif dan derivatif dalam proses morfologis afiksasi. Chaer membagi proses afiksasi menjadi tiga, yaitu afiksasi pembentukan verba, afiksasi pembentukan nomina, dan afiksasi pembentukan ajektiva (2008).

Salah satu jenis afiks yang akan dijelaskan dalam tulisan ini adalah prefiks. Prefiks yang dianalisis dalam tulisan ini hanya prefiks ter-. Prefiks ter- merupakan salah satu afiks pembentuk verba. Prefiks ter- digunakan untuk membentuk verba pasif. Menurut Chaer (2008: 139) ada dua macam prefiks ter- yaitu prefiks ter- inflektif dan prefiks ter- derivatif. Bentuk inflektif adalah bentuk yang tetap. Adapun bentuk derivatif adalah bentuk yang tidak tetap atau berubah ketika sudah ditambahkan prefiks ter-. Untuk itu akan dianalisis proses pembentukan kata yang menggunakan prefiks ter- inflektif dan derivatif dalam Koran Tempo Olahraga yang terbit pada Selasa tanggal 11 Desember 2012 sampai Senin tanggal 17 Desember 2012. Alasan penulis menggunakan Koran Tempo Olahraga sebagai sumber data karena penggunaan bahasa dalam Koran Tempo Olahraga telah mematuhi kaidah penulisan bahasa ranah jurnalistik, selain itu Koran Tempo Olahraga juga lebih banyak menggunakan prefiks ter- daripada prefiks di-. Selain itu akan dianalisis makna prefiks ter- yang terdapat dalam Koran Tempo Olahraga. Kemudian akan dilihat apakah kata-kata tersebut berubah atau tetap setelah ditambahkan prefiks ter-. Jadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana proses pembentukan kata berprefiks ter- inflektif dan derivatif dalam Koran Tempo Olahraga tanggal 11 – 17 Desember 2012?

(9)

4

b. Makna prefiks ter- inflektif dan derivatif apa saja yang terdapat dalam Koran Tempo Olahraga tanggal 11 – 17 Desember 2012?

c. Bagaimana pola verba berprefiks ter- inflektif dan derivatif yang terdapat dalam Koran Tempo Olahraga tanggal 11 – 17 Desember 2012?

Tujuan dibuatnya tulisan ini adalah untuk menganalisis proses pembentukan kata berprefiks ter- inflektif dan derivatif yang terdapat dalam Koran Tempo Olahraga. Selain itu juga bertujuan untuk menganalisis makna prefiks ter- inflektif dan derivatif yang terdapat dalam Koran Tempo Olahraga. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakah terdapat perubahan pola dalam verba berprefiks ter- inflektif dan derivatif yang ditemukan dalam Koran Tempo Olahraga. Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan mahasiswa, khususnya mahasiswa yang memiliki minat di bidang linguistik. Selain itu penulis berharap nantinya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber acuan mahasiswa umum yang juga ingin meneliti tentang pembentukan kata, khususnya proses afiksasi.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Adapun metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode simak. Menurut Mahsun metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa (2006: 90). Penggunaan bahasa yang disimak dalam hal ini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis, seperti naskah-naskah kuno, teks narasi, bahasa-bahasa pada media massa, dan lain-lain (Mahsun, 2006: 90).

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik catat. Teknik catat merupakan teknik lanjutan yang digunakan dalam metode simak. Menurut Mahsun, dalam menggunakan teknik catat, penulis mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2006: 128). Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain mencatat kalimat yang di dalamnya terdapat kata berprefiks ter-. setelah itu, mendata kata-kata berprefiks ter- dalam Koran Tempo Olahraga. Kemudian mengelompokkan makna prefiks ter- yang terdapat dalam Koran Tempo Olahraga. Lalu,

(10)

menentukan apakah kata-kata yang berprefiks ter- tersebut berbentuk prefiks ter- inflektif atau derivatif.

3. Analisis Prefiks Ter- Berdasarkan Teori Afiksasi Menurut Abdul Chaer

Afiks menurut Harimurti Kridalaksana adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks (1992: 28). Dalam proses ini, leksem berubah bentuknya menjadi kategori tertentu, sehingga berstatus kata (atau bila telah berstatus kata berganti kategori), sedikit banyak berubah maknanya. Menurut Chaer (2008: 23), afiks terbagi menjadi enam, yaitu prefiks; infiks; sufiks;konfiks; klofiks; dan afiks nasal (simulfiks). Proses afiksasi yang akan dibahas di dalam makalah ini hanya prefiks, khususnya prefiks ter- seperti yang telah disebutkan di atas. Di dalam koran yang dijadikan sebagai bahan penelitian terdapat 57 kata berprefiks ter-, dan dilakukan tanpa pengulangan.

Chaer memasukkan prefiks ter- ke dalam bagian afiks pembentuk verba, bersama dengan prefiks ber-, per-, me-, di-, dan ke-. Sesuai maknanya, kata-kata yang berprefiks ter- dapat berbentuk inflektif atau derivatif (2008: 38). Bentuk inflektif adalah bentuk yang tetap, misalnya kata yang termasuk verba tetap menjadi verba meskipun sudah ditambahkan prefiks ter-. Sebaliknya, bentuk derivatif adalah bentuk yang tidak tetap atau berubah ketika sudah ditambahkan prefiks ter-, misalnya kata yang termasuk nomina berubah menjadi verba ketika ditambahkan prefiks ter-. Menurut Chaer (2008: 139) prefiks ter- yang berbentuk inflektif memiliki tiga makna yaitu ‘dapat/sanggup’, ‘tidak sengaja’, dan ‘sudah terjadi’. Adapun prefiks ter- yang berbentuk derivatif juga memiliki tiga makna yaitu ‘paling’, ‘dalam keadaan’, dan ‘terjadi dengan tiba-tiba’.

3.1.Verba Berprefiks Ter- Inflektif

Dalam data terdapat 22 kata yang termasuk verba berprefiks ter- inflektif. Makna verba berprefiks ter- inflektif yang ditemukan yaitu makna ‘dapat/sanggup’ yang berjumlah dua belas kata dan makna ‘sudah terjadi’ yang berjumlah sepuluh kata. Adapun makna ‘tidak sengaja’ tidak ditemukan di dalam data. Adapun pola pembentukan kata yang ditemukan antara lain pola (V  V), pola (N  V), dan pola (A  V).

(11)

6

3.1.1. Pertama, akan dibahas verba berprefiks ter- inflektif bermakna ‘dapat/sanggup’. Menurut Chaer (2008:139) verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna ‘dapat/sanggup’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Verba berprefiks ter- inflektif bermakna ‘dapat/sanggup’ yang ditemukan dalam data berjumlah dua belas kata. Pola pembentukan kata pada verba berprefiks ter- inflektif yang ditemukan dalam data ada tiga, yaitu (V  V) yang berjumlah lima kata, (N  V) yang berjumlah lima kata, (A  V) yang berjumlah dua kata. Berikut ini merupakan analisis proses pembentukan kata dan makna ‘dapat/sanggup’ pada verba berprefiks ter- inflektif.

(1) Pola (V  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang memiliki makna ‘dapat/sanggup’ yang ditemukan dalam data berjumlah lima kata, di antaranya adalah kata terbilang, tercapai, terhindar, terlihat, dan terungkap. Dengan proses pembentukan kata seperti berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

bilang + ter- terbilang

capai + ter- tercapai

hindar + ter- terhindar

lihat + ter- terlihat

ungkap + ter- terungkap

Kelima kata tersebut berpola (V  V) dan bermakna ‘dapat/sanggup’ karena memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Seperti yang terdapat dalam beberapa contoh kalimat berikut ini,

“Semua ini tercapai karena dukungan dari teman-teman setim dan para penggemar”. (Lionel Messi Ruarrr Biasa..., Koran Tempo Olahraga, Selasa, 11 Desember 2012, hlm.A24)

“Menjelang sidang penting itu, PSSI dan pemerintah berbeda pendapat soal cara agar sepak bola Indonesia terhindar dari sanksi”. (Halim Versus Rita, Koran Tempo Olahraga, Jumat, 14 Desember 2012, hlm.A19)

Dalam kalimat di atas, kata tercapai dan terhindar memiliki komponen (+ tindakan) yaitu mencapai dan menghindar dan (+ sasaran) yaitu dukungan dari teman dan penggemar dan sanksi. Dengan kata lain tindakan mencapai dari kata tercapai ditujukan atau disasarkan kepada dukungan dari teman dan penggemar, sedangkan tindakan menghindar dari kata terhindar ditujukan atau disasarkan

(12)

kepada sanksi. Jadi, kata tercapai, terhindar, dan ketiga kata lainnya bermakna ‘dapat/sanggup’ yang berarti ‘dapat dibilang’, ‘dapat dicapai’, ‘dapat dihindari’, ‘dapat dikesankan’, dan ‘dapat dilihat’.

(2) Pola (N  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang memiliki makna ‘dapat/sanggup’ yang ditemukan dalam data berjumlah lima kata, yaitu terbendung, terbukti, tercipta, terdongkrak, terkesan. Dengan proses pembentukan kata seperti berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

bendung + ter- terbendung

bukti + ter- terbukti

cipta + ter- tercipta

dongkrak + ter- terdongkrak

kesan + ter- terkesan

Kelima kata tersebut berpola (N  V) dan bermakna ‘dapat/sanggup’ karena memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Seperti yang terdapat dalam contoh berikut ini,

“Setelah enam menit berjalan, gol tercipta dari tandukan Marip Yepes saat menerima umpan Luca Antonini”. (Milan Tantang Juve di Perempat Final, Koran Tempo Olahraga, Sabtu, 15 Desember 2012, hlm.A22)

“Para pemainnya, kata Rafa, akan kian terdongkrak rasa percaya dirinya bila meraih hasil bagus di Piala Dunia Antarklub”. (Chelsea Mencari Trofi, Koran Tempo Olahraga, Selasa, 11 Desember 2012, hlm.A22)

Dalam kalimat di atas, kata tercipta dan terdongkrak memiliki komponen (+ tindakan) yaitu menciptakan dan mendongkrak dan (+ sasaran) yaitu tandukan Marip Yepes dan rasa percaya dirinya. Dengan kata lain, tindakan menciptakan dari kata tercipta ditujukan atau disasarkan kepada Tandukan Marip Yepes, sedangkan tindakan mendongkrak dari kata terdongkrak ditujukan atau disasarkan kepada rasa percaya dirinya. Jadi, kata terbendung, terbukti, tercipta, terdongkrak, dan terkesan bermakna ‘dapat/sanggup’ yang berarti ‘dapat dibendung’, ‘dapat dibuktikan’, ‘dapat diciptakan’, ‘dapat dihindari’, dan ‘dapat dikesankan’.

(13)

8

(3) Pola (A  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang memiliki makna ‘dapat sanggup’ dalam data ditemukan berjumlah dua kata, yaitu terbebas dan terbiasa. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

Bebas + Ter- Terbebas

Biasa + Ter- Terbiasa

Kedua kata tersebut berpola (A  V) dan bermakna ‘dapat/sanggup’ karena memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+ sasaran). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat berikut,

“Mata, yang terbebas dari kawalan pemain belakang Monterrey, segera menyapu bola itu dengan kaki kirinya dan merobek gawang Monterrey”. (Kombinasi Mata-Torres Antarkan Chelsea ke Final, Koran Tempo Olahraga, Jumat, 14 Desember 2012, hlm.A21) “Terakhir, sebagai sarana transformasi penggunaan teknologi bernama Protector Score System (PSS) agar atlet terbiasa bertanding dengan standar Federasi Taekwondo Dunia (WTF)”. (300 Taekwondoin Ikuti Indonesia Terbuka, Koran Tempo Olahraga, Rabu, 12 Desember 2012, hlm.A20)

Dalam kalimat di atas, kata terbebas dan terbiasa memiliki komponen makna (+ tindakan) yaitu membebaskan dan membiasakan dan makna (+ sasaran) yaitu kawalan pemain belakang dan bertanding. Dengan kata lain tindakan membebaskan dari kata terbebas ditujukan atau disasarkan kepada kawalan pemain belakang, sedangkan tindakan membiasakan dari kata terbiasa ditujukan atau disasarkan kepada bertanding. Jadi, kata terbebas dan terbiasa bermakna ‘dapat/sanggup’ yang berarti ‘dapat dibebaskan’ dan ‘dapat dibiasakan’.

3.1.2. Selanjutnya adalah verba berprefiks ter- inflektif bermakna ‘sudah terjadi’. Verba ini bermakna ‘sudah terjadi’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ keadaan). Dalam data yang ditemukan terdapat sepuluh kata verba berprefiks ter- inflektif bermakna ‘sudah terjadi’ dan juga ditemukan tiga pola pembentukan kata pada kesepuluh verba berprefiks ter- inflektif tersebut. Ketiga pola tersebut antara lain, pola (V  V) yang berjumlah tujuh kata, (N  V) yang berjumlah dua kata, dan (A  V) yang berjumlah satu kata. Berikut ini merupakan

(14)

analisis proses pembentukan kata dan makna ‘sudah terjadi’ pada verba berprefiks ter- inflektif.

