1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION BERBASIS MEDIA KONKRET TERHADAP
KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SD
Ni Luh Rika Apria Dewi1, I Ketut Ardana2, Dr.Mg. Rini Kristiantari3
1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur Tahun Ajaran 2016/2017 yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis media konkret dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Desain penelitian ini adalah Penelitian Eksperimen semu dengan rancangan non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara yang berjumlah 230 orang. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V A SD Negeri 29 Dangin Puri berjumlah 35 orang sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 19 Dangin Puri berjumlah 33 orang sebagai kelompok kontrol. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t. Hasil analisis data diperoleh thitung = 4,13. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 35 + 33 – 2 = 66 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,00, karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima Rata – rata kelompok eksperimen adalah 78,4 lebih besar dari rata –rata kelompok kontrol yaitu 65,1 , maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis media konkret berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Tahun Ajaran 2016/2017.
Kata kunci: Group investigation, media konkret,kompetensi pengetahuan IPA Abstract
The purpose of this study is to determine the significant differences in the mastery of science knowledge competence in grade 5th students at SD Ki Hajar Dewantara cluster East Denpasar in academic year 2016 / 2017 of groups of students who are taught using cooperative learning model of Group Investigation type based on concrete media with groups of students who are taught using conventional learning model The design of this study is a quasi-experimental research with nonequivalent control group design. The population of this study is all students of grade 5th SD Ki Hajar Dewantara cluster East Denpasar, amounting to 230 peoples. Samples were taken by random sampling technique. The sample in this study is the students of grade 5th A SD Negeri 29 Dangin Puri with the number of 35 students as experimental group and grade 5th students of SD Negeri 19 Dangin Puri with 33 students as control group. The data were collected using the test method in the form of a standard multiple-choice objective test. The data obtained were analyzed using the t-test. The result of data analysis is tcount = 4,13. The price then compared with the price of ttable with dk = 35 + 33 - 2 = 66 and the significance level of 5% so that the obtained ttable = 2.00, because tcount > ttable then Ho is rejected and Ha is accepted. The average of the experimental group was 78,4 while the control group was 65,1 So
2
it can be concluded that the application of cooperative learning model of Group
Investigation type based on concrete media has an effect on science knowledge
competence of student in grade 5th SD Ki Hajar Dewantara cluster in academic year 2016/2017.
Keywords : Group investigation, concrete media, science knowledge competence
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah dan luar sekolah yang
bertujuan untuk mengoptimalkan
kemampuan – kemampuan individu agar dapat memerankan peran hidup secara tepat (Teguh, 2014).
Pendidikan berkaitan erat dengan kurikulum. Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam kurikulum terdapat panduan interaksi antara pendidik dan peserta didik. Di Indonesia mulai tahun ajaran 2013/2014 adalah awal diberlakukannya Kurikulum
2013. Kurikulum 2013 adalah
penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal bagi anak yang bertujuan untuk mengembangkan sikap, kemampuan, keterampilan, serta memberikan pengetahuan yang diperlukan untuk hidup di masyarakat. Tujuan tersebut dapat tercapai melalui proses pembelajaran berbagai disiplin ilmu. Salah satu disiplin ilmu tersebut adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). “IPA adalah ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis
melalui eksperimen, penarikan
kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep” (Trianto, 2011:141).
Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara
tersendiri, seperti ajaran kimia, biologi, dan fisika. Sikap dalam pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah. Jadi dengan pembelajaran IPA di SD diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah seperti sikap ingin tahu, percaya diri jujur, tidak tergesa-gesa dan objektif terhadap fakta.
Dalam proses pembelajaran IPA ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah model atau metode pembelajaran. Guru yang dapat dengan tepat memilih serta mengimplementasikan model pembelajaran, akan membuat siswa bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran yang nantinya akan berdampak baik terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan observasi dan
wawancara pada guru kelas V di Gugus Ki Hajar Dewantara, Denpasar Timur, khususnya pada mata pelajaran IPA, dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran hanya berdasarkan buku pegangan sehingga kurang kreatif dan membuat siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran, hal tersebut kurang menantang kemampuan berpikir siswa dan siswa cenderung
merasa bosan sehingga membawa
pengaruh terhadap pencapaian hasil belajarnya. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dapat
membantu siswa dengan cepat
memahami apa yang dipelajari secara
lebih mendalam. Pelaksanaan
pembelajaran di kelas perlu didesain secara kreatif dan inovatif dengan
memperhatikan karakteristik
perkembangan siswa kelas V SD. Dengan permasalahan tersebut kiranya perlu diterapkan inovasi dalam pembelajaran yakni pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi, berpusat pada siswa, memberikan pengalaman belajar, dan relevan dengan kehidupan nyata. Inovasi yang dimaksud yakni dengan
3
menerapkan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis Media Konkret.
Menurut Kurniasih & Sani (2016:71), “model pembelajaran Group
Investigation adalah salah satu bentuk
model pembelajaran kooperatif yang memiliki titik tekan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi atau segala sesuatu mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari.” Penerapan model pembelajaran ini akan didukung dengan media konkret, mengingat usia anak SD masih berada pada tahap operasional konkret. Dengan
memberikan kesempatan melalui
persentuhan dengan benda-benda konkret dalam pengajaran sains, siswa pada tahap operasional konkret memulai untuk
mengorganisasikan penyelidikan,
memahami hubungan sederhana,
menggunakan apa yang mereka ketahui untuk membuat inverensi langsung, dan prediksi serta menggeneralisasi suatu gejala yang sering mereka jumpai.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis Media Konkret adalah model pembelajaran yang memiliki titik tekan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi atau segala sesuatu mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari dan didalamnya diberikan media konkret untuk menunjang pembelajaran. Media atau benda nyata yang membantu pengalaman nyata peserta didik sehingga dapat mempermudah pembelajaran yang telah direncanakan sehingga memberikan rangsangan yang sangat penting bagi siswa untuk mempelajari berbagai hal terutama menyangkut pengembangan
keterampilan tertentu. Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation Berbasis Media Konkret akan
membuat siswa lebih aktif dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal itu karena Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Berbasis Media Konkret menekankan
kepada siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri dengan memberi
permasalahan nyata yang akan
memberikan pengalaman langsung
kepada siswa dalam pemecahannya.
Berdasarkan uraian tersebut, secara teoretis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis Media
Konkret berpengaruh terhadap
Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, tetapi secara empiris perlu dibuktikan melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation Berbasis Media
Kokret terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Tahun Ajaran 2016/2017”.
Berdasarkan pemaparan di atas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara tahun ajaran
2016/2017 yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation Berbasis Media Konkret dan yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (Eksperimen Semu). Menurut Sugiyono (2014:114) “desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak bisa sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.” Hal ini dikarenakan kemampuan peneliti dalam mengamati perilaku siswa sangat terbatas terutama ketika siswa berada di luar sekolah , peneliti juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap perlakuan secara pasti. Desain eksperimen yang digunakan adalah “Nonequivalent control group
design”. Desain penelitian ini digambarkan
4
Gambar 1. Desain Eksperimen (Sumber : Sugiyono, 2014:116) Keterangan :
O1 =Pre-test kelompok
eksperimen sebelum ada perlakuan
O2 =Post-test kelompok
eksperimen setelah ada perlakuan
O3 =Pre-test pada kelompok kontrol sebelum ada perlakuan
O4 =Post-test pada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan
X =Perlakuan (treatment)
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Goup Investigation berbasis media konkret.
Penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis media konkret kepada kelompok eksperimen dan menerapkan pembelajaran konvensional kepada kelompok kontrol. Menurut Dantes (2012:97) “pemberian pre-test biasanya digunakan untuk mengukur equivalensi atau penyetaraan kelompok.” Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini pre test digunakan untuk menyetarakan kelompok. Teknik yang digunakan dalam penyetaraan kelompok adalah dengan menggunakan uji t.Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir eksperimen.
