• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontrak Kerja Sama Blok Mahakam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kontrak Kerja Sama Blok Mahakam"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Privatisasi Versus Nasionalisasi,

Kekayaan Mahakam Punya Siapa?

Krestianto Aji Saputro (21), Risti Nur VinaTsani (30),

UmmiZulianti (33), Wulan Purna Deviana (35)

Kelas VIIC RegulerDIV Akuntansi

STAN

(2)

ABSTRAK

Gejolak eksploitasi sumber daya alam di kedaulatan Indonesia selalu menuai kritik ketika memasuki fase kritis pembaruan kontrak kerja sama (KKS) swasta-pemerintah. Meskipun profit sharing yang diberikan kepada pemerintah Indonesia termasuk yang paling besar se-Asia Tenggara dan nomor 5 di dunia, pada kenyataannya selalu timbul ketidakpuasan di mata masyarakat. Paper ini menjelaskan salah satu Publik Private Partnership (PPP) pengelolaan sumber daya alam dalam bentuk KKS antara Pemerintah Indonesia dengan pihak swasta di dalam eksplorasi-eksploitasi minyak dan gas alam yang mengelola salah satu wilayah penghasil minyak dan gas bumi (Migas) terbesar di Indonesia yaitu blok Mahakam. Gejolak pembaruan kontrak sudah dimulai sejak 2008 dimana Pertamina berinisiatif untuk mengambil alih pengelolaan blok Mahakam yang dikelola oleh Total P&EIndonesie. Langkah tepat perlu diambil pemerintah karena KKS ini akan berakhir di tahun 2017. Dengan sisa kekayaan yang tersisa 2,01 TCF (TrilliunCubicFeet) dari nilai awal semula diatas 20 TCF sejak 1967, pantaskah pengelolaan yang telah berlangsung selama 50 tahun kembali diserahkan kepada pihak swasta? Risiko pengembangan, investasi, bagi hasil, kebutuhan minyak dan gas nasional, teknologi, dan keberlangsungan ketersediaan sumur migas kedepan akan menjadi topik yang dibahas dalam paper ini. Kekayaan alam yang ada sudah seharusnya mendorong kemandirian ekonomi dan kemakmuran rakyat.

Keywords: Kontrak Kerja Sama, Migas, Blok Mahakam

PENDAHULUAN

Sejak pergantian era kepemimpinan Indonesia dari Orde Lama ke Orde Baru di tahun 1967, pemerintah giat meningkatkan laju masuk investasi luar negeri khusus pengelolaan sumber daya alam. Ketidakmampuan Indonesia untuk mengolah kekayaan alamnya sendiri dalam hal sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, teknologi membuat pemerintah membuka kesempatan korporasi asing bekerjasama dengan pemerintah.

KerjasamaPemerintah-Swasta yang telah puluhan tahun dijalani ini kini menjadi perdebatan rumit. Setelah masa kerjasama selesai, pihak asing selalu berniat memperpanjang KKS dengan pemerintah, disisi lain pemerintah dihadapkan pada tuntutan untuk mengupayakan kekayaan alam yang dimiliki harus dikelola oleh pemerintah sendiri. Profit menjadi target korporasi asing terhadap KKS ini. Bagi pemerintah Indonesia sendiri,kebijakan memperpanjang KKS menjadi sebuah keputusan sulit; kebutuhan dalam negeri atas migas ditandingkan dengan keterbatasan teknologi dan sedikitnya investasi pada infrastruktur pengolah sumber daya alam.

Isu ketidakmampuan pemerintah untuk memulai mengelola kekayaan alamnya sendiri sering kali harus dibayar mahal. Beberapa kerjasama bahkan telah diperpanjang hingga puluhan tahun kedepan, yang sama artinya dengan membagi kekayaan Indonesia kepada pihak asing berpuluh-puluh tahun lagi. Pemerintah Indonesia di tahun 2015 ini mempertimbangkan siapa yang berhakmengelola blok migas Mahakam. Transfer teknologi, pengembangan SDM, dan profit sharing menjadi pertimbangan khusus dalam pertimbangan kali ini.

(3)

pemerintah? Pemerintah harus tanggap untuk mengelola kekayaan alam Indonesia dengan cara yang terbaik untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

PPP DI INDONESIA

Setelah dimulainya era PPP di tahun 1967, PPP berkembang pesat ketika terjadi krisis ekonomi global tahun 2008. Adanya kesadaran dari pemerintah mengenai sumber dayanya yang terbatas, didorong dengan tuntutan dari masyarakat untuk penyediaan infrastruktur yang semakin banyak dan luas, maka pemerintah melakukan PPP sebagai solusinya. Dengan adanya kerjasama dengan swasta tersebut, diharapkan keterbatasan sumber daya dapat teratasi dari kemampuan dan teknologi yang ditawarkan oleh swasta.

Konsep dasar dari PPP berarti adalah adanya kerja sama antar sektor publik serta swasta, sektor publik (pemerintah) akan mendapatkan keuntungan dari keahlian sektor swasta, sementara swasta juga dapat mengerjakan proyek yang menguntungkan dari pemerintah melalui proyek-proyek pemerintah. Dengan adanya PPP ini, pemerintah dapat berfokuspadakebijakan, perencanaan danregulasi, sedangkan kegiatanoperasionalsehari-hari dapat didelegasikan kepada sektor swasta.

Dalam laman World Bank, PPP secara umum mengacu padapengaturan, baikjangka menengah maupun jangka panjang, antara sektor publikdan swastadimanalayanan yang merupakan tanggung jawabsektorpublikdisediakanolehsektor swasta, dengankesepakatan yang jelasdan bertujuanuntuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

PPPdi bidang infrastrukturdapatmenjadi sarana untuk pengembanganataupeningkatanenergi, air, transportasidantelekomunikasiserta teknologiinformasi. Oleh karena itu dalam PPP kemampuan serta sumber daya dari sektor publik dan swasta digabungkan sehingga risikodan tanggung jawab juga dibagi

ADB sendiri mempunyai pendapat terkait dengan alasan pemerintah melakukan PPP seperti yang tercantum dalam Publik Privat PartnershipHandbook. Dalam handbook tersebut, ADB menyebutkan ada 3 alasan mengapa sebuah pemerintah melakukan PPP, yaitu:

1. Menggerakkan Modal Swasta

Pemerintah dituntut untuk menyediakan infrastruktur serta barang layanan publik lainnya yang semakin besar. Hal tersebut karena populasi masyarakat yang semakin tinggi serta adanya perkembangan teknologi. Didorong juga dengan adanya keterbatasan sumber daya pemerintah, sehingga pemerintah menggerakkan swasta untuk terlibat dalam pembangunan infrastruktur dan layanan publik melalui PPP. Apabila dikelola dengan baik, PPP diharapkan akan dapat memobilisasi sumber daya yang sebelumnya belum dimanfaatkan, baik lokal, regional, maupun Internasional.

2. PPP sebagai Alat untuk Mencapai Efisiensi yang Lebih Tinggi

(4)

Sementara itu, sektor privat mempunyai tujuan untuk memaksimalkan keuntungannya dalam menjalankan bisnisnya, salah satunya dengan peningkatan efisiensi. Oleh karenaitu, adanya peran swasta dalam menjalankan proyek pemerintah diharapkan untuk dapat mengefisienkan biaya sehingga masyarakat dapat menikmati harga layanan publik yang terjangkau disamping keuntungan dari pihak swasta yang tetap diperoleh oleh mereka

3. PPP sebagai Katalis dalam Reformasi Sektor yang Lebih Luas

PPP sering dianggap sebagai katalis dalam reformasi sektor yang lebih luas, mengingat peran PPP ini sangat besar dalam hal pengaturan kembali alokasi kebijakan dan peran dari pembuat kebijakan, penyedia layanan. Reformasi yang terkait dengan PPP dihubungkan pada pengaturan mobilisasi modal dan pencapaian efisiensi. Pemeriksaan ulang pengaturan regulasi dan kebijakan sangat penting dalam pelaksanaan PPP.

Kerja sama antara sektor publik dan sektor swasta ini selain PPP juga ada PSP (Privat Sektor Participation) dan privatisasi. Ketigaistilah tersebut sering tertukar dalam penggunaannya. Padahal ketiganya mempunyai perbedaan. Dalam Publik-PrivatePartnershipHandbook yang diterbitkan oleh ADB , terdapat perbedaan antara PPP, PSP dan privatisasi. Perbedaan tersebut adalah:

1. PPP menyajikan kerangka kerja dimana ketika bekerjasama dengan sektor swasta, peran pemerintah untuk memenuhi kewajiban sosial kepada masyarakat dapat terpenuhi serta keuntungan dalam investasi publik dapat dicapai.

2. PSP menekankan pengalihan kewajiban pembangunan infrastruktur pada sektor swasta. Namun, perlambatan kerjasama publik dan swasta dalam pembangunan infrastruktur terjadi di akhir 1900an. Hal tersebut disebabkan oleh reaksi sosial masyarakat karena swasta lebih dominan dalam penyediaan infrastruktur publik daripada pemerintah. Padahal, PSP dianggap mengabaikan tujuan sosial. Oleh karena itu, dibentuk desain baru kerja sama publik dan pemerintah melalui PPP

3. Privatisasi melibatkan penjualan saham atau kepemilikan perusahaan atau penjualan aset atau jasa yang dimiliki publik kepada swasta. Privatisasi lebih umum dan lebih luas diterima di sektor yang secara tradisional tidak dianggap sebagai milik publik, seperti manufaktur, konstruksi dan lain-lain.

Menurut World Bank, keuntungan dan risiko dari pelaksanaan PPP diantaranya yaitu:

1. Keuntungan PPP

a. Memanfaatkan teknologi dan inovasi dari sektor swasta untuk pemberian layanan publik yang lebih baik melalui peningkatan efisiensi operasi;

b. Memberikan insentif kepada sektor swasta untuk menjalankan proyek sesuai dengan anggaran

(5)

d. Mendorong pembangunan infrastruktur kepada swasta serta melengkapi kapasitas sektor publik yang terbatas dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur.

2. Risiko PPP

a. Pembangunan, penawaran dan biaya berkelanjutan dari PPP biasanya lebih besar dibandingkandengan proses pengadaan tradisional. Oleh karena itu, pemerintah arus mempertimbangkan apakah biaya yang besar tersebut relevan dengan tujuan PPP.

b. Tidak ada bantalan risiko yang tidak terbatas, swasta akan sangat berhati-hati dalam menerima risiko di bawah kendali mereka. Sektor swasta pasti akan meminta kontrol yang besar apabila mereka bersedia menerima risiko yang besar. Selain itu, mereka juga akan menaikkan tarif apabila risikonya besar.

c. Sektor swasta akan mengerjakan sesuai dengan apa yang dibayarkan kepada mereka sehingga insentif dan persyaratan kinerja harus jelas ditetapkan dalam kontrak.

d. Dalam hal pelayanan publik, yang paling bertanggungjawab adalah pemerintah, sehingga pemerintah tetap harus mengawasi sektor swasta dalam pelaksanaan PPP agar kualitas layanan publik tetap terjaga.

e. Pihak swasta biasanya mempunyai keahlian yang lebih sehingga dalam jangka pendek mereka mereka memiliki keuntungan untuk mendapatkan data terkait proyek. Jadi harus ada kepastian yang jelas terkait dengan pelaporan sehingga tidak ada penyampaian data yang tidak valid oleh swasta.

f. Karena bersifat jangka panjang dan kompleks, sulit untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, misalnya ketika pengembangan proyek muncul permasalahan yang tidak ada ketentuannya dalam kontrak. Atau bisa juga mungkin ketika ada proyek yang gagal di tengah jalan atau dihentikan sebelum jangka waktu berakhir karena kebijakan pemerintah yang berubah kegagalan swasta, atau karena adanya forcemajeur.

g. Seringkali muncul adanya permasalahan dalam PPP. Harus ada pembagian tanggung jawab dan risiko yang ada pada PPP agar optimal, sehingga tidak merugikan salah satu pihak. Oleh karena itu, diperlukan kerangka hukum yang kuat dalam pelaksanaannya, terutama terkait isi perjanjian/kontrak kerja sama.

