• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang University Partnership Program

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang University Partnership Program"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 University Partnership Program

Mahasiswa akan menghadapi dunia kerja selepas menjalani perkuliahan. Mahasiswa hendaknya memiliki kemampuan teoritis dan aplikatif dalam persiapan menghadapi dunia kerja. Kemampuan teoritis didapatkan semasa perkuliahan sedangkan kemampuan aplikatif didapatkan melalui kegiatan-kegiatan praktikum di laboratorium untuk mendukung teori-teori yang telah diterima saat perkuliahan. Namun, kegiatan praktikum di laboratorium sangat terbatas dikarenakan lebih membahas dasar-dasar yang mendukung teori konseptual di perkuliahan. Kegiatan praktikum kurang memberikan kemampuan aplikatif secara menyeluruh.

Salah satu konsep lain untuk meningkatkan kemampuan aplikatif adalah dengan kegiatan magang di sebuah perusahaan. Dengan melakukan magang, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana aplikasi dari ilmu dalam perkuliahan (teori dan praktik). Pada kenyataannya, apa yang ada di lapangan tidak ideal sepenuhnya dibandingkan dengan teori. Selain itu, mengikuti magang merupakan salah satu pilihan yang dapat dipilih dalam menyelesaikan Tugas Akhir pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia. Salah satu perusahaan yang melakuakan eksplorasi minyak bumi di Indonesia adalah PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI). PT. CPI merupakan salah satu perusahaan produsen minyak terbesar di Indonesia. PT CPI memiliki kontribusi yang baik dengan dunia pendidikan. Salah satu program kerja sama dengan universitas (khususnya dengan Universitas Gadjah Mada) adalah University Partnership Program (UPP). Program UPP memiliki beberapa program kerja sama dengan universitas, salah satunya adalah UPP Internship.

(2)

2 Pada program UPP Internship mahasiswa diseleksi berdasarkan aptitude, wawancara, dan kesehatan. Pada program Internship mahasiswa akan ditempatkan pada satu posisi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan bisnis PT CPI. Laporan tugas akhir ini merupakan salah satu topik dari pekerjaan selama UPP Internsip. Penulis mendapat kesempatan menjadi Facility Engineer pada Project Team di Departemen Power Generation and Transmission, Duri, Riau. Facility Engineer memiliki tanggung jawab untuk memastikan semua sistem peralatan penunjang produksi berjalan dengan baik. UPP Internship UGM berlangsung pada tanggal 28 Juni 2015 sampai 28 September 2015.

Dalam menjalankan kegiatan operasi yang dilakukan oleh PT.CPI seperti penggunaan pompa angguk, ESP (Electrical Submersible Pump), maupun fasilitas produksi lainnya, dibutuhkan energi listrik dalam jumlah yang cukup besar. Untuk memenuhi kebutuhan ini, PT. CPI memiliki departemen khusus yang menangani sistem kelistrikan yang meliputi pembangkitan, transmisi, serta distribusi listrik. Departemen terkait yang mengurusi energi listrik yang diperlukan adalah Departemen Power Generation and Transmission.

1.1.3 Struktur Organisasi Power Generation and Transmission

(3)

3 Dalam struktur organisasi perusahaan, PGT termasuk salah satu departemen yang bernaung dibawah Support Operation SBU. Adapun Struktur Organisasi PGT dapat dilihat pada Gambar 1.1. Sejalan dengan misi yang digariskannya, PGT memiliki misi yaitu : “Menyediakan tenaga listrik dan menghasilkan uap melalui pemanfaatan panas dari gas buang turbin untuk mendukung kebutuhan RG&SBU dan lainnya dengan menjunjung tinggi kepentingan pelanggan, pengendalian mutu terpadu serta keselamatan, kesehatan, dan lingkungan kerja”. Dalam menjalankan pengoperasian sehari – hari, PGT memiliki subbagian seperti pada Gambar 1.2.

Gambar 1. 2 Sub Bagian PGT Reliability Equipment Maintenance (REM)

Merupakan divisi yang bertanggung jawab dalam hal mempertahankan keandalan peralatan yang terdapat di PT. CPI departemen PGT untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam rangka menjalankan tugasnya, tim ini dibagi lagi menjadi beberapa unit, yaitu :

a. PGT Maintenance North

Merupakan bagian dari divisi REM yang bertugas dalam merawat peralatan dan equipment PGT di area SMO bagian utara seperti Duri, Libo, Bekasap, Bangko, Balam, dan Dumai. PGT Maintenance North terbagi lagi ke dalam beberapa unit pekerjaan.

