• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Model pembelajaran memiliki ragam yang banyak, namun tidak semua model dapat diterapkan pada materi, sehingga diperlukan cara untuk memilihnya yang sesuai dengan jenis materi, karakteristik peserta didik serta situasi dan kondisi tempat pembelajaran yang akan berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas guru dalam memilih model-model pembelajaran yang ada, sehingga pembelajaran dapat berjalan menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Dan akhirnya dengan mudah tujuan pembelajaran bisa tercapai. (Saminto, 2010: 30).

Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, teknik pembelajaran dan sebagainya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan model pembelajaran, yaitu: 1) tujuan pembelajaran; 2) peserta didik; 3) guru; 4) fasilitas; dan 5) situasi.

Soekamto dan Winaputra (1995: 78) mendefinisikan “model pembelajaran” sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisisikan pengalaman belajar bagi para siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Shadiq (2009: 7) menyimpulkan model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang juga dikenal sebagai strategi pembelajaran. Selain itu, suatu metode dapat menjadi model jika memenuhi empat persyaratan seperti dikemukakan Joyce dan Weil (1986).

Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut: 1) Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata. Contohnya, bagaimana kegiatan pendahuluan pada proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan terjadi berikutnya?. 2) Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan siswa selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model dan model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan. 3) Prinsip reaksi (prinsiples of reaction) yang menunjukkan bagaimana guru memperlakukan siswa dan bagaimana merespon apa yang dilakukan siswanya. Pada satu model guru memberikan ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa dengan baik, namun pada model lainnya guru bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk hal-hal yang terkait dengan kreativitas. 4) Sistem Pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model tersebut. (Shadiq, 2009: 7).

(2)

Beberapa model pembelajaran matematika berikut langkah-langkahnya yang dapat diterapkan dalam pembelajaran aktif, diungkapkan (Saminanto, 2010: 31-51) sebagai berikut: A. Model Pembelajaran Jigsaw

Dikembangkan Aronson, Blaney, Stephen, Sikes dan Snapp pada 1978, mempunyai langkah-langkah:

1. Siswa dikelompokkan ke dalam tim (kelompok asal) sebanyak bagian materi atau sub bab yang akan dibahas.

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.

3. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian atau sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka. 4. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan

bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 6. Guru memberi evaluasi

7. Penutup.

B. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Dikembangkan Salvin pada 1995, mempunyai langkah-langkah:

1. Membentuk Kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).

2. Guru menyajikan pelajaran.

3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

5. Memberi evaluasi. 6. Kesimpulan.

C. Model Pembelajaran Mind Maping

Model Pembelajaran mind maping mempunyai langkah-langkah: 1. Guru menyampaikan indikator hasil belajar

2. Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa. Sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.

3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.

4. Tiap kelompok menginventarisasi atau mencacat alternatif jawaban hasil diskusi.

5. Tiap kelompok (diacak) membaca hasil diskusinya dan guru mencacat di papan serta mengelompokkan sesuai kebutuhan guru

(3)

6. Dari data di papan tulis, siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

D. Model Pembelajaran Make A Match (Cari Pasangan)

Dikembangkan oleh Make a Match Lorna Curran pada 1994, mempunyai langkah-langkah: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok

untuk sesi review, sebaiknya satu bagian soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.

7. Demikian seterusnya. 8. Kesimpulan atau penutup.

E. Model Pembelajaran Cooperative Script

Dikembangkan oleh Danserau, dkk pada 1985, mempunyai langkah-langkah: 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

2. Guru membagikan wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa

yang berperan sebagai pendengar.

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

5. Sementara pendengar menyimak, mengoreksi atau menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.

7. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru. 8. Penutup.

F. Model Pembelajaran Think Pair and Share (Pikir Bareng dan Berbagi) Dikembangkan oleh Frank Lywan pada 1985, langkah-langkah:

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai

2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan

(4)

4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya

5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

6. Guru memberi kesimpulan. 7. Penutup

G. Model Pembelajaran Numbered Heads Together (Kepala Bernomor) Dikembangkan oleh Spencer Kagan pada 1992, langkah-langkah:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. 2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya.

4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 6. Kesimpulan.

H. Model Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur (Modifikasi Numbered Heads) Dikembangkan Spencer Kagan pada 1992, langkah-langkahnya:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. 2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang

berangkai.

3. Misalnya: siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

4. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.

5. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain. 6. Kesimpulan

I. Model Pembelajaran Snow-ball Throwing (Gelundungkan Bola Salju) Langkah-langkah model ini sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

(5)

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama  15 menit.

6. Setelah siswa dapat satu bola atau satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang ditulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Evaluasi 8. Penutup

J. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction) Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

K. Model Pembelajaran Artikulasi Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.

3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.

4. Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membantu catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.

5. Suruh siswa secara bergiliran atau diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya. 6. Guru mengulangi atau menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami

siswa.

(6)

L. Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM. 3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.

4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.

