• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Terapi Penggunaan Obat Gangguan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Di Klinik Psikiatri Rs X Di Kediri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Terapi Penggunaan Obat Gangguan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Di Klinik Psikiatri Rs X Di Kediri"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Terapi Penggunaan Obat Gangguan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Di Klinik Psikiatri Rs X Di Kediri

,Elly Megasari, Elly Rakhmawati

Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri, Jawa Timur

Email : ellymegasari@unik-kediri.ac.id

Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak, fungsi normal kognitif, emosional, dan tingkah laku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Terapi Penggunaan Obat Gangguan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia di Klinik Psikiatri RS X Kota Kediri.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif retrospektif dengan populasi dan sampel seluruh rekam medis pasien Skizofrenia di Klinik Psikiatri RS X Kota Kediri bulan Januari-Mei 2018, dengan teknik pengambilan sampling adalah random sampling.

Hasil penelitian sebagian besar pasien gangguan jiwa yang berdiagnosa skizofrenia berjenis kelamin laki-laki sebanyak 64 pasien (67%). Diagnosa skizofrenia terbanyak terdapat pada skizofrenia paranoid sebanyak 50 pasien (53%). Terapi obat yang diberikan pasien skizofrenia yang paling banyak digunakan adalah golongan antipsikotik atipikal yaitu sebanyak 57 pasien (60%). Kepatuhan minum obat pasien skizofrenia sebagian besar patuh minum obat sebanyak 86 orang responden (91%).

(2)

PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional. Berdasarkan UU Nomor 18 tahun 2014 kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu

memberikan kontribusi untuk

lingkungannya. Prevalensi penduduk Indonesia yang mengalami gangguan jiwa berat adalah 4,6% dan mengalami gangguan jiwa emosional adalah 11,6%. Penderita gangguan jiwa emosional yang dialami masyarakat di Jawa Timur berkisar 2,3% dan gangguan jiwa berat 4,7% dari jumlah penduduk 1.266.424 ( Depkes RI, 2017).

Salah Satu penyakit gangguan jiwa yang sering dialami seseorang adalah skizofrenia yang merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir yang tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta adanya gangguan fungsi psikososial (Ikawati, 2015). Penderita skizofrenia ditandai dengan gejala seperti

bunuh diri, gangguan fisik, masalah penglihatan dan gigi, tekanan darah tinggi dan penyakit yang ditularkan secara seksual (Arif, 2016). Pemilihan terapi yang tepat pada pasien skizofrenia akan mempengaruhi kesembuhan pasien apabila mendapatkan pelayanan kesehatan rasional Penatalaksanaan terapi skizofrenia menggunakan terapi farmakologi dengan menggunakan antipsikotik dan terapi non farmakologi. Pengobatan dikatakan rasional apabila memenuhi kriteria yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat indikasi, dan sesuai kebutuhan dalam jangka waktu yang tepat dan dengan biaya yang terjangkau (WHO, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh di RS X di Kediri pada Januari-Mei 2018 yang berobat di Klinik Psikiatri jumlah penderita gangguan jiwa sebanyak 2119 orang dengan perincian Skizofrenia 2051 orang dan Depresi 68 orang. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Terapi Penggunaan Obat Gangguan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia di Klinik Psikiatri RS X di Kediri.”

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode observasi dengan teknik penggumpulan data menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data restrospektif dari resep

(3)

rawat jalan Juli - Desember tahun 2018. Pasien BPJS dengan diagnosa skizofrenia yang melakukan kunjungan di Poli Psikiatri RS X Kota Kota Kediri bulan Januari-Mei 2018. Kriteria inklusi pada penelitian ini Pasien BPJS dengan diagnosa skizofrenia yang mendapatkan obat gangguan jiwa periode Januari-Mei 2018, Pasien skizofrenia yang berusia 20-50 tahun, Pasien yang bersedia menjadi responden. Kriteria Eklusi pada penelitian ini pasien umum yang melakukan kunjungan ke Poli Psikiatri RS X di Kediri, Pasien anak-anak, Pasien dengan usia >50 tahun. kemudian di analisa gambaran terapi kesesuaian pasien dalam penggunaan obat Psikosis di Poliklinik RS X di Kediri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Pasien Poliklinik RS X di Kediri pada Januari-Mei 2018sebanyak 2051 pasien kemudian dihitung perhitungan dari rumus Yamane didapatkan perolehan sampel sebesar 95 orang responden yang mewakili populasi.

Gambar 1. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Gangguan Jiwa skizofrenia

di Klinik Psikiatri RS X di Kediri

Distribusi jenis kelamin pasien gangguan jiwa yang berdiagnosa skizofrenia di Klinik Psikiatri RS X di Kediri pada periode Juli-Desember 2018 didominasi oleh pasien dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 64 pasien (67%) dan pasien dengan jenis kelamin perempuan sebesar 31 pasien (32%) dapat dilihat dari gambar 1. Laki- laki pada dasarnya lebih sulit mengontrol emosi dan tingkat emosinya lebih tinggi

dibandingkan perempuan, yang

disebabkan adanya efek neuroprotektif / pelindung sel saraf dari hormon perempuan dan laki-laki cenderung lebih besar mengalami trauma di kepala. Hormon perempuan yang berperan sebagai neuroprotektif / pelindung neuron (sel saraf) adalah hormon estrogen (Mueser & Dilip, 2008). Hasil serupa pada penelitian Naafi, dkk (2016) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan di Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang. Laki- laki pada dasarnya lebih sulit mengontrol emosi dan tingkat emosinya lebih tinggi

dibandingkan perempuan, yang

disebabkan adanya efek neuroprotektif/ pelindung sel saraf dari hormon perempuan dan laki-laki cenderung lebih besar mengalami trauma di kepala.

Dari data penelitian terdapat 95 pasien kemudian dikelompokkan berdasarkan kelas usia dapat dilihat pada

(4)

gambar 2. Hasil perolehan terbanyak pada usia 20-35 tahun yaitu sebesar 49 pasien (52 %) dan paling sedikit pada usia 46-50 tahun 9 pasien (9 %) . Usia 20-35 tahun merupakan masa transisi untuk penyesuaian diri terhadap kehidupan dan kurang mampu mencapai kematangan dalam hidupnya. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Aryani, dkk (2016) di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Usia 20-35 tahun merupakan masa transisi untuk penyesuaian diri terhadap kehidupan dan kurang mampu mencapai kematangan dalam hidupnya. Keadaan ini disebabkan adanya banyak masalah yang dihadapi dan tidak mampu mengatasi masalahnya. Menghadapi masalah tersebut seseorang cenderung ragu meminta pertolongan dan nasehat orang lain karena tidak mau dianggap belum dewasa sehingga menyebabkan stres (Savioli, 2009). Faktor pencetus stres adalah masalah dengan keluarga atau teman kerja, pekerjaan yang terlalu berat atau beban tanggung jawab yang besar hingga masalah ekonomi dapat mempengaruhi perkembangan emosional. Stres dapat menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi neurotransmintter glutamat pada sistem limbik sehingga

menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan neurotransmitter. Ketidakseimbangan neurotransmitter

glutamat dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia (Kaplan, dkk, 2010).

Gambar 2. Distribusi Usia Pasien Gangguan Jiwa skizofrenia

di Klinik Psikiatri di RS X di Kediri

Gambar 3. Data karakteristik pasien Skizofrenia di klinik psikiatri RS X di

Kediri

Pasien gangguan jiwa yang berdiagnosa skizofrenia di klinik psikiatri RS X di Kediri periode Januari-Mei 2018 adalah sebesar 95 pasien dimana diagnosa skizofrenia terbanyak terdapat pada skizofrenia paranoid sebanyak 50 pasien (53%) dan yang paling sedikit yaitu skizofrenia residual sebanyak 8 pasien (8%). Terapi obat yang diberikan pasien skizofrenia di klinik psikiatri RS X di periode Juli-Desember 2018 adalah golongan antipsikotik tipikal, antipsikotik

(5)

atipikal dan kombinasi antipsikotik tipikal dan atipikal. Golongan terapi obat pasien skizofrenia yang paling banyak digunakan adalah golongan antipsikotik atipikal yaitu sebanyak 57 pasien (60%) dibandingkan dengan antipsikotik tipikal sebanyak 3 pasien (3%) Hasil sama juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Yulianty, dkk (2017) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe skizofrenia paranoid paling banyak diderita sebanyak 31 pasien (52,5%). Hal berbeda juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Aryani, dkk (2016) di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa kategori pengobatan yang paling banyak adalah pengobatan golongan antipsikotik tipikal (56,79%), golongan antipsikotik atipikal (3,7%) dan kombinasi tipikal dan atipikal (39,5%).

Golongan antipsikotik atipikal terdiri dari beberapa obat yaitu Quatiapine XR 200mg, 300mg, dan 400mg, Risperidone 2mg, Clozapine 25mg, dan 100mg, Olanzapine 5mg, dan 10mg. Pasien yang paling banyak menerima terapi obat Quatiapine XR yaitu 197 pasien (23%). Quatiapine merupakan obat yang bekerja dalam sistem saraf pusat neurotransmiter yaitu memblokade reseptor dopamin dan serotonin.

Quatiapine mempunyai ikatan lemah pada reseptor D2. Kelebihan obat Quatiapine dibentuk dalam sediaan Extended Released yaitu obat yang diformulasikan khusus agar bahan aktif dilepaskan dari sediaan secara bertahap, terkendali atau dalam waktu panjang atau lama sehingga dapat mengurangi pemakaian obat beberapa kali dalam sehari. Obat ini efektif untuk terapi pada pasien skizofrenia dan bipolar.

Dari hasil kesesuaian pemilihan terapi obat pasien skizofrenia yaitu terdapat terapi yang tidak sesuai karena pemberian obat trihexyphenidil dikombinasikan dengan golongan antipsikotik atipikal atau tipikal. Obat trihexyphenidil bekerja untuk mengurangi efek samping dari terapi gangguan jiwa khususnya skizofrenia yaitu mengurangi rasa gemetar yang berlebihan. Kesesuaian pemilihan obat menggunakan panduan buku ISO Farmakoterapi. Kesesuaian pemilihan obat, dosis, frekuensi dan rute pemberian tidak tersedia di dalam Formularium RS X Kota Kediri yang didalamnya hanya berisi nama obat yang tersedia di dalam Rumah Sakit dan setiap dokter diharuskan meresapkan sesuai dengan Formularium Rumah Sakit dan Formularium Nasional.

Dukungan dari keluarga akan menimbulkan kepercayaan diri untuk menghadapi atau menjaga penyakitnya dengan baik serta pasien mau menuruti

(6)

saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang penyembuhan penyakitnya. Peran keluarga sangat penting untuk membantu pasien bersosialisasi kembali, menciptakan kondisi lingkungan yang baik, dan menghargai serta membantu pemecahan masalah pribadi pasien. Secara emosional pasien merasa lega dan senang karena merasa diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya, merasa dihargai dan disayangi oleh keluarga.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 95 pasien gangguan jiwa yang berdiagnosa skizofrenia di klinik psikiatri RS X Kediri periode Januari-Mei 2018, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian sebagai berikut :Sebagian besar pasien gangguan jiwa yang berdiagnosa skizofrenia berjenis kelamin laki-laki sebanyak 64 pasien (67%) dan pasien dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 31 pasien (32%).

1. Diagnosa skizofrenia terbanyak terdapat pada skizofrenia paranoid sebanyak 50 pasien (53%) dan yang paling sedikit yaitu skizofrenia residual sebanyak 8 pasien (8%). 2. Terapi obat yang diberikan pasien

skizofrenia di klinik psikiatri RS X Kota Kediri periode Juli-Desember 2018 adalah golongan antipsikotik

tipikal, antipsikotik atipikal dan kombinasi antipsikotik tipikal dan atipikal. Golongan terapi obat pasien skizofrenia yang paling banyak digunakan adalah golongan antipsikotik atipikal yaitu sebanyak 57 pasien (60%) dibandingkan dengan antipsikotik tipikal sebanyak 3 pasien (3%).

3. Kesesuaian pemilihan obat menggunakan panduan buku ISO Farmakoterapi. Kesesuaian pemilihan obat, dosis, frekuensi dan rute pemberian tidak tersedia di dalam Formularium RS X di Kediri yang didalamnya hanya berisi nama obat yang tersedia di dalam Rumah Sakit dan setiap dokter diharuskan

meresepkan sesuai dengan

Formularium Rumah Sakit dan Formularium Nasional..

DAFTAR PUSTAKA

Arif, 2016, Psikologi Positif: Pendekatan

Saintifik Pada Pasien

Skizofrenia. Jakarta:P PT

Gramedia.

Aryani, F., Sari, O., 2016, Gambaran Pola Penggunaan Antipsikotik pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tamapn Pekanbaru. Jurnal Manajemen dan

Pelayana Farmasi, vol 6 (1):

35-40.

Departemen Kesehatan RI. 2017, Pedoman

Upaya Peningkatan Mutu

Pelayanan Rumah Sakit di

(7)

Ikawati, 2015, Penatalaksanaan Terapi

Skizofrenia. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Kaplan H. I., Sadock B. J., Greb Jack. (2010), Sinopsis Psikiatri Jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mueser, K.T., Dilip, V.J. (2008), Clinical Handbook Of Schizophrenia. The Guilford Press, New York.

Naafi, M. A., Perwitasari, A. D., & Darmawan, E., 2016, Kepatuhan Minum Obat Pasien Rawat Jalan Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang,

Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi, vol

4(2) 7-12.

Savioli, W.K., 2009, The Relationship Between Perceived Stress abd Smoking: Focus on Schizophrenia

and Comparative Sub-Groups Diagnosed with Mental Illness, Cleveland State University.

WHO, 2014, World Health Statistic. http://www.tempo.co.id/medika/ars ip/032002/html. Diakses tanggal 20 Desember 2019

Yulianty, D. M., Cahaya, N., Srikartika., & M, V. (2017). Studi Penggunaan Antipsikotik dan Efek Samping pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Kalimantan Selatan. Jurnal Sains

Farmasi & Klinis, vol 3(2):

153-164.

Gambar

Gambar 1. Distribusi Jenis Kelamin Pasien  Gangguan Jiwa skizofrenia
gambar 2. Hasil perolehan terbanyak pada  usia  20-35  tahun  yaitu  sebesar  49  pasien  (52 %)  dan  paling  sedikit  pada  usia  46-50  tahun  9  pasien  (9  %)

Referensi

Dokumen terkait

The big amount of foreign customers is the measurement of the need to communicate using English as an international trading language. The personnel of Kaban Group Shop, including

Skema Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang

12% of students said they engage in design work; their median salary was $60K, one of the highest salaries by task type for students. This could show that companies are willing

Dengan ditetapkannya perubahan pengesahan pasangan calon kepala daerah Kabupaten Batang sebagaimana tersebut diatas, maka DPP Partai GOLKAR mencabut dan menyatakan

Pada tahap ini, penulis membuat laporan dari penelitian yang berisikan laporan penelitian terhadap masalah-masalah dan solusi yang ada pada objek yang diteliti oleh penulis

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedia Jasa dari Panitia Pengadaan Langsung Jasa Konstruksi Nomor 086/PAN-PL/KONST-DM/2012 tanggal 4 Juli 2012 untuk Pekerjaan Perbaikan

Subjek penelitian ini adalah 17 orang family caregiver kanker, yaitu individu yang merawat anggota keluarga inti yang sedang atau pernah mengidap kanker.. Anggota keluarga yang

Peningkatan nilai rata- rata dari siklus I ke siklus II sebesar 1,00; (3) Terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan