BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan alat kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berkesinambungan. Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai dengan lahirnya janin yang melibatkan perubahan fisik dan emosi dari ibu serta perubahan sosial dalam keluarga (Saifuddin, 2009:54). Pemeriksaan dan pengawasan secara komperehensif sejak masa kehamilan mutlak diperlukan, karena gangguan kesehatan yang dialami oleh seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin di kandungan, saat kelahiran hingga masa pertumbuhan.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup.
Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.
obstetri, yang sering tidak dapat diramalkan pada saat kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada saat atau sekitar persalinan (Saifuddin, 2009:62).
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun.
Dengan upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi tersebut disebabkan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia secara signifikan. Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal dengan cara : 1) meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED) dan 2) memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit. Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana.
Asuhan persalinan diberikan kepada klien saat persalinan dengan memperhatikan prinsip asuhan sayang ibu dan sayang bayi yang merupakan bagian dari persalinan yang bersih dan aman. Salah satu bentuk dari asuhan persalinan yaitu menghadirkan keluarga atau orang – orang terdekat pasien untuk memberikan dukungan bagi ibu (Prawirohardjo, 2009 : 336). Menurut Prawirohardjo (2009:360) bahwa masa asuhan neonatus sangat diprioritaskan karena merupakan masa kritis dari kematian bayi. Dua pertiga dari kematian bayi terjadi dalam waktu 4 minggu setelah persalinan, 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan yang teratur pada waktu nifas dan neonatusnya, dapat mencegah mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi.
Asuhan masa nifas dibutuhkan dalam periode ini karena merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum harus diajarkan dan ditanamkan. Status gizi ibu nifas sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka. Gizi ini berfungsi untuk membantu proses metabolisme, pemulihan dan pembentukan jaringan baru.
Bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan anak secara komprehensif harus mampu memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan yaitu mulai dengan perencanaan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan KB (Keluarga Berencana), mencegah dan mengurangi komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas dengan , antenatal care, persalinan yang bersih dan aman, pemantauan teratur masa nifas, pendeteksian dini, dan penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal yang cepat dan tepat.
dilakukanlah dokumentasi berupa pencatatan dan pelaporan dalam bentuk metode pendokumentasian SOAP.
Prinsip penting yang perlu diingat oleh setiap bidan dalam proses pendokumentasian yaitu ‘menulis apa yang kita lakukan, dan melakukan apa yang kita tulis’. Diharapkan dengan terlaksananya pendokumentasian yang baik dan benar dapat menjadi suatu nilai acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada setiap kasus baik maternal maupun neonatal sehingga pada tujuan akhirnya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas maka upaya untuk meningkatkan kesehatan maternal dan neonatal menjadi sangat strategis bagi upaya pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Usaha tersebut dapat dilihat dari penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Dari uraian di atas penulis bermaksud untuk melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif yang dimulai dari kehamilan, persalinan, neonatus, nifas pada Ny. Y di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Cirebon.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat disimpulkan masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, dan Nifas Y umur 30 tahun G2P0A1 Gravida 35 – 36 Minggu dengan Persalinan Preterm, KPD dan Hipertensi Dalam Kehamilan ?”
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif, mandiri dan preceptorship pada Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir dan Nifas pada Y dengan menggunakan 7 langkah Varney.
1.3.2 Tujuan Khusus
b. Mampu menginterpretasikan data dari hasil pengkajian pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas pada kasus Y.
c. Mampu mengidentifikasi dan membuat diagnosa potensial atau masalah potensial berdasarkan data kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas pada kasus Y.
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencegah kemungkinan yang terjadi pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas Y.
e. Mampu membuat rencana asuhan kebidanan berdasarkan evidence based sesuai kebutuhan ibu dan keluarga yang akan diberikan pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas Y.
f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas Y.
g. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas Y.
h. Mampu menerapkan cara preceptorship dalam setiap asuhan kebidanan yang diberikan pada kehamilan, pesalinan, bayi baru lahir dan nifas Y.
1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran
Ny. Y umur 30 tahun G2P0A1 selama kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas.
1.4.2 Waktu dan Tempat
Pengambilan kasus ini dilakukan selama Praktik Kebidanan Klinik Komprehensif yang berlangsung sejak tanggal 2 – 13 Januari di Ruang Bersalin, Ruang Perinatologi dan Ruang Melati RSD Gunung Jati Cirebon.
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan referensi review internal mutu pelayanan di RSD Gunung Jati dan menjadikan RSD Gunung Jati semakin paripurna dalam memberikan pelayanan khususnya asuhan kebidanan.
b. Bagi Bidan
Membantu menambah referensi dalam hal pemahaman perkembangan pengetahuan dan penatalaksanaan serta dapat digunakan untuk menetapkan strategi yang tepat sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas meliputi bio- psiko- sosial- spritual. Yang berhubungan dengan asuhan kebidanan persalinan preterm, olighidramnion dan Hipertensi Dalam Kehamilan.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan datang seperti mutu keterampilan atau kompetensi kebidanan, sebagai bahan parameter penilaian mahasiswa sejauh mana menerapkan teori yang sudah didapatkan di Pendidikan dan menjalin hubungan kerjasama antara pihak kampus dan pihak RSD Gunung Jati.
d. Bagi Pasien dan Keluarga
Mendapatkan pelayanan kebidanan yang baik sesuai harapan pasien dengan asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas di RSD Gunung Jati.
e. Bagi Pembaca
Dapat memberikan informasi mengenai masalah kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada pasien dengan persalinan preterm, oligohidramnion dan Hipertensi Dalam Kehamilan .
f. Bagi Penulis
mengimplementasikan asuhan kebidanan komprehensif yang berkualitas tersebut saat ditempatkan di lahan.
1.5.2 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca untuk menambah wawasan pengetahuan dan dapat digunakan sebagai proses pembelajaran mengenai asuhan kebidanan secara komprehensif.
1.6 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengambilan data, penulis menggunakan metode 7 langkah Varney yang terdiri dari pengumpulan data dasar, intrepetasi data, diagnosa potensial, identifikasi kebutuhan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh data primer dan data sekunder.
1.6.1 Data Primer a. Wawancara
Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung dengan pasien atau pihak yang berhubungan dengan masalah tersebut. (Notoatmodjo, 2010 : 28)
b. Pemeriksaan Fisik, diantaranya :
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi 1.6.2 Data Sekunder
Untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang ada dan telah dilakukan pengkajian. (Barbara, 2005 : 9)
b. Studi Pustaka
Penulis menggunakan beberapa referensi yang berhubungan dengan asuhan kebidanan komprehensif.
c. Media Elektronik
Penulis membuka beberapa jurnal yang berhubungan dengan asuhan kebidanan komprehensif. (Matondang, 2009 : 33)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan Preterm 2.1.1 Definisi
(terutama paru yang mengakibatkan sindrom distress pernafasan) pada saat kelahiran.
Persalinan preterm spontan terjadi sebanyak 40-50% pada persalinan preterm, dan sisanya 25-40% diakibatkan oleh ketuban pecah dini preterm (PPROM) dan 20-25% persalinan preterm atas indikasi obstetrik.
2.1.2 Epidemiologi
Frekuensi dari terjadinya persalinan preterm diperkirakan sekitar 12-13% di Amerika Serikat (AS) dan 5-9% di negara-negara berkembang. Akan tetapi, tingkat persalinan preterm meningkat di berbagai lokasi, terutama karena peningkatan indikasi atas persalinan preterm terhadap kehamilan multipel buatan. Persalinan preterm dapat juga terbagi berdasarkan usia kehamilan: persalinan preterm pada usia kehamilan 20-27 minggu (extremly preterm), persalinan preterm pada usia kehamilan 28-32 minggu (very preterm), persalinan preterm pada usia kehamilan pada 33-36 minggu (preterm).
Belum terdapat data yang akurat mengenai persalinan preterm di seluruh dunia, tetapi perkiraan angka kejadian persalinan preterm adalah sebanyak 5% di negara maju, dan 25% di negara berkembang. 3 Peningkatan dari harapan hidup sedikitnya kurang dari 50% sebelum usia kehamilan 24 minggu hingga lebih dari 95% pada usia kehamilan 33 minggu dan terdapat hubungan terbalik antara resiko berat badan dan usia kehamilan saat terjadinya persalinan.
2.1.3 Etiologi
idiopatik, kehamilan multipel, disfungsi serviks, perdarahan antepartum, stress dan malnutrisi. Tiga puluh persen persalinan preterm terjadi akibat iatrogenik seperti hipertensi, diabetes dan IUGR.
Peningkatan jumlah faktor risiko yang diduga memiliki interaksi terhadap timbulnya PPROM. Dikarenakan adanya berbagai faktor risiko yang dapat mengakibatkan inflamasi sistemik, peningkatan stimulasi jalur infeksi inflamasi yang mungkin dapat menjelaskan peningkatan persalinan preterm dengan berbagai faktor risiko.
Been et al (2014), melakukan ulasan dan meta analisa terhadap beberapa jurnal untuk melihat efek merokok pada persalinan preterm dimana disimpulkan bahwa tidak merokoknya ibu pada saat kehamilan akan menurunkan 10% kejadian persalinan preterm, berat badan lahir rendah dan kecenderungan terjadinya asma di kemudian hari.
Germain et al (1999), pada penelitiannya menemukan sebagian besar kejadian persalinan preterm terjadi tanpa sebab yang jelas (56.6%) sedangkan penyebab jelas lain terbagi menjadi : iskemia uteroplasenta (28.3%), infeksi (13.8%) dan keduanya (1.4%). Pada penelitian ini juga dijumpai, wanita dengan iskemia uteroplasenta dan infeksi memiliki outcome perinatal yang lebih buruk daripada wanita tanpa penyebab yang jelas.
2.1.4 Patogenesis
estrogen. Terbaliknya rasio estrogen atau progesteron ini akan menyebabkan terbentuknya prostaglandin, yang akan menginisiasi kaskade-kaskade yang selanjutnya akan merangsang terjadinya persalinan. Meskipun mekanisme ini telah ditetapkan pada domba, peranannya pada manusia belum dapat dikonfirmasi.
Teori terjadinya persalinan kedua melibatkan oksitosin sebagai pemicu terjadinya persalinan. Dikarenakan pemberian oksitosin IV (Intra Venous) meningkatkan intensitas dan frekuensi kontraksi uterus, yang dapat disimpulkan oksitosin memiliki peranan dalam terjadinya persalinan. Oksitosin sebagai pemicu awal dari persalinan, akan tetapi sulit diterima karena 2 alasan : kadar oksitosin dalam darah tidak meningkat sebelum terjadi persalinan dan kadar oksitosin terjadi secara konstan selama kehamilan. Sehingga, meskipun oksitosin memliki peran dalam mendukung persalinan, peranannya dalam inisiasi persalinan baik pada aterm ataupun preterm belum ditetapkan. Membran yang mengelilingi ruang amnion terdiri dari amnion dan khorion, yang merupakan suatu lapisan yang terdiri dari beberapa tipe sel seperti sel epitel, sel mesenkim dan sel trophoblast yang termasuk dalam matriks kolagen. Lapisan ini menahan cairan amnion dan mensekresi substansi ke cairan amnion dan ke uterus serta melindungi janin dari infeksi.
Membran biasanya ruptur selama persalinan. Ruptur prematur dari membran janin didefinisikan sebagai rupturnya membran sebelum dimulainya persalinan. Rupture membrane premature sebelum usia kehamilan 37 minggu biasanya disebut sebagai preterm premature rupture of membrane (PPROM).
prostaglandin, sitokin dan hormon protein yang mengaktifkan enzim degradasi matriks.
2.1.5 Faktor Resiko
Di Amerika Serikat (AS), ras merupakan faktor resiko yang signifikan dalam terjadinya persalinan preterm. Wanita kulit hitam memiliki tingkat preterm 16-18% dibandingkan dengan wanita kulit putih 7-9%. Wanita lebih muda dari usia 17 tahun dan lebih tua dari 35 tahun juga merupakan menjadi suatu faktor resiko. Selain itu, tingkat edukasi dan sosioekonomi juga merupakan salah satu faktor resiko. Merokok lebih berkaitan dalam hambatan pertumbuhan janin dan meningkatkan 20-30% angka kejadian persalinan preterm.Di AS, sekitar 20% wanita hamil merokok, dan didapatkan 10-15% kelahiran preterm dihubungkan dengan merokok Wanita dengan persalinan preterm sebelumnya mengalami peningkatan resiko 2.5 kali lipat untuk terjadinya persalinan preterm spontan pada kehamilan berikutnya. Semakin muda usia kehamilan pada saat persalinan preterm sebelumnya, semakin besar resikonya. Kehamilan mulitpel merupakan salah satu faktor resiko tertinggi terjadinya persalinan preterm. Tepatnya 50% kehamilan dengan janin kembar 2 atau lebih berakhir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ratarata masa kehamilan lebih singkat pada kehamilan kembar 2 (36 minggu), kembar 3 (33 minggu) dan kembar 4 (31 minggu) dari pada janin tunggal (39 minggu).
Weiss dkk (2003), mendapatkan perdarahan pervaginam akibat plasenta previa atau solusio plasenta parsial memiliki resiko untuk terjadinya persalinan preterm yang sama tingginya dengan kehamilan multipel. Perubahaan pada cairan amnion seperti hidramnion atau oligohidramnion dihubungkan dengan peningkatan resiko persalinan preterm. Kondisi medis ibu seperti DM (Diabetes Mellitus) gestational ataupun DM tipe 2, hipertensi (esensial ataupun induksi kehamilan) berhubungan dengan peningkatan persalinan preterm.
untuk menentukan resiko terjadinya persalinan preterm. Parry S (2006), Mendapatkan bakteriuria berhubungan dengan peningkatan resiko prematuritas. Infeksi sistemik seperti pneumonia, pyelonefritis, appendicitis sering menigkatkan aktivitas uterus. Faktor resiko klinis lain yang penting adalah adanya kontraksi uterus.
Budiartha dkk, melakukan penelitiaan kadar interleukin-8 serum pada persalinan preterm dan persalinan aterm, didapatkan hasil kadar interleukin-8 serum pada persalinan preterm lebih tinggi dari pada persalinan aterm.
Krohn et al (2014) menyatakan bahwa vaginosis bacterial merupakan salah satu faktor resiko terjadinya persalinan preterm disertai dengan berat lahir yang rendah. Kemungkinan terjadinya persalinan preterm pada wanita dengan vaginosis bacterial adalah 40% lebih banyak.
Kramer et al (2001) mendeskripsikan faktor sosioekonomik sebagai faktor resiko dan penyebab terjadinya persalinan preterm. Dimana pada penelitiannya, dihipotesakan terdapat dua mekanisme terjadinya persalinan preterm bila dijumpai adanya perbedaan sosioekonomi yaitu : stressor psikososial akut dan kronis yang akan mengakibatkan gangguan hormonal dan keterlibatan faktor resiko lain serta kombinasi mutasi genetik dengan asupan gizi yang kurang dari seharusnya.
2.1.6 Pencegahan
Usaha pencegahan terjadinya persalinan preterm mencakup 2 tindakan yaitu tindakan umum dan tindakan khusus.
a. Tindakan umum untuk persalinan preterm
Dilaksanakan perawatan prenatal, diet, pemberian vitamin dan penjagaan higiene.
Aktivitas (kerja, perjalanan) dibatasi pada pasien-pasien dengan riwayat persalinan preterm.
Penyakit–penyakit dalam yang akut harus diobati secara aktif dan efektif.
Tindakan pembedahan abdomen yang elektif dan tindakan operatif gigi yang berat harus ditunda.
b. Tindakan khusus untuk persalinan preterm
Pasien–pasien dengan kehamilan kembar harus istirahat di tempat tidur sejak minggu ke- 28 sampai ke-36 atau 38.
Fibromyoma uteri jika memberikan keluhan dirawat dengan istirahat di tempat tidur dan analgesia sedapat mungkin dihindari.
Plasenta previa dirawat dengan istirahat total dan tranfusi darah untuk menunda kelahiran bayi sampai tercapai ukuran yang viabel. Tentu saja pendarahan yang hebat memerlukan pembedahan segera.
Inkompetensi serviks harus dijahit dalam bagian 1 trimester 2 selama semua persyaratan dipenuhi.
Section caesarea elektif dan ulangan hanya dilakukan kalau yakin bahwa bayi sudah cukup besar. Bahaya pada pembedahan yang terlalu dini adalah kelahiran bayi kecil yang tidak bisa bertahan hidup.
Obat – obat dapat digunakan untuk menghentikan persalinan. (Oxorn, 2003)
2.1.7 Penatalaksanaan
a. Konfirmasi terjadinya persalinan preterm.
b. Untuk kehamilan kurang <34 minggu dengan tanpa indikasi ibu maupun janin untuk melahirkan, tetapi dilakukan observasi ketat dengan monitoring kontraksi uterus dan denyut jantung janin dan penilaian perubahan servik.
c. Untuk kehamilan <34 minggu, glukokortikoid diberikan untuk mempercepat maturasi paru janin.
d. Untuk kehamilan <34 minggu pada waktu yang sedang tidak dalam persalinan yang maju, beberapa praktisi meyakini bahwa rasional mencoba membuat kontraksi untuk menunda kelahiran sambil diterapi glukokortikoid.
e. Untuk kehamilan 34 atau lebih dengan persalinan preterm dimonitor dengan kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin.
f. Untuk persalinan aktif, antimikrobial diberikan untuk mencegah infeksi Streptokokus grub B pada neonatal. (Cunningham dkk, 2005)
2.2 Oligohidramnion 2.2.1 Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Oligohidramnion adalah kondisi dimana cairan ketuban terlalu sedikit, yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI (amniotic fluid index)) di bawah persentil. Volume cairan ketuban meningkat selama masa kehamilan, dengan volume sekitar 30 ml pada 10 minggu kehamilan dan puncaknya sekitar 1 L di 34-36 minggu kehamilan.
2.2.2 Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin. Etiologi primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
b. Masalah kongenital tidak adanya jaringan ginjal fungsional atau uropatif obstetrik seperti kondisi yang mencegah pembentukan urin atau masuknya urin ke dalam kantong ketuban dan malformasi saluran kemih janin.
c. Penurunan perfusi ginjal yang menyebabkan produksi urin berkurang. d. Kehamilan post-term
e. Gangguan pertumbuhan pada janin
f. Kelainan ginjal bawaan pada janin sehingga produksi urinnya sedikit. Padahal urin termasuk sumber utama air ketuban
g. Kehamilan lewat waktu sehingga fungsi plasenta atau ari-ari menurun
h. Penyakit ibu, seperti darah tinggi, diabetes, gangguan pembekuan darah dan penyakit autoimun seperti lupus.
Janin
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Gejala Sindroma Potter berupa :
a. Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang). b. Tidak terbentuk air kemih
c. Gawat pernafasan.
Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi. a. Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom patter).
b. Retardasi pertumbuhan intra uterin c. Ketuban pecah dini (24-26 minggu). d. Sindrom paska maturitas.
2.2.4 Gambaran Klinis / Gejala
a. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen. b. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
c. Sering berakhir dengan partus prematurus.
d. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas e. Persalinan lebih lama dari biasanya.
f. Sewaktu his akan sakit sekali.
g. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar. h. Janin mudah berpindah tempat.
i. Perlambatan tinggi fundus.
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
a. USG (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal)
b. Rontgen perut bayi c. Rontgen paru-paru bayi d. Analisa gas darah.
Dengan memeriksa indeks cairan ketuban, yakni jumlah pengukuran kedalaman gambaran air ketuban di empat sisi kuadran perut ibu. Dilakukan lewat USG (ultrasonografi). Nilai nominalnya berkisar antara 10-20 cm. Bila kurang dari 10 cm disebut air ketuban telah berkurang. Jika kurang dari 5 cm, inilah yang disebut oligohidramnion.
2.2.6 Komplikasi
a. Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan, keguguran, janin meninggal dan pertumbuhan janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena janin mengalami tekanan dinding rahim.
b. Jika terjadi pada trimester kedua kehamilan, akan amat mengganggu tumbuh kembang janin.
c. Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat bawaan karena tekanan atau kulit jadi tebal dan kering (lethery appereance).
d. Jika terjadi menjelang persalinan, meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama kelahiran. Seperti tidak efektifnya kontraksi rahim akibat tekanan di dalam rahim yang tidak seragam ke segala arah. Akhirnya, persalinan jadi lama atau malah “berhenti”.
2.2.7 Penanganan
a. Tirah baring atau istirahat yang cukup b. Hidrasi.
c. Perbaikan nutrisi
d. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp). e. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
f. Amnion infusion. g. Induksi dan kelahiran.
a. Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang serta tingkatkan konsumsi cairan
b. Banyak istirahat
c. Stop merokok dan/atau jadi perokok pasif d. Amati frekuensi gerakan atau aktivitas janin
e. Laporkan segera ke dokter jika terjadi tanda-tanda kelahiran prematur seperti pendarahan atau keluar cairan dari vagina.
Tindakan Dokter
Jika tidak terjadi peningkatan jumlah air ketuban yang disertai dengan tanda-tanda tidak sesuainya pertumbuhan berat janin dan terganggunya aliran darah,tali pusat biasanya dokter akan memutuskan segera melahirkan janin. Apalagi jika ditemukan pada kehamilan cukup bulan.
2.3 Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi Dalam Kehamilan merupakan 5 – 15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di indonesia, mortalitas dan morbiditas Hipertensi Dalam Kehamilan masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi Dalam Kehamilan dapat dialami oleh semua ibu hamil sehingga pengetahuan tentang pengelolaan Hipertensi Dalam Kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah.
2.3.1 Definisi
b. Proteinuria, ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick.
c. Edema, dahulu edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda preeklampsia, tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu dipertimbangkan faktor risiko terjadinya Hipertensi Dalam Kehamilan, bila didapatkan edema generalisata atau kenaikan berat badan >0,57 kg/minggu, menurunkan risiko hipertensi, tetapi menaikkan risiko berat badan bayi rendah.
d. Wanita hamil atau baru melahirkan mengeluh nyeri kepala hebat atau penglihatan kabur.
e. Wanita hamil atau baru melahirkan menderita kejang atau tidak sadar/koma.
2.3.2 Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya Hipertensi Dalam Kehamilan, yang dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Primigravida, primiparitas
b. Hiperplasentosis, misalnya molahidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellistus, hidrops fetalis, bayi besar
c. Umur yang ekstrim
d. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
e. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil. f. Obesitas
2.3.3 Penanganan Umum a. Segera rawat
b. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarga
d. Jika pasien tidak sadar/koma, bebaskan jalan nafas, baringkan pada satu sisi, ukur suhu, periksa apakan ada kaku tengkuk
e. Jika kejang, baringkan pada satu sisi tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntah atau darah; bebaskan jalan nafas; pasang spatel lidah untuk tidak tergigitnya lidah; fiksasi untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur.
2.3.4 Deteksi Dini
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi essensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung (Julius, 2008).
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas (Julius, 2008).
a. Pembatasan kalori, cairan, dan garam tidak dapat mencegah Hipertensi Dalam Kehamilan, bahkan dapat berbahaya bagi janin.
b. Manfaat aspirin, kalsium, dan obat-obat pencegah Hipertensi Dalam Kehamilan belum terbukti.
dan anggota keluarga lainnya harus diberi penjelasan tentang tanda-tanda Hipertensi Dalam Kehamilan dan perlunya dukungan sosial/moral kepada pasien.
2.3.5 Diagnosa dan Penatalaksanaan a. Hipertensi kronik
Hipertensi tanpa protein nuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan
1) Diagnosis
(a) Tekanan darah 140/90 mmHg
(b) Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan < 20 minggu
(c) Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan test urin)
(d) Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal 2) Tatalaksana umum
(a) Anjuran istirahat lebih banyak
(b) Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan mengganggu perfusi serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah normal akan memperbaiki keadaan janin dan ibu.
(1) Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertansi, dan terkontrol dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
(2) Jika tekanan diastolik ≥ 110 mmHg atau tekanan sistolik ≥ 160 mmHg, berikan hipertensi
(3) Jika terdapat protein nuria atau tanda-tanda dan gelaja lain, pikirkanlah superimposed preeklamsia dan tangani seperti preeklamsia
dengan dokternya mengenai jenis antihipertensi yang cocok selama kehamilan.
(c) Berikan suplementasi kalsium 1-5,2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia kehamilan 20 minggu
(d) Pantau pertumbuhan dan kondisi janin
(e) Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm
(f) Jika denyut jantung janin < 100 kali/menit 180 kali/menit, tangani seperti gawat janin
(g) Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.
b. Hipertensi Gestasional
Hipertensi tanpa protein nuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang setelah persalinan.
c. Preeklamsia dan eklampsia 1. Preeklampsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu, tes celup urin menunjukan proteinnuria 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukan hasil > 300 mg/24 jam
2. Preeklamsia berat
Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu, tes celup urin menunjukan protein 2+ atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukan hasil >5 g/24 jam
3. Superimposed preeklamsia pada hipertensi kronik
BAB III TINJAUAN KASUS
DI RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON
Hari, tanggal : Minggu, 07 Januari 2018 Waktu : Jam 04.35 WIB
Tempat : Bersalin No. Register : 926668
A.Data Subjektif 1. Biodata
Nama Ibu : Y Nama Suami : S
Tgl Lahir/Umur : 21-06-1992/25 th Umur : 25 th
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : MRT Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Sedong Kidul Kabupaten Cirebon 2. Riwayat
±2 tahun. Suami dan keluarga mendukung kehamilan ini. Belum pernah menggunakan kontrasepsi, pengambil keputusan dalam keluarga yaitu suami. Makan 3x sehari dengan menu bervariasi, terakhir tanggal 06 Januari 2018 jam 22.00 WIB. Minum air putih lebih dari 8 gelas sehari, terakhir jam 04.00 WIB.BAK terakhir jam 03.30 WIB,BAB terakhir tanggal 6 Januari 2018 jam 6.30 WIB.Beban kerja sedang dibantu suami. Dalam keluarga tidak ada yang merokok, minum minuman keras dan mengkonsumsi obat-obatan selain dari Bidan dan dokter. Hubungan seksual tidak ada keluhan, membatasi hubungan seksual selama akhir kehamilan. Berencana bersalin di Rumah Sakit dengan jaminan BPJS.
B.Data Objektif 1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum ibu sedang, kesadaran composmentis, Tekanan Darah 130/90 mmHg, Nadi 80 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 36,7oC. Wajah tidak ada oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih. Bunyi jantung reguler. Paru-paru tidak ada ronchi dan wheezing. Payudara simetris, puting susu menonjol, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi dan dimpling sign, kolostrum sudah keluar. Abdomen tidak ada bekas luka operasi, TFU 30 cm, letak anak memanjang, posisi puki, persentasi kepala, penurunan kepala 5/5, kandung kemih kosong, HIS 1x10’x15”, DJJ 144x/menit, TBJ ±2600 gram. Ekstremitas atas tidak ada oedema dan kuku tidak pucat, terpasang infuse RL dari IGD di tangan kanan sisa cairan ± 400 cc dengan tetesan 20 tetes/menit. Ekstremitas bawah tidak ada oedema dan kuku tidak pucat, tidak ada varices, refleks patella positif. Genetalia tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan skene. Pemeriksaan dalam Vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada pengeluaran cairan, portio tebal lunak, ostium tertutup. Anus tidak ada hemoroid.
a. NST : Hasil reaktif Based Line 140-150 x/mnt b. Tes Lakmus : Negatif
c. Laboratorium tanggal 07 Januari 2018 1) Hematologi
Lekosit 17.830 4500-13000 /uL Leukositosis
Trombosit 285 150-400 10ˆ3/uL Normal
Hematokrit 36,1 37-54 % Normal
2) Serologi
Kreatinin 0,37 0,45 – 0,75 mg/dL Low
4) Sekresi dan Ekskresi
Tabel 3.4 Laboratorium Sekresi dan Ekskresi Pemeriksaa
n
Protein Urine Negatif Negatif - Normal
C.Analisa
Y 25 tahun G2P0A1 Gravida 35-36 minggu janin tunggal hidup dengan kontraksi dan Hipertensi Dalam Kehamilan, potensial preeklampsi, infeksi dan hipoksia janin, keadaan umum ibu dan janin baik, perlu kolaborasi dengan dokter Sp.OG.
D.Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan ibu dan, sudah terbina hubungan baik.
2. Memfasilitasi lembar General informed consent sebelum dilakukan pemeriksaan, ibu bersedia dilakukan pemeriksaan dan suami sudah menandatangani lembar persetujuan informed consent.
3. Mengingatkan kembali tentang hak dan kewajiban pasien, memahami dan dapat mengulang kembali apa yang disampaikan.
4. Memberitahu hasil pemeriksaan dan rencana asuhan yang akan diberikan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
5. Menawarkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman atau miring kiri, memilih posisi tidur miring ke kiri.
6. Menganjurkan ibu untuk membatasi mobilisasi sehingga mengurangi pengeluaran cairan ketuban, bersedia membatasi mobilisasi.
7. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK, belum mau BAK.
8. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pada ibu, Ibu sudah minum teh manis hangat.
9. Melanjutkan terapi dari IGD oleh dokter SpOG, sesuai program dokter : a. Rawat konservatif
b. Nifedipine 3 x 20 mg bila ada His, c. Metildopa 3 X 250 mg
d. Cefadroxil 2 x 500 mg
f. Observasi kemajuan persalinan
10. Memberikan terapi obat sesuai program dr.SpOG :
a. Nifedipine tablet 3x20 mg, jam 06.00 WIB sudah diminum b. Metidopa 3x250 mg, jam 08.00 WIB sudah diminum c. Cefadroxil 2x500 mg, jam 08.30 WIB sudah diminum
E.Melakukan Observasi TTV, His dan DJJ, hasil terlampir dilembar pemantauan persalinan
Pengkajian Jam 14.00 WIB A. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih terasa mules.
B. Data Objektif
Keadaan umum ibu sedang, kesadaran composmentis, Tekanan darah 130/80 mmhg, Nadi 88 x/menit, Pernafasan 24 x/menit, Suhu 36,5oC. Penurunan kepala 4/5, kandung kemih kosong, HIS 1x10’x15”, DJJ 138x/menit. Terpasang infuse RL di tangan kanan sisa cairan ± 200 cc dengan tetesan 20 tetes/menit.
