• Tidak ada hasil yang ditemukan

REMEDIASI KESULITAN SISWA MELALUI WAWANCARA KLINIS BERBANTUAN LKS MATERI PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR DI MTS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REMEDIASI KESULITAN SISWA MELALUI WAWANCARA KLINIS BERBANTUAN LKS MATERI PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR DI MTS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

REMEDIASI KESULITAN SISWA MELALUI WAWANCARA

KLINIS BERBANTUAN LKS MATERI PEMFAKTORAN

BENTUK ALJABAR DI MTS

Nuraini, Ade, Romal

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan E-mail: nuraini_cy9@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengungkap kesulitan siswa dan untuk mengetahui apakah melalui remediasi melalui wawancara klinis berbantuan LKS dapat mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemfaktoran bentuk aljabar. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, bentuk penelitian studi kasus. Subjek penelitian berjumlah 3 orang siswa kelas VIII E MTs Negeri 2 Pontianak yang mengalami kesulitan pada pemfaktoran bentuk aljabar. Hasil penelitian menunjukkan ketiga orang subjek penelitian mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pemfaktoran bentuk aljabar, meliputi: kesulitan menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran, kesulitan menerapkan konsep komutatif ke dalam pemfaktoran, dan kesulitan menyatakan sebuah bilangan sebagai bentuk pengurangan atau bentuk penjumlahan bilangan. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa remediasi menggunakan wawancara klinis berbantuan LKS belum dapat mengatasi kesulitan siswa secara maksimal namun kesulitan tersebut dapat diminimalisir dilihat dari tes awal dan tes akhir siswa menunjukkan bahwa kesalahan siswa berkurang setelah diberikan remediasi meskipun siswa masih melakukan kesalahan yang sama pada tes akhir.

Kata kunci: Remediasi, Wawancara Klinis, LKS

Abstract: This study aims is to reveal students' difficulties and to determine whether remediation through clinical interviews aided student worksheets (LKS) can be overcome student’s difficulties in solving factoring of algebra expressions. The method which is used in this research is a qualitative method, with the form of case study research. Research subjects to talled 3 eighth graders E of MTs Negeri 2 Pontianak who have difficulty in factoring algebra expressions. The results showed all three subjects have difficulty in solving factoring algebra expressions, include: difficulty applying the concept of factoring into the distributive, commutative difficulty applying the concept to the factoring, and the difficulty of stating a number as a sum of the form of reduction or form number. From the analysis of the data showed that the clinical interview-assisted remediation using worksheets yet students can overcome adversity to the fullest, but the difficulties can be minimized, it has been seen from pre-test and post-test students showed that the error decreases after given remediation, although students are still making the same mistakes on the final test .

(2)

PENDAHULUAN

esulitan belajar merupakan salah satu masalah yang sering dialami siswa di sekolah yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu dalam proses belajar mengajar serta hasil belajar yang kurang memuaskan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dargiri (1987:81) menyatakan bahwa: “Kesulitan belajar merupakan situasi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Hambatan-hambatan yang dimaksud di sini berupa kekacauan, kebingungan, kekurangan dan kelemahan dalam keseluruhan proses belajar. Dengan adanya hambatan-hambatan tersebut akan mengakibatkan terjadinya perbedaan hasil belajar antara hasil belajar yang diharapkan dan yang diperoleh”.

Menurut Ischak dan Warji (1987:69) kesulitan belajar adalah suatu kejadian atau peristiwa yang menunjukkan bahwa dalam mencapai tujuan pengajaran, sejumlah siswa mengalami kesulitan dalam menguasai secara tuntas pelajaran yang diajarkan atau dipelajari. Dari kedua pendapat dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana siswa tidak dapat belajar seperti biasanya dikarenakan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam proses belajar mereka, sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal.

Mirza (1998:1) mengatakan “kesulitan belajar adalah hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam memecahkan / menyelesaikan persoalannya (seperti soal matematika)”. Kesulitan-kesulitan dalam belajar yang dialami siswa selanjutnya akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Mirza (1998) mengatakan bahwa jawaban yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dinyatakan sebagai jawaban yang salah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika merupakan bukti bahwa siswa mengalami kesulitan dalam materi tersebut.

Dalam dunia pendidikan remediasi/ pengajaran remedial merupakan suatu bentuk pengajaran untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Menurut Ischak dan Warji (1987:35) pengajaran remedial bertujuan untuk memberikan bantuan berupa perlakuan pengajaran kepada para siswa yang lambat, sulit, dan gagal dalam belajar, agar mereka secara tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yang diberikan kepada mereka.

Menurut Sutrisno (1991:7), remediasi adalah kegiatan perbaikan yang diarahkan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dengan cara mengubah, memperbaiki atau memperjelas kerangka berfikir siswa. Selain itu menurut Ruseffendi (1991:482) menyatakan bahwa pengajaran remedial adalah pengajaran yang digunakan untuk memperbaiki kekeliruan atau lebih dapat memahami konsep-konsep yang dipelajarinya tetapi belum dikuasainya. Namun sangat disayangkan, kebanyakan guru menafsirkan remediasi merupakan pemberian soal kembali sampai siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), akibatnya kesulitan siswa tidak teratasi dan kesalahan pun terulang kembali.

Oleh karena itu dapat dipahami jika beberapa materi pelajaran, antara lain pemfaktoran bentuk aljabar menjadi salah satu materi pelajaran matematika yang tetap menyulitkan siswa MTs. Meskipun materi ini telah diajarkan berulang kali, kesulitan mereka cenderung berulang dari waktu ke waktu.

(3)

Untuk membantu kesulitan siswa dalam memahami materi pemfaktoran bentuk aljabar dan lebih banyak mendapatkan informasi tentang kesulitan siswa, maka dilakukan dengan menggunakan wawancara klinis. Ada beberapa pertimbangan dipilihnya wawancara klinis, seperti yang dikemukakan Heritage, Kim, dan Vendlinski (2008:1) menyatakan “... as assessment designed to guide the teaching of students, particularly those who experience difficulty in learning”. Pernyataan mereka itu menyiratkan bahwa wawancara klinis dapat dirancang untuk membantu guru mengatasi kesulitan siswa dalam belajar.

Selain itu wawancara klinis juga terbukti sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan siswa sebagai makhluk individual (Buschman, 2001). Dengan adanya layanan yang bersifat individual ini maka kesulitan yang dialami siswa dapat teratasi dan dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Menurut Sutrisno (1990:82) dalam wawancara klinis selain pewawancara mencoba untuk menggali apa yang dipikirkan siswa, siswa juga diberi kesempatan untuk meminta keterangan/penjelasan dari si pewawancara. Dari sinilah dialog akan tercipta dan akibatnya tidak hanya si pewawancara yang dapat mengetahui tingkat pengetahuan siswa saat itu, tetapi siswa pun memperoleh bimbingan dari pewawancara.

Hunting and Doig (dalam Haydar, 2009:1), mendefinisikan wawancara klinis adalah sebuah dialog atau percakapan antara pewawancara dan yang diwawancarai. Dialog tersebut berpusat pada suatu masalah yang dipilih untuk diberikan kepada orang yang diwawancarai, dimana pada kesempatan tersebut pewawancara dapat melihat tingkah laku dan proses berpikir dari orang yang diwawancarai dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Wawancara klinis mempunyai 3 poin penting yaitu membimbing, memberikan solusi dan yang terpenting adalah memahami seseorang. Buschman (2001), Ginsburg Jacobs & Lopez (1998), Long & Ben-Hur (1991), Schorr & Lesh (1998) (dalam Jacobs & Ambrose, 2003:1) juga menyatakan bahwa wawancara klinis umumnya digunakan untuk membantu guru dalam memahami bagaimana anak berpikir tentang matematika.

Penyajian materi dalam wawancara klinis ini menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran bahkan ada yang menggolongkan ke dalam jenis alat peraga pembelajaran matematika. Penggunaan LKS dalam proses pembelajaran sangat penting dan bermanfaat seperti: 1) dapat mengaktifkan peserta didik, 2) membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep, 3) melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses, dan lain-lain.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Sugiyono (2011:15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperiment) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.

Bentuk penelitian dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Arikunto (1998:131), penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang

(4)

dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu. Dalam penelitian ini yang diteliti secara mendalam adalah kesulitan-kesulitan siswa, dan remediasi menggunakan wawancara klinis berbantuan LKS dalam mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemfaktoran bentuk aljabar di kelas VIII MTs Negeri 2 Pontianak.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E MTs Negeri 2 Pontianak. Dari 36 siswa yang terlibat dalam menyelesaikan soal tes awal, terdapat 3 siswa yang lebih banyak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pemfaktoran bentuk aljabar. Kesulitan tersebut dilihat dari jumlah skor yang diperoleh siswa serta kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal. Adapun ketiga siswa yang dijadikan subjek yaitu: ARI, HDM, dan FR. Ketiga siswa tersebut akan diwawancara klinis dengan bantuan LKS.

Adapun teknik pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran yang dilengkapi dengan wawancara klinis. Teknik pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar siswa. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan berupa tes hasil belajar berupa soal esai yang sudah divalidasi dan pedoman wawancara klinis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII di MTs Negeri 2 Pontianak. Adapun kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VIII E yang berjumlah 36 siswa. Di dalam penelitian ini, peneliti memberikan tes sebanyak dua kali. Tes pertama dilakukan untuk menentukan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian. Berdasarkan tes awal tersebut, terdapat 17 siswa yang hasil tes awalnya berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM ≥ 70). Berdasarkan tes awal tersebut menunjukkan bahwa subjek ARI, HDM, dan FR termasuk ke dalam kelompok yang mendapatkan skor paling rendah. Selain untuk mengambil subjek, tes awal juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal siswa dalam menyelesaikan soal terkait materi pemfaktoran bentuk aljabar sebelum diberikan remediasi melalui wawancara klinis berbantuan LKS. Sedangkan tes yang kedua dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal terkait materi pemfaktoran bentuk aljabar sesudah diberikan remediasi melalui wawancara klinis berbantuan LKS.

Dari hasil tes awal dan tes akhir siswa disajikan jawaban siswa yang menjawab benar, menjawab salah, dan tidak menjawab tiap butir soal sebelum dan sesudah diberikan remediasi dapat dilihat dari diagram berikut:

(5)

Diagram 1. Diagram 1 tersebut diperoleh siswa dilihat dari ARI tidak menjawab sebanyak 1

menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui prosedur (langkah) yang tepat dalam menyelesaikan soal

mendalami konsep (konsep pada materi prasyarat maupun k pemfaktoran bentuk aljabar

jawaban benar yang dihasilkan ARI. menyelesaikan soal dengan benar sebanyak pada 2 soal. Pada tes pertama

tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui prosedur (langkah) yang tepat dalam menyelesaikan soal

sebanyak 4 butir soal karena tidak mendal prasyarat maupun konsep pada materi menyelesaikan soal, serta

dilakukan remediasi,

3 butir soal, dan melakukan kesalahan pada 2 butir soal. Hal ini juga terjadi pada FR, pada tes pertama

sebanyak 3 butir soal karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui

soal. Setelah dilakukan sebanyak 3 butir soal sebanyak 1 butir soal.

Adapun jenis kesalahan ya kedua dapat dilihat pada tabel 1

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 JB 0 1 2 Ju m la h S is w a

gram 1. Penyajian Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir tersebut menunjukkan adanya peningkatan has

dilihat dari jawaban siswa yang diperolehnya. Pada tes pertama ARI tidak menjawab sebanyak 1 butir soal karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui prosedur (langkah) yang tepat dalam menyelesaikan soal, dan melakukan kesalahan sebanyak 4 soal karena tidak mendalami konsep (konsep pada materi prasyarat maupun konsep pada materi pemfaktoran bentuk aljabar) dalam menyelesaikan soal, sehingga tidak ada jawaban benar yang dihasilkan ARI. Setelah dilakukan remediasi

dengan benar sebanyak 3 butir soal, dan melakukan kesalahan Pada tes pertama HDM tidak menjawab sebanyak 1 butir soal karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui prosedur (langkah) yang tepat dalam menyelesaikan soal, melakukan kesalahan butir soal karena tidak mendalami konsep (konsep pada materi prasyarat maupun konsep pada materi pemfaktoran bentuk aljabar

menyelesaikan soal, serta hanya 1 jawaban benar yang dihasilkan

, HDM dapat menyelesaikan jawaban dengan benar sebanyak , dan melakukan kesalahan pada 2 butir soal. Hal ini juga terjadi pada ada tes pertama FR hanya menjawab 2 soal dari 5 soal, tidak menjawab butir soal karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui prosedur (langkah) yang tepat dalam menyelesaikan Setelah dilakukan remediasi, FR dapat menyelesaikan jawaban dengan benar butir soal, melakukan kesalahan sebanyak 1 soal dan tidak menjawab sebanyak 1 butir soal.

Adapun jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan tes ua dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

JS TM JB JS TM Sebelum Sesudah 4 1 3 2 0 3 1 3 2 0 0 3 3 1 1

Penyajian Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar yang jawaban siswa yang diperolehnya. Pada tes pertama butir soal karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui prosedur (langkah) yang tepat soal karena tidak onsep pada materi sehingga tidak ada remediasi, ARI dapat , dan melakukan kesalahan butir soal karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui , melakukan kesalahan ami konsep (konsep pada materi pemfaktoran bentuk aljabar) dalam jawaban benar yang dihasilkan HDM. Setelah dapat menyelesaikan jawaban dengan benar sebanyak , dan melakukan kesalahan pada 2 butir soal. Hal ini juga terjadi pada FR hanya menjawab 2 soal dari 5 soal, tidak menjawab butir soal karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal prosedur (langkah) yang tepat dalam menyelesaikan dapat menyelesaikan jawaban dengan benar , melakukan kesalahan sebanyak 1 soal dan tidak menjawab ng dilakukan siswa dalam menyelesaikan tes

1 ARI 2 HDM 3 FR

(6)

Tabel 1

Banyak Kesalahan Siswa Setelah diberikan Remediasi Nomor

Soal

Jenis Kesalahan

Kode Siswa Jumlah

ARI HDM FR 1 KK 0 KP 0 KPr 0 2 KK √ 1 KP 0 KPr 0 3 KK √ √ 2 KP 0 KPr 0 4 KK √ 1 KP 0 KPr 0 5 KK √ √ 2 KP 0 KPr 0 Keterangan: KK : Kesalahan Konsep KPr : Kesalahan Prosedural KP : Kesalahan Perhitungan

Dari tabel 1, meskipun siswa sudah diberikan remediasi namun masih ditemukan kesalahan siswa dalam mengerjakan soal tes yang kedua. Adapun kesalahan yang dilakukan siswa adalah kesalahan konsep. Pada soal nomor 1 siswa tidak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal. Pada soal nomor 2, ARI melakukan kesalahan konsep. Pada soal nomor 3, HDM melakukan kesalahan konsep dan FR melakukan kesalahan konsep. Pada soal nomor 4 HDM melakukan kesalahan konsep. Pada soal nomor 5 ARI dan FR juga melakukan kesalahan yaitu kesalahan konsep.

Pembahasan

Berdasarkan hasil tes pertama sebelum diberikan remediasi dari 5 soal yang diujikan kepada 36 siswa kelas VIII E ternyata hanya 8,3% atau hanya 3 siswa yang menjawab semua soal dengan benar. Masih banyak siswa yang melakukan kesalahan, bahkan ada siswa yang tidak menjawab soal. Berdasarkan hasil tes awal dan berdasarkan kemampuan komunikasi siswa maka peneliti mengambil 3 siswa untuk dijadikan subjek, yaitu ARI, HDM, dan FR. Dari jawaban siswa pada tes awal, peneliti mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa, selanjutnya peneliti memberikan wawancara pada tahap assesment kepada 3 siswa tersebut untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami subjek. Pada tahap assesment ini peneliti mencoba mengenal dan mengakrabkan diri dengan subjek agar subjek tidak merasa tegang dan bisa memberikan informasi yang sebenarnya.

(7)

Berdasarkan jawaban siswa pada tes awal, jenis kesalahan yang dilakukan siswa dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Kesalahan konsep meliputi: 1) Tidak menjawab soal

2) Tidak dapat menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran bentuk aljabar

3) Tidak dapat menerapkan konsep komutatif ke dalam pemfaktoran bentuk aljabar

b.Kesalahan prosedural adalah kesalahan dalam langkah menyelesaikan soal, yaitu langsung menemukan hasil akhir tanpa langkah yang benar.

c. Kesalahan perhitungan yaitu salah menyatakan sebuah bilangan sebagai bentuk penjumlahan atau bentuk pengurangan bilangan.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, kesulitan yang dialami siswa beragam, antara lain:

1. Kesulitan yang dialami ARI:

a. Pada soal nomor 1, ARI mengalami kesulitan menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran, dikarenakan belum memahami konsep distributif, sehingga salah dalam langkah penyelesaian soal.

b. Pada soal nomor 2, ARI mengalami kesulitan menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran, dikarenakan belum memahami konsep distributif.

c. Pada soal nomor 3, ARI tidak menjawab soal tersebut karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui prosedur yang tepat dalam menyelesaikan soal.

d. Pada soal nomor 4, ARI mengalami kesulitan menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran, dikarenakan belum memahami konsep distributif.

e. Pada soal nomor 5, ARI kesulitan menerapkan konsep komutatif ke dalam pemfaktoran dan kesulitan menyatakan sebuah bilangan sebagai bentuk penjumlahan atau bentuk pengurangan bilangan dikarenakan belum memahami operasi hitung bilangan bulat.

2. Kesulitan yang dialami HDM:

a. Pada soal nomor 1, HDM mengalami kesulitan menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran, dikarenakan belum memahami konsep distributif, sehingga salah dalam langkah penyelesaian soal.

b. Pada soal nomor 2, HDM mengalami kesulitan menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran, dikarenakan belum memahami konsep distributif.

c. Pada soal nomor 3, HDM tidak menjawab soal tersebut karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui prosedur yang tepat dalam menyelesaikan soal.

d. Pada soal nomor 5, HDM menerapkan konsep komutatif dalam pemfaktoran dan kesulitan menyatakan sebuah bilangan sebagai bentuk

(8)

penjumlahan atau bentuk pengurangan bilangan dikarenakan belummemahami konsep operasi hitung bilangan bulat.

3. Kesulitan yang dialami FR:

a. Pada soal nomor 3, FR tidak menjawab soal tersebut karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui prosedur yang tepat dalam menyelesaikan soal.

b. Pada soal nomor 4, FR tidak menjawab soal tersebut karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui prosedur yang tepat dalam menyelesaikan soal.

c. Pada soal nomor 5, FR tidak menjawab soal tersebut karena tidak memahami konsep dalam menyelesaikan soal sehingga tidak mengetahui prosedur yang tepat dalam menyelesaikan soal.

Setelah mengetahui jenis-jenis kesalahan dan kesulitan yang dialami subjek, selanjutnya peneliti membantu subjek yang mengalami kesulitan agar dapat memahami konsep yang belum mereka pahami. Sesuai dengan pendapat Sutrisno (1990:82) menyatakan bahwa dalam wawancara klinis selain pewawancara mencoba untuk menggali apa yang dipikirkan siswa, siswa juga diberi kesempatan untuk meminta keterangan/penjelasan dari si pewawancara. Dari sinilah dialog akan tercipta dan akibatnya tidak hanya si pewawancara yang dapat mengetahui tingkat pengetahuan siswa saat itu, tetapi siswa pun memperoleh bimbingan dari pewawancara.

Adapun yang dilakukan peneliti adalah peneliti melakukan remediasi menggunakan wawancara klinis berbantuan LKS kepada ketiga subjek tersebut. Peneliti membantu subjek untuk memahami konsep pemfaktoran bentuk aljabar dengan menggali pengetahuan dan menanyakan konsep yang mereka pahami pada materi pemfaktoran bentuk aljabar. Kemudian dengan LKS tersebut, siswa akan belajar memahami konsep pada materi pemfaktoran bentuk aljabar. Peneliti juga memberikan beberapa soal yang berkaitan dengan pemfaktoran agar konsep yang mereka pelajari lebih mereka pahami. Selain itu tidak lupa peneliti memberikan motivasi kepada subjek yang mengalami masalah. Setelah peneliti memberikan remediasi menggunakan wawancara klinis berbantuan LKS tersebut, maka peneliti memberikan tes yang kedua.

Berdasarkan hasil tes yang kedua dapat diungkapkan bahwa ARI dapat menyelesaikan jawaban dengan benar sebanyak 3 butir soal, dan melakukan kesalahan pada 2 butir soal. HDM dapat menyelesaikan jawaban dengan benar sebanyak 3 butir soal, dan melakukan kesalahan pada 2 butir soal. FR dapat menyelesaikan jawaban dengan benar sebanyak 3 butir soal, dan melakukan kesalahan sebanyak 1 butir soal dan tidak menjawab 1 butir soal.

Adapun kesalahan siswa tiap butir soal pada tes awal dan tes akhir, atau pemberian tes sebelum dan sesudah diberikan remediasi dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Sebelum diberikan wawancara klinis ARI melakukan 5 kesalahan, yaitu 1 kesalahan prosedural, 3 kesalahan konsep dan 1 kesalahan perhitungan. Kesalahan prosedural dikarenakan ARI tidak menyelesaikan soal dengan langkah yang benar. Kesalahan konsep yaitu gagal menerapkan konsep

(9)

distributif ke dalam pemfaktoran, tidak menjawab soal, gagal menerapkan konsep komutatif ke dalam pemfaktoran. Sedangkan kesalahan perhitungan yaitu gagal menyatakan sebuah bilangan sebagai bentuk penjumlahan atau pengurangan bilangan. Setelah diberikan wawancara klinis ARI masih melakukan 2 kesalahan yaitu kesalahan konsep karena gagal menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran dan gagal menerapkan konsep komutatif ke dalam pemfaktoran.

2. Sebelum diberikan wawancara klinis HDM melakukan 5 kesalahan, yaitu 1 kesalahan prosedural, 3 kesalahan konsep dan 1 kesalahan perhitungan. Kesalahan prosedural dikarenakan HDM tidak menyelesaikan soal dengan langkah yang benar. Kesalahan konsep yaitu gagal menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran, tidak menjawab soal, gagal menerapkan konsep komutatif ke dalam pemfaktoran. Sedangkan kesalahan perhitungan yaitu gagal menyatakan sebuah bilangan sebagai bentuk penjumlahan atau pengurangan bilangan. Setelah diberikan wawancara klinis ARI masih melakukan 1 kesalahan yaitu kesalahan konsep karena gagal menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran.

3. Sebelum diberikan wawancara klinis FR melakukan 1 kesalahan yaitu kesalahan konsep yaitu tidak menjawab butir soal sebanyak 3 soal. Setelah diberikan wawancara klinis FR masih melakukan kesalahan yaitu kesalahan konsep dikarenakan tidak menjawab soal dan gagal menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran

Meskipun sudah diberikan remediasi namun kesalahan siswa masih muncul pada tes yang kedua. Sehingga dapat dikatakan bahwa kesulitan siswa belum dapat teratasi secara maksimal, namun remediasi melalui wawancara klinis dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan siswa. Tidak teratasinya kesulitan siswa dikarenakan oleh beberapa faktor, baik itu dari peneliti maupun subjek penelitian. Dilihat dari faktor peneliti, yaitu kurangnya kemampuan komunikasi peneliti dalam mewawancarai siswa, serta kurangnya pengetahuan peneliti mengenai materi yang diajarkan. Selain itu kurangnya kekreatifan peneliti membuat LKS sehingga kurang menarik dan tidak memberikan hasil maksimal kepada siswa. Dilihat dari subjek itu sendiri faktor tersebut dapat berupa kurangnya konsentrasi siswa, karena pada waktu penelitian siswa sedang melaksanakan MID, selain itu juga faktor lupa juga berpengaruh pada siswa ketika menyelesaikan soal.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian, wawancara, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan (1) kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal pemfaktoran bentuk aljabar meliputi: siswa kesulitan menerapkan konsep distributif ke dalam pemfaktoran, siswa kesulitan menerapkan konsep komutatif ke dalam pemfaktoran, siswa kesulitan menyatakan sebuah bilangan sebagai

(10)

bentuk pengurangan atau bentuk penjumlahan bilangan. (2) Remediasi melalui wawancara klinis berbantuan LKS belum dapat mengatasi kesulitan siswa secara maksimal dalam menyelesaikan soal pemfaktoran bentuk aljabar, namun kesulitan tersebut dapat diminimalisir oleh peneliti. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes awal dan tes akhir siswa menunjukkan bahwa kesalahan siswa berkurang setelah diberikan remediasi, meskipun siswa masih melakukan kesalahan yang sama pada tes akhir.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Penelitian ini sebaiknya jangan dilaksanakan pda waktu MID dan sebaiknya dilaksanakan di tempat yang lebih nyaman sehingga membuat siswa lebih konsentrasi, (2) Agar LKS dapat memaksimalkan proses pembelajaran, sebaiknya LKS dibuat lebih menarik dan lebih kreatif (3) Remediasi menggunakan wawancara klinis berbantuan LKS ini perlu dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran matematika (4) Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menyempurnakan dan mengurangi kelemahan yang ada dalam penelitian ini

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Buschman, L. 2001. Using student interviews to guide classroom instruction. Teaching Children Mathematics, 8 (4), 222-227

Dargiri, H. dkk. 1987. Dasar-dasar Program Bimbingan Belajar di Sekolah. Pontianak: FKIP UNTAN.

Haydar, Hanna. 2009. During to Ask Hard Questions : The effect of Clinical interview Training Upon Teachers Classroom Questioning. Jurnal. (Online) http://www.google.co.id/#hl=id&q=clinical+interview (Tanggal akses 16 juni 2011, pukul 14.42).

Heritage, M., Kim, J., & Vendlinski, T. 2008. From evidence to action A

seamless process in formative assessment?. New York : Paper presented at

the American Educational Research Association Annual Meeting.

Ischak dan Wardji. 1987. Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Liberty.

Jacobs, V. & Ambrose, R. 2003. Individual interviews as a window into teachers'mathematical problem solving. Chicago : Paper presented at the Annual Meeting of the American Educational Research Association.

Mirza, Ade. 1998. Analisis Kesalahan Belajar Matematika. Pontianak: FKIP Universitas Tanjungpura

Ruseffendi, E.T. 1991 . Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung : Alfabeta.

(11)

Sutrisno, Leo. 1990. The Remidiation of Weaknesses in Physics Concepts of

Secondary School Students in West Kalimantant. Monash, Melbourne: Ph.D

Thesis.

... 1991. Tes Diagnostik dan Remediasi Pendidikan Matematika. Makalah. Pontianak: FKIP UNTAN

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian tentang Hubungan Umur dan Jenis Kelamin dengan kejadian katarak di Istalansi Rawat Jalan (Poli Mata) Rumah Sakit dr Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun

Adapun metode yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :.. Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suhu dan lamanya pemanasan terhadap kandungan total fenol oleoresin daun kari di dalam emulsi minyak jagung dan

Pada atom, elektronelektron beredar mengelilingi atom, hanya bedanya pada sistem tata surya, setiap lintasan (orbit) hanya ditempati 1 planet, sedangkan pada atom

Sedangkan indikator untuk kepuasan pelanggan adalah keadilan dalam mendapatkan pelayanan, kesesuaian terhadap lokasi pembayaran, kesigapan petugas didalam pemberiaan

Aktor yang paling berperan dalam menentukan strategi untuk meningkatkan kompetensi SDM pasca pembongkaran dari kapal ternak adalah perusahaan ekspedisi dengan bobot 0.269;

Sebagai kesimpulan bahwa pola konsumsi pangan, kebiasaan sarapan pagi, dan penyakit malaria memiliki hubungan yang bermakna dengan anemia pada remaja putri di wilayah

Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif dimana ibu yang mendapat dukungan dari suami mempunyai kecenderungan untuk memberikan ASI secara eksklusif sebesar