• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal TPP Tahap Pengenalan Profesi (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal TPP Tahap Pengenalan Profesi (1)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tubuh manusia merupakan keseluruhan struktur fisik organisme manusia. Tubuh manusia terdiri atas kepala, leher, batang badan, anggota gerak atas, dan anggota gerak bawah. Pada saat manusia mencapai kedewasaan, tubuh terdiri dari hampir 100.000.000.000 sel. Masing-masing merupakan bagian sistem organ yang dirancang untuk melakukan fungsi kehidupan yang esensial. Sistem organ tubuh termasuk kardiovaskular, pencernaan, pernapasan, reproduksi, dan muskuloskeletal (Anderson,1999).

Manusia memiliki kemampuan untuk bergerak dan melakukan aktivitas, seperti berjalan, berlari, menari dan lain-lain. Kemampuan melakukan gerakan tubuh pada manusia didukung adanya sistem gerak, yang merupakan hasil kerja sama yang serasi antar organ sistem gerak, yaitu rangka (tulang), persendian, dan otot. Alat gerak manusia ada dua macam, yaitu alat gerak pasif dan alat gerak aktif. Alat gerak pasif ialah rangka tubuh, sedangkan alat gerak aktif ialah otot. Semua aktivitas yang dilakukan tidak terlepas dari organ-organ yang membentuk sistem tubuh tersebut .

Banyaknya aktivitas yang dilakukan manusia tanpa disadari dapat menurunkan fungsi dari masing-masing sistem tubuh. Manusia memiliki pekerjaan yang sangat beragam, mulai dari pekerja kantoran sampai dengan pekerja serabutan. Masing-masing pekerjaan melibatkan sistem tubuh yang berbeda. Contohnya Palembang, Sumatera Selatan, dapat kita jumpai penenun kain songket yang merupakan kain khas daerah yang bernilai tinggi. Penenun kain songket merupakan pekerjaan yang melibatkan anggota gerak atas dan bawah. Penenun kain songket menghabiskan waktu yang cukup lama untuk duduk dan menggerakan anggota geraknya demi menghasilkan sebuah kain songket yang indah.

(2)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dirumuskan pada kegiatan Tugas Pengenalan Profesi blok IV ini adalah:

1. Bagaimana aplikasi fungsi-fungsi dari anggota gerak manusia bagi penenun kain songket?

2. Apa saja keluhan yang dialami oleh penenun kain songket?

1.3 Tujuan Kegiatan

Tujuan pelaksananaan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi blok IV ini adalah untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan diatas beserta pembelajaran yang didapat dari kegiatan ini. Ada tujuan umum dan tujuan khusus :

1. 3. 1 Tujuan umum:

1. Melaksanakan Tugas Pengenalan Profesi dengan judul “Observasi Alat dan Sistem Gerak Tubuh Pada Penenun Kain Songket”sebagai kompetensi tugas kelompok yang harus dilakukan dan diselesaikan dalam pembelajaran Blok IV mengenai Sistem Tubuh Manusia.

1. 3. 2 Tujuan khusus:

1. Mengetahui aplikasi fungsi-fungsi dari anggota gerak manusia bagi penenun kain songket.

2. Mengetahui keluhan yang berhubungan dengan sistem gerak pada tubuh penenun kain songket.

1.4 Manfaat Kegiatan

Kegiatan ini diharapkan bermanfaat baik bagi pembaca dan penulis. Ada manfaat bagi pembaca dan manfaat bagi penulis :

Manfaat bagi pembaca:

1. Mengetahui aplikasi fungsi-fungsi dari anggota gerak manusia. 2. Menambah ilmu pengetahuan.

Manfaat bagi penulis:

1. Mengetahui aplikasi fungsi-fungsi dari anggota gerak manusia.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang

Tulang atau kerangka adalah penopang tubuh Vertebrata. Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur.

Pertumbuhan tulang selengkapnya terbentuk pada umur lebih kurang 30 tahun. Setelah itu ada juga perubahan yang disebut remodelling. Tulang merupakan reservoir terbesar dari kalsium dan phosphate. 99% kalsium terdapat di tulang (1000 gram) dari jumlah kalsium tubuh, sedangkan phosphate dalam tulang mencapai 90% dari phosphate dalam tubuh (Landan, 1980).

Dari segi bentuk, tulang dapat dibagi menjadi tulang pipa (seperti tulang hasta dan tibia), tulangpipih (seperti tulang rusuk, tulang dada), dan tulang pendek (tulang-tulang telapaktangan, pergelangan tangan).Menurut letaknya tulang dibagi dua, yaitu: Tengkora (bagian kepala), dan rangka badan.

Secara umum istilah tulang digunakan merujuk pada kerangka dari hewan tertulang belakang dan tidak hanya pada kerangka manusia. Bagian tubuh ini, sebagaimana halnya daging, diunakan pula sebagai bahan dasar hidangan. Hidangan yang memanfaatkan tulang sebagai bahannya, misalnya saja sup tulang dan ayam tulang lunak.

(Landan, 1980) 2.1.1 Struktur Tulang

Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:

(4)

Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

2. Tulang Kompak (Compact Bone).

Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak- anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan

3. Tulang Spongiosa (Spongy Bone).

Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.

4. Sumsum Tulang (Bone Marrow).

(5)

2.1.2 Susunan Makroskopis Tulang

Secara makroskopis tulang tersusun atas tulang spongiosa dan tulang kompakta. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai tulang spongiosa dan tulang kompakta.

1. Tulang Spongiosa

Tulang Spongiosa atau tulang seperti spons (L. cancello= membuat kisi-kisi) Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L. singkatan dari trabs = sebuah balok) yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.

2. Tulang Kompakta

Tulang yang membentuk masa yang padat tanpa terlihat ruangan. Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.

2.1.3 Macam-macam Sel Tulang, Lokasi, serta Fungsinya 1. Osteoblas

Dari Bahasa Yunani yang merujuk kepada "tulang" dan "janin" atau embrio . Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein. Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya lisosom. Osteoblast yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.

(6)

merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan- tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion- ion diantara osteosit yang berdekatan. Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas. Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada tulang.

3. Osteoklas,

Osteoklas merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mikroskop electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic. Pada proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang.Osteoklas merupakan sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit makrofag.

(7)

Sel osteoprogenitor merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang. Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat. Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain : Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi. Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.

2.1.4. Pengaruh Hormon Terhadap Pertumbuhan Tulang 1. Hormon pertumbuhan (Growth Hormon)

a. Merupakan efek paling utama dari GH

b. Pertumbuhan tulang dapat berupa penebalan atau pertumbuhan panjang c. Kedua pertumbuhan tersebut ditingkatkan oleh hormone pertumbuhan

d. Hormone ini merangsang poliferasi tulang rawan epifis shga menyediakan lebih banyak ruang untuk membentuk tulang dan merangsang aktivitas osteoblas

e. Apabila lempeng epifis telah tertutup,tulang tdk lagi bertambah panjang walaupun terdapat hormone peertumbuhan

2. Parathyroid hormon (PTH)

Fungsinya mempertahankan konsentrasi serum kalsium pada rentang yang sangat sempit. Produksi dan release distimulasi oleh naik turunnya kadar kalsium serum. Target organnya tubulus renal, tulang, dan intestinal.

3. Hormon lain

Estrogen menstimulasi absorbsi kalsium dan melindungi tulang dari pengaruh PTH. Efek hormon inimenyebabkan oeteoporosis.Thyroxinmeningkatkan pembentukan dan resobsi tulang tetapi lebih dominan resorbsi sehingga hyperthyroid dihubungkan dengan besarnya pembongkaran tulang dan osteoporosis.

2.1.5 Perkembangan dan Regenerasi Tulang

(8)

mula-mula adalah tulang rawan (kartilago). Berikut merupakan proses pertumbuhan tulang pada manusia.

1. Tulang rawan pada embrio mengandung banyak osteoblas, terutama pada bagian tengah epifisis dan bagian tengah diafisis, serta pada jaringan ikat pembungkus tulang rawan.

2. Osteosit terbentuk dari osteoblas, tersusun melingkar membentuk sistem Havers. Di tengah sistem Havers terdapat saluran Havers yang banyak mengandung pembuluh darah dan serabut saraf.

3. Osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang.

4. Setelah mendapat tambahan senyawa kalsium dan fosfat tulang akan mengeras. 5. Selama terjadi penulangan, bagian epifisis dan diafisis membentuk daerah antara yang

tidak mengalami pengerasan, disebut cakraepifisis.

6. Bagian cakraepifisis terus mengalami penulangan. Penulangan bagian ini menyebabkan tulang memanjang.

7. Di bagian tengah tulang pipa terdapat osteoblas yang merusak tulang sehingga tulang menjadi berongga kemudian rongga tersebut terisi oleh sumsum tulang.

2.1.6 Regenerasi Tulang

Proses regenerasi tulang adalah proses penyembuhan pada tulang. Berikut adalah tahap-tahap regrenerasi tulang.

1. Inflamasi

Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar) yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan, dan nyeri.

2. Proliferasi sel

Hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endostel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar.

3. Pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur.

(9)

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu setelah patah tulang melalui proses penulangan endokondral.

5. Remodelling

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodelling memerlukan waktu berbulan-bulan samapai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus , stress fungsional pada tulang.

2.2 Persendian/Artikulasi

Merupakan hubungan antara 2 buah tulang. Struktur khusus yang terdapat pada artikulasi yang dapat memungkinkanuntuk pergerakan disebut dengan sendi. Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.

Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:

1. Sendi fibrosa

Sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan sindemosis;

2. Sendi kartilaginosa

Sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis.

3. Sendi synovial

(10)

(Januarto, OB. 2002)

Artikulasi dapat dibedakkan menjadi: 1. Sinarthrosis

Disebut juga dengan sendi mati.Yaitu hubungan antara 2 tulang yang tidak dapat digerakkan sama sekali. Artikulasi ini tidak memiliki celah sendi dan dihubungkan dengan jaringan serabut. Dijumpai pada hubungan tulang pada tulang- tulang tengkorak yang disebut sutura/suture.

2. Amfiarthrosis

Disebut juga dengan sendi kaku.Yaitu hubungan antara 2 tulang yang dapat digerakkan secara terbatas. Artikulasi ini dihubungkan dengan cartilago. Dijumpai pada hubungan ruas-ruas tulang belakang, tulang rusuk dengan tulang belakang. 3. Diarthrosis

Disebut juga dengan sendi hidup.Yaitu hubungan antara 2 tulang yang dapat digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas. Untuk melindungi bagian ujung-ujung tulang sendi, di daerah persendian terdapat rongga yang berisi minyak sendi/cairan synovial yang berfungsi sebagai pelumas sendi

(Martini, 2001).

2.2.1 Penggolongan Artikulasi/Sendi Diarthrosis 1. Sendi engsel

Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan hanya satu arah saja. Dijumpai pada hubungan tulang Os. Humerus dengan Os. Ulna dan Os. Radius/sendi pada siku, hubungan antar Os. Femur dengan Os. Tibia dan Os. Fibula/sendi pada lutut.

(11)

Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan kedua arah. Dijumpai pada hubungan antara Os. Carpal dengan Os. Metacarpal, sendi pada tulang ibu jari.

3. Sendi putar

Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan salah satu tulang berputar terhadap tulang yang lain sebagai porosnya. Dijumpai pada hubungan antara Os. Humerus dengan Os. Ulna dan Os. Radius, hubungan antar Os. Atlas dengan Os. Cranium. 4. Sendi peluru/endartrosis

Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan ke segala arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan Os. Scapula dengan Os. Humerus, hubungan antara Os. Femur dengan Os. Pelvis virilis.

5. Sendi geser

Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan pada satu bidang saja atau gerakan bergeser. Dijumpai pada ruas-ruas Os. Vertebrae, ruas-ruas Os. Metatarsal dan ruas-ruas Os. Metacarpal.

6. Sendi luncur

Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakanbadan melengkung ke depan (membungkuk) dan ke belakang serta gerakan memutar (menggeliat).

7. Sendi gulung

Yaitu hubungan antar tulang yang gerakan tulangnya seolah-olah mengitari tulang yang lain. Dijumpai pada hubungan Os. Metacarpal dengan Os. Radius.

8. Sendi ovoid

Yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan berporos dua, dengan gerak ke kiri dan ke kanan, gerakan maju dan mundur, gerakan muka/depan dan belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk ovaldanmasuk ke dalam suatu lekuk yang berbentuk elips. Dijumpai pada hubungan Os. Radius dengan Os. Carpal.

2.3 Otot

Otot merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak ini adalah sutau penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan rangasangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu.

Otot merupakan jaringan yang bercirikan mampu berkontraksi, beraktivitas yang dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filameb-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondriadi sekitar miofibil.

(12)

Dalam garis besarnya sel otot dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu otot polos, otot lurik (rangka) dan otot jantung. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tiga golongan otot secara garis besar:

1. Otot Polos

Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti gelendongan, dibagian tengan terbesar dankedua ujungnya meruncing. Otot polos memilki serat yang arahnya searah panjang sel tersebut miofibril. Serat miofilamen dan masing-masing mifilamen teridri dari protein otot yaitu aktin dan miosin. Otot polos bergerak secara teratur, dan tidak cepat lelahg. Walaupun tidur. Otot masih mampu bekerja. Otot polos terdapat pada alat-alat dinding tubuh dalam, misalnya pada dinding usus, dinding pembuluh darah, pembuluh limfe, dinding saluran pencernaan, takea, cabang tenggorok, pada muskulus siliaris mata, otot polos dalam kulit, saluran kelamin dan saluran ekskresi

Cara kerja otot polos:

(13)

2. Otot lurik

Sel-sel otot lurik berbentuk silindris atau seperti tabung dan berinti banyak, letaknya di pinggir, panjangnya 2,5 cm dan diameternya 50 mikron. Sel otot lurik ujungnya sel nya tidak menunjukkan batas yang jelas dan miofibril tidak homogen akibatnya tampak serat-serat lintang. Otot lurik di bedakan menjadi 3 macam, yaitu : otot rangka, otot lurik, dan otot lingkar. Otot-otot rangka mempunyai hubungan dengan tulang dan berfungsi menggerakkan tulang. Otot ini bila di lihat di bawah mikroskop, maka tampak susunannya serabut-serabut panjang yang mengandung banyak inti sel, dan tampak adanya garis-garis terang di selingi gelap yang melintang (Ville,1984).

Otot-otot kulit seperti yang terdapat pada roman muka termasuk otot-otot lurik berada di bawah kehendak kita. Perlekatannya pda tulang dan kulit, tetapi ada juga terdapat dalam kulit seluruhnya. Otot-otot yang merupakan lingkaran di sebuah otot lingkaran, misalnya otot yang mengelilingi mulut dan mata

Cara kerja otot lurik:

Bila otot lurik berkontraksi, maka menjadi pendek dan setiap serabut turut dengan berkontraksi. Otot-otot jeis ini hanya berkontraksi jika di rangsangan oleh rangsangan daraf sadar (otot valunter). Kerja otot lurik adalah bersifat sadar, karena itu disebut otot sadar, artinya bekerja menurut kemauan, karena itu di sebut otot sadar, artinya bekerja menurut kemauan atau perintah otak. Reaksi kerja otot lurik terhadap perangsang cepat tapi tidak tahan kelelahan.

3. Otot jantung

Otot jantung merupakan otot “istimewa”. Otot ini bentuknya seperti otot lurik perbedaanya ialah bahwa serabutnya bercabang dan bersambung satu sama lain. Berciri merah khas dan tidak dapat dikendalikan kemauan. Kontraksi tidak di pengaruhi saraf, fungsi saraf hanya untuk percepat atau memperlambat kontraksi karena itu disebut otot tak sadar. Otot jantung di temukan hanya pada jangtung (kor), mempunyai kemampuan khusus untuk mengadakan kontraksi otomatis dan gerakan tanpa tergantung pada ada tidaknya rangsangan saraf. Cara kerja otot jantung ini disebut miogenik yang membedakannya dengan neurogonik.

(14)

2.3.2 Mekanisme Kerja Otot

Dibalik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu. Terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontrakso otot. Hampir semua jenis makhluk hidup memilki kemampuan untuk melakukan pergerakan. Fenomena pergerakan ini dapat berupa transport aktif melalui membran, translokasi polimerase DNA sepanjang rantai DNA, dan lain-lain termasuk kontraksi otot (Ville,1984). 2.3.3 Anatomi Mikroskopis otot

Sel otot rangka atau disebut serabut otot adalah berinti banyak. Diameter setiap serabut otot berkisar antara 10 – 100 u.Otot dapat meningkat ukurannya sebagai akibat pertumbuhan yang normal atau karena berbagai latihan. Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah serabut oto tersebut.

Setiap serabut otot/sel otot mengandung sejumlah serabut kecil yang sangat teratur kerjanya disebut miofibril/miofilamen. Miofibril itu letaknya paralel satu sama lain. Miofibril itu menempati sebagaian besar volume sel otot tersebut. Pada miofibril itu terdapat benyak pita gelap dan terang yang merupakan karakteristik dari sel otot seran lintang itu.

2.3.4 Susunan Otot Anggota Badan Atas 1. Otot-otot dari Bagian Belakang Batang Badan

Otot Origo Insertio

M. trapezius Protuberentia occipitalis externa, linea nuchalis superior, septum

(15)

nuchae, processus spinosus vertebrae prominens, processus

spinosi semua vertebrae thoracales.

extremitas acromialis claviculae. Pars ascendens dari vertebrae thoracales yang bawah pada tepi

bawah spina scapulae. Mm.

rhomboidei minor et major

Processus spinossus spinosi vertebrae cervicales VI dan VII

(minor).

Processus spinosi vertebrae thoracales I – IV (major).

Margo vertebralis scapulae mulai dari basis spina scapulae.

M. Levator scapulae

Tubercula posteriores processus transversi vertebrae cervicales I –

IV.

Angulus medialis scapulae.

M. Latissimus dorsi

Processus spinosi vertebrae Thoracales VII – XII; Lamina

superficialis fasciae lumbodorsalis, crista iliaca, costae X – XII.

Crista tuberculi minoris.

2. Otot-otot dari bagian depan batang badan

Otot Origo Insertio

M. Subclavius Ujung medial iga I bagian tulang.

Permukaan bawah claviculae sepanjang sulcus subclavius.

(16)

minor M. Serratus

anterior Costae I – VIII. Margo vertebralis scapulae.

M. pectoralis major

Pars clavicularis pada extrimitas sternalis claviculae; Pars sternalis

pada sternum dan rawan iga I – VI; Pars abdominalis pada vagina

m. recti abdominis.

Crista tuberculi majoris.

M. Rectus abdominis

Permukaan luar cartilago costae 5 sampai 7 dan processus

xiphoideus.

Sisi kranial os pubis antara tuberculum pubicum dan

symphysis pubis. M. obliquus

externus abdominis

Dengan 7-8 ujung insersio berotot dari permukaan luar iga ke 5

sampai 12.

Bertendo lebar pada lig. Inguinale dan vagina musculi recti

abdominis. M. obliquus

internus abdominis

Linea intermedia crista iliaca , fascia thoracolumbal, 2/3 lateral

lig. Inguinale.

. Sisi kaudal ketiga iga sebelah kaudal , linea alba bertendo, berfungsi membentuk vagina

musculi recti abdominis.

M. transversus abdominis

Permukaan dalam cartilago 6 iga sebelah kaudal, processus transversus, labium internum crista iliaca, sepertiga lateral lig.

Inguinale.

Vagina musculi recti abdominis.

3. Otot-otot bahu

Otot Origo Insertio

M. Deltoideus Extremitas acromialis claviculae,

acromion. Tuberositas deltoidea humeri. M.

Supraspinatus

(17)

M. Infraspinatus Fossa infraspinata sacpulae. Tuberculum majus humeri bagian tengah.

M. Teres minor Margo axillaris scapulae. Tuberculum majus humeri bagian bawah.

M. Teres major Margo axillaris dan angulus

inferior scapulae. Crista tuberculi minoris humeri. M.

Subscapularis Facies costalis scapulae. Tuberculum minus humeri.

4. Otot-otot lengan atas

Otot Origo Insertio

M. Biceps brachii

Caput longum: tuberositas supraglenoidalis; Caput breve: processus

coracoideus scapulae.

Tuberositas radii.

M. Coracobrachiali

s

Processus coracoideus. Pertengahan humerus.

M. Brachialis Pertengahan humerus, mencakup insersi m. deltoideus.

Tuberositas ulnae.

M. Triceps brachii

Caput longum : tuberculum infraglenoidale;

Caput mediale : facies posterior humerus;

Caput laterale : facies posterior humerus.

(18)

5 Otot lengan bawah

Otot Origo Insertio

M. Pronator teres

Caput humerale: epicondylus medialis humeri; Caput ulnare:

processus coronoideus.

Tuberositas pronatoria pada pertengahan pinggir lateral radius.

M. Supinator

Epicondylus lateralis humeri; Lig. Collaterale laterale;

Lig. Anulare radii; Crista supinatoria ulnae.

Radius diatas insersi m. pronator teres.

M. Pronator

quadratus Facies volaris ulnae bagian distal. Facies volaris radii bagian distal.

M. Flexor carpi radialis

Epicondylus medialis humeri. Basis pada ossium metacarpalium II dan III.

M. Palmaris

longus Epicondylus medialis humeri. Aponeurosis Palmaris.

M. Flexor carpi ulnaris

Caput humerale: epicondylus medialis humeri;

Capul ulnare: pinggir dorsal ulna.

Os pisiforme.

M. Flexor digitorum profundus

Facies volaris ulnae;

Membrana interosea. Basis phalanx terakhir jari II – V.

M. Flexor pollicis longus

Facies volaris radii; Membrana interossea.

(19)

M.

Aponeurosis dorsalis jari II – V.

M. Extensor digiti minimi

Bersatu erat dengan origo m.

extensor digitorum communis. Aponeurosis dorsalis jari V. M. Abductor

pollicis longus

Facies dorsalis ulnae et radii; Membrana interossea antebrachii.

Basis phalanx pertama ibu jari.

M. Extensor pollicis longus

Facies dorsalis ulnae; Membrana interossea antebrachii.

Basis phalanx terakhir ibu jari.

(20)

indicis Membrana interossea antebrachii. Urat m. abductor pollicis longus.

Sisi lateral basis phalanx

Caput profundus: os trapezium, os trapezoideum dan os capitatum.

Os sesamoideum laterale dan basis phalanx proksimal ibu jari.

M. Adductor pollicis

Caput obliqum: basis pada ossa metacarpalia II & III os capitatum ikat-ikat disekitar os

capitatum;

caput transversum: facies volaris ossis metacarpalis III.

(21)

M. Flexor digiti

Hamulus ossis hamati; Lig. Carpi transversum.

Aponeurosis dorsalis jari II – V.

Mm Interossei volaris (3 buah)

Sisi medial os metacarpale II; Sisi lateral ossa metacarpalia IV

dan V.

Sisi medial basis phalanx pertama telunjuk dan aponeurosis dorsalis

jari itu;

Sisi lateral basis phalanx pertama jari IV dan V dan aponeurosis

dorsalis jari-jari itu.

Mm. Interossei dorsales (4

buah):

Sisi yang berhadapan pada ossa metacarpalia.

Pinggir lateral phalanx pertama jari II dan III dan aponeurosis

dorsalis jari-jari itu pinggir medial phalanx pertama jari

III dan IV dan pada aponeurosis dorsalisnya.

2.3.5 Susunan Otot Anggota Bawah 1. Otot-otot Pangkal Paha

Otot Origo Insertio

M. Psoas minor Corpus vertebrae Thoracalis XII; corpus vertebrae Lumbalis I;

(22)

discus diantara kedua vertebrae itu.

M. Psoas mayor

Corpora vertebrae Thoracalis Xii dan vertebrae Lumbalis I – V;

processus transversi semua vertebrae Lumbalis.

Trochanter minor femoris.

M. Iliacus Fossa iliaca. Trochanter minor femoris.

M. Gluteus

2/3 bagian atas pada tractus iliotibialis;

1/3 bagian bawah pada tuberositas glutea femoris.

M. Piriformis Facies pelvina ossis sacri. Puncak trochanter major femur. M. Obturator

internus

Permukaan medial membrana

obturatoria os coxae. Fossa trochanterica femur. M. Gemellus

superior Spina ischiadica. Fossa trochanterica femur. M. Gemellus

inferior Tuber ischiadicum. Fossa trochanterica femur. M. Quadratus

femoris Tuber ischiadicum. Crista intertrochanterica femur. M. Obturator

externus

Permukaan luar membrana

(23)

fasciae latae

M. Sartorius Spina iliaca anterior superior. Facies medialis tibiae. M. Quadriceps

M. Pectineus Pecten ossis pubis;fascia pectinea. Linea pectinea femoris. M. Adductor

longus Ramus superior ossis pubis. Labium medialis linea asperae. M. Gracillis Ramus inferior ossis pubis. Facies mediale Tibiae. M. Adductor

brevis Ramus inferior ossis pubis.

Labium mediale lineae asperae.

Semitendinosus Tuber ischiadicum. Facies mediale Tibiae. M.

Semimembranosu s

Tuber ischiadicum. Simpai sendi lutut.

(24)

caput breve: labium laterale linea I, permukaan atas basis ossis

metatarsalis I.

Aponeurosis dorsalis jari kaki II – V.

M. Extensor hallucis longus

Facies medialis fibula, membrana

interossea cruris. Basis phalanx terakhir ibu jari.

M gastrocnemius

Caput dan facies posterior fibula, linea poplitea fibula, arcus

tendineus m. Solei.

Tuber calcanei dengan perantaraan tendo calcanei.

M. Plantaris Condylus lateralis femoris.

Tuber calcanei.

M. Popliteus Condylus lateralis femoris, lig.

Popliteum arcuatum. Planum popliteum tibiae. M. Flexor

digitorum longus

Facies posterior tibiae, facies

cruris lembar dalam. Phalanx terakhir jari kaki II – V. M. Flexor

hallucis longus

Facies posterior fibulae, facies cruris lembar dalam, membrana

interosea cruris.

(25)

M. Tibialis posterior

Facies posterior fibulae, facies posterior tibiae.

Tuberositas ossis navicularis, ossa cuneiformia I – III. M. Peronaeus

longus Caput fibulae, facies lateralis fibulae.

Os cuneiforme I, basis ossis metatarsalis I.

M. Peronaeus

brevis Facies lateralis fibulae. Basis ossis metatarsalis V.

4. Otot-otot Kaki

Otot Origo Insertio

M. abductor

hallucis Tuber calcanei. Phalanx proximal ibu jari. M. abductor

Os sesamoidea laterale , basis phalanx pertama ibu jari kaki.

M. flexor digiti minimi brevis

Lig. plantare longum, basis ossis metatarsalis V.

Phalanx proximal jari V kaki dan tuberosstitas ossis

Sisi medial ossa metatarsalia III – V.

Aponeurosis dorsalis jari III – V, sisi medial basis phalanx

(26)

dorsales ossa metatarsalia.

basis phalanx pertama jari II, yang lain pada sisi lateral basis

phalanx pertama jari II – IV. (Ville,1984).

2.4 Songket

Songket, lambang kehalusan seni tenunan Melayu yang diwarisi zaman berzaman. Kemahiran dan kretiviti tukang tenun terserlah melalui pengolahan corak dan hasil tenunan yang indah lagi menarik. Kedatangan pedagang-pedagang ke Tanah Melayu telah menggiatkan lagi perkembangan tenunan tempatan. Tenunan songket mula berkembang dibeberepa negeri terutama di negeri-negeri Pantai Timur seperti Kelantan, Terengganu dan Pahang.

Di zaman silam, motif dan warna yang terdapat pada tenunan songket melambangkan strata atau kedudukan seseorang. Secara tradisi, songket ditenun dengan menggunakan benang sutera halus dan benang emas serta dipakai oleh kerabat diraja Melayu dan golongan Bangsawan. Kini, songket ditenun dengan benang kapas dan mula dipakai oleh golongan rakyat biasa sebagai pakaian rasmi untuk majlis-majlis tertentu. Keanggunan kain songket, selain dijadikan sebagai pakaian tradisi untuk mempermanis dan memperaga seni budaya, ia juga turut diilhamkan pada pelbagai barangan dalam bentuk beg, bingkai gambar, hiasan dinding, kusyen dan sebagainya.

Tradisi menenun masih dapat dikekalkan tidak berubah sebagaimana seratus tahun dahulu. Alat-alat tenunan atau kek, motif dan ragam hiasnya serta cara menenun itu sendiri memperlihatkan keindahan dan kesempurnaan hasil ciptaan zaman silam yang masih segar hingga ke hari ini.

2.4.1 Bahan dan Alat untuk Menenun Songket

Bahan untuk menenun songket adalah benang dan pewarna. Alatnya pula terdiri dari kek tenunan, kek mengarat, rahak, peleting buluh (bobbin), lidi daun kelapa, papan gulung, anak kayu, dua belira, sikat dan jentera, jarum culik, batang anak kayu, kayu karat, benang losen, lidi nibung atau buluh, benang batang bunga songket, darwin pakan, darwin benang emas, cuban, torak pakan, torak benang emas dan sumbi.

2.4.2 Teknik dan Proses Menenun Songket

(27)

menganing, menggulung, menyampuk, menghubung, mengarak, menyolek dan menenun. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai delapan proses tersebut:

1. Melerai

Benang yang telah kering dimasukkan ke dalam sejenis alat yang bernama rahak untuk diputarkan pada satu alat yang bernama peleting. Proses ini dipanggil melerai. Terdapat dua jenis rahak, iaitu darwin pakan dan darwin emas. Darwin pakan digunakan untuk benang pakan sahaja. Ia diperbuat daripada buluh dan tali atau rotan. Darwin emas pula digunakan untuk benang emas sahaja dan diperbuat daripada kayu atau dawai kerana benang emas kasar dan berat.

2. Menganing

Benang yang telah menjalani proses melerai dimasukkan ke dalam alat menganing untuk menentukan ukuran panjang benang yang hendak dimuatkan pada alat ini. Biasanya segulung benang pakan atau seloseng yang berukuran 26 - 31 m boleh menghasilkan 12 - 14 helai kain.

3. Menggulung

Benang yang telah dianing akan digulung pada papan gulung mengikut lebar gigi jentera dan panjang losen pada papan gulung yang hendak dipasung. Losen ialah benang yang memanjang pada kek. Kedudukan benang perlu diperiksa setiap tiga kali menggulung untuk memastikan susunan kemas.

4. Menyampuk

Menyampuk ialah proses memasukkan benang losen ke dalam gigi jentera atau sikat. Biasanya, proses ini dilakukan di dalam kek mengarak supaya senang untuk menyampuk benang kepada jentera. Setiap lubang sikat disusukan dua urat benang losen. Pada kedua belah hujung sikat itu disusukkan empat urat benang supaya tepi kain tidak terkoyak apabila disangkutkan pada kayu sumbi kain. Sumbi kain ialah sebatang anak kayu yang mempunyai paku di kedua-dua belah hujungnya. Sumbi kain menjaga tepi kain tenun supaya sama jarak dan tidak berkedut.

5. Menghubung

Menghubung ialah proses menyambungkan benang daripada losen kepada benang yang tertinggal pada jentera. Cara ikatannya dipanggil ubung tindas. Proses ini bertujuan menyambungkan benang losen untuk menenun. Meja kecil dinamakan meja hidangan berukuran 10 cm panjang, 8 cm lebar dan 20 cm digunakan untuk menghubung.

6. Mengarak

(28)

losen. Jumlah karat yang digunakan biasanya hanya dua karat dan setiap karat mempunyai empat batang anak kayu.

7. Menyolek

Kerja menyolek bunga merupakan kerja yang paling rumit dalam proses menenun kain songket. Cara menyolek reka corak adalah dengan menyusulkan lidi-lidi buluh pada benang losen yang dikehendaki. Biasanya kain songket ditenun dengan teknik tekat tiga atau tekat lima. Jika menggunakan tekat lima, setiap lima unit benang losen, satu benang alas ditolak ke bawah dan benang-benang alas ini disengkang pula dengan belira. Setelah benang losen berada di atas, barulah kamu boleh menyolek dalam pelbagai corak pada benang losen dengan menggunakan lidi buluh. Belira dimasukkan pada setiap lidi buluh tadi mengikut giliran. Belira ditegakkan untuk menyenangkan ikatan benang butang. Butang-butang inilah yang akan menjadikan corak atau motif bunga di atas kain songket. Apabila selesai proses menyongket, benang losen bersama karat-karatnya ditukar ke kek tenun untuk ditenun agar menjadi kain songket.

8. Menenun

(29)

BABIII

METODE PELAKSANAAN 3.1 Lokasi Pelaksanaan

Tugas Pengenalan Profesi blok IV dilaksanakan di beberapa tempat penenunan kain songket di

3.2 Waktu Pelaksanaan

Tugas Pengenalan Profesidilaksanakan pada: Tanggal : Januari 2015

Pukul :

3.3 Subyek Tugas Mandiri

Subjek tugas mandiri pada pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi ini adalah penenun kain songket.

3.4 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan: 1. Alat tulis

2. Kamera

3. Daftar Pertanyaan 3.5 Langkah Kerja

Untuk melaksanakan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV dengan baik, diperlukan langkah kerja yang sistematis dan teratur. Langkah kerja yang dilakukan adalah:

1. Membuat proposal Tugas Pengenalan Profesi.

2. Berkonsultasi kepada pembimbing kelompok Tugas Pengenalan Profesi.

3. Menyiapkan surat permohonan izin melakukan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi. 4. Melaksanakan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi

5. Membuat laporan hasil kegiatan Tugas Pengenalan Profesi.

DAFTAR PUSTAKA

(30)

Cantarella, V. 1999. Bones and Muscles. New York : Wolf Fly Press.

Hariyono, Januarto, OB. 2002. Materi Perkuliahan Ilmu Urai (Tulang, Persendian, dan Otot). Malang :Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang.

Landan, 1980. Essential Human Anatomy and Physiology. Scott Foresman and Company Gienview.

Martini, 2001. Fundamentals of Anatomy and Physiology. New Jersey: Prentice Hall.

LAMPIRAN

(31)

1. Siapa nama Saudara?

2. Berapa umur Saudara sekarang ?

3. Berapa lama Saudara sudah bekerja sebagai penenun songket?

4. Apa pekerjaan yang Saudara jalani sebelum menjadi penenun songket?

5. Apakah ada pekerjaan lain (sampingan) yang Saudara lakukan selain menjadi penenun songket?

6. Berapa lama Saudara bekerja dalam sehari ? 7. Berapa lama Saudara istirahat bekerja ?

8. Bagian tubuh mana yang Saudara sering gunakan dalam bekerja ?

9. Apa keluhan yang Saudara sering alami selama menjadi penenun songket?

10. Bagaimana cara yang biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan yang dirasakan ? 11. Bagaimana pola makan dan minum Saudara selama menjadi kuli bangunan ?

Referensi

Dokumen terkait

eluaran energi dapat merupakan salah satu target untuk tatalaksana obesitas yang efektif disamping pembatasan diet. Didapatkan selain menurunkan berat badan juga dapat

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Berdasarkan Jumlah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Selama Seminggu yang Lalu, 2000-2012.. Sumber : BPS, data diolah dari

Paper ini menjelaskan salah satu Publik Private Partnership (PPP) pengelolaan sumber daya alam dalam bentuk KKS antara Pemerintah Indonesia dengan pihak swasta

Di dalam maksim kualitas yang dikemukakan oleh Grice, jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar dan jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak

Selain itu juga termasuk jenis karang batu (massive), yang berbentuk padat (globose). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan karang jenis Goniastreasp di

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh selama melakukan proses pembelajaran, maka Penulis mengharapkan (1) kepada guru bidang studi pada tingkat sekolah

Komunikasi pada frekuensi di atas 30 MHz umumnya adalah komunikasi gelombang ruang ( Line Of Sight dan Wireless ) dan gelombang ruang bebas ( Space Communication )3.

3.5 Blok Receiver Audio[7] Sinyal cahaya yang dipancarkan oleh LED diterima oleh Photodiode driver, driver kemudian masuk ke bagian rangkaian penguat, setelah dikuatkan dikuatkan