6. Masing-masing siswa duduk dikelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan.

7. Setelah seleai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas.

8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. 9. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

10. Evaluasi. 11. Penutup.

M. Model Pembelajaran Grup Peneliti (Group Investigation)

Dikembangkan oleh Sharan pada 1992, mempunyai langkah-langkah: 1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi atau tugas yang berbeda dari kelompok lain.

4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan.

5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok.

6. Guru memberikan penjelasan singkat sakligus memberi kesimpulan. 7. Evaluasi.

8. Penutup.

N. Model Pembelajaran Debat (Debate) Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra.

2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok di atas.

3. Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibahas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.

(7)

4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis inti atau ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi.

5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap.

6. Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

O. Model Pembelajaran Picture and Picture Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar

3. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.

4. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

5. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

6. Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan atau rangkuman.

P. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Dikembangkan oleh Steven dan Slavin pada 1995, mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

2. Guru memberikan wacana atau kliping sesuai dengan topik pembelajaran.

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana atau kliping dan ditulis pada lembar kertas.

4. Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok. 5. Guru membuat kesimpulan bersama.

6. Penutup.

Q. Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)

Nama lain model ini adalah Team Accelerated Instruction (Kombinasi Pembelajaran Kelompok dan Individu) dan dikembangkan oleh Slavin pada 1985. Langkah-langkahnya: 1. Disampaikan tujuan pembelajaran.

2. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

3. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual.

4. Anggota kelompok menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.

5. Semua bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan sebagai tanggung jawab bersama.

(8)

6. Validasi kelas hasil diskusi kelompok. 7. Guru memberikan penilaian.

8. Kesimpulan dan penutup.

R. Model Pembelajaran Team Group Turnament (TGT) Langkah-langkahnya:

1. Guru menentukan materi dan membuat soal dan jawaban.

2. Pembentukkan kelompok dan diketuai seorang siswa yang bertugas melakukan pencatatan-pencatatan hasil jawaban siswa.

3. Bekali setiap kelompok sejumlah kartu yang berisi soal dan jawaban.

4. Salah seorang siswa membacakan pertanyaan yang tertera di dalam kartu dan siswa yang lainnya dalam kelompok itu menjawab pertanyaan di dalam kertas-kertas kecil yang telah disiapkan sebelumnya.

5. Kemudian siswa yang membacakan soal tersebut di atas memeriksa jawaban teman-temannya, dan siswa yang menjawab benar diberikan tanda torus dikolom pencatatan data yang telah dipersiapkan oleh guru.

6. Demikian seterusnya secara bergantian sampai seluruh kartu soal yang disediakan habis terjawab oleh seluruh siswa.

7. Ketua kelompok memasukkan seluruh hasil catatan selama berlangsungnya proses KBM dan menyerahkannya kepada guru.

8. Guru melakukan perekapan hasil dan menentukan skor drai setiap sisea kemudian merubah skor ke dalam bentuk penilaian.

S. Model Pembelajaran Pengajuan Soal (Problem Posing)

Dikembangkan oleh Lyn D. English pada 1997, langkah-langkahnya:

1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

2. Guru memberikan latihan soal secukupnya.

3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat dilakukan secara berkelompok.

4. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.

5. Guru memberi tugas rumah secara individual.

T. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran, bahwa siswa perlu mengkontruksi sendiri pengetahuannya (belajar secara mandiri).

(9)

3. Ungkap rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar (misalnya melalui belajar kelompok). 5. Hadirkan model untuk contoh pembelajarannya.

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara. U. Model Pembelajaran Quantum (Quantum Teaching)

langkah-langkahnya:

1. Rancanglah suasana sehingga menyenangkan. Guru bertindak ramah, antusias, hangat dan menarik.

2. Buatlah agar segalanya “berbicara” tentang materi yang diajarkan. 3. Buatlah agar segalanya bertujuan untuk keberhasilan belajar.

4. Berilah pengalaman awal (siswa mengkontruksi sendiri pengetahuannya), selanjutnya guru memberikan arahan yang diperlukan.

5. Beri pengakuan pada setiap usaha yang telah dilakukan siswa. 6. Jika suatu materi layak dipelajari, rayakanlah keberhasilannya.

7. Perlu pengaturan suasana dan lingkungan yang kondusif untuk belajar. 8. Ciptakan keriangan dan ketakjuban (seperti waktu kita belajar naik sepeda). V. Model Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching)

Dikembangkan oleh Ann Brown pada 1982 mempunyai langkah-langkah: 1. Guru menyiapkan materi dan diinformasikan kepada siswa.

2. Siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri di rumah.

3. Guru menunjuk satu siswa untuk menyajikan materi tersebut di depan kelas. Lengkap dengan alat peraga yang diperlukan.

4. Dengan metode tanya jawab, guru mengungkapkan kembali secara singkat untuk melihat tingkat pemahaman para siswa. Guru dapat menggiring pertanyaan siswa dan siswa yang mengajarlah yang menjawab pertanyaan dari temannya. Guru tetap sebagai nara sumber. 5. Guru melatih siswa mengerjakan soal (pendalaman materi).

6. Guru memberikan tugas rumah sebagai bentuk latihan rutin. W. Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil

Langkah-langkahnya:

1. Pilihlah materi dan bagi dalam sub-sub materi.

2. Guru membentuk kelompok siswa secara heterogen sebanyak sub-sub materi. Siswa yang pandai tersebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya.

3. Masing-masing kelompok mempelajari materi itu dengan dipandu siswa yang pandai. 4. Beri waktu yang cukup untuk persiapan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

5. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru tetap sebagai nara sumber.

(10)

6. Berilah kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.

X. Model Pembelajaran Problem Solving (Pemecahan Masalah) Langkah-langkahnya:

1. Guru menyampaikan materi.

2. Dengan tanya jawab, guru memberikan contoh soal.

3. Guru memberikan 1 atau 2 soal yang harus dipecahkan siswa berdasarkan persyaratan soal sebagai sebuah problem, yaitu:

a. Siswa memiliki pengetahuan prasyarat untuk mengerjakan soal tersebut. b. Siswa belum tahu algoritma atau cara pemecahan soal tersebut.

c. Siswa mau dan berkehendak untuk menyelesaikan soal tersebut.

4. Siswa dengan dipandu guru menyelesaikan soal yang dipakai sebagai bahan ajar. Y. Model Pembelajaran dengan Formasi Regu Tembak

Langkah-langkahnya:

1. Tetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2. Susunlah kursi dalam formasi dua barisan berhadapan. Sediakan kursi yang cukup untuk seluruh siswa di kelas.

3. Pisahkan kursi-kursi menjadi sejumlah regu beranggotakan 3-5 siswa pada setiap sisi atau deret. Misalnya formasi sebagai berikut:

XXXX XXXX XXXX XXXX XXXX XXXX XXXX YYYY YYYY YYYY YYYY YYYY YYYY YYYY

4. Bagikan pada setiap siswa X sebuah kartu berisi sebuah tugas yang akan dijawab oleh siswa Y yang duduk berhadapan dengannya.

5. Mulailah tugas pertama. Dalam waktu yang tidak begitu lama, umumkan siswa Y untuk berindah satu kursi di sebelah kirinya di dalam regunya. Perintahkan siswa X untuk “menembakkan” tugas atau pertanyaan kepada siswa Y yang duduk dihadapannya. Lanjutkan dengan jumlah babak sesuai dengan jumlah tugas yang diberikan.

Z. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi (Jurisprudential Inquiry) Langkah-langkahnya:

1. Guru memperkenalkan kepada siswa materi-materi kasus dan mengkajinya (orientasi terhadap kasus).

2. Siswa mensintesis fakta, mengaitkan dengan isu-isu umum dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang terlibat dalam kasus tersebut (mengidentifikasi isu).

3. Siswa diminta mengambil sikap atau pendapat terhadap isu tersebut dan menyatakan sikapnya (pengambilan posisi atau sikap).

4. Menggali sikap (posisi atau pendapat) siswa lebih dalam. Siswa dituntut untuk mengajukan argumen logis dan rasional untuk mendukung sikap yang telah diambilnya.

(11)

5. Memperjelas ulang dan memperkuat terhadap sikap yang telah diambil.

6. Guru menguji atau mendiskusikan apakah argumentasi yang digunakan untuk mendukung sikap tersebut relevan dan valid.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Shadiq, Fadjar. 2009. Modul Matematika SMP Program Bermutu, Model-Model Pembelajaran

Matematika SMP. Jakarta: Depdikbud. Tersedia di

https://mgmpmatsatapmalang.files.wordpress.com/2011/11/17-model_model pembelajar-an matematikasmp.pdf#page=42&zoom=auto,-107,696 [27 November 2015]

Saminato. 2010. Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang: Rasail Media Group Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Tarif Pelayanan non kesehatan lainnya sesuai pengembangan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan baru sesuai dengan perkembangan ilmu dan

[r]

Tongkol jagung merupakan produk samping pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak ruminansia. Nilai nutrisi serta

As with earlier infrastructural tech- nologies, IT provided forward-looking companies many opportunities for com- petitive advantage early in its buildout, when it could still

Dari hasil analisa data dan melihat pola sekuensial, maka dapat disimpulkan bahwa metoda sequence pattern mining memudahkan untuk mencari pola-pola pengetahuan dari

Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP ( polypropylene ) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang berhubungan dengan makanan

Studi tentang aplikasi BAL dalam proses pembuatan tahu dan tempe belum dilakukan, oleh karena itu pemanfaatan BAL dalam proses pembuatan tahu dan tempe diharapkan

Pengaruh Keadilan Organisasi Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap kecurangan: Studi Empiris Pada Kantor.. Cabang Utama Bank Pemerintah Di Kota