• Tidak ada hasil yang ditemukan

A Study On Reporting System And Safety Incident Analysis Implementation Of Patients At Regional Public Hospital of Hadji Boejasin Pelaihari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A Study On Reporting System And Safety Incident Analysis Implementation Of Patients At Regional Public Hospital of Hadji Boejasin Pelaihari"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

http://journal.mbunivpress.or.id/index.php/jnhs 68

A Study On Reporting System

And Safety Incident Analysis Implementation Of Patients

At Regional Public Hospital of Hadji Boejasin Pelaihari

Virna Novia1, Bahrul Ilmi2, Hiryadi3 1Puskesmas Banjarbaru Utara 2Poltekkes Kemenkes Banjarmasin 3Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Email: [email protected]

ABSTRACT

Reporting and analysis of patient safety incidents will determine the evaluation of subsequent programs and health services based on safety and underlie the improvement of the service system and prevention of recurring incidents. This research aims to explore the reporting system and safety incident analysis implementation on patients at Regional Public Hospital of Hadji Boejasin Pelaihari. This research used qualitative method with phenomenological research design. In collecting the data, in-depth interviews were conducted on eight participants which was the head of the room. Colaizzi analysis technique was used for data analysis. the research results in four themes, namely: 1) the importance of reporting system and analysis of patient safety incidents, 2) reporting system procedures and analysis of patient safety incidents, 3) constraints on reporting system and analysis of patient safety incidents, 4) hopes in reporting and analysis of patient safety incidents.

Keywords : Patient safety, Reporting, Incident

PENDAHULUAN

Rumah sakit adalah unit pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan bagi bagi masyarakat untuk memenuhi setiap kebutuhan dan haknya dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas (Nursalam, 2015).

Unit pelayanan kesehatan dalam rumah sakit memiliki fungsi sesuai dengan yang dijelaskan pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 yaitu tentang rumah sakit bahwa penyelenggaraan pelayanan pemulihan dan pengobatan kesehatan yang sesuai standar dan kebijakan pelayanan dalam suatu rumah sakit, pemeliharaan dan juga peningkatan terhadap kesehatan secara perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna, menyelenggarakan pelatihan, penelitian dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan dan kesehatan, pengembangan dan juga penapisan teknologi untuk memberikan pelayanan kesehatan dan memperhatikan etika ilmu pengetahuan. Kemampuan yang dimiliki oleh perawat untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh berdasarkan standar profesi dan kode etik perawat.

Perawat profesional dan kompeten diharapkan mampu memelihara, mengembangkan dan meningkatkan asuhan pelayanan yang aman kepada pasien. Asuhan pelayanan yang aman dapat mengurangi kejadian insiden. Insiden keselamatan pasien adalah kejadian atau situasi yang dapat menyebabkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang seharusnya tidak terjadi. Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. Pasien berhak memperoleh keamanaan dan juga keselamatan untuk dirinya selama masa perawatan klien di rumah sakit. Undang-Undang No. 36 tahun (2009) Pasal 53 ayat (3) tentang kesehatan yang menyatakan bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan nyawa pasien. Keselamatan pasien adalah prioritas utama untuk layanan kesehatan terhadap seluruh dunia Choo et al., (2010).

Keselamatan pasien adalah sebagai suatu system yang diharapkan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien supaya lebih aman, serta mencegah cedera terhadap kesalahan karena

(2)

http://journal.mbunivpress.or.id/index.php/jnhs 69 melakukan tindakan/tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Keselamatan pasien menggunakan prinsip dan metode manajemen risiko mulai dari identifikasi, assessment dan pengolahan risiko. Salah satu keselamatan pasien adalah melakukan penerapan pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien. Diharapkan pelaporan dan analisa keselamatan pasien akan meningkatkan kemampuan untuk belajar dari insiden yang telah terjadi supaya mencegah kejadian berulang dikemudian hari, cecara konkret pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 beisi tentang keselamatan pasien di rumah sakit, keselamatan pasien harus dilaporkan dengan sistem informasi yang dilakukan secara spesifik menggunakan pelaporan yang membutuhkan komitmen yang tinggi. Sistem informasi dalam pelaporan dan analisa insiden dalam keselamatan pasien yang dimulai di Australia sejak tahun 1990 oleh Bashale et al., (Makeham et al., 2015).

Sistem informasi dilakukan secara spesifik menggunakan sistem yang memilik komitmen tinggi dalam pelaporan kejadian keselamatan pada pasien sehingga bermanfaat untuk pembelajaran agar kasus serupa tidak terulang kembali serta untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Berdasarkan komitmen dalam suatu rumah sakit wajib melakukan dan melaksanakan pelaporan dan analisa.

Pelaksanaan pelaporan dan analisa insiden untuk keselamatan pasien dapat meningkatkan mutu dan keselamatan untuk pasien apabila perawat yang memberikan pelayanan keperawatan secara profesional, kompeten dan bermutu, sehingga bahaya dan kejadian yang tidak pernah diharapkan dapat diminimalisir bahkan dihindari dengan dilaksanakannya sistem pelaporan terhadap insiden keselamatan bagi pasien yang sesuai dengan kewenangan dan tugas oleh rumah sakit, hal tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan Hwang & Park (2012) di suatu rumah sakit Korea menyatakan hasil penelitiannya bahwa pelaporan data insiden sangat penting karena pelaporan yang valid dan akurat akan menentukan evaluasi program dan pelayanan kesehatan selanjutnya yang berbasis keselamatan serta mendasari perbaikan sistem pelayanan dan pencegahan terjadinya insiden berulang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan David et al., (2012) menyatakan bahwa laporan insiden terhadap keselamatan bagi pasien di Inggris melaporkan pada National Reporting and Learning System (NRLS) antara 1 Januari 2005 sampai 31 Desember 2010 bahwa insiden yang terlapor 825.416 insiden. Menurut laporan

National Health Service (NHS) England pada tahun 2015 bahwa setiap laporan insiden merupakan 0,22%

insiden yang menyebabkan kematian. Sedangkan National Patient Safety Agency (NPSA) pada tahun 2017 melaporkan dalam rentang Januari-Desember 2016 angka kejadian pada keselamatan pasien yang dilaporkan dari negara Inggris sebanyak 1.879.822 kejadian. Ministry Of Health Malaysia (Kementerian Kesehatan Malaysia) 2013 melaporkan angka insiden pada Januari-Desember sebanyak 2.769 kejadian dan untuk negara Indonesia dalam rentang waktu 2006-2012 KPPRS melaporkan terdapat 877 kejadian keselamatan pasien. Komisi keselamatan pada pasien di rumah sakit menjelaskan dalam seminar nasional (2017) insiden keselamatan pada pasien di Indonesia mempunyai urutan tertinggi mengalami kejadian insiden. Hal ini terjadi disebabkan karena masih kurangnya pedulinya rumah sakit telah melaporkan insiden keselamatan pasien. (RSUDZA, 2017). Pentingnya pelaporan yang wajib dilakukan oleh rumah sakit, maka setiap kejadian insiden harus segera dilaporkan supaya tidak menyebabkan insiden berulang dan sebagai bahan evaluasi dan mutu pelayanan untuk rumah sakit. Berdasarkan fenomena di atas penting untuk mengeksplorasi dan menggali kajian implementasi kepala ruangan pada pelaksanaan sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan pada pasien dapat tergambar secara nyata.

METODE

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi. Penelitian ini menggali fenomena terkait pengalaman kepala ruangan untuk melakukan pelaporan dan analisa insiden keselamatan bagi pasien. Penentuan partisipan penelitian ini juga menggunakan teknik purposive sampling, yang berjumlah 8 partisipan yang bekerja sebagai kepala ruang di RSUD Hadji Boejasin Pelaihari. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-November 2018. Peneliti pengumpulan data dengan cara melakukan Teknik wawancara secara mendalam (in-depth interview) dan metode dokumen. Teknik penelitian menggunakan teknik analisis Collaizi.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

(3)

http://journal.mbunivpress.or.id/index.php/jnhs 70 Partisipan pada penelitian ini merupakan kepala ruangan yang bekerja di RSUD Hadji Boejasin Pelaihari, dengan karakteristik penelitian ini merupakan perawat yang bekerja di RSUD Hadji Boejasin Pelaihari sebagai kepala ruangan. Total jumlah partisipan sebanyak 8 partisipan, terdiri 1 orang laki-laki dan 7 orang perempuan, dengan usia termuda 30 tahun dan usia tertua 44 tahun. Tingkat pendidikan partisipan rata-rata Ners, 2 orang dengan pendidikan D3 keperawatan, 1 orang dengan pendidikan D3 kebidanan.

Penelitian dilakukan pada 8 partisipan terkait kajian implementasi sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan pada pasien didapatkan empat tema meliputi pentingnya sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan pada pasien, prosedur sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien, kendala sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan pada pasien dan harapan dalam pelpaoran dan analisa insiden keselamatan pasien.

Tema 1

Pentingnya sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan pada pasien; partisipan pada penelitian ini mengungkapkan bahwa sistem pelaporan merupakan perbaikan untuk pelayanan di suatu rumah sakit, dengan hal demikian bahwa pentingnya pelaporan apabila dijalankan secara baik dan benar akan memberikan efek ke mutu pelayanan rumah sakit. pelaporan dan analisa sudah dijalankan dan dilaporkan setiap ada insiden terjadi.

Pentingnya sistem pelaporan dan analisa insiden merupakan komponen akreditasi SNARS dan merupakan tuntutan yang harus dijalankan dan dilaksanakan. Pelaporan dan analisa merupakan kebutuhan dalam pelaksanaan keselamatan pada pasien di rumah sakit, hal tersebut sesuai pernyataan partisipan.

Tema 2

Prosedur sistem pelaporan dan analisa insiden untuk keselamatan pasien; partisipan penelitian ini mengungkapkan bahwa prosedur sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan terhadap pasien dilaporkan secara tertulis dengan mengisi formulir yang sudah diberikan, melakukan analisa insiden berupa

grading, dan melakukan pelaporan insiden lanjutan ke peningkatan mutu keselamatan untuk pasien, dengan

batasan waktu pelaporan 2x24 jam. Prosedur pelaporan dan analisa sudah dipahami partisipan. Tema 3

Kendala sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien; partisipan mengungkapkan bahwa dalam melakukan pelaksanan pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien, bahwa terdapat kendala tidak adanya tindaklanjut dari atasan, action atasan terlalu lama merespon ketika ada laporan insiden. Kendala pelatihan yang kurang sehingga pemahaman dalam mengisi pelaporan dan analisa tidak terpenuhi dengan baik, sehingga hal tersebut akan memberikan dampak pada psikologis perawat karena takutnya melakukan pelaporan dan berakibat adanya insiden yang ditutupi. Kendala koordinasi tim yang tidak terpenuhi mengakibtkan kendala dalam membangun pelaporan dan analisa yang optimal.

Tema 4

Harapan dalam pelaporan dan analisa insiden pada keselamatan pasien; partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa harapan dalam membangun pelaporan tentunya tindaklanjut insiden harus cepat dan lebih optimal. Kerjasama, koordinasi maupun komunikasi lebih diperbaiki intinya dengan harapan dapat menjadi perbaikan dalam membangun pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien.

PEMBAHASAN

Pentingnya sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien; melaksanakan pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien setiap kejadian insiden merupakan hal yang sangat penting yang harus dijalankan dan diterapkan dalam membangun pelaporan yang lebih optimal, sesuai dengan pernyataan partisipan bahwa pelaksanaan pelaporan harus memiliki tujuan pelaporan yang nantinya akan memberikan pelaksanaan yang baik, akan menciptakan budaya keselamatan pada pasien dan tentunya sebagai evaluasi dalam perbaikan mutu pelayanan di suatu rumah sakit sehingga dengan adanya tujuan pelaporan dan analisa maka pentingnya pelaporan dijalankan agar dapat menjadi koreksi dalam mengurangi insiden yang telah terjadi, dan akan menjadikan insiden tersebut tidak terulang kembali. Pada dasarnya pernyataan yang dinyatakan partisipan terkait pentingnya sistem pelaporan dan analisa merupakan tujuan yang harus dijalankan, hal ini sudah sesuai dengan teori dalam buku pedoman pelaporan insiden keselamatan pada pasien di tahun 2015 bahwa tujuan pentingnya sistem pelaporan dan analisa diantaranya menurunkan jumlah insiden, mengoreksi sistem serta dapat meningkatkan suatu mutu pelayanan dan keselamatan pasien, dan tentunya risiko yang terjadi tidak terulang kembali. (Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien, 2015).

(4)

http://journal.mbunivpress.or.id/index.php/jnhs 71 Pentingnya sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan untuk pasien selain merupakan tujuan yang harus dicapai, ada hal lain bahwa penerapan pelaporan dan analisa harus dijalankan oleh seluruh aspek rumah sakit, karena pelaporan dan analisa merupakan komponen tuntutan akreditasi yang harus dijalankan. Komponen akreditasi dalam pentingnya sistem pelaporan dan analisa dengan lebih memerhatikan kelengkapan berkas pelaporan kejadian insiden. Selanjutnya selain tuntutan akreditasi pentingnya sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien merupakan kebutuhan dalam pelaksanaan pelaporan.

Pelaksanaan pelaporan dan analisa merupakan item penting dalam membangun keselamatan pasien, hal demikian sesuai dengan yang telah dikemukan Herlambang (2016) menyatakan bahwa melakukan pelaporan dan analisa setiap adanya kejadian insiden dapat meningkatkan efektifitas pelayanan untuk kesehatan dan meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.

Prosedur sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan untuk pasien; pelaksanaan pelaporan dan analisa insiden keselamatan bagi pasien wajib harus memerhatikan prosedur dalam membuat sebuah pelaporan dan analisa. Prosedur tersebut diperlukan pola-pola atau alur yang merupakan langkah terbentuknya sebuah pelaporan.

Pernyataan yang diungkapkan partisipan bahwa prosedur pelaporan memiliki tahapan pertama mencek kronologis kejadian insiden untuk memastikan benar adanya atau tidak nya insiden tersebut, kemudian melaporkan insiden dengan waktu maksimal 2x24 jam dengan menulis insiden dalam formulir pelaporan sehingga pelaporan insiden akan dilakukan tahapan analisa grading kemudian selanjutnya pelaporan diserahkan ke bagian peningkatan mutu keselamatan pasien.

Tahapan prosedur pelaporan dan analisa yang dikemukakan partisipan pada dasarnya sesuai dengan alur keselamatan pasien yang telah dikemukakan oleh KPPRS pada tahun 2015 bahwa alur pelaporan mencakup dari tahapan ketemunya insiden, melakukan grading sampai dengan menidaklanjuti yang akan disampaikan ke bagian peningkatan mutu keselamatan pasien. Pelaksanaan prosedur pelaporan dan analisa akan mengetahui penyebab kejadian insiden sampai akar masalah, sehingga akan ditemukannya solusi dari kejadian insiden.

Kendala sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien; kendala dalam melakukan pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien tentunya tidak lepas dari masalah-masalah atau penghambat yang akan mempengaruhi terlaksananya pelaporan dan analisa. Kendala yang pertama yang menjadi faktor terbesar adalah tidak adanya peninjauan ulang oleh bagian peningkatan mutu keselamatan pasien terkait tindaklanjut kejadian insiden. Tidak adanya respon atau tindaklanjut akan memberikan hambatan terbentuknya pelaporan yang valid dan sahih.

Kendala yang berikutnya adalah kurangnya pelatihan yang diberikan sehingga hal tersebut memberikan pemahaman yang tidak signifikan dan menjadi penghambat terlaksananya pelaporan tersebut. Pelatihan yang sering akan memberikan pemahaman yang baik, dengan pemahaman akan dapat melakukan pelaporan dan analisa. Pelatihan yang berkelanjutan akan memberikan dorongan inisiatif dalam melaporkan kejadian, sehingga kejadian tersebut tidak akan ditutupi.

Pelatihan dalam pelaksanaan pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien merupakan dua sisi yang saling mengisi, tidak dapat dipisahkan. Pelatihan yang berkelanjutan adalah sisi dimana memberikan pemahaman yang baik, sehingga sisi kedua pemahaman yang baik akan memberikan pelaporan dan analisa berjalan optimal dan terstruktur.

Pelaksanaan pelaporan yang optimal tentu tidak lepas dari proses informasi yang diberikan, selaras dengan pernyataan partisipan bahwa kurangnya desiminasi menjadi faktor berikutnya dalam membangun keselamatan pasien yang terkait pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien. Proses pelaporan akan efektif apabila adanya sosialiasi yang mendukung dalam hal pelaporan dan analisa.

Secara efektif dalam mendorong dan meningkatkan serta pengembangkan pelaporan tentunya harus didukung dengan pengetahuan, pengetahuan yang optimal akan didapat dari pelatihan, dan sosialisasi. Sesuai dengan teori yang didukung oleh Notoadmodjo 2012 bahwa mendorong, meningkatkan dan megembangkan tentunya tidak lepas dengan pengetahuan yang dimiliki.

Harapan dalam pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien; harapan terhadap pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien terdiri atas perlunya pelaporan insiden terhadap perawat, diadakan pelatihan lebih sering, dan framework terhadap pelaporan. Berbagai hambatan, kesulitan dan keterbatasan yang pernah dialami partisipan tentunya terdapat harapan besar untuk meningkatkan sistem pelaporan dan

(5)

http://journal.mbunivpress.or.id/index.php/jnhs 72 analisa yang lebih optimal. Harapan merupakan suatu pedoman untuk mewujudkan suatu perubahan sehingga pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien dalam berjalan optimal.

Pernyataan yang diungkapkan partisipan terkait harapan dalam pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien adalah adanya timbal balik atau penghargaan berupa memerhatikannya kejadian insiden apabila terjadi pada staf perawat pelaksana. Harapan yang berikutnya adalah pelatihan lebih sering diadakan mengingat pemahaman grading menjadi faktor kendala dalam membangun pelaporan dan analisa. Harapan dalam pelaporan dan analisa adanya pelatihan. Tujuan dilakukannya training keselamatan pasien adalah terwujudnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit, berdasarkan buku Root

Cause Analysis in Health Care Tools & Techniques, Sixth Edition, JCI tahun 2017 menjelaskan bahwa tujuan

khusus diadakannya pelatihan dan rumah sakit harus menyelenggrakan pelatihan minimal dalam setahun sebanyak 5 kali dan pentingnya dilakukan pelatihan adalah terciptanya budaya keelamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akutabilitas, menurunnya kejadian yang tidak diharapkan (KTD), dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.

Harapan berikutnya yang diungkapkan partisipan adalah susunan atau konsep untuk membentuk pelaporan dan analisa atau disebut dengan framework. Framework diantara kerjasama dan komunikasi yang baik, tidak menutupi adanya insiden, perbaikan bersama dan meningkatkan penerapan dalam pelaporan dan analisa insiden.

KESIMPULAN

Tema yang dihasilkan tersebut sudah menjawab tujuan dari penelitian yaitu bagaimana implementasi sistem pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien. Pada penelitian ini didapatkan bahwa semua partisipan mengetahui pentingnya melakukan pelaporan apabila ada insiden yang terjadi, pelaporan sebagai bahan evaluasi dan sebagai tolak ukur untuk mutu pelayanan dalam rumah sakit.

Partisipan memahami bagaimana prosedur atau tahapan dalam melakukan pelaporan dan analisa setiap kejadian insiden, dari melakukan cek kronologis kejadian, mengisi dalam formulir pelaporan insiden, melakukan analisa grading, sampai dengan tahapan pelaporan ke peningkatan mutu keselamatan pasien.

Melaksanakan pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien dengan melaporkan dan mengetahui tahapan pelaporan adapun kendala dalam menjalankannya, salah satu kendala yang paling memberatkan adalah kurangnya pelatihan, dengan pelatihan yang kurang akan memberikan pemahaman yang kurang, sehingga membuat pelaporan seada-adanya, dan tentunya dengan pelatihan yang kurang akan memberikan alasan perawat pelaksan tidak melaporkan kejadian insiden karena tidak adanya sosialiasi. Namun di sisi lain, ada hal penting tergambar dalam penelitian ini adalah besarnya harapan dari partisipan bahwa pelaporan insiden harus dihargai dan diadakan pelatihan yang lebih sering, tidak menutupi adanya insiden sehingga akan memberikan dampak dalam perbaikan bersama dan dapat meningkatkan penerapan dalam membangun pelaporan dan analisa insiden keselamatan pasien secara terus menerus.

DAFTAR PUSTAKA

Choo, J. H, Bucknall, T. (2010). Nurse’s Role in Medication Safety. Journal of Nursing Management; Vol 18(7) DOI:10.1111/j.1365.2834.2010.

David, Gerrett, & Bruce. (2012). A Riview of Medication Incidents Reported to the National Reporting and Learning System in England and Wales Over 6 Years (2005-2010). British Journal of Clinical Pharmacology, 74(4), pp. 597-604.

Herlambang S. (2016). Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Hwang, J.I., Lee, S.I., and Park, H.A. (2012). Journal Barriers to the Operation of Patient Safety Incident

Reporting System in Korean General Hospitals. Healthcare Informatics Research. Vol. 18(4), pp.279-286.

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPP-RS). (2015). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Jakarta.

Makeham. (2015). Patiet Safety in Primary Healthcare: An Evidence Check Review.

Ministry of Health Malaysia. (2017). Guidelines on Implementation Incident Reporting & Learning System for Ministry of Health Malaysia Hospitals.

National Health Service (NHS), (2015). Patient Safety Incident Reporting Continues to Improve. England: Author.

(6)

http://journal.mbunivpress.or.id/index.php/jnhs 73 National Patient Safety Agency (NPSA). (2017). Manchester Patient Safety Framework (MaPSaF).

Universitas of Manchester.

Notoadmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien tahun 2015.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Pasien. RSUDZA, (2017). Pentingnya Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Aceh: RSUDZA. The Joint Commission Internasional (JCI), (2017). Root Cause Analysis in Health Care Tools and

Techniques. Library Of Congress: 2009931191/

Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun (2009) Pasal 53 Ayat 3 Tentang Kesehatan. Undang-undang Republik Indonesia No 44 Tahun (2009) Tentang Rumah Sakit.

Referensi

Dokumen terkait

a) Pimpinan tingkat tertinggi mempunyai kewenangan untuk mengakses seluruh arsip yang berada di bawah kewenangannya. b) Pimpinan tingkat tinggi (satu tingkat di

Hasil pengolahan data yang dilakukan, baik berdasarkan analisis data kuesioner maupuan analisis dari laporan realisasinya dapat disimpulkan bahwa penerapan anggaran

Tahapan pengujian unjuk kerja ELC pada PLTAS tampak seperti pada Gambar 8 dan Gambar 9, pengujian dilakukan dengan dua kondisi, yaitu saat PLTAS beroperasi tanpa ELC dan

Hasil desain dan analisis yang telah dilakukan pada Tugas Akhir ini mendapatkan gaya aksial radial dari perhitungan manual sebesar -187,46 kN, dan dari program.. SAP 2000 Nonlinier

Hal tersebut amat terkait dengan kenyataan-kenyataan berikut : (a) Tidak ada suatu negara yang kuat tanpa didukung oleh jaringan informasi yang memadai yang dapat menghubungkan

Waktu pelayanan, Kecamatan Samarinda Kota dalam penyelesaian pembuatan e-KTP belum sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur). Biaya/tarif pelayanan, dalam biaya

Dalam ebook ini Anda akan menemukan branding kit dari 65 contoh perusahaan berbeda yang dapat Dalam ebook ini Anda akan menemukan branding kit dari 65 contoh perusahaan berbeda

Sebagian dari contoh kayu ini pemah diamati (Martawijaya et al., 1973) namun terbatas pada contoh uji yang telah tersimpan 10 tahun dan juga hanya kerusakan terhadap serangan