• Tidak ada hasil yang ditemukan

DPRD Sulawesi Tengah Dorong Perda Mangrove

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DPRD Sulawesi Tengah Dorong Perda Mangrove"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Fokus

DPRD Sulawesi Tengah Dorong Perda Mangrove

Edisi 9 Maret – Juni 2010

DAFTAR ISI

1 DPRD Sulawesi Tengah Dorong Perda Mangrove 2 DPRD Pohuwato Prioritaskan Perda Pesisir 3 Tumpang Sari: Pengembangan Tambak yang

Ramah Lingkungan

5 Ratusan Anak Pambalowo Menanam Mangrove

5 POKJA Mangrove Pohuwato Lakukan Metedologi Survei

6 Program Teluk Tomini Fasilitasi Kongres Nelayan

6. Pelatihan Metodologi dan Survei Mangrove 7 Pemerintah Bolmong Selatan Canangkan Penanaman Mangrove

8 Umar Pasandre: Menjaga Mangrove, Menjaga Kehidupan Kita

Ke Halaman 2

PARIGI MOUTONG-- Ketua Komisi III (Pembangunan) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tengah Nawawi S Kilat mengatakan akan terus mendorong lahirnya peraturan daerah (Perda) Mangrove Provinsi Sulawesi Tengah. “Perda Mangrove Sulawesi Tengah ini kelak dapat menjadi turunan lahirnya Perda Mangrove di kabupaten,” kata Nawawi saat melakukan diskusi dengan Fasilitator Program Teluk Tomini-SUSCLAM Parigi Moutung Satriyanto Sugeng Bahagya dan Koordinator Program Yayasan Pusaka Uwelutu (YASALU) M Amin Panto.

Menurut Nawawi konsolidasi perlu dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih pengelolaan dan aturan di tingkat provinsi dan kabupaten. Apalagi, sebagian hutan mangrove yang ada di Sulawesi Tengah telah mengalami kerusakan. ”Terdapat 63 persen mangrove di Sulawesi Tengah telah mengalami kerusakan,” katanya.

Karena itu, DPRD Sulawesi Tengah terus menggodok Perda Mangrove. Sebagai langkah awal, di dalam rancangan Perda Mangrove ini akan diperkuat kelembagaannya. Inisiatif Perda Mangrove ini juga bagian dari kunjungan di Balai Mangove Provinsi Bali yang membawahi Indonesia Timur.

Nawawi mengatakan untuk kelembagaan ini akan mengedepankan konsep kolaborasi. Memang hal ini masih menjadi masalah karena terjadi tarik menarik sektoral.Tapi Bappeda adalah lembaga yang tepat untuk mengatur mekanisme kolaborasi.

Pertengahan Januari lalu, DPRD Sulawesi Tengah melakukan pembahasan rancangan Perda Mangrove. Dalam rapat ini muncul perdebatan mengenai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mana yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan mangrove.

Pokja Mangrove

Awal Januari tahun ini Bupati Parigi Moutong Longki Djanggola telah menandatangani surat keputusan Kelompok Kerja (Pokja) Mangrove Parigi Moutong. Sebelumnya, pada 16 Juli 2007, Gubernur Sulawesi Tengah HB Paliudju juga telah mengeluarkan keputusan tentang pembentukan Pokja Pengelolaan Ekosistem Mangrove Provinsi Sulawesi Tengah

.

Tugas Pokja Mangrove ini antara lain merumuskan berbagai kebijakan Pengeloalan Mangrove di Sulawesi Tengah dan melakukan koordinasi dengan instansi terkait serta masyarakat dan dunia usaha. Pokja Mangrove juga bertugas mensosialisasikan dan mengoptimalkan rehabilitasi ekosistem mangrove.

(2)

Fokus

Butuh Kerjasama

Edisi 9

Maret - Juni 2010

Bupati Parigi Moutong Longki Djanggola dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asisten Administrasi Sekretariat Daerah Drs. H.Anwar Yabi mengatakan pelestarian hutan mangrove di pesisir pantai Parimo tidak bisa dilakukan hanya oleh satu lembaga saja. Namun harus dilakukan kerjasama dengan instansi terkait termasuk masyarakat. Peranan Pemerintah, swasta dan masyarakat menjadi bagian terpenting yang tidak terpisahkan dalam upaya pengelolaan lingkungan pesisir dan laut.

Jika hal ini dilakukan secara terpadu, akan memberikan peluang untuk pengelolaan yang efektif dalam menyeimbangkan pelestarian lingkungan dan pemanfaatan secara ekonomi. Tidak menutup kemungkinan ada bentuk-bentuk pengelolaan lain yang lebih aplikatif dan adaptif. “Salah satu bentuk pengelolaaan yang cukup berpeluang memberikan jaminan efektifitas dalam pengimplementasian pelestarian hutan mangrove adalah pengelolaan berbasis masyarakat,” ujarnya ketika membuka workshop Mangrove Action Plan di hotel Gran Mitra Parigi, Senin (29/3).

Bupati mengatakan, kegiatan workshop penting dilaksanakan untuk menindaklanjuti hasil-hasil lokakarnya Pokja Mangrove yag telah dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan workshop merupakan langkah awal bagi Pokja Mangrove dalam meningkatkan pengelolaan sumber daya pesisir secara berkelanjutan. Dalam workshop ini akan diupayakan penyusunan dokumen rencana aksi mangrove yang akan dijadikan acuan bagi Pokja Mangrove untuk mengambil langkah-langkah perbaikan ekosistem mangrove khususnya, dan pesisr pada umumnya. Kegiatan ini merupakan bukti nyata terhadap pelestarian hutan mangrove dan wilayah Teluk Tomini khususnya di Parimo.

“Saya berharap melalui kegiatan ini dapat mendorong lahirnya komitmen para pihak, terutama Pokja dalam melaksanakan pengelolaan hutan mangrove dan sumberdaya pesisir di Kabupaten Parimo secara berkelanjutan,” tandasnya.

Sementara itu, fasilitator workshop Mangrove Action Plan, Satrianto SE mengatakan melalui workshop ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi masyarakat agar mengetahui bagaimana cara melindungi hutan mangrove di pesisir pantai Parimo. “Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan kepada

Pohuwato — DPRD Kabupaten Pohuwato

memprioritaskan peraturan daerah (Perda)

Pengelolaan Pesisir dan pulau-pulau kecil. Anggota

Komisi II DPRD Pohuwato Iwan Abay mengatakan

dalam Ranperda ini salah satu yang cukup penting

menjadi bahasan adalah permasalahan mangrove di

Kabupaten Pohuwato. “Kondisi mangrove sudah

dirusak dan tak bisa dikendalikan,” kata Iwan.

Menurut dia, pengrusakan mangrove di Pohuwato

kebanyakan dialihfungsikan sebagai areal tambak.

Bahkan di Cagar Alam Tanjung Panjang kawasan

mangrove yang rusak sudah 70 persen. Komisi II

DPRD Pohuwato telah menemui Direktur Jenderal

Konservasi (Departemen Kehutanan) untuk

menyampaikan kondisi yang rusak tersebut apakah

bisa ditukar dengan lokasi lain. Namun, belum ada

respon untuk melepas kawasan tersebut. *

DPRD Pohuwato Prioritaskan

Perda Pesisir

Cagar Alam tanjung panjang yang dialihfungsikan sebagai areal tambak di kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo

(3)

Outreach

Tumpang Sari:

Pengembangan Tambak yang Ramah Lingkungan

Edisi 9

Maret - Juni 2010

Ribuan hektare hutan mangrove di pesisir Teluk Tomini terkonversi untuk tambak ikan dan udang. Perluasan tambak yang tidak ramah lingkungan ini, terutama terjadi di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah, serta Kabupaten Pohuwato dan Boalemo Provinsi Gorontalo. Akibat perluasan tambak, kondisi hutan mangrove di Teluk Tomini sebagian rusak berat. Di Parigi Moutong, hutan mangrove yang beralih fungsi sebagai lahan tambak seluas 7000 hektare. Di Kabupaten Boalemo 1500 hektare. Paling dramatis pengrusakan hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato. Dari luasan 25.688,09 hektare, yang mengalami rusak berat 14.017,58 hektare dan rusak 7.546,89 hektare. Pengrusakan mangrove untuk tambak di Pohuwato ikut merambah hingga ke Cagar Alam Tanjung Panjang.

Upaya mempertahankan hutan mangrove yang ada di pesisir

Teluk Tomini perlu terus digalakkan, dibarengi dengan rehabilitasi lahan. Rehabilitasi ini termasuk di areal pertambakan. Kawasan mangrove yang telah dijadikan lokasi tambak dapat dihijaukan kembali melalui model tumpang sari (sylvo-fishery). Model ini sudah dikembangkan di Cikeong Jawa Barat, Pemalang Jawa Tengah dan Aceh.

Di Aceh, untuk menyelamatkan pesisir telah dikembangkan model tumpang sari dengan melakukan penanaman mangrove di sekitar pematang dan bagian dalam tambak. Model ini dikembangkan Wetlands International Indonesia Programme (WIIP) bersama WWF Indonesia melalui proyek Green Coast. Proyek yang didanai Oxfam ini telah memfasilitasi penanaman mangrove sebanyak 856 ribu. “Pengembangan sylvo-fishery telah dilakukan pada luasan areal tambak 157 hektare,” kata Project Coordinator Green Coast Indonesia I Nyoman N. Suryadiputra.

Sejak 1980-an, di Aceh, terjadi alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak. Pengrusakan hutan mangrove ini salah satunya karena merebaknya bisnis udang. Kondisi seperti ini menyebabkan lanskap pesisir Aceh menjadi rentan terhadap bencana. Ketika terjadi tsunami pada Desember 2004, pematang tambak hancur dihantam gelombang tsunami. Kolam tambak terisi lumpur, bahkan pemukiman hancur dihantam tsunami. Bila hutan mangrove masih memadai di pesisir, diduga hantaman gelombang tsunami tidak akan menimbulkan kerusakan yang parah.

Pada Oktober 2005, Green Coast mulai memperkenalkan model sylvo-fishery. Model ini merupakan pengembangan tambak yang ramah lingkungan dengan perpaduan hutan (sylvo) dan budidaya perikanan (fishery). Model penghijauan tambak ini tak hanya bermanfaat bagi lingkungan. Efek model tumpang sari dapat membuahkan nilai ekonomi.

(4)

WARTA TELUK TOMINI

dipublikasi Program Teluk Tomini (SUSCLAM). Penasehat Teknis Rita

Lindayati, Koordinator Program Teluk Tomini : Rahman Dako Informasi dan Komunikasi : Ramang H. Demolingo.

Administrasi : Eva Wirna Razak. Keuangan : Ismail. Isi tulisan dan fotografi : Tim Program Teluk Tomini. Alamat Kantor

Program Teluk Tomini Jl. Makassar No. 40 Kelurahan Dulalowo, Kotamadya Gorontalo 96112, Indonesia. Telpon / faks

0435-830945. Email: admin@teluktomini.org. Website: http://www.teluktomini.org.

Outreach

Edisi 9

Maret - Juni 2010

Silvo-fishery pond- cikeong, West Java

Menurut Nyoman dengan penerapan model tumpang sari konstruksi tambak akan menjadi kuat. Akar mangrove akan mengikat tanah, sehingga pekerjaan membuang lumpur tambak secara periodik tak perlu dilakukan. Pematang yang ditumbuhi mangrove akan membuat nyaman pejalan kaki karena ada rimbunan tajuk tanaman.

Lebih penting lagi, akan ada peningkatan keanekaragaman hayati. Lokasi yang ditumbuhi mangrove akan memicu pertumbuhan bibit ikan alami dan kepiting. Selain itu, daun tanaman mangrove dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, terutama kambing.

Nyoman menjelaskan bahwa tambak yang ramah lingkungan akan mencegah erosi pantai dan instrusi air laut. Kualitas air tambak akan terjaga karena fungsi perakaran mangrove yang mampu menyerap limbah padat dan mikroba. Adanya tumbuhan mangrove akan mengurangi dampak bencana alam, seperti badai dan gelombang air pasang.

Dalam skala yang lebih luas, dengan pengembangan model pertambakan sylvo-fishery ini akan menciptakan sabuk hijau di pesisir (coastal green belt). Keberadaan sabuk hijau akan melindungi aset negara dan individu, serta ikut mendukung program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim global. “Peran tumbuhan mangrove akan menangkap dan mengikat CO2 (karbondioksida) dari atmosfir dan melindungi pemukiman dari kecenderungan naiknya muka air

(5)

Aktivitas

Ratusan Anak Pambalowo

Menanam Mangrove

Edisi 9

Maret - Juni 2010

PARIGI – Seratusan anak dibawah usia 15 tahun melakukan aksi penanaman mangrove di Desa Pambalowo Kabupaten Parigi Moutong, minggu (28/3). Penanaman yang berada di kawasan trans nelayan itu melibatkan aktivis lingkungan dari El capitan dan Yayasan Pusaka Uwelutu (YASALU). “Kami sengaja melibatkan anak-anak yang usianya rata-rata 15 tahun ke bawah sebagai bagian dari pengenalan lingkungan terhadap genarasi muda,” ujar Direktur YASALU Hamzah Tjakunu, atau yang akrab disapa Ateng.

Ateng menjalaskan, aksi tersebut juga merupakan kampanye Program Teluk Tomini (SUSCLAM) untuk pengenalan dan kepedulian terhadap keberadaan mangrove. Diharapkan, melalui aksi ini bisa memberikan pengaruh bagi anak-anak yang sejak usia dini mulai menanam dan memelihara mangrove, serta program lingkungan lainnya. Di masa mendatang, anak-anak mempunyai ingatan yang kuat tentang pentingnya menjaga lingkungan.

Di wilayah Teluk Tomini, kata Ateng, keberadaan hutan mangrove hampir setiap hari hilang. Hal ini mengakibatkan abrasi pantai yang akhirnya berdampak pada pemukiman di pesisir pantai. Sering kali kawasan pesisir di landa air pasang yang masuk dan menenggelamkan rumah penduduk. ”Ini terjadi salah satunya karena hilangnya hutan mangrove,” katanya. Kabupaten Parimo memiliki hutan mangrove yang cukup luas. Namun, mangrove ini sebagian telah beralih fungsi. Melalui penanaman mangrove yang dilakukan anak-anak, akan mendekatkan pesan-pesan lingkungan.

Anak-anak sangat antusias selama mengikuti kegiatan ini. “Kami senang sekali karena banyak pohon yang torang tanam,” kata Dangker, salah seorang bocah yang paling banyak menanam bibit mangrove. (mbh)

Pokja Mangrove Pohuwato

Lakukan Pelatihan

Metodologi Survei

Pohuwato — Kelompok Kerja (Pokja) Mangrove Kabupaten Pohuwato melakukan pelatihan metodologi survei ekosistem mangrove. Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari (21—23 Juni) bekerjasama dengan SUSCLAM (Sustainable Costal Livelihoods and Management).

Ketua Pokja Mangrove Iwan Abay mengatakan keberadaan mangrove di pohuwato sudah kritis. Sementara ketergantungan masyarakat pesisir terhadap ekositem mangrove sangatlah besar. Karena itu, Pokja Mangrove mengharapkan kerjasama dengan lembaga atau pun instansi lain dalam melakukan survei.

Menurut Iwan, terkait dengan kasus pengrusakan mangrove di Cagar Alam Tanjung Panjang komisi II DPRD Pohuwato akan membentuk Pansus (Panitia khusus). Pembukaan lahan tambak dalam skala besar telah menghancurkan ekosistem yang ada di kawasan cagar alam ini.

Menurut Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara & Gorontalo Untung Suprato, perlu adanya pemahaman bagaimana ekosistem yang baik. Untuk itu, sosialisasi pemahaman lingkungan harus didukung dengan kegiatan pendapatan ekonomi dan pemberdayaan pesisir. Terutama bagi masyarakat di kawasan Teluk Tomini.

Pelatihan metodologi survei mangrove ini difasilitasi ahli mangrove dan dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat Dr Rignolda Djamaludin. Rignolda memberikan materi pemahaman tentang berbagai jenis mangrove serta biota yang ada di daerah Pohuwato.

Hadir dalam kegiatan ini instansi pemerintah, perwakilan masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Instansi yang berperan dalam Pokja Mangrove antara lain Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pohuwato, Bappeda, Dinas Kehutanan, Polisi Perairan, Dinas Pertanian, serta Dinas Perhubungan dan Pariwisata. *

(6)

Aktivitas

Edisi 9

Maret - Juni 2010

Program Teluk Tomini

Fasilitasi Kongres Nelayan

TILAMUTA – Program Teluk Tomini (SUSCLAM, Sustainable Costal Livelihoods and Management) memfasilitasi kongres nelayan di Desa Pentadu Timur, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo. Kongres ini dibuka Wakil Bupati La Ode Haimudin. Menurut Haimudin Teluk Tomini memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar. Dengan potensi ini, menjadi tantangan besar adalah eksploitasi yang tidak terkendali. Meskipun data dan penelitian resmi mengenai hal ini belum ada, tetapi indlikator di lapangan menunjukan kondisi seperti itu.

Jika demikian, menurut Haimudin, akan berimplikasi pada tingginya angka kemiskinan masyarakat nelayan di sekitar Teluk Tomini. Dengan persoalan ini makin mempertegas pentingnya gerakan untuk membentuk satu wadah yang bisa menampung aspirasi nelayan. Solidaritas nelayan yang terorganisir dalam bentuk organisasi yang kuat bisa menjadikan masyarakat lebih mandiri.

Karena itu, melalui Kongres Nelayan Teluk Tomini diharapkan bisa menciptakan' kesepahaman dalam menggalang kebersamaan bagi komunitas nelayan. "Saya memberikan apresiasi kepada SUSCLAM yang telah menyelenggarakan kongres nelayan Teluk Tomini, dan mudah-mudahan dengan kongres ini bisa menciptakan kesepahaman dan solidaritas antar komunitas nelayan, serta bisa membentuk organisasi nelayan yang lebih kompetibel,” kata Haimudin seperti dikutip Gorontalo Post, Kamis (25/6).

Kongres ini dihadiri berbagai utusan nelayan di kabupaten Boalemo. Tujuan kegiatan ini untuk menciptakan kesepahaman bersama tentang kondisi yang dialami komunitas nelayan, khususnya yang ada dikawasan Teluk Tomini. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat menggalang solidaritas antar komunilas nelayan. *

Sumber: Gorontalo Post, Jumat, 25 Juni 2010.

Molibagu — Pelatihan metodologi dan survei mangrove dan monitoring partisipatif berlangsung di Molibagu, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara. Pelatihan ini difasilitasi ahli mangrove dan Dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat Dr Rignolda Djamaluddin. Pelati-han dimulai 1 Juni hingga 3 Juni lalu.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Dr Surya Darwisito MSc, mengatakan ekosistem mangrove sangat penting buat kita yang berada di sepanjang garis pantai Teluk Tomini. Secara total Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki garis pantai 249 kilometer. “Mangrove adalah daerah perlindungan dari abrasi,” katanya.

Menurut Surya, Program SUSCLAM di Bolaang Mongondow Selatan langsung berhadapan dengan masyarakat. SUS-CLAM juga telah melakukan pembekalan pada kurikulum khususnya materi Lingkungan Hidup. Ini merupakan segi positif yang baik buat daerah baru seperti Kabupaten Bo-laang Mongondow Selatan.

Khusus untuk Dinas Kelautan dan Perikanan, menurut Surya, akan dibuat daerah perlindungan laut (DPL). DPL akan segera direalisasikan untuk konservasi lingkungan mangrove. “Dalam waktu dekat akan diusulkan Peraturan Daerah dalam bentuk draft untuk pengawasan laut sendiri,” kata Surya.

Kegiatan pelatihan metodologi survei ini dihadiri Koordina-tor SUSCLAM Rahman Dako, FasilitaKoordina-tor Kabupaten, anggota kelompok kerja mangorve dan perwakilan nelayan.

Metode yang diberikan fasilitator dalam pelatihan ini antara lain: pengetahuan tentang mangrove, seperti tempat hidup mangrove, jenis mangrove yang ada di Bolaang Mongon-dow Selatan. Selain itu, bagaimana cara membedakan jenis mangrove, perkembangan mangrove dan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove. Setelah pe-latihan, dilanjutkan dengan survei lapangan. Melalui survei diharapkan dapat menghasilkan data yang akurat tentang luasan dan kondisi mangrove di Bolaang Mongondow Sela-tan. *

Pelatihan Metodologi dan

Survei Mangrove

(7)

Aktivitas

Edisi 9

Maret - Juni 2010

Dudepo – Pemerintah daerah Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) Selatan bersama masyarakat mencanangkan penanaman mangrove di Desa Dudepo. Bupati Bolmong Selatan yang diwakili Sektretaris Daerah Drs Gunawan Lombu, S.Pd bersama sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ikut terlibat dalam penanaman ini. ”Hutan bakau atau hutan mangrove perlu dipertahankan keberadaannya,” kata Bupati dalam sambutan tertulis yang dibacakan Gunawan, Selasa, (11/5).

Menurut Bupati, serasah atau daun mangrove menghasilkan cukup banyak unsur hara. Unsur hara ini menjadi sumber makanan ikan. Mangrove yang tumbuh menjadi tempat bertelur ikan. Kalau kita tidak bisa menjaga hutan bakau, besar kemungkinan akan kehilangan potensi produksi ikan.

Melalui kegiatan pencanangan penanaman mangrove, kata Bupati, akan memberi pelajaran kepada kita semua bahwa mangrove perlu dipertahankan. Hal ini karena berhubungan dengan ikan yang ditangkap nelayan. Ikan hasil tangkapan akan dikonsumsi sebagai protein bagi tubuh kita.

Penting diketahui bahwa posisi Kabupaten Bolmong Selatan berada di wilayah Teluk Tomini yang memiliki berbagai potensi. Wilayah perairan laut Bolmong Selatan menghasilkan cukup banyak ikan. Selain di pesisir dan laut, di daratan pun potensinya cukup beragam. “Tantangan bagi kita semua di kabupaten ini adalah bagaimana mampu mengoptimalkan potensi sumberdaya yang tersedia untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan benar tanpa harus merusak,” ujar Bupati.

Bupati menjelaskan ketika kita kehilangan hutan bakau yang menjadi ancaman adalah abrasi pantai dan bahaya tsunami. Abrasi dan tsunami merupakan bencana yang dapat mengancam yang hidup di pesisir. Untuk itu, perlu dilakukan rehabilitasi hutan bakau dengan cara menanam kembali. Hanya dengan menjaga dan menanam kawasan yang rusak, yang ada di pesisir pantai Bolmong Selatan akan merasa aman dari bencana laut.

Setelah melakukan pencanangan penanaman mangrove, Sektretaris Daerah Gunawan Lombu meresmikan kantor Pokja Mangrove. Dilanjutkan dengan penyerahan bantuan mesin katinting dari program SUSCLAM kepada 20 orang perwakilan dari masyarakat Desa Dudepo dan Duminanga. Acara ini dihadiri Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Dr. Surya Darwisito MSc, Kepala Dinas Peindustrian, Perdagangan dan Koperasi Achmad Gobel, SH serta Kepala Desa Dudepo Haniko Hurudji bersama masyarakat Desa Dudepo dan Duminanga.

Sebelum kegiatan ini, selama dua minggu wakil warga Desa Dudepo dan Duminanga telah mengikuti pelatihan kerajinan meubel bambu. Pemanfaatan bambu untuk dibuat tempat duduk (kursi) sangat menarik. Sebab, Bolmong Selatan kaya akan bambu. Di Bolmong Selatan, bambu hanya dimanfaatkan sebagai rakit, pagar halaman rumah dan dego-dego. “Ternyata bambu bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi satu kerajinan yang memiliki harga,” ujar Bupati.

Kepala Dinas Peindustrian, Perdagangan dan Koperasi Achmad Gobel mengharapkan peserta yang telah mengikuti pelatihan kerajinan meubel bambu bisa menjadi pengrajin di desanya.*

Pemerintah Bolmong Selatan Canangkan

Penanaman Mangrove

(8)

Profil

Edisi 9

Maret - Juni 2010

Umar Pasandre:

Menjaga Mangrove, menjaga kehidupan kita

Upaya melakukan penyadaran lingkungan tak henti-henti dilakukan Umar Pasandre. Dengan motivasi dan tekad yang kuat, ayah dari dua putri ini, selalu mendiskusikan ancaman-ancaman bila terjadi pengrusakan lingkungan. Khususnya penanaman mangrove, Umar melakukan kegiatan ini secara swadaya dan bersama organisasi Fo-rum Pemuda Pelajar Bajo di Desa Torosiaje dan Torosiaje Jaya, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato.

Di Desa Torosiaje telah dilakukan penanaman mangrove pada luasan 20 hektar dengan jumlah bibit yang di tanam kurang lebih 40.000 propagule/pohon. Kegiatan ini di-fasilitasi JAPESDA (Jaring Pengelola Sumberdaya Alam) dan Program Teluk Tomini (SUSCLAM).

Dengan ketekunan ini, Umar yang lahir di Desa Torosiaje 14 April 1969, masuk sebagai salah satu nominasi penghargaan SUMO (Suharso Monoarfa) AWARD. Umar terpilih menjadi salah satu tokoh desa dan tokoh masyara-kat yang peduli lingkungan mewakili Desa Torosiaje Jaya. SUMO AWARD merupakan salah satu yayasan yang setiap 2 (dua) tahun memberikan penghargaan kepada para to-koh desa, toto-koh pejuang guru dan masyarakat yang telah mengabdi kurang lebih 20 tahun di daerah terpencil khususnya di Propinsi Gorontalo.

Umar yang menikah dengan Neti Kaba, sejak 1987 men-gabdikan dirinya dalam kegiatan–kegiatan yang berhubun-gan denberhubun-gan kepentinberhubun-gan masyarakat desa, baik masalah ekenomi, pendidikan, sosial budaya serta masalah ling-kungan. Semua ini dilakukan tanpa dorongan siapapun. Dalam menangani masalah lingkungan, di Desa Torosiaje mulai terancam alih fungsi lahan mangrove yang di jadi-kan tambak, bahan bangunan dan kayu bakar. Dengan berbagai permasalahan itu, Umar mengambil langkah– langkah dengan melakukan sosialisasi dan memberikan pemahaman pada masyarakat terkait dengan fungsi dan manfaat tanaman mangrove bagi kehidupan masyarakat pesisir.

Menurut Umar, menjaga mangrove sama halnya dengan menjaga kehidupan kita. Ke depan semua pihak bersama– sama menjaga dan melestarikan sumber daya alam untuk anak cucu nanti.

Referensi

Dokumen terkait

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik

Jadi, semakin banyak pemesanan reguler yang harus dilakukan setelah pemesanan spesial, maka biaya yang harus ditanggung oleh buyer semakin besar, sehingga untuk

Meskipun ahli sosiolinguistik (juga ahli linguistik antropologi) secara rutin menggunakan terma ‘bahasa’, secara umum,banyak penelitian sosiolinguistik pada empat dekade

Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu, dia berkata bahwa telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW melakukan shalat bersama-sama dengan orang

Konsumen dalam sistem berfungsi untuk proses input data konsumen dan data ulasan dan konsumen dapat memberikan ulasan terhadap perusahaan sesuai yang diinginkan Admin dalam

Sesuai pengamatan peneliti tentang kurangnya respon siswa terhadap materi yang diajarkan dan motivasi belajar siswa di kelas yang tidak dapat dimaksimalkan oleh

Dari uraian diatas penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh rasio profitabiltas dalam hal ini adalah Rasio ROA, ROE dan NPM Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang

peserta didik tamatan madrasah ibtidaiyah dengan tamatan sekolah dasar pada bidang studi aqidah akhlak di MTs Negeri Gowa Kabupaten Gowa diperoleh hasil penelitian t 0 , yaitu