• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE BATAVIAN BUTIK HOTEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE BATAVIAN BUTIK HOTEL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB III

TINJAUAN KHUSUS

3.1. Latar Belakang Pemilihan Tema

Pada rancangan Hotel Butik ini mengambil tema (Green Architecture) yang dikenal dengan Green Design, dengan makin terancamnya peradaban manusia yang disebabkan oleh pemanasan global, pendekatan-pendekatan ‘green design’ makin populer dimata para arsitek di seluruh dunia. Penerapan ‘green design’ ini dimaksudkan bangunan dapat mensuplai energi (baik memanfaatkan tenaga angin, matahari, dll.) dan ‘zero CO2′, artinya gedung tersebut seminimal mungkin mengeluarkan limbah CO2. Maka metode-metode desain yang akan diterapkan bahwa bangunan :

• Hemat Energi

• Memperhatikan kualitas lingkungan

• Penggunaan material yang ramah lingkungan • Meminimalkan pengeluaran limbah dsb.

Eksplorasi Tema ini akan diterapkan pada penggunaan material yang ramah lingkungan, pengolahan element landscape yang berperan sebagai :

a. Desain yang terintegrasi dengan alam:

* Desain yang memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan jangka panjang

(2)

21 * Produk mempertimbangkan kualitas lingkungan baik fisik maupun sosial * Menyelamatkan energi sekaligus memenuhi kebutuhan

b. Penyaring udara dengan mengukat debu melalui tanaman rumput c. Merespon lahan hijau yang tertutup bangunan

Pengorganisasian massa bangunan dibuat lebih kedalam agar terhindar dari polusi udara dan polusi suara, Dengan perbandingan tinggi masa bangunan lebih lebar dari pada lebar bangunan agar tercipta bayangan yang akan melindungi koridor utama. Selain itu penggunaan modul tunggal memicu terciptanya ruang yang tipis untuk memaksimalkan pencahayaan alami.

3.2. Pengertian Tema

Perancangan Hotel butik ini merujuk pada tema Green Architecture, yaitu perancangan dan perencanaan yang mengimplementasik arsitektur hijau (green design) dalam sebuah rancangan sebuah hotel dalam wujud arsitektural. Dalam penekananya dapat kita lihat dalam perencanaan site plan yaitu banyaknya ruang terbuka hijau, yang berkaitan erat dengan lingkungan sekitar, selain itu green desain juga berkaitan erat dengan hemat air dan energi yang dapat di implementasikan dengan water treatment yang nantinya dapat di gunakan sebagai pengairan atau sampai dengan MCK. Sedangkan untuk bahan bangunan yang di gunakan juga harus ramah lingkungan sehingga tidak akan menambah pencemaran terhadap lingkungan sekitar.

Selain terhadap site plan green desain juga harus berhubungan erat dengan bangunan yang akan kita desain baik itu hemat untuk pencahayaanya, maupun penghawaan dan juga harus mempertimbanagkan arah hadap bangunan terhadap matahari. Berikut implementasi green desain terhadap site paln dan bangunan yang akan di rencanakan.

(3)

22 3.2.1. Implementasi Green Architecture dengan Penekanan Ruang Terbuka Hijau

Pada pengembangan site dengan tema Green Design, ruang terbuka hijau yang tertutup oleh bangunan dapat di ganti dengan green roof misalnya, dan untuk pedestrian pejalan kaki juga menggunakan bahan yanga ramah lingkungan. Sedangkan fungsi tanaman dalam site selain sebagai pemecah angin juga sebagai tanaman pengarah untuk sirkulasi di dalam site. Selain itu untuk mengurangi CO2 maupun CO disediakan sepeda yang dapat di gunakan untuk berkeliling dalam site. Untuk itu parkir sepeda di letakkan pada tempat-tempat yang orang ingin menikmati kesejukkannya juga area yang mempunyai view yan baik.

(4)

23 Penggunaan water treatment juga banyak digunakan dalam perencanaan dan perancangan desain gedung-gedung tinggi yang menggunakan konsumsi air sangat tinggi. Untuk penggunaan metode water treatment sangat erat hubunganya dengan tema Green Architecture yang nanti hasil dari water treatment dapat digunakan kembali untuk cuci, bilas dan juga untuk menyiram tanaman dalam site nantinya. Sehingga pemanfaatan air menjadi hemat dan efisien sesuai dengan kebutuhan tetapi air bekasnya dan air kotor hasil pemakaian dapat di manfaatkan lagi secara optimal. Hal tersebut diatalah yang merupakan penerapan green architecture yang sesungguhnya.

(5)

24 Gambar 3.3. Gambar Material dan Bahan Bangunan yang Ramah

(6)

25 Penggunaan material pada desain green architecture sangat erat kaitanya dengan lingkungan atau dengan kata lain kita harus menggunakan bahan yang ramah terhadap lingkungan sehingga tidak merusak fisik dari lingkungan tersebut. Gambar di atas juga sangat erat hubunganya dengan waktu pelaksanaan yang akan lebih singkat karena dalam bentuk modular dan tidak harus dicetak dalam site, tetapi dapat dicetak di luar site atau pabrikan. Dalam desain green architecture untuk finishing interior juga harus menggunakan material yang tidakk mengandung bahan kimia yang berbahaya, bebas asap rokok, penggunaan sensor CO2, dan juga memaksimalkan bukaan sebagai pencahayaan alami.

3.3. Latar Belakang Pemilihan Konsep Kebudayaan Betawi

Pada saat ini kebudayaan betawi sudah mulai luntur dengan adanya globalisasi seiring dengan perkembangan zaman. Upaya pemerintah untuk pelestarian budaya pun banyak di galakkan agar para masyarakat sadar akan budayanya yang merupakan salah satu ciri khas bangsa. Untuk upaya ikut melestarikan kebudayaan kebudayaan betadi di jakarta khususnya akan saya jadikan sebuah konsep untuk perancangan hotel butik yang mengadopsi kepada kebudayaan betawi yaitu kmapung betawi contohnya.

Hotel Butik inilah yang nantinya akan memberikan pengetahuan tentang apa dan bagaimana kebudayaan betawi tersebut terutama pada sgi arsitekturalnya. Selain untuk melestarikan dan mengobati kerinduan masyarakat Jakarta akan kebudayaannya yang semakin hilang oleh kemajuan zaman. Hotel Butik ini juga akan menampilkan suatu bangunan yang berfungsi sebagai tempat istirahat tetapi aakan membentuk kumpulan

(7)

26 masa seperti kampung betawi yang di dalamnya lengkap dengan kebudayaan dan kesenian yang merupakan khas tradisional Betawi.

3.3.1. Konsep Terhadap Kebudayaan Betawi

Ciri khas Aisitekturala rumah tradisional rumah betawi yang menjadi icon pariwata yaitu di kawasan Setu Babakan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat romantisme suasana kebudayaan betawi. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah bagaiaman membawa karakteristik atau ciri rumah berarsitektur tradisional btawai tersebut ke dalam desain hotel butik yang dalam konteks modern, sehingga tidak menjadi sekedar tempelan atau hiasan saja akan tetapi hotel butik dapat menjadikan salah satu icon peleestraian kebudayaan betawi di Jakarta. Beberapa rumaha hunian di Setu Babakan Jakarta Selatan menunjukkan usaha untuk menampilkan secara visual ciri khas atau karakteristik arsitektural betawi dalam bentuk elemen detail dan sebagiana lainnya berusaha menampilkan dalam bentuk desain lainnya.

Untuk itu desain hotel butik ini harus mempunyai acuan atau guide line yang mana akan di tekankan pada penyelesain desain nantinya. Karena rumah arsitetur betawi di bedakan menjadi 3, dana yang menjadi pembeda adalah arah hadap kuda-kuda yang nantinya akan mempengaruhi bentuk atap secara keseluruhan. Akan tetapi dari ketiganya secara garis besar memiliki ornamen arsitektural yang sama. Sehingga ornamen-ornamen arsitekturlah yang akan lebih ditekankan ke dalam penyelesaian desain hotel butik ini.

(8)

27 3.3.2. Tipologi dan Karakteristik Hunian Kebudayaan Betawi

Ada tiga tipe rumah tradisional betawi di situ babakan yaitu Joglo, Gudang, dan Bapang.Jenis dibedakan oleh atap dan lebarnya rumah (Syafwandi et Al, 1996).

a. Rumah Gudang

Rumah Gudang memiliki atap berbentuk pelana atau perisai. Struktur atap rumah gudang tersusun dari kerangka kuda-kuda, yaitu perisai ditambah satu elemen struktur atap, yaitu jure Struktur kuda-kuda yang terdapat pada rumah Gudang sudah mulai tercapatnya batang- tekan miring (dua buah) yang saling bertemu pada sebuah batang tank tegak yamg pada rumah Betawi lazim disebutwider. Sistem seperti ini tidak dikenal pada rumah-rumah tradisional lainnya di Indonesia. Sistem ini merupakan sistem atap yang digunakan oleh orang Belanda di dalam membangun rumah. Pada bagian depan rumah Gudang terdapat sepengaal atap miring yang disebut juga topi atau dak atau markis yang berfungsi menahan cahaya matahari atau tampias hujan pada ruang depan yang selalu terbuka itu. Dak ini ditopang oleh sekor-sekor, baik yang terbuat dari kayu atau besi.

b. Rumah Joglo

Rumah Joglo ini merupakan hasil pengaruh langsung dari arsitektur atau kebudayaan Jawa pada arsitektur rumah Betawi. Pada rumah Joglo Jawa, "integrasi" antara denah, tiang-tiang penopang struktur atap dan struktur atapnya sendiri, sedangkan pada rumah Joglo Betawi unsur ini tidak beaitu nyata. Selain itu pada rumah Joglo Jawa struktur

(9)

28 bagian Joglo dari amp disusun oleh sistem struktur temu gelang atau payung, sedangkan pada rumah Joglo Betawi disusun oleh kuda-kuda. Sistem kada-kuda pada rumah Joglo Betawi yakni kuda-kuda "Timur yang tidak mengenal batang-batana diagonal seperti yang terdapat pada sistem kuda-kuda Barat yang diperkenalkan oleh Belanda.

c. Rumah Bapang atau Kebaya

Pada prinsipnya atap rumah Bapang adalah bentuk pelana. Tetapi berbeda dengan atap rumah Gudang, bentuk pelana rumah Bapang, tidak penuh. Kedua sisi luar dari atap rumah Bapang sebenarnya dibeniuk oleh terusan (sorondoy) dari atap pelana tadi yang terletak di bagian tengahnya. Dengan demikian, maka yang berstruktur kuda-kuda adalah bagian atap pelana yang berada di tengah ini. Dalam hal ini, sistem struktur atap yang dipakai adalah sistem kuda-kuda Timur.

3.3.3. Perubahan Sosial Kemasyarakatan Terkait Lifestyle Betawi

Perubahan Sosial Kemasyarakatan Setu Babakan terjadi karena bertambahnya penduduk dan perluasan hunian pada kawasan Setu Babakan, tingginya kebutuhan Hunian hingga adanya pendatang baru pada kawasan Setu Babakan merupakan salah satu faktor penyebab dari perubahan sosial kemasyarakatan kawasan ini, lifestyle Betawi sedikit kehilangan keaslianya dengan banyaknya hunian-hunian baru yang terakomodasi oleh pariwisata, setelah di berlakukanya Pemprov DKI sebagai daerah wisata sesuai Perda No 2 tahun 2005, banyak hunian yang berubah baik dari tipologi bangunan, fungsi maupun ciri visual dari lifestyle Betawi.

(10)

29 Gambar 3.4. Penjelasan Tipologi Rumah Adat Khas Betawi

(11)

30 3.3.4. Macam Ornamen Arsitektural Betawi

Dari uraian penelitian diatas pada akhirnya arsitektur rumah tradisional Betawi akan mengalami trnasformasi desain dalam menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat yang ada. Akibatnya tidak mustahil bila mana yang tersisa nantinya adalah ornamen-ornamen atau detail-detail hiasan. Detail yang dimaksud meliputi: daun jendela, daun pintu, langkang dan gigi baling. Empat elemn ini yang pada akhirnya nanti bisa bertahan karena proses seleksi yang masih bias diterapkan dalam bangunan masa kini. Meski mengalami gubahan bentuk.

Berikut gambar-gamabr 4 elemen ornament arsitektural betawi yang dapat dijadikan penyelesaian desain yang berkaitan dengan kebudayaan atau arsitektural kahas betawi, adalah sebagai berikut :

a. Daun Jendela

(12)

31 b. Daun Pintu

c. Langkang

Gambar 3.6. Ornamen Daun Pintu Khas Arsitektur Betawi

Gambar 3.7. Langkang Ornamen Khas Arsitektur Betawi Terbuat dari Ukiran Kayu yang Berfungsi Sebagai Railling

(13)

32 d. Gigi Balang

Gambar 3.8. Gigi Balang Ornamen Khas Arsitektur Betawi Terbuat Dari Ukiran Kayu Yang Berfungsi Sebagai Lisplang Atap Dengan Bentuk Perulangan Dari Segi Tiga

Gambar

Gambar 3.1.  Penyesuaian tema Green Design terhadap pengembangan site
Gambar 3.2.  Gambar Water Treatment Plan
Gambar 3.5.  Ornamen daun Jendela  Khas Arsitektur Betawi
Gambar 3.7.  Langkang Ornamen Khas Arsitektur Betawi Terbuat dari  Ukiran Kayu yang Berfungsi Sebagai Railling
+2

Referensi

Dokumen terkait

SUBCHAN SMK HANG TUAH Kota Kediri... Ali

Armada angkutan laut di Kawasan Timur Indo- nesia umumnya belum direncanakan sesuai karakteristik permintaan angkutan laut yang dinamis dan kondisi infrastruktur pelabuhan yang

Langkah ini juga dapat dibilang menjadi langkah yang sangat penting dan banyak teknik yang diteliti untuk dapat membuat bentuk yang terbaik untuk menunjukkan

Yang dimaksud dengan Bantuan dalam Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2008 tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan Kepada Saksi dan Korban pasal 1 ayat

zanni dan dapat dispesifikasikan dengan mudah oleh dalil zanni yang lain. 5 Dan Imam Abu Hanifah, dalam hal ini dengan mengambil ayat 3 dan dan 24 dari surat an- Nisa‟,

Dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian (research question) adalah sebagai berikut:1) Berapa besar dampak konsumsi wisatawan baik wisnus maupun wisman

Beberapa PAUD unggul seperti RA Istiqlal yang terkenal dengan metode BCCT- nya dan selama ini menjadi rujukan dan tempat study banding PAUD di seluruh Indonesia, RA Darussalam

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara sense of humor dan penyesuaian diri seminaris di asrama Seminari Menengah Santo Petrus