REALITA BLOK MAHAKAM, MINYAK, DAN GAS INDONESIA

(6)

Berdasarkan data yang diperoleh dari SKKMigas , cadangan gas terbukti di Blok Mahakam Kalimantan Timur diperkirakan sebesar 2,01 triliun kaki kubik ketika tahun 2017.

Gambar.1 Peta Potensi Migas Nasional

Setelah KKS ini berakhir, pemerintah mempertimbangkan blok tersebut dikelola oleh Pertamina atau tetap menyerahkan pengelolaannya pada Total P&EIndonesie. Pertamina sendiri sudah memasukkan pengelolaan Blok Mahakam sebagai fokus utama kinerja tahun 2015 yaitu penguatan infrastruktur hulu melalui pengelolaan blok-blok yang akan habis masa kontraknya.

Dalam pengelolaan blok migas ini diharapkan nantinya Pemda turut ikut serta mengelola bersama Pertamina. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2004 tentang Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi, ketika sebuah blok baru akan beroperasi, pemerintah daerah melalui BUMD mendapatkan hak pertama untuk mendapatkan penawaran participatinginterest sebesar 10 persen. Namun, apabila Pemda tidak sanggup membeli, maka participatinginterest akan ditawarkan kepada perusahaan nasional lain.

(7)

Pemerintah menerapkan profit sharing dalam KKS ini sebesar 85% bagian pemerintah untuk minyak, 15% sisanya merupakan hak kontraktor. Profit sharing yang diterapkan untuk gas bumi adalah 70% bagian pemerintah sedangkan sisanya untuk kontraktor. Dengan skema seperti ini, tentu menjadi hal yang sulit bagi pemerintah karena dengan mempertahankan pola KKS yang ada untung yang didapat pemerintah sangat tinggi.

Grafik 2. Profit Sharing KKS

(8)

tahun 2013, pemerintah mengimpor migas sebesar 19441,5 ribu ton (setara 142 juta barel). Dengan demikian, hanya dengan mengelola sendiri blok Mahakam dan mempertahankan laju produksinya, secara matematis pemerintah dapat menghemat impor hingga 133 juta barel.

Tabel 1. Data Ekspor-Impor Migas

Tabel 2. Data Ekspor-Impor Migas

TANTANGAN PENGELOLAAN BLOK MAHAKAM

(9)

sebelumnya modal dan risiko yang besar membuat pemerintah memilih bekerjasama dengan pihak swasta.

Dari sisi aspek legal Pertamina berusaha mengambil alih operasi Blok Mahakam sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004, Pasal 28 Ayat 9 dan 10:

a. PT. Pertamina (Persero) dapat mengajukan permohonan kepada Menteri untuk Wilayah Kerja yang habis jangka waktu kontraknya.

b. Menteri dapat menyetujui permohonan sebagaimana dimaksud ayat 9, dengan mempertimbangkan program kerja, kemampuan teknis, dan keuangan PT. Pertamina (Persero) sepanjang saham saham PT. Pertamina (Persero) 100% (seratus per seratus) dimiliki oleh Negara dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Kontrak Kerja Sama yang bersangkutan.

Pertamina telah berulang kali mengajukan permohonannya sejak tahun 2008, dan kemudian terakhir telah ditegaskan kembali lewat surat resmi surat resmi Plt. Direktur Utama Pertamina Muhamad Husen kepada Menteri ESDM Sudirman Said pada 27 November 2014. Dalam surat tersebut tertuang pernyataan bahwa Pertamina telah memiliki kemampuan secara teknis dan finansial untuk mengelola blok Mahakam terbukti lewat kesuksesan Pertamina dalam mengelola di Blok Offshore North West Java (ONWJ) dan West Madura Offshore (WMO) pasca pengambilalihan.

Di sisi lain Total dan Inpex (kontraktor) melakukan permohonan perpanjangan kontrak sesuai pasal 28 ayat 3 dan 5:

a. Kontraktor melalui Badan Pelaksana mengajukan permohonan perpanjangan Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud ayat 1 kepada Menteri.

b. Permohonan perpanjangan Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud ayat 3 dapat disampaikan paling cepat 10 (sepuluh) tahun dan paling lambat 2 (dua) tahun sebelum Kontrak Kerja Sama berakhir.

