• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-7 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak- Gula juga merupakan salah satu komoditas strategis yang berpengaruh pada kondisi perekonomian Indonesia. Permasalahan pada stabilitas pasokan, permintaan, dan harga gula menjadi ancaman pada kemandirian industri pergulaan nasional.Kondisi persediaan gula nasional yang tidak kondusif dapat menyebabkan terjadinya distorsi pasokan yang berdampak pada volatilitas harga.Peningkatan permintaan yang tidak diikuti dengan produksi yang memadai mendorong terjadinya peningkatan harga dipasar domestik. Hal ini kemudian menyebabkan dikeluarkannya kebijakan impor gula oleh Kementerian Perdagangan RI sebagai solusi tersendatnya pasokan dan tingginya harga di pasar domestik. Padahal salah satu indikator masalah industri gula Indonesia adalah kecenderungan volume impor yang terus meningkat.

Dalam Tugas Akhir ini faktor-faktor penentu produktivitas gula nasional dimodelkan dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik.Berdasarkan data historis yang diperoleh, dilakukan penentuan variabel-variabel yang secara signifikan berpengaruh pada produktivitas, harga, serta impor gula di Indonesia. Berdasarkan hasil simulasi dari 5 skenario yang dilakukan, faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh pada produktivitas gula dalam negeri adalah besarnya rendemen, dan kapasitas produksi (giling). Berdasarkan hasil skenario 5, peningkatan rendemen dan kapasitas produksi mampu meningkatan produksi gula hingga 5% dan mengurangi ketergantungan terhadap impor hingga 17%. Dengan melakukan perbaikan dari kedua aspek ini, yakni peningkatan dari segi on farm melalui rendemen dan perbaikan dari segi off-farm melalui perbaikan utilisasi dan penambahan kapasitas giling maka produksi menjadi lebih efisien dan tidak banyak tebu yang mengalami penundaan penggilingan.

Kata Kunci—Simulasi, Sistem Dinamik, Produktivitas Gula.

I. PENDAHULUAN

ula merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan penting di sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan dalam perekonomian Indonesia. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah (Badan Litbang Pertanian, 2005). Kedudukan gula sebagai bahan pemanis utama di Indonesia belum dapat digantikan oleh bahan pemanis lainnya yang digunakan baik oleh rumah tangga maupun industri makanan dan minuman. Dengan luas areal tebu rakyat sebesar

252.166 ha dan areal tebu swasta 198.131 ha, kemampuan produksi gula Indonesia hanya 2,1 juta ton gula Kristal putih (GKP) per tahun. Angka ini belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri yang hampir berada di angka 3 juta ton/tahun.

Selain penurunan efisiensi di tingkat usahatani dan PG, berbagai faktor seperti kebijakan pemerintah juga berpengaruh secara signifikan terhadap kemunduran industri gula Indonesia (Wayan R. Susila, 2005). Adanya kebijakan impor gula menimbulkan kekhawatiran pemerintah akan impor gula pasir yang tinggi, yang dipandang sebagai ancaman terhadap kemandirian pangan.Kemandirian pangan merupakan hal penting bagi negara berkembang yang berpenduduk besar dengan daya beli masyarakat yang reatif rendah seperti Indonesia. Kestabilan harga gula pasir di pasar domestik pada tingkat yang dapat menguntungkan produsen (industri gula) dan layak bagi konsumen, merupakan suatu hal yang penting untuk menjamin kelangsungan hidup industri gula dan mendorong kenaikan produksi gula nasional, serta untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan akan gula sebagai salah satu bahan pokok masyarakat (Churmen, 2001).

Menurut catatan data Badan Litbang Pertanian, produksi gula nasional tahun 2011 mencapai 2.228.591 ton Gula Kristal Putih (GKP) dan meningkat menjadi 2.58 ton pada tahun 2012. Sementara itu, dalam roadmap swasembada gula disebutkan bahwa estimasi kebutuhan gula nasional pada 2014 akan mencapai 2.956.000 ton GKP. Untuk mewujudkan tujuan ini maka harus dilakukan usaha yang lebih optimal dalam meningkatkan produktivitas gula nasional dengan memperhatikan faktor-faktor penting dalam peningkatan produksi gula dan dengan mengembangkan industri gula lokal yang baru di dukung oleh 62 pabrik gula (PG). Dimana kondisi PG-PG terutama yang berada di Pulau Jawa yang kurang produktif dikarenakan faktor usia yang sudah tua dan sangat tergantung kepada petani tebu yang luas area tanam tebunya semakin terbatas.Impor yang tinggi serta harga internasional yang murah semakin mempersulit posisi sebagian besar perusahaan gula (PG) untuk bertahan dalam industri gula nasional.

Wayan (Wayan R. Susila, 2005) mengevaluasi dan merumuskan beberapa alternatif kebijakan pemerintah yang meliputi kebijakan produksi, harga dasar, dan perdagangan. Maria (Maria, 2009) menganalisis kebijakan tataniaga gula terhadap ketersediaan dan harga domestik gula pasir. Sawit (Sawit, 2010) menganalisis konflik tujuan swasembada gula

ANALISIS FAKTOR PRODUKTIVITAS GULA

NASIONAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP

HARGA GULA DOMESTIK DAN

PERMINTAAN GULA IMPOR DENGAN

MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK

Lilis Ernawati, dan Erma Suryani

Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: lilis.ernawati09@gmail.com

(2)

dan mempelajari struktur pasar gula dalam negeri.Dari beberapa studi tersebut, produktivitas gula masih belum menjadi perhatian utama padahal peningkatan produktivitas gula sangat penting untuk dilakukan guna mewujudkan swasembada gula nasional dan lebih mengoptimalkan potensi lahan tebu yang semakin terbatas. Besarnya produktivitas gula yang sangat dipengaruhi oleh dinamika antara aspek on-farm ditingkat petani dan off-farm ditingkat pabrik serta pengaruhnya terhadap harga domestik dan kebutuhan impor, menjadikan peningkatan produktivitas gula sebagai masalah yang cukup kompleks.Karena dinamika tersebut dapat menjadi sangat penting, sistem dinamik memiliki potensi untuk memberikan pandangan yang sangat inovatif pada masalah. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini diusulkan sebuah pemodelan dan simulasi untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas gula nasional dan pengaruhnya terhadap harga gula domestik dan permintaan gula impor serta rekomendasi kebijakan untuk peningkatan produktivitas gula nasional berdasarkan hasil skenario model.

II. METODOLOGI

Identifikasi Masalah dan Pemahaman Industri Gula

Pengolahan Data : Analisi Variabel, Pembuatan Konseptual Model

Mulai

Data Mentah

Input

Analisi hasil dan interpretasi data

Kesimpulan dan Saran

Penyusunan Buku Tugas Akhir

Selesai Pemodelan dan Simulasi

Verifikasi dan Validasi

Penyusunan skenario Tidak ya Pengumpulan Data Tinjauan Pustaka

A. Identifikasi Masalah dan Pemahaman Kondisi Industri Gula

Metode pengerjaan tugas akhir ini diawali dengan pemahaman tentang kondisi industri pergulaan nasional beserta permasalahan yang timbul dalam proses bisnisnya. Identifikasi permasalahan ini merujuk pada penjelasan pada sub bab latar belakang dan tinjauan pustaka. Pada tahap ini

dilakukan identifikasi beserta pemahaman terhadap masalah yang timbul sehingga ditemukan rumusan masalah yang akan diangkat dalam pembuatan tugas akhir ini. Identifikasi masalah dan pemahaman sistem dilakukan dengan mengumpulkan literatur dan sumber informasi terkait pergulaan nasional dari beberapa badan pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik, Badan Litbang Pertanian, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), PT.Perkebunan Nusantara XI dan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

B. Tinjauan Pustaka

Pada tahap ini akan dilakukan penggalian teori-teori maupun informasi lain yang menunjang pengerjaan tugas akhir sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan. Penggalian teori maupun informasi dilakukan melalui banyak sumber seperti internet, artikel ilmiah, paper, buku, dan jurnal. Tinjauan pustaka dilakukan sesuai dengan fokus tugas akhir, yaitu membuat model simulasi sistem dinamik terhadap pasokan, permintaan, dan harga gula dalam makro ekonomi Indonesia.

C. Pengumpulan Data

Dalam proses pengerjaan tugas akhir ini, data diperoleh dari beberapa badan pemerintah yang menangani masalah pergulaan yaitu Badan Pusat Statistik, Badan Litbang Pertanian, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), PT.Perkebunan Nusantara XI dan Tim Komoditi Spesialis Gula Kementerian Perdagangan Republik. Adapun data yang dapat dikumpulkan melalui metode dokumentasi ini adalah :

 Data produksi gula,produktivitas gula, luas areal perkebunan tebu,produksi tebu, produktivitas lahan tebu, statistik rendemen, dan data konsumsi gula dari Badan Pusat Statistik.

 Data statistik harga gula domestik dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia

 Data terkait kondisi perkebunan tebu, produktivitas, produksi,musim panen dan giling serta arah pengembangan tebu dimasa depan dari Badan Litbang Pertanian, PT.Perkebunan Nusantara XI dan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).

D. Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dilakukan setelah diperoleh data mentah dari proses pengumpulan data. Terdapat beberapa langkah untuk melakukan pengolahan data, antara lain sebagai berikut :

1) Analisis Variabel

Berdasarkan data mentah yang diperoleh dari tahap pengumpulan data, selanjutnya dilakukan analisis faktor serta variabel yang mempengaruhi tingkat produktivitas gula nasional. Dalam kaitannya dengan studi yang diusulkan, terdapat beberapa faktor yang mungkin berpengaruh terhadap stabilitas pasokan, permintaan, dan harga diantaranya :

(3)

Permintaan dipengaruhi oleh konsumsi langsung (gula kristal) dan konsumsi gula kristal oleh industry makanan dan minuman, dimana besarnya dipengaruhi oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan industri mamin. Selain tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh harga, dan daya beli masyarakat atau pendapatan.

 Pasokan

Pasokan berhubungan langsung dengan besarnya produksi gula nasional yang dipengaruhi oleh tingkat rendemen, produksi tebu, delai penggilingan, utilitas pabrik dan kapasitas giling pabrik. Faktor lain seperti ketersediaan lahan juga sangat berkaitan erat dengan banyaknya tebu yang dihasilkan, yang kemudian berpengaruh pada tingkat rendemen yang dihasilkan. Dari sisi teknis, besarnya pasokan juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemerintah, terutama terkait input seperti, penyediaan pupuk, peralatan pertanian, sarana transportasi dan output usaha tani tebu seperti, pemberian modal usahatani, penyaluran kredit yang didukung dengan bunga rendah, serta pemberian subsidi dari pemerintah terhadap prasarana usaha tani tebu. Keberadaan sarana dan prasarana tersebut ikut menentukan produktivitas tebu yang dihasilkan. Selain itu, besarnya rendemen tebu dipengaruhi oleh waktu panen, sistem tebang, lokasi jarak ke PG, iklim serta pengelolaan usahatani. Sementara utilisasi PG dipengaruhi oleh usia PG, dan kapasitas produksi.

 Harga

Selain dipengaruhi oleh biaya produksi, biaya distribusi dan profit yang diperoleh oleh produsen baik tebu maupun gula, harga juga sangat dipengaruhi oleh dinamika permintaan dan penawaran (pasokan).

2) Pembuatan Konseptual Model

Salah satu langkah awal dari tahapan adalah menentukan model konseptual untuk mengetahui pola perilaku dan hubungan antar variabel yang ada pada simulasi guna menentukan kesesuaian model dengan perilaku di kehidupan. Model konseptual tersebut digambarkan dalam sebuah Causal Loop Diagram (CLD).

Causal Loop dibuat untuk menggambarkan interaksi atau

hubungan sebab-akibat dari variabel-variabel utama yang akan dibuat dalam model.

E. Pemodelan dan Simulasi Sistem

Setelah pembuatan causal loop diagram , maka dilanjutkan ke pemodelan yang bertujuan merumuskan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Dalam tahapan pemodelan sistem ini akan dihasilkan model diagram flow dari sistem, diagram inilah yang kemudian akan di simulasikan untuk melihat perilaku dari sistem yang dimodelkan.

Simulasi model dari tugas akhir ini menggunakan interval waktu bulan, dan dilakukan untuk kurun waktu 3 tahun.Penentuan waktu ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dalam kurun waktu 3 tahun sudah cukup untuk mempelajari perilaku sistem, kausalitas antara demand dan

supply serta bagaimana harga berubah dari waktu ke waktu

pada kondisi tertentu.

F. Verifikasi dan Validasi

Verifikasi adalah pemerikasaan model simulasi konseptual (diagram alur dan asumsi) ke dalam bahasa pemrograman secara benar. Sementara validasi adalah penentuan apakah model konseptual simulasi adalah representasi akurat dari sistem nyata yang dimodelkan (Kelton, 2000).

Pada tugas akhir ini, cara yang akan digunakan untuk melakukan validasi adalah melalui behaviour validity test, yaitu fungsi yang digunakan untuk memeriksa apakah model yang dibangun mampu menghasilkan tingkah laku (behaviour)

output yang diterima. Terdapat dua cara pengujian dalam

validasi behaviour (Barlas, 1989) yaitu sebagai berikut:

Perbandingan rata-rata (Means Comparison) Dengan formula sebagai berikut :

E1 =

Dimana :

: nilai rata-rata hasil simulasi : nilai rata-rata data

Model dianggap valid jika E1 ≤ 5%

Perbandingan variasi amplitude (Amlitude Variations

Comparisan)

Dapat juga dikatakan % error variance dengan formula sebagai berikut :

E2=

Dimana :

Ss : standart deviasi simulasi Sa : standart deviasi data

Model dianggap valid bila E2 ≤ 30%.

G. Penyusunan Skenario

Setelah Base Model yang telah kita buat valid dan verify, langkah selanjutnya yang akan dikerjakan adalah membuat skenario simulasi. Dalam simulasi sistem dinamik terdapat 2 jenis skenario, skenario struktur ( structure scenario), dan skenario parameter (parameter scenario). Skenario struktur digunakan mengubah struktur model dengan penambahan atau pengurangan variabel, sedangkan skenario parameter digunakan dengan mengubah nilai parameter suatu variabel yang berpengaruh pada model.

H. Analisis Hasil dan Interpretasi Data

Pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap model dan skenario yang sudah dibuat untuk mengetahui bagaiamana perilaku sistem pasokan, permintaan, dah harga gula dimasa lalu dan bagaimana perilaku sistem dalam skenario yang di jalankan. Hasil dari analisis berupa Causes Strip Graph,

(4)

I. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Kesimpulan diambil dari hasil analisis terhadap skenario parameter dan struktur,.Dari analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang dapat memberikan solusi atau usulan dalam upaya menjaga stabilitas pasokan, permintaan, dan harga gula nasional.

2. Saran

Setelah ditariknya kesimpulan yang menghasilkan beberapa solusi, maka dari beberapa solusi tersebut akan memiliki kekurangan dan kelebihan yang nanti akan dilaporkan sebagai saran atau masukan dari hasil pengerjaan tugas akhir ini.

J. Penyusunan Buku Tugas Akhir

Tahapan selanjutnya adalah penyusunan laporan tugas akhir, yang dibuat dalam bentuk buku tugas akhir.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengembangan Model

Berangkat dari ruang lingkup permasalahan yang ada dalam industri gula nasional yang menyangkut pasokan, permintaan, dan harga maka disusun beberapa sub model diantaranya yaitu:

1. Sub model persediaan panen tebu

Persediaan tebu menunjukkan tebu hasil pannen yang siap giling, besarnya dipengaruhi oleh produktivitas lahan, luas lahan tanam dan banyaknya tebu yang masuk proses giling pabrik.

luas lahan panen delay panen produktifitas lahan kapasitas produksi PG rata2 nilai produktifitas persediaan panen tebu

panen tebu tebu tergiling delay produktifitas

akibat masa panen

luas lahan tanam

utilisasi kapasitas tebu tidak tergiling

2. Sub model produksi gula

Produksi menunjukkan besarnya produksi gula yang dihasilkan oleh pabrik gula per bulan, besarnya produksi gula dipengaruhi oleh banyaknya tebu yang digiling oleh pabrik dan nilai rendemen dari tebu tersebut.

rendemen tebu digunakan

delay rendemen akibat masa panen

nilai rendemen produksi

gula

<tebu tergiling>

3. Sub model persediaan gula

Sub model ini menghitung akumulasi laju persediaan dari produksi dalam negeri dan impor dikurangi dengan laju pasokan untuk memenuhi permintaan. persediaan gula nasional laju pasokan jumlah impor gula harga gula dunia harga gula kristal impor bea masuk gula

kristal profit importir laju persediaan rasio pemenuhan permintaan kuota impor

<harga dasar gula (HDG)>

<Permintaan Gula>

<produksi gula>

4. Sub model permintaan

Jumlah permintaan gula dipengaruhi oleh besarnya laju pertumbuhanya. Besarnya laju pertumbuhan diperoleh dari data historis selama 3 tahun mulai 2010-2012.

Permintaan

Gula laju permintaan gula INIT permintaan

<Time> lookup growth

5. Sub model biaya operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk memproduksi tebu, terdiri dari biaya tetap yakni sewa lahan, dan biaya variabel seperti pembelian pupuk, herbisida, tenaga kerja, bibit, dan biaya angkut ke pabrik.

biaya operational budidaya tebu biaya angkut biaya bibit

biaya sewa lahan

biaya tenaga kerja

biaya pupuk biaya herbisida biaya tetap biaya variabel KCI TSP Urea ZA DMA Gesapak Round up

6. Sub model biaya pokok produksi

Biaya pokok produksi merupakan perhitungan biaya yang dikeluarkan petani per ton gula yang dihasilkan dari penggilingan pabrik. Besarnya biaya pokok produksi adalah pembagian antara biaya operasional budidaya tebu dibagi dengan produktivitas gula yang dihasilkan per hektar lahan. Biaya pokok produksi merupakan salah satu variabel awal penentu harga gula ditingkat konsumen.

(5)

biaya operational

budidaya tebu

biaya per unit (rp/kg) multiplier kg

harga dasar gula (HDG) profit petani inflasi BPP per unit (Rp/ton) perubahan BPP harga lelang <multiplier bulan> produktifitas gula

7. Sub model harga gula

Harga gula ditingkat konsumen dipengaruhi oleh beberapa variabel yang nilainya berubah-ubah dari waktu ke waktu, referensi harga konsumen diperoleh dari harga retailer, dimana harga ini masih dipengaruhi oleh adanya even hari raya yang cenderung menyebabkan kenaikan harga akibat tingginya permintaan. Harga juga dipengaruhi oleh inflasi yang berhubungan langsung dengan daya beli konsumen.

harga jual gula di BULOG harga beli pedagang besar margin keuntungan

BULOG margin keuntungan

pedagang besar pengaruh even hari raya harga jual pedagang besar

harga beli retailer harga jual

retailer profit margin

retailer

biaya per unit (rp/kg)

harga beli gula BULOG harga dasar gula

(HDG)

profit petani

harga lelang

harga ditingkat

konsumen rate perubahan

harga rasio pemenuhan

permintaan pengaruh permintaanterhadap harga

<inflasi>

<Time>

B. Verifkasi dan Validasi

Verifikasi dilakukan dengan memeriksa error rate, apakah model sudah terbebas dari error. Tahapan ini bertujuan melakukan pemeriksaan model simulasi apakah model sudah merepresentasikan konsep secara tepat atau tidak.

Validasi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian data dengan hasil simulasi.

Variabel Rata-Rata Data Rata-Rata Simulasi Mean Variance Status Panen Tebu 5683355 5674433 0.00157 2 Valid Produksi Gula 395005.3 396091.4 0.0275 Valid Permintaan 236093.3 236381 0.00121 9 Valid Harga Konsumen 11107.78 11418.91 0.02801 Valid Variabel Standar Deviasi Data Standar Deviasi Simulasi Error Variance Status

Panen Tebu 82980.37 67158.77 0.19067 Valid Produksi Gula 8568.055 10158.97 0.18568 Valid Permintaan 4960.072 4955.116 0.001 Valid Harga Konsumen 810.5605 614.9381 0.24134 Valid

Berdasarkan persyaratan, model dikatakan valid jika mean variance ≤ 5% dan error variance ≤ 30%. Dari hasil penghitungan mean variance dan error variance pada variabel panen tebu, produksi gula dan harga tingkat konsumen, nilai mean variance model ≤ 5% dan dari keseluruhan hasil menunjukan model memiliki error variance ≤ 30%.

C. Pembuatan Skenario

Setelah model yang dikembangkan dinyatakan cukup valid, langkah berikutnya adalah penyusunan skenario simulasi sesuai dengan skenario kebijakan yang akan diputuskan. Adapun time frame yang digunakan adalah sampai dengan tahun 2016.

 Skenario 1

Skenario 1 adalah melakukan perbaikan dari segi

on-farm melalui intensifikasi lahan sehingga

produktivitas lahan mencapai 87,84 ton/ha pada 2014.

Panen Tebu, Produksi Gula, Impor

7 M 5.25 M 3.5 M 1.75 M 0 1 22 43 63 84 Time (Month) ton

panen tebu SK1 : Intensifikasi Lahan jumlah impor gula SK1 : Intensifikasi Lahan produksi gula SK1 : Intensifikasi Lahan

Gambar III.1 Panen, Produksi, dan Impor SK1 Hasil simulasi skenario 1 menunjukkan adanya peningkatan panen tebu sebesar 4% dan peningkatan persediaan tebu sebesar 83% akibat meningkatnya produktivitas lahan pada 2014. Namun demikian, peningkatan ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi gula karena kapasitas giling pabrik masih rendah sehingga jumlah tebu tergiling tetap meskipun tebu yang dihasilkan meningkat. Selain itu, impor juga masih tetap dilakukan hingga 2016 karena produksi gula nasional belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

 Skenario 2

Skenario 2 adalah melakukan perbaikan dari segi

on-farm melalui intensifikasi tanaman sehingga

rendemen menjadi 8,4% pada 2013 dan 8,5% pada 2014.

Panen Tebu, Produksi Gula, Impor

6 M 4.5 M 3 M 1.5 M 0 1 22 43 63 84 Time (Month) ton

panen tebu SK2 : Intensifikasi Tanaman jumlah impor gula SK2 : Intensifikasi Tanaman produksi gula SK2 : Intensifikasi Tanaman

(6)

Hasil simulasi skenario 2 menunjukkan adanya peningkatan pada produksi gula yaitu sebesar 4% sehingga persediaan naik 10% dari kondisi existing. Peningkatan ini juga menyebabkan turunnya kebutuhan impor sebesar 11% dan penurunan BPP sebesar 1% yang diikuti dengan turunnya harga ditingkat konsumen sebesar 1%.

harga ditingkat konsumen SK2

20,000 17,500 15,000 12,500 10,000 1 22 43 63 84 Time (Month) R p/ K g

harga ditingkat konsumen SK2 : Intensifikasi Tanaman harga ditingkat konsumen SK2 : Existing

Gambar III.3 Harga Ditingkat Konsumen SK2

 Skenario 3

Skenario 3 adalah melakukan perbaikan dari segi

off-farm yaitu dengan melakukan revitalisasi pabrik

gula yaitu dengan peningkatan utilisasi atau penambahan kapasitas baru.

kapasitas produksi PG utilisasi kapasitas

SK3

tebu tidak tergiling SK3 target kapasitas SK3 penambahan kapasitas SK3 rencana perubahan kapasitas SK3 Kapasitas SK3 perubahan kapasitas PG <panen tebu> waktu penyesuaian peningkatan utilisasi SK3

Gambar III.4 Struktur Penambahan Kapasitas SK3

Panen Tebu, Produksi Gula, dan Impor

6 M 4.5 M 3 M 1.5 M 0 1 22 43 63 84 Time (Month) ton

panen tebu SK3 : Revitalisasi PG jumlah impor gula SK3 : Revitalisasi PG produksi gula SK3 : Revitalisasi PG

Gambar III.5 Panen, Produksi, dan Impor SK3 Berdasarkan hasil simulasi skenario 3, produksi gula naik sebesar 1% akibat adanya kenaikan kapasitas giling. Utiliisasi hingga akhir simulasi mencapai 85.68%, hal ini menyebabkan adanya penurunan persediaan tebu 10%.

tebu tidak tergiling SK3

400,000 300,000 200,000 100,000 0 1 22 43 63 84 Time (Month) ton

tebu tidak tergiling SK3 : Revitalisasi PG

Gambar III.6 Tebu Tidak Tergiling SK3 Dari gambar III.6 dapat diamati bahwa jumlah tebu tidak tergiling semakin menurun sejak dilakukannya peningkatan utilisasi. Pada akhir simulasi yaitu tahun 2016, jumlah tebu tidak tergiling adalah 126.128,5 ton menurun dari jumlah pada kondisi existing yang mencapai 521.593,5 ton, padahal utilisasi pada tahun tersebut baru mencapai 85,86%.%. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya permasalahan yang ada di industri gula nasional adalah masih rendahnya produktivitas gula dan utilisasi pabrik.

 Skenario 4

Skenario 4 adalah skenario gabungan antara skenario 1 dan 3.

Berdasarkan hasil simulasi, terjadi peningkatan panen tebu sebesar 4% sehingga produksi gula juga mengalami kenaikan yakni sebesar 3%. Jumlah persediaan tebu naik sebesar 36% dan kebutuhan impor menurun hingga 6%.

Panen Tebu, Tebu Tergiling

7 M 5.25 M 3.5 M 1.75 M 0 1 22 43 63 84 Time (Month) ton

panen tebu SK4 : Intensifikasi Lahan dan Revitalisasi PG tebu tergiling SK4 : Intensifikasi Lahan dan Revitalisasi PG

Gambar III.7 Panen dan Giling SK4 Dari gambar III.7 dapat diamati bahwa jumlah tebu tergiling meningkat seiring dengan adanya penyesuaian kapasitas. Kapasitas maksimal dibutuhkan hingga akhir simulasi adalah 5.985.256 ton, kapasitas ini diperoleh dari peningkatan utilisasi hingga 97,32%.

Produksi dan Impor

500,000 375,000 250,000 125,000 0 1 22 43 63 84 Time (Month) ton/ M ont h

produksi gula SK4 : Intensifikasi Lahan dan Revitalisasi PG jumlah impor gula SK4 : Intensifikasi Lahan dan Revitalisasi PG

(7)

 Skenario 5

Skenario 5 adalah skenario gabungan antara skenario 2 dan 3.

Produksi dan Impor

500,000 375,000 250,000 125,000 0 1 22 43 63 84 Time (Month) ton/ M ont h

produksi gula SK5 : Intensifikasi Tanaman dan Revitalisasi PG jumlah impor gula SK5 : Intensifikasi Tanaman dan Revitalisasi PG

Gambar III.9 Produksi dan Impor SK5 Berdasarkan hasil simulasi, penerapan skenario 5 menyebabkan peningkatan sebesar 5% dan impor menurun 17%. Peningkatan produksi gula disebabkan oleh adanya peningkatan kualitas tebu dan peningkatan kapasitas sehingga jumlah tebu tergiling meningkat. Selain itu BPP juga mengalami penurunan sebesar 1% yang diikuti oleh adanya penurunan harga sebesar 1%.

harga ditingkat konsumen SK5

20,000 17,500 15,000 12,500 10,000 1 22 43 63 84 Time (Month) R p/ K g

harga ditingkat konsumen SK5 : Intensifikasi Tanaman dan Revitalisasi PG harga ditingkat konsumen SK5 : Existing

Gambar III.10 Harga Tingkat Konsumen SK5 Utilisasi hingga akhir simulasi adalah sebesar 85.3%, lebih kecil dari skenario 3, dan 4. Padahal hasil gula pada skenario 5 lebih tinggi dibandingkan ke-4 skenario lainnya, hal ini menunjukkan bahwa perbaikan kualitas tebu memberikan dampak lebih besar pada peningkatan produksi gula dibandingkan peningkatan hasil panen tebu.

IV. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil simulasi dari keseluruhan skenario yang dilakukan, peningkatan produktivitas gula tertinggi diperoleh dengan melakukan intensifikasi tanaman dan revitalisasi PG (skenario 5). Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan melakukan intensifikasi tanaman dan revitalisasi pabrik, produksi gula yang dihasilkan akan lebih besar dari dari ke-4 skenario lainnya. Berdasarkan hasil skenario 5, peningkatan produksi gula sebesar 5% mampu menurunkan kebutuhan impor sebesar 17% dan menurunkan harga gula sebesar 1%. Peningkatan pada aspek on-farm tanpa adanya kapasitas yang memadai menyebabkan banyaknya persediaan tebu yang tidak tergiling sehingga akan banyak tebu yang harus mengalami penundaan giling padahal hal tersebut sangat berpengaruh pada kualitas hasil

gula yang di produksi (skenario 1). Selain itu, jika peningkatan hanya difokuskan pada segi off-farm saja maka akan ada sisa kapasitas giling yang masih belum dioptimalkan, hal ini mengindikasikan bahwa produktivitas lahan saat ini masih rendah dan perlu ditingkakan (skenario 3).

DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Litbang Pertanian. (2005). Analisis Kebijakan tentang Kebijakan Komprehensif Pergulaan Nasional. 319-346.

[2] Barlas, Y. (1989). Multiple test for validation of system dynamic type of simulation models. Europe Journal of Operational

Research, 183-210

[3] Churmen, H. I. (2001). Menyelamatkan Industri Gula Indonesia. Jakarta: Millenium Publisher.

[4] Law, A., & Kelton, W. D. (2000). Simulation Modeling and

Analysis Third Edition (3rd ed.). (Wright-Allen Press, Ed.)

Massachusetts.

[5] Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.(2008). KONSEP

PENINGKATAN RENDEMEN UNTUK MENDUKUNG

PROGRAM AKSELERASI INDUSTRI GULA NASIONAL.

Jakarta.

[6] Permenperind. (2010). Peraturan Menteri Republik Indonesia

Tentang Perubahan Atas Peraturan Perindustrian Nomor 116/M-IND/PER/10/2009 Tentang Panduan (Road Map) Pengembangan Kluster Industri Gula. Jakarta: Menteri

Perindustrian Republik Indonesia.

[7] Rahayuningrum, N. L. (2006). Kajian Kebijakan Gula:

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Eceran Gula. Jakarta:

BadanPenelitian dan Pengembangan Perdagangan.

[9] Regina Patricia Mboeik, R. (2012). Pengaruh kebijakan

makroekonomi terhadap volatilitas harga komoditas dalam perspektif G20. Jakarta: Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan

Iklim dan Multilateral, Kementerian Keuangan.

[10] Wayan R. Susila, B. M. (2005). Analisis Kebijakan Industri Gula Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 23 No. 1, 30-53.

Gambar

Gambar  III.1 Panen, Produksi, dan Impor SK1  Hasil  simulasi  skenario  1  menunjukkan  adanya  peningkatan  panen  tebu  sebesar  4%  dan  peningkatan  persediaan  tebu  sebesar  83%  akibat  meningkatnya  produktivitas  lahan  pada  2014
Gambar  III.3 Harga Ditingkat Konsumen SK2
Gambar  III.9 Produksi dan Impor SK5  Berdasarkan  hasil  simulasi,  penerapan  skenario  5  menyebabkan  peningkatan  sebesar  5%  dan  impor  menurun  17%

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan yang dimaksud adalah kecepatan pembangunan aplikasi menggunakan metode RAD, dibandingkan pembangunan aplikasi menggunakan metode RAD yang di buat oleh

Hasil pengalaman kami dengan produk ini dan pengetahuan kami mengenai komposisinya kami menjangka tidak terdapat bahaya selagi produk ini digunakan dengan cara yang sesuai

Kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja Melalui Pelatihan Keterampilan Desain Grafis Sebagai Upaya Pengurangan Pengangguran di

2) Wawancara, hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai

Faktor-faktor yang akan digunakan untuk peramalan jumlah penumpang pesawat terbang dari Bandar Udara Abdulrachman Saleh adalah: pertumbuhan Jumlah Penduduk

menggunakan media pembelajaran yang memiliki kesesuaian antara materi pembelajaran dan media pembelajaran. Guru memilih, merancang, membuat, dan menggunakan media

Adapun beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain: pemerintah desa segera memetakan potensi ekowisata yang ada pada kawasan hutan Selelos dan merancang serta

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan nikmat-Nya, rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga terselesainya Skripsi ini dengan judul: Pengaruh