“Polulasi adalah kelompok yang lebih besar jumlahnya dan biasanya yang dipakai untuk menggeneralisasi hasil penelitian” (Setyosari, 2015:221). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V (lima) SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur tahun ajaran 2016/2017, yang terdiri dari 7 kelas dalam 5 SD, setara secara akademik yang memiliki nilai rata-rata tidak jauh berbeda.
Dikatakan setara, karena pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas dari 5 SD yang ada disebar secara merata antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 230 orang.
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2014:118). Dalam melakukan pemilihan sampel penelitian, tidak dapat dilakukan pengacakan individu karena tidak bisa
mengubah kelas yang terbentuk
sebelumnya dan kelas dipilih
sebagaimana telah terbentuk tanpa adanya campur tangan peneliti dan tidak dilakukan pengacakan individu, dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam penelitian sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukan pengacakan individu, maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan random sampling tetapi yang dirandom adalah kelas. Pengambilan sampel secara acak dilakukan dengan undian. Dalam penelitian ini, setiap kelompok memperoleh hak yang sama dan mendapat kesempatan dipilih menjadi sampel. Pengundian untuk memilih dua kelompok yang dijadikan sampel penelitian. Setelah kedua kelompok terpilih kemudian diberikan pre-test. Hasil dari pre-test di uji kesetaran untuk mengetahui tingkat kesetaraan kedua kelompok yang dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sampel pada penelitian ini adalah kelas V SD 19 Dangin Puri dan kelas V A SD Negeri 29 Dangin Puri. Kemudian kedua kelas tersebut diberikan pre-test. Kesetaraan sampel diuji dengan rumus uji-t yakni dengan polled varian dengan kriteria pengujian, jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga kelompok tidak setara. Jika thitung ≤ ttabel,
maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga
kelompok setara. Pada taraf signifikan 5% dengan dk = n1 + n2 -2. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yakni uji normalitas dan homogenitas varians.
O1 X O2
O3
O4O
3-
5
Berdasarkan perhitungan hasil uji normalitas sebaran data nilai pre-test Kelas VA SD Negeri 29 Dangin Puri X2
hitung
= 4,292 dan X2tabel = 11,07 , karena X2
hitung < X2tabel maka data berdistribusi
normal. Sedangkan perhitungan hasil uji normalitas nilai pre-test kelas V SD Negeri 19 Dangin Puri diperoleh X2
hitung = 2,052
dan X2
tabel = 11,07 , karena X2hitung <
X2
tabel maka data berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians data hasil pre-test kompetensi pengetahuan IPA siswa dilakukan dengan menggunakan uji F. Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel ,
maka sampel homogen. Pengujian dilakuakan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2-1. Berdasarkan uji homogenitas varians Fhitung = 1,17 dan
Ftabel 1,82 karena Fhitung < Ftabel maka
data homogen. Dilanjutkan dengan uji kesetaran dengan uji- t. Hasil analisis didapat thitung = 0,3 dan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 -2) = 2,00 Sehingga thitung <
ttabel (0,3 < 2,00). Berdasarkan uji-t
kesetaraan yang telah dilakukan deperoleh bahwa kedua kelompok tersebut setara.