(4)

4 Bagian dari divisi REM yang bertugas sama dengan Maintenance North. Hanya saja daerah kerja dari divisi ini melingkupi area SMO bagian selatan seperti Minas, Rumbai, dan Petapahan.

c. Project

Merupakan divisi yang bertugas mengerjakan project capital dan operational budget seperti membangun jaringan dan substation baru.

d. Turnaround (TAR)

Bagian dari REM yang bertugas untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan terencana untuk jangka waktu yang panjang. Umumnya peralatan – peralatan yang akan dilakukan oleh TAR memiliki jangka waktu lima tahun. Contohnya adalah substation dan turbin overhaul.

e. Reliability (REL)

Merupakan satuan unit kerja dari REM yang bertugas untuk mempelajari, memprediksi dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kehandalan peralatan di PGT.

1.1.4 Sistem Kelistrikan PT. Chevron Pacific Indonesia

PT CPI merupakan perusahaan minyak yang menggunakan pembangkit listrik sendiri untuk mendukung kegiatan operasi yang ada. PT CPI sendiri menggunakan tenaga gas untuk membangkitkan tenaga listrik. Adapun hal-hal yang mendorong penggunaan gas adalah waktu starting yang cepat dan ketersediaannya di alam yang merupakan produk sampingan dari penambangan minyak bumi.

Generator adalah peralatan yang berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik. Generator tersebut membutuhkan pengerak mula (prime over), seperti mesin diesel, turbin uap, turbin gas, mesin hidro dan sebagainya. PT.Chevron Pacific Indonesia menggunakan turbin gas sebagai prime over, karena perusahaan ini juga memproduksi gas alam. Kapasitas dari turbin gas adalah 8 MW sampai 33 MW. Kebutuhan tenaga listrik PT. CPI saat ini dilayani oleh empat unit pembangkit listrik, yaitu:

(5)

5  Minas Gas Turbin (MGT) dengan total daya 232 MW

MGT terdiri atas 11 gas turbin dengan kapasitas masing-masing: - GT 1-5 = 14 MW

- GT 6-8 = 21 MW - GT 9-11 = 33 MW

 Central Duri Gas Turbin (CDGT) dengan total daya 105 MW Terdiri atas 5 gas turbin dengan kapasitas masing-masingnya 21 MW

 Duri Gas Turbin (DGT) dengan total daya 21 MW  North Duri dengan total daya 300 MW

Terdiri atas 3 gas turbin dengan daya masing-masing 100 MW

Keseluruhan daya yang dibangkitkan oleh generator-generator tersebut mencapai 658 MW. Sedangkan beban yang dilayani saat ini adalah sekitar 440-470 MW. Sistem pembangkit listrik di PT. Chevron Pacific Indonesia menggunakan frekuensi sebesar 60 Hz. Hal tersebut berbeda dengan frekuensi yang digunakan PLN yakni sebesar 50 Hz. Selain cadangan diam (standby), PT. Chevron Pacific Indonesia juga memiliki cadangan berputar (spinning reserve).

1) Sistem Transmisi PT. Chevron Pacific Indonesia

Sistem transmisi digunakan untuk menyalurkan energi listrik dari pembangkit ke pusat beban. Sistem transmisi yang digunakan oleh PT. Chevron Pacific Indonesia diantaranya adalah:

1. 230 kV

Terdiri dari sirkuit ganda yang menghubungkan North Duri Switching Yard ke Kota Batak Junction (KBJ). Saluran ini dibangun pada tahun 1998. 2. 115 kV

(6)

6 Saluran sepanjang 700 km ini menghubungkan trafo pembangkit ke switching yard dan gardu induk serta antar switch yard di dalam area kerja PT. Chevron Pacific Indonesia.

3. 44 kV

Sepanjang 105 km menghubungkan Central Duri ke Petani, Rangau dan Pematang. Selain itu juga menghubungkan Minas ke North Rumbai, East Rumbai, dan South North Duri ke Dumai.

2) Sistem Distribusi PT. Chevron Pacific Indonesia

Sistem distribusi merupakan sistem penyaluran listrik setelah dari pembangkit yang melalui gardu-gardu induk ke konsumen. PT CPI memiliki sistem distribusi dengan level tegangan :

1. 13.8 kV sepanjang 1742 km 2. 4.16 kV sepanjang 50 km

Tegangan diturunkan kembali untuk konsumsi kantor dan perumahan , yaitu menjadi level tegangan 110 V fase ke netral dan 220 V fase ke netral.

3) Sistem Interkoneksi PT. Chevron Pacific Indonesia

Untuk meningkatkan realibility (keandalan) sistem tenaga listrik yang ada di PT CPI, maka dibuatlah sistem interkoneksi. Dengan adanya sistem ini, apabila ada beban yang kekurangan daya maka dapat disuplai oleh pusat pembangkit yang lain dalam cakupan interkoneksi tersebut.

Sejalan dengan pertumbuhan beban yang terus meningkat, maka telah dibuat sistem interkoneksi dengan 230 kV dari pembangkit co-generation (cogen) di North Duri menuju Kota Batak Junction (KBJ), dimana pada KBJ tegangannya diturunkan menjadi 115 kV. Interkoneksi inilah yang menghubungkan KBJ dengan pusat-pusat beban di wilayah Pungut, Libo, Kota Batak, New Kota Batak, Petapahan, Suram, dan South Rumbai (setelah level tegangannya diturunkan).

(7)

7 KBJ juga terhubung ke pusat pembangkit wilayah Duri. Pembangkit yang terhubung dengan Duri terinterkoneksi juga dengan daerah North Duri yang akhirnya menghubungkan Dumai lewat jaringan radial. Dari Central Duri dan Duri terhubung ke pusat beban, yaitu Batang, Sintong, Bangko, Nella, Pinang, S. Balam, Menggala, Rokan, Pematang Main (Petani, Rangau, Pematang) (Gambar 1.3).

(8)

8 1.1.5 Kasus: Hazard of Motion pada 115kV Transmission Line

PT. Chevron Pacific Indonesia memiliki jaringan listrik tegangan 115kV yang tersebar untuk jalur transmisi suatu daerah ke daerah lain. Jalur transmisi merupakan line penghubung antara trafo pembangkit ke substation, trafo pembangkit ke switching yard, dan antar switching yard. Line 115kV pada umumnya berdampingan dengan jalan umum lalulintas padat. Line yang beriringan dengan jalan umum lalulintas padat memiliki risiko yang tinggi terhadap hazard of motion (bahaya pergerakan).

Banyak terjadi kasus Double pole yang tertabrak. Salah satu kecelakaan terjadi pada tanggal 12 September 2014 adalah struktur transmisi 115kV Batang-Sintong, Ujung Tanjung, Bangko.

Foto yang menggambarkan situasi Double pole STG 52 sesaat setelah terjadi kecelakaan dapat dilihat pada Gambar1.4.

Gambar 1. 4 Kondisi Sesaat Double pole STG 52 Tertabrak

(9)

9 Tiang bawah pada struktur Double pole menerima beban impak dalam ukuran yang cukup besar (Kendaraan truk berat maksimum 30 Ton), yang diperkirakan memiliki kecepatan maksimum 60 km/jam. Hal tersebut mengakibatkan melengkungnya double pole bagian bawah, berdampak juga pada struktur atas (cross arm) pada suatu double pole.

Foto hasil survei lapangan yang menggambarkan perubahan situasi cross arm setelah terjadi tabrakan dapat dilihat pada Gambar 1.5 dan Gambar 1.6. Struktur cross arm pada kondisi normalnya dapat dilihat pada Gambar 1.7.

Gambar 1. 5 Cross Arm Akibat Struktur Bawah yang Melengkung 2

(10)

10 Gambar 1. 7 Struktur Cross Arm pada Kondisi Normal

I.1.6 Peranan Struktur Transmisi STG 52

Peranan suatu struktur transmisi sangat dipengaruhi oleh seberapa strategisnya letak dari struktur transmisi tersebut. Sudah disebutkan sebelumnya bahwa STG 52 berada pada Line Batang-Sintong. Diagram yang menggambarkan posisi dari double pole STG 52 dapat diilustrasikan sebagai berikut.

Gambar 1. 8 One Line Diagram

Gambar 1.8 menggambarkan STG 52 merupakan penghubung daya yang berasal dari Central Duri (CD) dan North Duri (ND) sampai Gardu Sintong yang diteruskan ke Gardu Bangko, Gardu Nella, Gardu Pinang, dan Gardu Balam. Kondisi lapangan saat ini Gardu Menggala dan Ketigul mendapat asupan daya melalui Gardu Sintong,

(11)

11 sehingga line Batang-Sintong merupakan line satu-satunya yang menyediakan asupan daya untuk keenam gardu tersebut.

Adapun 2 (dua) area produksi yang memakai asupan daya tersebut adalah Area Produksi Bangko dan Area Produksi Balam. Tabel 1.1 tersedia data terkait produksi minyak per hari untuk setiap area produksi pada Sumatera Light Oil:

Tabel 1. 1 Produksi Sumatra Light Oil berdasarkan Area Daerah Operasi Rata-Rata Produksi

(barrel / hari) Minas Area 1 14,847 Minas Area 2 7,326 Minas Area 3 9,700 Minas Area 4 7,016 Minas Area 5 7,426 Minas Area 6 4,915 Petapahan Kotabatak 21,680 Bangko 24,000 Balam 26,000 Bekasap 26,000 Total 148,910

(Sumber: SLO Daily Report) Struktur pada kondisi yang telah tergambarkan sebelumnya sudah tidak maksimal lagi dalam menahan setiap beban yang ada. Kemungkinan terburuknya merupakan kegagalan kedua struktur baja tersebut (struktur bawah ataupun struktur cross arm). Seperti yang diketahui suatu struktur akan gagal dimulai titik terlemahnya.

Pada saat STG 52 mengalami kegagalan struktur, maka yang akan terjadi adalah tidak adanya asupan daya menuju Area Produksi Bangko dan Area Produksi Balam. Tabel 1.1 menyebutkan bahwa Area Produksi Bangko dan Balam mencapai 50.000 barrel per hari. Angka tersebut sekitar 34% dari seluruh produksi Sumatera Light Oil yang dimiliki oleh PT. Chevron Pacific Indonesia.

(12)

12 1.1.7 Departemen OE/HES PT. Chevron Pacific Indonesia

Occupational Excellence/Health, Environment, and Safety (OE/HES) merupakan salah satu kebijakan yang dibuat PT. Chevron Pacific Indonesia untuk menunjang terpenuhinya nilai-nilai dan tujuan perusahaan. PT. Chevron Pacific Indonesia juga turut berperan aktif dalam kebijakan yang menyangkut lingkungan hidup dan lingkungan kerja.

a. Health (Kesehatan)

Dalam hal kesehatan PT. CPI memiliki tanggung jawab untuk menjamin lingkungan secara fisik yang baik sehingga tidak memberikan dampak buruk pada kesehatan.

Bidang yang mendapat perhatian adalah : 1) Penyediaan Air

Air yang dikonsumsi dan air buangan yang dipantau secara kontinu agar aman untuk dikonsumsi atau dibuang.

2) Pengelolaan Sampah

Sampah yang berasal dari bangunan akan dibakar, sampah B3 akan dikirim ke PT. PPLI (Prashada Pemusnah Limbah Indonesia) dan kotoran manusia akan dialirkan ke saluran air buangan domestik untuk selanjutnya diolah di kolam pengelolaan air buangan domestik (sewage pond).

3) Pengawasan terhadap Makanan dan Minuman

Makanan yang terdapat di Mess Hall, Commissary, dan Sanggar Karyawan diperiksa masa kadaluarsanya secara berkala.

4) Pest Control

Pest Control adalah pengendalian terhadap hewan penyebar penyakit dan hewan pengganggu. Selain itu, melakukan penyemprotan berkala untuk pencegahan malaria dan demam berdarah.

b. Environment (Lingkungan)

Bagian environment mengatasi masalah yang menyangkut pencemaran terhadap lingkungan seperti pencemaran tanah oleh tumpahan minyak, buangan minyak ke hutan, pencemaran air produksi yang diijinkan untuk diinjeksi ke dalam tanah.

(13)

13 c. Safety (Keamanan)

Keunggulan Operasi menyatakan bahwa karyawan perlu melaksanakan operasi yang selamat, artinya beroperasi dan memelihara fasilitas perusahaan untuk mencegah cedera, sakit, dan kecelakaan. Operasi yang selamat perlu dilaksanakanpada semua jenis pekerjaan, di semua wilayah operasi perusahaan, setiap saat, dan oleh semua karyawan dan mitra kerja dengan tujuan agar setiap karyawan dapat melaksanakan pekerjaan tanpa kecelakaan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Kegiatan produksi PT. CPI mempunyai risiko yang tinggi karena materi yang diproduksi sangat mudah terbakar sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah cukup besar.

Chevron Pacific Indonesia merupakan salah satu cakupan bisnis dari Chevron IndoAsia Business Unit atau lebih dikenal sebagai IBU. Selain Chevron Pacific Indonesia, Chevron IBU juga mencakup bisnis minyak dan gas serta panas bumi yang terdiri dari Chevron Indonesia Company (Cico), Chevron Makassar Ltd, Chevron Geothermal Indonesia, Chevron Geothermal Salak, Mandau Cipta Tenaga Nusantara, dan Chevron Geothermal Philipines.

Untuk mencapai itu semua, PT. CPI membuat suatu program yang disebut Managing Safe Work (MSW). IndoAsia Business Unit (IBU) harus memiliki pengawasan kerja sistematis dengan pendekatan berbasis risiko untuk memastikan perencanaan, perizinan, pelaksanaan, dan penyelesaian pekerjaan yang memadai dengan melaksanakan proses MSW. Tujuan dari proses MSW adalah untuk mengidentifikasi, menilai dan menghilangkan, mengurangi, atau mengendalikan bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan. Proses MSW memberikan penjelasan tentang identifikasi dan evaluasi bahaya pekerjaan, spesifikasi dari tindakan pengendalian, pengelolaan tindakan tersebut, pengendalian pekerjaan, dan perilaku untuk mendukung kerja yang selamat. Proses MSW merupakan bagian dari Operational Excellence Management System Chevron (OEM). Proses MSW ini berlaku untuk pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan Chevron, delegasinya, kontraktor, maupun subkontraktor.

(14)

14 Proses MSW menguraikan fase perencanaan, perizinan, pelaksanaan dan penyelesaian yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan dengan selamat. IBU merupakan singkatan dari IndoAsia Business Unit. MSW memiliki tiga prosedur, yaitu:

a. IBU MSW Leadership Engagement Procedure yang berisi persyaratan dan prosedur untuk melakukan MSW leadership engagements.

b. IBU Hazard Analysis Procedure yang berisi persyaratan dan prosedur untuk melakukan analisis bahaya (yaitu fase perencanaan analisis bahaya/PPHA, analisis bahaya kerja/JSA dan penilaian bahaya secara individu.

c. IBU Permit to Work Procedure yang berisi persyaratan dan prosedur untuk mengembangkan, menyetujui, menggunakan, memvalidasi ulang dan menutup izin kerja dan/atau rencana kerja

Dan MSW juga memiliki dua belas standar, yaitu: 1. IBU MSW Training and Competency Standard 2. IBU Bypassing Critical Protections Standard 3. IBU Commercial Diving Standard

4. IBU Confined Space Entry Standard 5. IBU Electrical Safe Work Standard 6. IBU Excavation Standard

7. IBU Hot Work Standard

8. IBU Isolation of Hazardous Energy Standard 9. IBU Lifting and Rigging Standard

10. IBU Portable Gas Detection Standard

11. IBU Simultaneous Operations (SIMOPs) Standard 12. IBU Work at Height Standard

Dalam pelaksanaannya OE/HES PT. Chevron Pacific Indonesia mempunyai prinsip “Do it safely or not at all. There is always time to make it right”. Jadi apapun pekerjaan yang dilakukan di dalam lingkungan kerja, harus

(15)

15 dilakukan dengan aman atau tidak sama sekali, dan selalu ada waktu untuk memperbaikinya.

Untuk mengingatkan para pekerja tentang pentingnya keselamatan, maka diwajibkan untuk memasukkan HES moment ke dalam setiap agenda rapat dan mengadakan HES meeting minimal satu kali dalam sebulan.

1.2 Rumusan Masalah

Berlatar belakang hal-hal di atas maka dapat dirumuskan permasalahan berikut ini. 1. Bagaimana alternatif yang tepat dalam mngurangi risiko terjadinya bencana

pada kasus tabrakan struktur transmisi double pole?

2. Apakah struktur pelindung yang ada pada saat ini efektif dan mampu untuk menahan kemungkinan terjadinya kecelakaan? Jika tidak, struktur pelindung yang seperti apa yang sebaiknya dipakai?

1.3 Tujuan Penelitian

Tugas akhir ini sebelumnya membahas mengenai problem solving yang didapatkan dari hasil magang selama tiga bulan di PT. Chevron Pacific Indonesia, namun dikarenakan ada yang disimpulkan secara umum maka dapat disimpulkan sebagai penelitian. Penelitian ini pada umumnya bertujuan untuk lebih memahami pengetahuan tentang mereduksi risiko bencana pada salah satu struktur transmisi double pole yang sejajar dengan jalan umum. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan alternatif yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan pada struktur double pole.

2. Menganalisis pertimbangan yang dilakukan dalam memilih alternatif solusi yang telah dikembangkan.

3. Mengevaluasi serta mendapatkan solusi terhadap struktur pelindung struktur double pole yang ada.

(16)

16 1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pertimbangan dalam memilih alternatif untuk tujuan pengurangan risiko bencana pada struktur transimisi sejenis.

2. Mengetahui salah satu alternatif yang dapat menjadi pilihan pada kasus yang sama di kedepannya.

3. Mendapatkan solusi terhadap permasalahan struktur pelindung yang bermanfaat untuk perusahaan dalam mengurangi risiko terjadinya bencana tabrakan.

1.5 Batasan Masalah dan Asumsi

Beberapa kriteria yang membatasi penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kasus Hazard of Motion pada struktur Transmisi 115 kV STG 52 2. Alternatif yang diberikan berdasarkan kasus tipikal bahaya pergerakan

3. Pemilihan alternatif berdasarkan analisis dampak, biaya dan lama waktu pekerjaan dari masing-masing alternatif.

4. Analisis serta perencanaan menggunakan beban kendaraan dengan konfigurasi sumbu 1.1.22 Suspensi Biasa (30 Ton) yang merupakan kendaraan terberat yang melewati ruas jalan Line Batang-Sintong. Penentuan berat mengacu pada Lampiran (Edaran Departemen Perhubungan Nomor 2 Tahun 2008).

5. Struktur cross arm eksisting sudah rentan mengalami kegagalan struktur. 6. Tata letak terhadap gaya yang bekerja terdiri dari 6 variasi.

1.6 Keaslian Penelitian

Sampai dengan saat ini penelitian tentang reduksi risiko bencana . Namun demikian, sepanjang pengetahuan penulis, adalah penelitian terkait reduksi risiko bencana dengan studi kasus hazard of motion pada jalur transmisi belum pernah dilakukan.

Gambar

Gambar 1. 1 Struktur Organisasi PGT
Gambar 1. 2 Sub Bagian PGT  Reliability Equipment Maintenance (REM)
Gambar 1. 3 GIS Earth Sistem Interkoneksi PT. CPI (Sumber: PGT)
Foto yang menggambarkan situasi Double pole STG 52 sesaat setelah terjadi  kecelakaan dapat dilihat pada Gambar1.4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan majalah Mix yang hasil penelitiannya menyatakan sebagian besar pelanggan Minimarket seperti Indomaret adalah tidak loyal,

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Dari area bisnis yang ada, ditemukan beberapa hal menyangkut permasalahan yang ada, yaitu: (1) Pihak manajemen dalam melakukan perencanaan penjualan dan produksi memperoleh data dari

Hasil uji reliabilitas instrumen variabel motivasi belajar (Y) akan diukur tingkat reliabilitasnya berdasarkan interpretasi reliabilitas yang telah ditentukan pada

tidak dapat mengukur non-perform dari suatu kredit padahal terdapat variabel total loans dalam perhitungan efisiensi; investor di Indonesia masih berorientasi short term

Untuk itu guna mengantisipasi akan adanya kegagalan proses maka PT.XYZ menerapkan Quality management System ISO/TS 16949 dengan tools yang digunakan seperti FMEA (

Terkait dengan hal tersebut di atas, maka telaah kurikulum menjadi salah satu parameter akademik yang senantiasa perlu dilakukan sehingga tingkat kompetensi mahasiswa

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR