• Tidak ada hasil yang ditemukan

CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto *"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Metamorfosis: Buletin Ilmiah Psikologi, Fakultas Psikologi UKRIDA, Vol. 3, No. 15, Bulan September, Tahun 2009

CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN

Oleh: Aries Yulianto

*

Hubungan percintaan ditandai oleh adanya kedekatan atau keintiman di antara pasangan. Kehadiran orang lain atau pihak ketiga diantara hubungan dengan pasangan dapat

dipersepsikan mengganggu keintiman. Individu dapat menganggap pasangannya mulai berpaling kepada pihak ketiga tersebut sehingga ia akan kehilangan pasangannya. Dalam keadaan ini individu dikatakan mengalami cemburu karena menganggap pihak ketiga tersebut sebagai ancaman bagi hubungannya dengan pasangan.

Menurut Hupka, Buunk, Falus, Fulgosi, Ortega, Swain, & Tarabrina (1985), cemburu adalah “emotions, cognitions, and behavior

assosiated with the appraisal of the threat aris- ing from the potential, actual, or imagined in-volvement of one’s loved one or mate in a rela-tionship with an interloper” (Hupka dkk,

1985: 425).

Cemburu sendiri merupakan hal yang biasa dalam suatu hubungan (Buunk &

Sharpsteen, dalam Baron & Bryne, 1997). Dalam penelitian Knox, Breed, dan Zusman (2007) pada

291 mahasiswa di Amerika Serikat, 51,9% mengatakan bahwa cemburu merupakan hal yang normal.

Cemburu sebenarnya dapat terjadi pada hubungan pertemanan ataupun hubungan percintaan. Di dalam hubungan pertemanan kita biasanya lebih membebaskan temannya untuk berhubungan dengan orang lain dibandingkan dengan membebaskan pasangan. Sehingga bila pasangan terlibat hubungan dengan orang lain, kita lebih mempersepsikan adanya ancaman dalam hubungan dengan pacar dibandingkan dengan teman (Brehm, 1992). Dengan kata lain, kita akan lebih cemburu dalam hubungan percintaan dibandingkan dalam hubungan

pertemanan. Cemburu di dalam hubungan percin-taan ini disebut sebagai romantic jealousy

(Bringle, 1991). Jenis-Jenis Cemburu

Sejumlah ahli membuat kategori dari cemburu. Naturally-occurring jealousy dan

in-duced jealousy merupakan pembagian menurut

(2)

merupakan cemburu yang terjadi begitu saja, tanpa adanya niat atau kesengajaan untuk mela-kukannya. Sedangkan pada induced jealousy, individu bertindak tertentu (sengaja) untuk membuat pasangannya cemburu. Hal ini mungkin saja dilakukan untuk meningkatkan kelekatan pasangan.

Selanjutnya sexual jealousy dan

emotional jealousy. Sexual jealousy terjadi

apabila individu mempersepsikan adanya ketidak-setiaan seksual dari pasangannya (Harris, 2000), yaitu melibatkan adanya kontak seksual antara pasangan dengan orang lain (DeSteno & Salovey, 1996). Misalnya pasangan berciuman dengan orang lain. Sedangkan bila individu mempersepsikan adanya ketidaksetiaan yang disebut romantic jealousy atau emotional

jealousy (Harris, 2000). Ketidaksetiaan

emosional melibatkan ekspresi afeksi yang mendalam dan kelekatan dengan orang lain (DeSteno & Salovey, 1996), misalnya bila pasangan lebih memperhatikan orang lain. Penyebab Cemburu

Untuk mengalami cemburu, diperlukan situasi di mana individu mempersepsikan adanya ancaman. Sejumlah penelitian

menunjukkan adanya perbedaan penyebab cemburu antara laki-laki dan perempuan

(misalnya, Nugraha, 1988; DeSteno & Salovey, 1996). Sedangkan beberapa penelitian lainnya tidak menemukan perbedaan (misalnya, Fitness & Fletcher, 1993; Harris, 2002).

Perempuan menjadi cemburu karena adanya keyakinan bahwa sulit untuk

mendapatkan hubungan lain bila hubungan yang sekarang harus berakhir. Perempuan menekankan pada perhatian memiliki sebuah hubungan. Sedangkan laki-laki lebih mementingkan harga dirinya. Bagi laki-laki, cemburu ditentukan oleh derajat sejauh mana harga dirinya dipengaruhi penilaian pasangannya. Bila laki-laki tidak melihat daya tarik pasangannya terhadap orang lain yang dapat menyebabkan hal-hal negatif pada mereka, maka laki-laki tidak akan merasa cemburu.

Berkaitan dengan sexual jealousy dan

emotional jealousy, terjadi perbedaan hasil

penelitian (misalnya, Buss, Larsen, Westen, & Semmelroth, dalam Harris & Christenfeld, 1996; DeSteno & Salovey, 1996), hingga tidak

(3)

(Harris, 2002).

Untuk menjawab apakah cemburu lebih dipicu oleh ketidaksetiaan seksual atau emosional dan juga perbedaan jenis kelamin, sebenarnya lebih dipengaruhi pada bagaimana individu menilai hal yang paling penting bagi dirinya (Harris, 2000).

Bagaimana di Indonesia? Ditemukan mahasiswi lebih cemburu dibandingkan dengan mahasiswa apabila

pacarnya berteman dekat dengan lawan jenis lain, pacarnya akrab dengan lawan jenis lain, dan pacarnya mengagumi orang lain (Nugraha, 1998). Dalam penelitian lain, perempuan cenderung cemburu apabila pihak ketiga merupakan mantan pacar pasangannya,

sedangkan laki-laki cenderung cemburu apabila pasangannya dekat dengan laki-laki lain (Yulianto, 2002).

Sebenarnya ancaman dalam cemburu tidak harus selalu sosial (Hansen, dalamBrehm, 1992). Artinya ancaman tidak hanya disebabkan oleh hubungan pasangan dengan orang lain, tetapi dapat juga karena aktivitas pasangan yang dapat dipersepsikan mengganggu hubungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hansen di

Amerika, mahasiswi merasa cemburu bila pacarnya terlalu mementingkan hobi dan keluarganya. Selain itu juga, pekerjaan dan keterlibatan pasangan dengan teman-temannya juga dapat memicu cemburu (Hansen, dalam Bringle & Buunk, 1991).

Cemburu terjadi lebih besar lagi bila pihak ketiga adalah mantan pacar dari pasangan (Fitness & Flecther, 1993). Namun ketertarikan seksual yang dibuat-buat (induced jealousy) atau fantasi seksual dapat membangkitkan cemburu lebih besar dibandingkan dengan hubungan nonseksual sebenarnya pasangan dengan lawan jenis lain atau naturally-occuring jealousy (Buunk & Hupka, dalam Bringle, 1995). Artinya, kekaguman pacar terhadap bintang film idolanya, lebih membangkitkan cemburu dibandingkan hubungan pacarnya dengan laki-laki lain dalam situasi kerja.

Dampak Cemburu

Tingkat cemburu yang rendah dapat menimbulkan dampak yang positif. Sebaliknya, cemburu yang berlebihan akan mengakibatkan dampak negatif. Tingkah laku yang didasarkan cemburu sering tidak beralasan dan terlalu berlebihan untuk situasi yang ada serta dapat

(4)

merusak hubungan yang menyenangkan (Oktarina, 1994).

Individu yang cemburu mengalami beberapa reaksi emosional seperti takut, kehilangan, cemas, sakit, kemarahan terhadap pengkhianatan, mudah terluka, kecurigaan, dan putus asa (Brehm, 1992; Knox, 1988; Parrrot & Smith, 1993). Cemburu juga dapat menyebabkan stres (Buss, dalam Harris, 2000).

Pada beberapa orang cemburu cenderung disertai keinginan untuk melukai pihak ketiga (Salovey & Rodin, 1988), memotivasi untuk menganiaya pasangan, bunuh diri, bahkan sampai membunuh (Salovey & Rodin, 1988).

Namun ada hal positif yang dihasilkan dari cemburu, antara lain: mempertahankan hubungan dekat (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997) dan membuat individu merasakan cinta yang lebih besar terhadap pasangan sehingga memutuskan untuk tetap melanjutkan hubungan yang ada (Oktarina, 1994). Individu yang mengalami cemburu juga merasakan perasaan yang positif, seperti kegembiraan, cinta, dan merasa hidup (Pines & Aronson, dalam Brehm, 1992).

Daftar Pustaka

Baron, R.A., & Bryne, D. (1997). Social

Psychol-ogy. Boston, Massachusetts: Allyn &

Ba-con.

Brehm, S. S. (1992). Intimate relationships. 2nd ed. New York City, New York: McGraw - Hill, Inc.

Bringle, R. G. (1991). Psychosocial aspects of jealousy: A Transactional Model. Dalam Peter Salovey (Ed.), The Psychology of

Jealousy and Envy. New York City, New

York: Guilford press.

Bringle, R. G. (1995). Romantic jealousy. Social

Perspective on Emotion, 3, 225-251.

Bringle, R.G., & Buunk, B.P. (1991). Extrady- adic relationships and sexual jealousy. Dalam K. McKinney & S. Sprecher (Eds.), Sexuality in Close Relationships. Norwood, New Jersey: Ablex Publishing Co.

DeSteno, D. A. & Salovey, P. (1996) Evolution-ary Origins of Sex Differences in Jeal- ousy? Psychological Science, 7, 367-372. Fitness, J., & Fletcher, G. J. O. (1993). Love,

hate, anger, and jealousy in close relation-ships: A prototype and cognitive appraisal

(5)

analysis. Journal of Personality and Social Psychology 65(5), Nov 1993, 942-958. Harris, C. R. & Christenfeld, N. (1996). Gender,

Jealousy, and Reason. Psychological

Sci-ence Vol. 7, no. 6, 364-366.

Harris, C. R. (2000). Psychophysiological Re-sponse to Imagined Infidelity: The specific innate modular view of jealousy reconsid-ered. Journal of Personality & Social

Psychology 78, 1082-1091.

Harris, C. R. (2000). Psychophysiological Re-sponse to Imagined Infidelity: The specific innate modular view of jealousy reconsid-ered. Journal of Personality & Social

Psychology 78, 1082-1091.

Harris, C. R. (2002). Sexual and Romantic Jeal-ousy in Heterosexual and Homosexual Adults. Psychological Science 13, 7-13. Hupka, R.B., Buunk, B., Falus, G., Fulgosi, A.,

Ortega, E., Swain, R., & Tarabrina, N.V. (1985). Romantic Jealousy and Romantic Envy: A Seven-Nation Study. Journal of

Cross-Cultural Psychology. 16, 423-446.

Knox, D. (1988). Choice in Relationships: An

Introduction to Marriage and the Family.

St. Paul, Minnesota: West Publishing Com-

pany.

Knox, D., R., Breed, & Zusman, M. (2007). College Men and Jealousy. College Student

Jurnal. 41, 494-498.

Nugraha, N. (1998). Faktor-faktor yang

Menimbulkan Kecemburuan Terhadap Pacar. Skripsi Sarjana. Depok: Jawa Barat:

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Oktarina (1994). Hubungan antara Komitmen

Perkawinan dengan Kecemburuan pada Pria dan Wanita Menikah. Skripsi Sarjana.

Depok: Jawa Barat: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Parrott, W.G., & Smith, R.H. (1993). Distin-guishing the Experiences of Envy and Jealousy. Journal of Personality and So-

cial Psychology. 64, 906-920.

Salovey, P., & Rodin, J. (1988). Coping With Envy and Jealousy. Journal of Social and

Clinical Psychology. 7, 15-33.

Sharpteen, D.J., & Kirkpatrick, L.A. (1997). Ro-mantic Jealousy and Adult Attachment.

Journal of Personality and Social Psychol-ogy, vol. 72, no. 3. 627-640.

Yulianto, A. (2002). Proses Cemburu dan Strategi Coping Pada Individu Dewasa

(6)

Muda yang Berpacaran. Skripsi Sarjana. Depok: Jawa Barat: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

* Penulis adalah staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak overweight memiliki risiko yang lebih besar untuk memiliki masalah hubungan dengan teman sebaya dibandingkan dengan anak

Nilai koefisien determinasi yang lebih rendah pada hubungan antara curah hujan dengan erosi dikarenakan peran tutupan tajuk dalam pengurangan erosi lebih besar dibandingkan

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) melalui Penggunaan Kondom pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di Wilayah Mangga Besar Jakarta Pusat

Berdasarkan data khusus hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan bahwa frekuensi hubungan seksual akseptor KB pil di Desa Paciran didapatkan sebagian besar

Nilai koefisien determinasi yang lebih rendah pada hubungan antara curah hujan dengan erosi dikarenakan peran tutupan tajuk dalam pengurangan erosi lebih besar dibandingkan

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pekerjaan ayah dengan perilaku seksual remaja.Sebagian besar ayah bekerja dengan perilaku remaja kurang baik.Hal

Hasil pengujian hipotesis memberikan hasil bahwa nilai koefisien hubungan langsung antara etika kerja Islam dengan sikap perubahan organisasi lebih besar

Dengan berganti – ganti pasangan kesempatan untuk terkena penyakit akibat hubungan seksual makin besar, Faktor yang paling mempengaruhi timbulnya kanker serviks