Setelah diketahui kedua kelompok setara, kemudian dilakukan pengundian yang kedua untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengundian yang terpilih menjadi kelompok eksperimen adalah kelas V A SD Negeri 29 Dangin Puri dan untuk kelompok kontrol yang terpilih adalah kelas V SD Negeri 19 Dangin Puri. Selanjutnya kedua kelompok tersebut diberikan treatment masing-masing sebanyak 6 kali. Kelompok ekperimen dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis media konkret dan
kelompok kontrol dibelajarkan
menggunakan pembelajaran
konvensional.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis media konkret dan variabel terikat pada
penelitian ini adalah kompetensi pengetahuan IPA.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Menurut Suharsimi (2013) tes adalah alat atau
prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Ciri-ciri tes sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan tes yaitu memilik validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis (Suharsimi, 2013). Tes yang akan digunakan untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa. Tes pilihan ganda meliputi 4 pilihan jawaban (a, b, c atau d). Tes yang sudah disusun diujicobakan terlebih dahulu tujuannya untuk validasi butir tes. Menurut Sukardi (2011) suatu instrumen dikatakan valid jika instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi dengan menggunakan kisi-kisi instrumen dan untuk menguji validitas isi dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts) dengan mengkonsultasikan instrumen dengan para ahli yang dalam hal ini dosen mata kuliah IPA.Validitas butir tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dalam bentuk objektif pilihan ganda digunakan rumus koofesien korelasi point biserial (rpbi), hal ini dikarenakan tes bersifat
dikotomi. Berdasarkan uji validitas terdapat 30 butir soal yang valid dan 20 butir soal tidak valid.
Selanjutnya dilakukan uji daya beda soal. Menurut Suharsimi (2013:226) “daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah”. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Indeks diskriminasi ada tanda negatif, tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal “terbaik” menunjukkan kualitas testee. Bagi suatu soal yang dapat menjawab benar oleh siswa pandai maupun bodoh, maka soal
6
ini tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar. Soal tersebut juga tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar
oleh siswa-siswa yang pandai
saja.Terdapat 16 soal dengan kriteria cukup, 11 soal dengan kriteria baik dan 3 soal dengan kriteria baik sekali.
Kemudian dilakukan analisi tingkat kesukaran. Menurut Suharsimi (2013:223) “bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran.” Indeks kesukaran berkisar antara nilai 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran soal mendekati 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran terdapat 7 soal dengan kriteria mudah, 16 soal dengn kriteria sedang dan 7 soal dengan kriteria sukar. Untuk tingkat kesukaran perangkat tes yaitu 0,549 dengan kategori sedang.
Setelah uji tingkat kesukaran dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Menurut Sukardi (2011) reliabilitas adalah karakter lain dari hasil evaluasi. Reliabilitas memberikan konsistensi atau keajekan. Suatu instrument penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Semakin reliabel suatu tes maka semakin yakin hasil suatu tes tersebut mempunyai hasil yang sama dan bisa dipakai, ketika dilakukan tes kembali (Sukardi, 2011). Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus Kuder Richadson (KR-20). Hasil uji reliabilitas menunjukkan r11 > 0,80
yaitu 0,88. Ini berarti tes memiliki reliabilitas sangat tinggi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan statistik dan inferensial. Stasistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014). Adapun data yang disajikan dalam statistik deskriptif adalah perhitungan mean, standar deviasi dan varians. Mean atau rata-rata hitung yaitu sebagai jumlah nilai kelompok data dibagi dengan jumlah nilai responden. Setelah mendapatkan data mengenai rata-rata nilai siswa, selanjutnya data tersebut dikonversikan ke dalam kategori Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala 5. Hal ini dilakukan untuk menegetahui tingkat kompetensi pengetahuan IPA siswa.
“Statistik inferensial adalah adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi” (Sugiyono, 2014:209). Statistik inferensial terdiri dari pengujian prasyarat analisis dan pengujian hipotesis. Menurut Sugiyono (2014) statistik parametris bekerja berdasarkan asumsi bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis berdasarkan distribusi normal. Uji Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
siswa masing-masing kelompok
berdistribusi normal atau tidak sehingga dapat menentukan teknik analisis datanya. Uji Normalitas sebaran data dalam penelitian ini menggunakan Chi-kuadrat. Kriteria pengujian, jika XHit tabel maka H0
diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasannya n-1. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan varians antar kelompok, bukan sebagai akibat
perbedaan dalam kelompok.uji
homogenitas dapat dilakukan apabila kelompok data tersebut berdistribusi normal. Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F. Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel maka sampel
homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah menggunakan
7
uji-t dengan rumus polled varians. Proses
analisis data dibantu dengan
menggunakan Microsoft Office Exel 2007.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Setelah diberikan treatmen masing-masing sebanyak 6 kali pada kedua kelompok yaitu dengan menerapkan model pembelajaran koopertif tipe Group
Investigation berbabis media konkret pada kelompok eksperimen, dan menerapkan
pembelajaran konvensional pada
kelompok kontrol, diperoleh hasil nilai rata-rata kelompok eksperimen yaitu 78,4 dan nilai rata-rata kelompok kontrol yaitu 65,1. Berikut disajikan data mengenai nilai rata-rata, standar deviasi dan varians pada tabel 1 berikut ini
Tabel 1. Nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok n Rata-rata Standar Deviasi Varians
Kelompok Eksperimen 35 78,4 14,87 221,26
Kelompok Kontrol 33 65,1 11,32 128,12
Sebelum dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data skor pada kompetensi pengetahuan IPA
siswa masing masing kelompok
berdistribusi normal atau tidak sehingga dapat menentukan teknik analis datanya.
Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok eksperimen diperoleh harga X2hit = 6,51. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan X2
tabel dengan dk=5
dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga X2
tabel = 11,07. Tabel
nilai-nilai Chi-kuadrat. Karena X2
hit < X2tabel
(6,51< 11,07) maka H0 diterima dan Ha
ditolak. Ini berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh harga X2
hit = 7,5. Harga tersebut
kemudian dibandingkan dengan X2 tabel
dengan dk=5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga X2
tabel = 11,07.
Karena X2
hit < X2tabel (7,5 < 11,07) maka
H0 diterima dan Ha ditolak. Ini berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians dilakukan terhadap data kompetensi pengetahuan
IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian homogenitas varians menggunakan uji F pada taraf signifikan 5%. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit =
1,73, sedangkan untuk taraf signifikan 5%
Ftabel dengan dk = (34,32) adalah 1,82 Ini
Berarti Fhit < Ftabel (1,52 < 1,82) maka
data homogen.
Berdasarkan hasil uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Selanjutnya analisis yang digunakan adalah statistik parametrik. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t. uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled varians. Rumus uji-t dengan rumus polled varians digunakan bila jumlah anggota sampel sama n1 = n2 dengan varians homogen atau bila n1 ≠ n2 dan varian homogen (Sugiyono, 2014). Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung < ttabel maka H0 diterima dan
Ha ditolak. Sebaliknya apabila thitung > ttabel
, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan
dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikan 5%. Hasil analisis uji-t dari data kompetensi pengetahuan IPA siswa diperoleh hasil sebagai berikut.
8
Tabel 2. Hasil Analisis Uji-t Data Kompetensi Pengetahuan IPA
Kelompok n dk Rata-rata Varians thitung ttabel
Kelompok Eksperimen 35 66 78,4 221,26 4,13 2,00
Kelompok Kontrol 33 65,1 128,12
Hasil analisis uji t diperoleh thitung =
4,13 Harga tersebut kemudian
dibandingkan dengan harga ttabel dengan
dk = 35 + 33 – 2 = 66 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,00, karena thitung > ttabel , maka Ho
ditolak atau Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Tahun Ajaran 2016/2017 yang
dibelajarkan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis media konkret dan
kelompok siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Rata-rata kompetensi pengethuan IPA siswa kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol ( eksperimen = 78,4 > kontrol = 65,1), sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerapam model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation
berbasis media konkret berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara tahun ajaran 2016/2017.
Penelitian ini menguji pengaruh model pembelajaran koopertif tipe Group
Investigation berbasis media konkret
terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara tahun ajaran 2016/2017 pada materi ekosistem. Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa sebaran data hasil post-test pada kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Setelah data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol telah memenuhi semua prasyarat, selanjutnya
dilakukan analisis dengan menggunakan uji-t.
Dari hasil uji-t diperoleh thitung =
4,13.Harga tersebut kemudian
dibandingkan dengan harga ttabel dengan
dk = 35 + 33 – 2 = 66 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,00, karena thitung > ttabel , thitung = 4,13 >
ttabel = 2,00 maka Ho ditolak atau Ha
diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Tahun Ajaran 2016/2017 yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation
berbasis media konkret dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Dari perolehan nilai kompetensi pengetahuan IPA pada kedua kelompok dapat diketahui bahwa kedua kelompok yang awalnya memiliki kemampuan setara, setelah diberikan treatment yang berbeda perolehan nilai kompetensi pengetahuan IPA mengalami perbedaan. Kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok eksperimen lebih baik daripada kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen yaitu 78,4 dan kelompok kontrol 65,1. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen memiliki banyak keunggulan. Perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terjadi karena perbedaan treatment yang diberikan saat pembelajaran. Kelompok eksperimen dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation berbasis media konkret
sedangkan kelompok kontrol dibelajarkan
menggunakan pembelajaran
konvensional.
Model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation adalah model
pembelajaran yang memiliki titik tekan pada partisipasi siswa dan aktivitas siswa
9
untuk mencari sendiri materi atau segala sesuatu mengenai meteri pembelajaran yang dipelajari, sehingga siswa bersemangat dan termotivasi untuk belajar. Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami satu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok. Karena semua kelompok akan mempresentasikan hasil kelompok masing-masing, maka secara tidak langsung siswa harus melatih
kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi. Siswa aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation berbasis media
konkret adalah model pembelajaran yang akan mampu membangkitkan kreatifitas dan keterampilan siswa karena siswa
diberikan kesempatan untuk
mengemukakan pikiran, sikap, perasaan dan pengalamannyadalam memahami, mengidentifikasi, memecahkan masalah serta mengaplikasikan materi IPA yang di dapatkan dalam proses pembelajaran. Selain itu penggunaan media berupa media konkret memberikan siswa kesempatan untuk bersentuhan langsung dengan apa yang dipelajarinya. Oleh karena itu siswa akan lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar.
Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang relevan , yakni oleh Surya Dinata (2014) melalui penelitian
eksperimen “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) Berbantuan Multimedia
Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai” menunjukkan bahwa ada pengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai yang
dibelajarkan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Berbantuan Multimedia dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Demikian pula penelitian yang di lakukan oleh Ariadi (2014) melalui penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI) terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV” yang menyimpulkan ada pengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV
SD di Desa Belega, Kecamatan
Blahbatuh, Kabupaten Gianyar yang
dibelajarkan menggunakan model
pembelajaran Group Investigation (GI) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran
konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari perhitungan hasil post-test diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen yaitu 78,4 dan nilai rata-rata kelompok kontrol yaitu 65,1. Dengan demikian nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar daripada nilai rata-rata kelompok kontrol. Hasil analisis data menggunakan uji-t diperoleh thitung = 4,13.
Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 35 + 33 –
2 = 66 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,00, karena thitung
> ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara tahun ajaran 2016/2017 yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis media konkret dan
kelompok siswa yang dibelajarkan
menggunakan pembelajaran
konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berbasis media konkret berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Tahun Ajaran 2016/2017.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disampaikan saran
yaitu guru hendaknya menambah
10
agar pembelajaran di kelas lebih inovatif sehingga memberikan dampak positif terhadap siswa dalam meningkatkan kompetensi pengetahuannya. Salah datu
model pembelajaran yang dapat
diterapkan adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
berbasis media konkret. Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang yang maksimal agar siswa semakin termotivasi dalam belajar, yang bertujuan untuk mengoptimalkan kompetensi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ariadi.2014. “Pengaruh Model
Pembelajaran Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol: 2 No: 1.
Dantes, Nyoman. 2012. Metode
Penelitian. Yogyakarta: Andi. Dinata, Surya.2014. “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation (GI)
Berbantuan Multimedia Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai”.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol: 2 No: 1.
Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Kata Pena.
Setyosari, H Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: Prenada Media Group.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Pendidian (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Sukardi, H.M.2011. Evaluasi
Pendidikan. Jakarta Timur :
Bumi Aksara.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: Bumi Aksara. Triwiyanto, Teguh.2014. Pengantar
Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.