(1) Pola (V  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang bermakna ‘sudah terjadi’ dalam data ditemukan berjumlah tujuh kata, yaitu tercatat, terjadi, terkena, terlempar, terpilih, tersebut, dan tersingkir. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

catat + ter- tercatat

jadi + ter- terjadi

kena + ter- terkena

lempar + ter- terlempar

pilih + ter- terpilih

sebut + ter- tersebut

singkir + ter- tersingkir

Ketujuh kata tersebut berpola (V  V) dan bermakna ‘sudah terjadi’ karena memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ keadaan). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat di bawah ini,

“Kegagalan di Piala Liga ini memberi tekanan lebih besar bagi Wenger, yang juga harus melihat timnya terlempar dari posisi empat besar Liga Primer”. (Arsenal Disingkirkan Tim Gurem, Koran Tempo Olahraga, Kamis, 13 Desember 2012, hlm.A23) “Sebelumnya, sebagai juara bertahan, tim asuhan Rafael Benitez itu juga tersingkir di babak penyisihan grup Liga Champions”. (Corinthians Juarai Piala Dunia Antarklub, Koran Tempo Olahraga, Senin, 17 Desember 2012, hlm.A21)

Dalam kalimat di atas kata terlempar dan tersingkir memiliki komponen makna (+tindakan) yaitu melempar dan menyingkir dan komponen makna (+ keadaan) yaitu gagal dan juara bertahan. Dengan kata lain, tindakan melempar dari kata terlempar merupakan keadaan dari kegagalan di Piala Liga, sedangkan tindakan menyingkir dari kata tersingkir merupakan keadaan dari juara bertahan. Jadi kata terlempar, tersingkir, dan kelima kata lainnya bermakna ‘sudah terjadi’ yang berarti ‘sudah terjadi (lempar)’, ‘sudah terjadi (singkir)’, dan lain-lain.

(15)

10

(2) Pola (N  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang bermakna ‘sudah terjadi’ dalam data ditemukan berjumlah dua kata, yaitu tercipta dan tergambar. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

cipta + ter- tercipta

gambar + ter- tergambar

Kedua kata tersebut berpola (N  V) dan bermakna ‘sudah terjadi’ karena memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ keadaan). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat di bawah ini,

“Dari tiga pertandingan, El Shaarawy sudah mengoleksi satu gol yang tercipta ke gawang Prancis, bulan lalu.” (Gli Azzurri Kian Berwarna, Koran Tempo Olahraga, Minggu, 16 Desember 2012, hlm.B3)

“Bakatnya itu sudah tergambar dalam penampilannya bersama tim nasional Italia.” (Kesempatan Lain Bagi Balotelli, Koran Tempo Olahraga, Kamis, 13 Desember 2012, hlm.A22)

Dalam kalimat di atas kata tercipta dan tergambarr memiliki komponen makna (+ tindakan) yaitu menciptakan dan menggambarkan dan komponen makna (+ keadaan) yaitu mengoleksi gol ke gawang Perancis dan bakat. Dengan kata lain, tindakan menciptakan dari kata tercipta merupakan keadaan dari mengoleksi gol ke gawang Perancis, sedangkan tindakan menggambarkan dari kata tergambar merupakan keadaan dari bakat yang sudah tergambar. Jadi kata tercipta dan tergambar bermakna ‘sudah terjadi’ yang berarti ‘sudah terjadi (cipta)’ dan ‘sudah terjadi (gambar)’.

(3) Pola (A  V) pada verba berprefiks ter- inflektif yang bermakna ‘sudah terjadi’ dalam data ditemukan berjumlah satu kata, yaitu ternyata. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

nyata + ter- ternyata

Kata tersebut berpola (A  V) dan bermakna ‘sudah terjadi’ karena memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ keadaan). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat di bawah ini,

“Jika ternyata mereka masih menemui jalan buntu, ia menggaransi Indonesia akan dijatuhi sanksi. (Blatter Sebut Indonesia Terima

(16)

Kado Natal, Koran Tempo Olahraga, Minggu, 16 Desember 2012, hlm.B2)

Dalam kalimat di atas kata ternyata memiliki komponen makna (+ tindakan) yaitu menyatakan dan komponen makna (+ keadaan) yaitu masih menemui jalan buntu. Dengan kata lain, tindakan menyatakan dari kata ternyata merupakan keadaan dari masih menemui jalan buntu. Jadi kata ternyata bermakna ‘sudah terjadi’ yang berarti ‘sudah terjadi (nyata)’.

3.2. Verba Berprefiks Ter- Derivatif

Dalam data terdapat 34 kata yang termasuk verba berprefiks ter- derivatif. Makna verba berprefiks ter- derivatif yang ditemukan di dalam data yaitu makna ‘paling’ yang berjumlah sebelas kata, makna ‘dalam keadaan’ berjumlah 21 kata, dan makna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ yang berjumlah satu kata. Adapun pola pembentukan kata yang ditemukan dalam data yaitu pola (N  V), pola (A  V), dan pola (V  V).

3.2.1. Verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna ‘paling’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘paling’ yang ditemukan dalam data berjumlah sembilan kata. Terdapat tiga pola pembentukan kata pada verba ter- derivatif bermakna ‘paling’ yang ditemukan di dalam data. Ketiga pola tersebut antara lain, pola (N  A) berjumlah dua kata, pola (A  A) berjumlah enam kata, dan pola (A  V) berjumlah satu kata. Berikut ini adalah analisis verba berprefiks ter- derivatif yang memiliki makna ‘paling’,

(1) Pola (N  A) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘paling’ yang ditemukan dalam data berjumlah dua kata, yaitu terakhir dan teratas. Dua kata tersebut berasal dari kata dasar akhir dan atas yang termasuk dalam kelas kata nomina, namun setelah ditambahkan prefiks ter- kedua kata tersebut berubah kelas katanya menjadi ajektiva. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

akhir + ter- terakhir

atas + ter- teratas

Kedua kata tersebut bermakna ‘paling’ karena memiliki komponen makna (+ keadaan). Seperti yang terdapat dalam kalimat di bawah ini,

(17)

12

“Namun itu adalah kesempatan terakhir yang diberikan kepada PSSI untuk menormalkan situasi”. (FIFA: Kesempatan Terakhir bagi PSSI, Koran Tempo Olahraga, Sabtu, 15 Desember 2012, hlm.A20)

“Posisi teratas yang diraih MU pada awal musim ini menjadi menarik melihat penampilan tim itu yang cenderung lemah di lini pertahanan”. (Setan Merah Jaga Jarak, Koran Tempo Olahraga, Sabtu, 15 Desember 2012, hlm.A23)

Dalam kalimat tersebut kata terakhir dan teratas memiliki komponen makna (+ keadaan) yaitu di akhir dan di atas. Jadi kata terakhir dan teratas dalam kalimat tersebut bermakna ‘paling’ yang berarti ‘paling akhir’ dan ‘paling atas’.

(2) Pola (A  A) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘paling’ yang ditemukan dalam data berjumlah enam kata, yaitu terbaik, terbaru, terbanyak, termahal, termuda, dan terutama. Keenam kata ini berasal dari kata dasar baik, baru, banyak, mahal, muda, dan utama yang termasuk dalam kelas kata ajektifa. Kelas katanya tidak berubah setelah ditambahkan prefiks ter-. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

baik + ter- terbaik

baru + ter- terbaru

banyak + ter- terbanyak

Keenam kata yang ditemukan dalam data tersebut bermakna ‘paling’ karena memiliki komponen makna (+ keadaan). Seperti yang terdapat dalam kalimat berikut,

“Sebelumnya, Serena diberi penghargaan sebagai petenis terbaik versi WTA untuk keempat kalinya. Ia pernah menerima penghargaan tersebut pada 2002, 2008, dan 2009”. (Djokovic dan Serena Terbaik, Koran Tempo Olahraga, Kamis, 13 Desember 2012, hlm.A20)

“Dia menjadia pemain termuda di Liga Inggris yang mencetak 150 gol sepanjang kariernya”. (Gol ‘Pekgo’ Wayne Rooney, Koran Tempo Olahraga, Selasa, 11 Desember 2012, hlm.A23)

Dalam kalimat di atas, kata terbaik dan termuda memiliki komponen makna (+ keadaan) yaitu baik dan muda. Jadi, kata terbaik, termuda, dan keempat kata

(18)

lainnya yang ditemukan dalam data bermakna ‘paling’ yang berarti dalam keadaan ‘paling baik’, ‘paling baru’, ‘paling banyak’, ‘paling mahal’, ‘paling muda’, dan ‘paling utama’.

(3) Pola (A  V) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘paling’ yang ditemukan dalam data berjumlah satu kata, yaitu terpenting. Kata terpenting berasal dari kata dasar penting yang termasuk dalam kelas kata ajektiva. Setelah ditambahkan prefiks ter- kata penting berubah menjadi verba. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

Penting + ter- terpenting

Kata terpenting yang ditemukan dalam data bermakna ‘paling’ karena memiliki komponen makna (+ keadaan). Seperti yang terdapat dalam kalimat di bawah ini,

“Yang terpenting, pemerintah segera menengahi masalah dualisme ini sesuai dengan surat FIFA,” ujarnya. (Agum: Saatnya PSSI dan KPSI Tanggalkan Ego, Koran Tempo Olahraga, Sabtu, 15 Desember 2012, hlm.A20)

Dalam kalimat di atas, komponen makna (+ keadaan) pada kata terpenting adalah penting. Jadi kata terpenting memiliki makna ‘paling’ yang berarti dalam keadaan ‘paling penting’.

3.2.2. Selanjutnya, verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna ‘dalam keadaan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian). Verba berprefiks ter- derivatif yang bermakna ‘dalam keadaan’ ditemukan dalam data sebanyak 21 kata. Dengan tiga pola pembentukan kata, yaitu pola (V  V) sebanyak tiga belas kata, pola (N  V) sebanyak lima kata, dan pola (A  V) sebanyak tiga kata. Berikut ini adalah analisis proses pembentukan kata dan makna dalam verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘dalam keadaan’

(1) Pola (V  V) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘dalam keadaan’ yang ditemukan dalam data berjumlah empat belas kata, antara lain terduduk, tergantung, terpaksa, tertantang, tertinggal, dan lain-lain. Kelima kata di atas berasal dari kata dasar duduk, gantung, paksa, tantang, dan tinggal yang termasuk

(19)

14

dalam kelas kata verba. Setelah ditambahkan prefiks ter- kelas katanya tetap berbentuk verba. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

duduk + ter- terduduk

gantung + ter- tergantung

paksa + ter- terpaksa

tantang + ter- tertantang

tinggal + ter- tertinggal

Kelima kata di atas bermakna ‘dalam keadaan’ karena memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat berikut,

“PSSI terpaksa melakukannya di lobi hotel di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, karena tak bisa masuk ruangan akibat tak mendapat restu dari pemerintah”. (Hikayat Perseturuan PSSI dan KPSI, Koran Tempo Olahraga, Sabtu, 15 Desember 2012, hlm.A21)

“Tertinggal satu gol, Newcastle bangkit dan terus menyerang pertahanan City”. (Mancini Masih Khawatir, Koran Tempo Olahraga, Senin, 17 Desember 2012, hlm.A22)

Dalam kalimat di atas, kata terpaksa dan tertinggal bermakna ‘dalam keadaan’ karena memiliki komponen makna (+ keadaan) yaitu dipaksa dan ditinggal, dan komponen makna (+ kejadian) yaitu melakukan sesuatu di lobi hotel dan Newcastle bangkit dan terus menyerang. Jadi, kata terpaksa, tertinggal, dan dua belas kata lainnya bermakna ‘dalam keadaan’ yang berarti ‘dalam keadaan paksa’ dan ‘dalam keadaan tinggal’.

(2) Pola (N  V) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘dalam keadaan’ yang ditemukan dalam data berjumlah lima kata, yaitu terkecoh, ternama, terpengaruh, tersisa, dan tertutup. Kelima kata tersebut berasal dari kata dasar kecoh, nama, pengaruh, sisa, dan tutup yang termasuk dalam kelas kata nomina. Setelah ditambahkan prefiks ter-, kelima kata di atas berganti menjadi verba. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

kecoh + ter- terkecoh

nama + ter- ternama

pengaruh + ter- terpengaruh

sisa + ter- tersisa

(20)

tutup + ter- tertutup

Kelima kata di atas bermakna ‘dalam keadaan’ karena memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat berikut,

“Klub-klub tak ternama berhasil nyelonong masuk final, seperti yang dilakukan TP Mazembe dari Kongo pada 2010”. (Piala Dunia Terbaik di Dunia, Koran Tempo Olahraga, Rabu, 12 Desember 2012, hlm.A24)

“Namun, Manajer Arsenal, Arsene Wanger, sepertinya tak

terpengaruh oleh kekalahan anak-anak asuhnya”. (Arsenal

Disingkirkan Tim Gurem, Koran Tempo Olahraga, Kamis, 13 Desember 2012, hlm.A23)

Dalam kalimat tersebut kata ternama dan terpengaruh bermakna ‘dalam keadaan’ karena memiliki komponen milik (+ keadaan) yaitu tak dinamai dan tak dipengaruhi, dan komponen makna (+ kejadian) yaitu berhasil nyelonong masuk final dan kekalahan anak-anak asuhnya. Jadi, kata ternama, terpengaruh, dan ketiga kata lainnya bermakna ‘dalam keadaan’ yang berarti ‘dalam keadaan dinamai’, ‘dalam keadaan dipengaruhi’ dan lain-lain.

(3) Pola (A  V) pada verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘dalam keadaan’ yang ditemukan dalam data berjumlah dua kata, yaitu terlambat dan terpisah. Kedua kata tersebut berasal dari kata dasar lambat dan pisah yang termasuk dalam kelas kata ajektiva. Setelah ditambahkan prefiks ter- kedua kata tersebut berganti menjadi verba. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

lambat + ter- terlambat

pisah + ter- terpisah

Kedua kata di atas bermakna ‘dalam keadaan’ karena memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat berikut,

“Kaki Davide Santon terlambat menghalau bola tersebut”. (Mancini Masih Khawatir, Koran Tempo Olaharaga, Senin, 17 Desember 2012, hlm.A22)

“Dihubungi terpisah, Deputi Sekretaris Jenderal PSSI, Saleh Ismail Mukadar, mengatakan belum membahas rumusan penyelesaian masalah seperti yang dikehendaki FIFA”. (Jalan Menuju Damai Masih Panjang, Koran Tempo Olahraga, Senin, 17 Desember 2012, hlm.A20)

(21)

16

Dalam kalimat di atas kata terlambat dan terpisah bermakna ‘dalam keadaan’ karena memiliki komponen makna (+ keadaan) yaitu lambat dan pisah, dan komponen makna (+ kejadian) yaitu menghalau bola dan membahas rumusan penyelesaian masalah FIFA. Jadi kata terlambat dan terpisah bermakna ‘dalam keadaan’ yang berarti ‘dalam keadaan lambat’, dan ‘dalam keadaan pisah’.

3.2.3. Verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Dalam data ditemukan satu kata yang termasuk verba berprefiks ter- derivatif bermakna ‘terjadi dengan tiba-tiba’, yaitu terkejut. Kata terkejut yang terdapat dalam data berpola (A  V). Kata terkejut berasal dari kata dasar kejut yang termasuk dalam kelas kata ajektiva. Kata kejut kemudian berubah kelas katanya menjadi verba setelah ditambahkan prefiks ter-. Dengan proses pembentukan kata sebagai berikut,

(bentuk dasar) + (prefiks) (kata)

kejut + ter- terkejut

Kata terkejut bermakna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ karena memiliki komponen makna (+ kejadian). Seperti yang terdapat dalam contoh kalimat berikut,

“Tapi Ryan Giggs, gelandang senior MU, sama sekali tak

terkejut oleh terpilihnya Rooney”. (Rooney, Sang Katalis,

Koran Tempo Olahraga, Sabtu, 15 Desember 2012, hlm.A22)

Dalam kalimat di atas, kata terkejut bermakna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ karena memiliki komponen makna (+ kejadian) yaitu terpilihnya Rooney. Jadi, kata terkejut yang terdapat dalam data bermakna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ yang berarti ‘tiba-tiba kejut’.

4. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembentuan kata berprefiks ter- inflektif dan derivatif. Selain itu juga dideskripsikan makna prefiks ter- inflektif dan derivatif yang terdapat dalam data. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat tiga pola pembentukan kata berprefiks ter- yaitu pola (V  V), (N  V), dan (A  V). Dari ketiga pola tersebut terlihat bahwa terjadi perubahan dalam prefiks ter- inflektif dan derivatif. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bentuk inflektif adalah bentuk yang tetap. Namun yang

(22)

ditemukan di dalam data tidak hanya prefiks ter- yang berpola (V  V), tetapi juga ditemukan prefiks ter- berpola (N  V) dan (A  V).

Begitu juga prefiks ter- bentuk derivatif yang merupakan bentuk tidak tetap. Dalam data yang ditemukan terdapat prefiks ter- derivatif berpola (V  V). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan bentuk. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa prefiks ter- inflektif tidak hanya berpola (V  V), tetapi juga dapat berpola (A  V) dan (N  V) tergantung konteks kalimat di dalam data. Begitu juga prefiks ter- derivatif yang seharusnya berpola (N  V) dan (A  V) ternyata di dalam data juga ditemukan prefiks ter- derivatif berpola (V  V).

Makna prefiks ter- inflektif yang ditemukan dalam data hanyalah makna ‘dapat/sanggup’ dan ‘sudah terjadi’. Prefiks ter- inflektif yang bermakna ‘dapat/sanggup’ yang ditemukan dalam data berjumlah dua belas kata, sedangkan prefiks ter- inflektif yang bermakna ‘sudah terjadi’ berjumlah sepuluh kata. Adapun makna prefiks ter- derivatif yang ditemukan dalam data antara lain makna ‘paling’, ‘dalam keadaan’, dan ‘terjadi dengan tiba-tiba’. Prefiks ter- derivatif yang bermakna ‘paling’ yang ditemukan dalam data berjumlah sebelas kata. Adapun prefiks ter- derivatif yang bermakna ‘dalam keadaan’ berjumlah 21 kata dan prefiks ter- derivatif bermakna ‘terjadi dengan tiba-tiba’ berjumlah satu kata.

5. Saran

Penulis sadar bahwa penelitian ini masih kurang sempurna. Oleh sebab itu penulis menyarankan kepada penulis yang ingin meneliti tentang pembentukan kata untuk lebih memahami materi yang ingin diteliti. Selain itu, penulis juga menyarankan untuk menggunakan sumber data yang berbeda agar ditemukan kekhasan lain yang tidak ditemukan dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul.. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta Kentjono, Djoko. 2009. “Morfologi”. Dalam Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT

Lauder (Ed). Pesona Bahasa, halaman 146.

Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

(23)

18

Kridalaksana, Harimurti. 2009. “Bahasa dan Linguistik”. Dalam Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder (Ed). Pesona Bahasa, halaman 3, 4, dan 7.

Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder (Ed). 2009. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

M.S., Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ramlan, M. 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono.

Sumber Data

Koran Tempo Olahraga, Selasa 11 Desember 2012 Koran Tempo Olahraga, Rabu 12 Desember 2012 Koran Tempo Olahraga, Kamis 13 Desember 2012 Koran Tempo Olahraga, Jumat 14 Desember 2012 Koran Tempo Olahraga, Sabtu 15 Desember 2012 Koran Tempo Olahraga, Minggu 16 Desember 2012 Koran Tempo Olahraga, Senin 17 Desember 2012

Referensi

Dokumen terkait

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain dalam lingkungan atau berubahnya tatanan oleh kegiatan manusia

Secara khusus mengeta- hui tingkat pengetahuan pedagang makanan jajanan mengenai (bahan baku makanan, tem- pat penyimpanan makanan, cara pengolahan makanan, cara pengangkutan,

Karena tidak terdapat pengaruh natrium siklamat terhadap luas area glomerulus dengan kapsula Bowman maka tidak dilakukan uji lanjut (Hanafiah, 2010).. Glomerulus

Metode simpleks adalah suatu metode yang secara sistematis dimulai dari suatu pemecahan dasar yang fisibel ke pemecahan yang fisibel lainnya dan ini dilakukan

Pengujian ini terdiri atas 3 bagian yaitu pengujian demodulator TCM 3105 CCITT V.23, demodulator TCM 3105 Bell 202 dan demodulator ADF 7021. Untuk demodulator

HUBUNGAN PAJANAN ASAP DENGAN JUMLAH CANDIDA DI RONGGA MULUT PADA PEKERJA PENGASAPAN IKAN (Studi pada.. Pekerja Pengasapan Ikan di Deasa Bandarharjo, Kabupaten Semarang,

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah modul dengan pendekatan REACT pada materi barisan dan deret. Modul yang dihasilkan ini, akan divalidasi terlebih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh pembelajaran kimia menggunakan model PjBL dan PBL berdasarkan representasi tetrahedral kimia terhadap prestasi