Adapun hal yang dijanjikan dari pihak kontraktor adalah share teknologi yang update dan pengambilan putusan yang lebih efisien karena mereka telah berpengalaman dalam mengelola blok Mahakam yang diklaim memiliki struktur geologi, operasi dan logistik yang kompleks.

Tri Haryadi, ketua umum Asosiasi Kontrak Kerja Sama (AK3S) menjelaskan jika pengoperasian Blok Mahakam dikuasai oleh Pertamina, Cadangan dan Produksi Migas Indonesia akan lebih jelas sehingga kedepannya keuangan negara akan terbantu dengan meningkatnya ekspor migas dan pendapatan devisa dari Migas. Pendapatan tersebut dapat digunakan pemerintah untuk biaya pendidikan, pembangunan infrastruktur, juga bisa digunakan untuk pembangunan poros maritim dunia. Selain secara finansial, pengalihan pengoperasian juga menguntungkan dari transfer teknologi dan peningkatan kapasitas ahli perminyakan Indonesia.

(10)

pendapat bahwa perlu miliaran dolar AS untuk mampu menjadi operator Blok Mahakam adalah kurang tepat.

Walaupun nantinya Pertamina diberi kesempatan untuk memegang kepemilikan sebesar 51% dari pengelolaan Mahakam, apabila Total dan Inpex masih ditunjuk sebagai operator maka Total dan Inpex bisa memonetisasi aset negara tanpa membelinya. Sedangkan apabila Pertamina diberi kesempatan sebagai operator, walaupun hanya dengan porsi 50%, dan 49% aset sisanya dimonetisasi melalui penjualan, negara akan memperoleh dana segar. Dalam hitungan ReforMiner, jumlah dana yang diperoleh bisa mencapai ratusan hingga miliaran dolar AS. Angka pasti mengenai nilai tersebut tergantung negosiasi jual beli, yang jelas potensi yang akan didapat akan lebih besar dibanding bonus penandatanganan yang diterima pada opsi perpanjangan kontrak.

Adapun beberapa keunggulan yang ditawarkan oleh pihak total dalam pengelolaan migas oleh mereka adalah share teknologi terupdate dan pengambilan keputusan yang lebih efisien karena mereka telah berpengalaman dan profesional di bidang tersebut. Pertamina memang belum sekelas dengan Total dan sering diragukan di bidang finansial, teknologi, dan manajerial dalam mengelola Blok Mahakam. Akan tetapi sebagaimana pernah diungkapkan oleh Kwik Kian Gie, Indonesia harus segera berani mengambil alih pengelolaan sumber daya terutama migas demi kedaulatan energi.

Dengan memperhatikan beberapa hal diatas, disimpulkan bahwa pengelolaan blok Mahakam kedepan memiliki potensi tantangan berupa:

1. Potential Benefit

Pengelolaan blok Mahakam secara mandiri akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pendapatan migas. Jika sebelumnya terdapat skema bagi hasil dengan kontraktor, maka kedepan 100% profit akan masuk kedalam kas negara. Kebutuhan migas nasional juga akan tercukupi dengan kapasitas 370ribu barel per hari. Aset yang sebelumnya dikelola oleh kontraktor KKS dikemudian hari akan menjadi milik pemerintah, yang berarti investasi besar telah berhasil diakuisisi. Selain itu blok Mahakam ternyata memiliki potensi yang belum tereksploitasi seperti yang terungkap dalam laporan kinerja SKK Migas tahun 2013.

(11)

2. Potential Loss

Pengelolaan blok migas oleh Pertamina belum sebagus kinerja Total P&EIndonesie, dengan demikian akan timbul kekhawatiran bila di periode pengelolaan selanjutnya produktivitas blok Mahakam akan menurun. Bila hal ini terjadi tentu bukan hanya pendapatan dan ketersediaan migas yang terancam, melainkan juga kerugian investasi dalam eksplorasi-eksploitasi migas. Pemerintah harus menyadari potensi kerugian yang akan diterima bila blok Mahakam tidak dikelola dengan baik.

3. SDM

Pertamina sebagai BUMN dalam sektor migas tentu memiliki tenaga terlatih yang mampu mengendalikan sebuah blok migas. Namun jumlah yang terbatas menjadi hambatan tersendiri. Kualifikasi SDM yang dimiliki Pertamina berbeda dengan yang dimiliki Total P&EIndonesie saat ini. Hal ini bisa diatasi dengan cara mempertahankan SDM yang ada pada Total P&E Indonesia, memberikan insentif yang sedikit lebih tinggi sehingga kualitas SDM yang ada tidak berubah.

4. Teknologi

Isu teknologi memang menjadi hal rumit yang perlu menjadi pertimbangan. Harapan dengan pengelolaan melalui KKS adalah adanya transfer teknologi. Namun yang terjadi selama 50 tahun pengelolaan ini, Pertamina masih dinyatakan kekurangan teknologi untuk mengelola blok Mahakam oleh SKK Migas. Risiko timpang teknologi seperti ini dapat diatasi dengan menggandeng pihak swasta dalam pengelolaan, porsi yang diambil Pertamina tentu tetap lebih besar. Selain itu pemerintah harus memperhatikan investasi dalam hal teknologi ini, diharapkan pendapatan migas kedepannya dialokasikan pada hal tersebut termasuk infrastruktur pengolah SDA.

(12)

Investasi dalam eksplorasi-eksploitasi migas merupakan investasi besar dengan risiko tinggi. Jika tidak ditangani dengan baik maka dana yang dialokasikan setiap tahunnya akan sia-sia. Butuh manajemen yang profesional dan berintegritas dalam mengelola migas.

6. Manajerial

Tidak dapat dipungkiri bila sektor migas merupakan lahan basah yang sering kali sangat dipengaruhi kepentingan politis. Pengambilan keputusannya tidak berkesinambungan dan mengarah pada tujuan yang jelas. Pihak swasta yang berorientasi pada profit justru akan lebih efektif dalam hal manajerial karena apapun keputusan yang diambil akan mengarah pada satu keputusan yaitu keuntungan perusahaan. Secara manajerial pemerintah perlu memperbaiki tata kelola dan birokrasi terkait migas. Tanpa disadari sering kali keputusan terkait migas; pengelolaan, ekspor, impor sering tidak memperhatikan tujuan nasional yaitu kemakmuran rakyat, melainkan kepentingan pribadi atau kelompok.

CONTOH SUKSES PENGELOLAAN BLOK MIGAS OLEH PEMERINTAH

Contoh kerjasama yang akan diambil adalah kerjasama Pertamina dan BUMD di propinsi Riau. Di Riau ada beberapa kerja sama yang terjadi antara Pertamina dan BUMD, antara lain pada:

1. Blok CoastalPlain Pekanbaru (CPP)

BUMD: PT. Bumi Siak Pusako

BOB CPP dibentuk oleh perusahaan minyak daerah PT Bumi Siak Pusako (BSP) dan Pertamina Hulu yang merupakan pelaksana operasi pengelolaan blok CPP. Wilayah Kerja Blok CPP terletak di Propinsi Riau, yang tercakup dalam Kabupaten Siak, Bengkalis, Kampar dan Rokan Hulu.

PT Bumi Siak Pusako menandatangani nota kesepahaman dengan Pertamina pada Desember 2013, sebagai perpanjangan kontrak awal yang disetujui pada tahun 2002. Pola kerjasama yang disepakati adalah kerjasama Konsorsium Manajemen dan Konsorsium Operasi, dengan Participating Interest sama besar masing-masing 50%, yang selanjutnya membentuk perusahaan patungan (jointventurecompany) yang akan bertindak sebagai pelaksana operasi atau operator.

Tren lifting PT Siak Bumi Pusako adalah sebagai berikut:

(13)

Sumber: http://www.bsp.co.id/production

2. Blok Langgak

BUMD: PT Sarana Pembangunan Riau (SPR) Langgak

Merupakan operator tunggal Blok Langgak sejak tahun 2010 seusai serah terima dari PT Chevron Indonesia. Sedangkan Participating Interest dengan Pemerintah Indonesia adalah 50%-50%. Pada saat pengalihan hak pengelolaannya, produksi Blok Langgak adalah 300 barrel minyak per hari, dari kuota asal 1.000 barrel per hari.

Tren produksi minyak PT SPR Langgak adalah sebagai berikut:

(14)

Sumber: http://www.sprlanggak.co.id/

Mekanisme kerjasama Pemerintah dengan Pemerintah Daerah dalam hal pengelolaan migas dilaksanakan dengan metode ProductionSharingContract (PSC) yang ditandai dengan:

1. Negara/BUMN menjadi pihak manajemen utama dalam pengendalian biaya,;

2. Besarnya penerimaan Negara akan tergantung pada besarnya biaya operasi yang kewenangan pengendaliannya ada pada Negara/BUMN;

3. Segala risiko dan beban ditanggung oleh kontraktor sampai wilayah kerja produksi menghasilkan.

Sistem PSC ini selaras dengan amanat konstitusi, yaitu Undang-undang Dasar tahun 1945 yang mengamanatkan bahwa sumber daya alam yang terkandung dalam perut bumi, termasuk migas, harus dikuasai negara untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

DBH Migas Pemerintah Pusat kepada Pemerintah dalam APBN 2015 mencapai Rp. 11,9 Triliun, yang akan dibagikan kepada propinsi dan kabupaten/kota sesuai peruntukannya. Namun besar kecilnya jumlah DBH ini sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Januari 2015 lalu DBH turun karena anjloknya harga minyak dunia. Oleh karena itu jika pembangunan daerah menggantungkan kepada DBH, maka pembangunan bisa terhambat.

(15)

Dari karakteristik PSC tadi, yang menjadikan keuntungan pengalihan pengelolaan dari pihak swasta ke pihak pemerintah daerah adalah poin ketiga, yaitu segala beban dan risiko awal ditanggung oleh kontraktor. Pengalihan pengelolaan wilayah yang sudah berproduksi tentunya sudah melalui tahapan pembebanan biaya dan risiko kepada kontraktor ini dan beralih kepada haring beban dan risiko antara Pemerintah dan kontraktor, sehingga Pemda pada tahap ini bisa lebih leluasa. Di sisi lain, wilayah yang telah dialihkan pengelolaannya kepada Pemda tentunya sudah diambil kekayaannya sekian lama oleh kontraktor terdahulu, sehingga hasil lifting yang bisa diharapkan sudah berkurang.

Penghitungan realisasi DBH sumber daya alam dilakukan secara triwulanan melalui mekanisme rekonsiliasi data antara pemerintah pusat dan daerah penghasil. Namun mekanisme bagi hasil ini dirasa belum memuaskan bagi daerah penghasil migas, karena bagian yang mereka terima hanya sepersekian persen dari total penerimaan. Warga lokal tidak banyak yang mendapatkan manfaat seperti lapangan pekerjaan dan perbaikan tingkat ekonomi dari adanya tambang migas di daerah mereka, belum lagi faktor lingkungan yang rusak karena aktivitas penambangan.

Oleh karena itu pemerintah propinsi Riau sebagai penghasil migas terbesar di Indonesia, memperjuangkan perolehan hak pengelolaan migas di daerah mereka sebagai upaya mengembalikan kekayaan daerah kepada daerah sendiri. Dengan BUMD yang ditunjuk sebagai badan pengelola migas rekanan, diharapkan bagian untuk daerah akan menjadi lebih besar.

SOLUSI

Dari pembahasan tersebut di atas, bisa diambil beberapa solusi untuk penyelesaian kasus blok Mahakam, antara lain:

a. Pengelolaan blok Mahakam harus di tangan Indonesia sepenuhnya sesuai amanat UUD 1945;

b. SDM yang telah ada di blok Mahakam bisa dipertahankan dengan tetap mempekerjakan SDM dari Total P&EIndonesie yang sebagian besar juga adalah orang Indonesia;

c. Dari segi teknologi, harus diakui bahwa kemampuan kita belum cukup tinggi sehingga perlu menjalin kerjasama dengan pihak yang kompeten lainnya dengan metode transfer of knowledge yang diharapkan mampu mendorong kita untuk mandiri di bidang teknologi;

d. Investasi di bidang infrastruktur, riset dan pengembangan teknologi di bidangpertambangan migas harus jadi poin penting kedepan;

e. Perbaikan birokrasi dan sistem, untuk menjadikan migas sebagai sektor vital yang bisa meningkatkan kemakmuran rakyat bukan golongan;

f. Untuk menjamin kesinambungan sumber energi maka pemerintah perlu fokus pada sumber energi terbarukan dan mencari ladang migas baru;

(16)
(17)

DAFTAR REFERENSI

http://ppp.worldbank.org/public-private-partnership/

http://www.adb.org/sites/default/files/institutional-document/31484/public-private-partnership.pdf www.katadata.co.id

www.pertamina.com

http://www.reforminer.com/media-coverage/tahun-2013/1237-kontrak-pengelolaan-blok-Mahakam http://www.goriau.com/berita/riau/harga-minyak-dunia-anjlok-dana-bagi-hasil-riau-dipangkas.html http://www.goriau.com/nasional/tuntutan-sejarah-dan-blok-kampar.html

http://www.esdm.go.id/berita/40-migas/3191-pemberian-dana-bagi-hasil-migas-sesuai-undang-undang.html

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/20/103258726/Mencermati.Dana.Bagi.Hasil.Hul u.Migas.Bagian.I

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/12/18/102619026/Mengapa.Kontrak.PSC.Dipandan g.Lebih.Menguntungkan.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51076aad6703a/alasan-pemerintah-memilih-kontrak-bagi-hasil

http://strategihukum.net/mengupas-konsep-psc-dalam-pengusahaan-hulu-migas-indonesia http://lifting.migas.esdm.go.id/lifting/laporan/perdpmkkks

http://www.sprlanggak.co.id/ http://www.bsp.co.id/

http://patra.itb.ac.id/karya/kajian-energi/mau-dibawa-kemana-blok-mahakam-4/ https://saripedia.wordpress.com/tag/petisi-blok-mahakam-untuk-rakyat/

http://patriotgaruda.com/2014/12/04/skema-pengelolaan-blok-mahakam-setelah-kontrak-total-berakhir/

http://politik.kompasiana.com/2014/12/19/pensiunan-tegaskan-blok-mahakam-harga-mati-bagi-pertamina-692569.html

http://www.bpsimprs2014.com/artikel-mprs-2014/ekonomi/54-kasus-blok-mahakam.html http://www.tambangnews.com/serba-serbi/opini/3481-menuai-bencana-di-blok-mahakam.html http://m.ekonomi.rimanews.com/bisnis/read/20141124/184167/Menghitung-Untung-Rugi-Blok-Mahakam-Jika-Jatuh-ke-Tangan-Pertamina?utm=prepage

Gambar

Gambar.1 Peta Potensi Migas Nasional
Grafik 2. Profit Sharing KKS
Tabel 1. Data Ekspor-Impor Migas
Tabel 5. Lifting Minyak Bumi Blok Langgak

Referensi

Dokumen terkait

Pangunahing 3ayunin8 piliin ang katutubong wika na gagamiting batayan ng pagpapalaganap at pagpapatibay ng wikang pambansa ng *ilipinas. 2ga $ahirang

Variabel penelitian yang digunakan antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, gaji, pengakuan, kebijakan organisasi, hubungan interpersonal, tanggung jawab,

Saya percaya, karena pertolongan Nya yang menuntun penulis dapat melampaui tahapan-tahapan dalam penyusunan tesis yang berjudul Ritual Ngalap Berkah dalam

Areago, -ra- arrizkiaren bidez sortutako aditz oin erazle askok eta askok balio berezi hau galdu egin dute eta, ondorioz, -ra-dun aditz oin horiek beste OOozein aditz oinen

Misalkan v adalah titik dalam G dengan derajat , maka setiap titik lain adjacent dengan v sehingga {v} adalah himpunan dominasi dari graf G, dengan bilangan dominasi

Hasil survei lapangan digunakan sebagai bahan untuk diskusi dalam FGD terkait strategi apa yang tepat agar pada tahun 2019 di empat desa tersebut dapat mencapai target

 Jika sampel ditarik dari populasi yang terdistribusi normal, maka distribusi sampling dapat didekati dengan distribusi...(14).  Jika standar deviasi populasi tidak diketahui,

Nilai indeks keanekaragaman jenis yang tergolong sedang pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan bahwa stasiun pengamatan mulai mengalami tekanan ekologis sehingga