C. Analisa
G2P0A1 Gravida 35-36 minggu dengan kontraksi dan Hipertensi Dalam Kehamilan, keadaan umum ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
3. Menawarkan untuk pendamping persalinan. Ibu memilih suami sebagai pendamping persalinan.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK.sudah BAK jam 13.30 WIB
5. Memfasilitasi ibu untuk makan dan minum. Ibu sudah makan 1 porsi dan minum air putih ± 1 gelas
6. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan. hasil terlampir dalam lembar observasi.
7. Melakukan konsul ulang dengan dokter SpOG, sesuai program dokter therapy lanjutkan:
a.Nifedipine 3 x 20 mg bila ada His b.Metildopa 3 X 250 mg
c.Cefadroxil 2 x 500 mg
d.Rencana USG besok tanggal 08 Januari 2018 → bila aterm dan oligohidramnion, rencana terminasi
8. Memberikan terapi sesuai program dr.SpOG :
a. Nifedipine tablet 3x20 mg,jam 14.00 WIB sudah diminum b. Metidopa 3x250 mg.jam 16.00 WIB sudah diminum c. Cefadroxil 2x500 mg,jam 20.30 WIB sudah diminum
9. Mengganti cairan infuse RL 500 cc tetesan 20 tetes / menit, jam 18.00 WIB sudah terpasang.
10. Menganjurkan ibu untuk membatasi mobilisasi dan cukup istirahat sehingga mengurangi pengeluaran cairan ketuban. Bersedia membatasi mobilisasi.
Pengkajian tanggal 08 Januari 2018 Jam 08.00 WIB A. Data Subjektif
Ibu mengatakan mules mulai berkurang.
B. Data Objektif
kandung kemih kosong, HIS 1x10’x10”, DJJ 142x/menit. Terpasang infuse RL di tangan kanan sisa cairan ± 200 cc dengan tetesan 20 tetes/menit.
C. Analisa
G2P0A1 Gravida 35-36 minggu dengan kontraksi dan Hipertensi Dalam Kehamilan, keadaan umum ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan 2. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK.sudah BAK jam 06.00 WIB 3. Memberikan terapi sesuai program dr.SpOG :
a. Nifedipine tablet 3x20 mg,jam 06.00 WIB sudah diminum b. Metidopa 3x250 mg.jam 08.00 WIB sudah diminum c. Cefadroxil 2x500 mg,jam 08.30 WIB sudah diminum
4. Memfasilitasi ibu untuk makan dan minum. Ibu sudah makan 1 porsi dan minum air putih ± 1 gelas
5. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan. hasil terlampir dalam lembar observasi.
6. Mendampingi dr.SpOG melakukan pemeriksaan USG, hasil USG gravida 35 – 36 minggu janin tunggal hidup letak kepala dengan oligohidramnion.TBJ 2800 gram. Advise dr.SpOG : terminasi kehamilan,Drip oksitosin 5 iu dalam D5 % 20 tetes / menit.
7. Mengulang kembali informasi hasil pemeriksaan dan rencana asuhan yang akan diberikan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
8. Memfasilitasi lembar informed consent sebelum dilakukan tindakan. Ibu bersedia dilakukan tindakan induksi persalinan dan suami sudah menandatangani lembar persetujuan informed consent.
Pengkajian jam 14.00 WIB A. Data Subjektif
Ibu mengatakan mulesnya semakin sering. B. Data Objektif
Keadaan umum ibu sedang, kesadaran composmentis, Tekanan darah 130/90 mmhg, Nadi 82 x/menit, Pernafasan 24x/menit, Suhu 36,2oC. Penurunan kepala 4/5, kandung kemih kosong, HIS 2x10’x30”, DJJ 140 x/menit. Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tebal lunak, pembukaan 2 cm, selaput ketuban positif, bagian terendah kepala hodge I - II, tidak ada bagian kecil yang terkemuka. Terpasang infuse drip oksitosin 5 iu dalam D5 % 20 tetes / menit.
C.Analisa
G2P0A1 Parturien 35-36 minggu janin tunggal hidup kala I fase laten dengan Oligohidramnion dan Hipertensi Dalam Kehamilan, keadaan umum ibu dan janin baik.
D.Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi. Ibu mau melakukannya dan ibu terlihat lebih tenang.
3. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK.sudah BAK jam 14.00 WIB 4. Memberikan terapi sesuai program dr.SpOG :
a. Nifedipine tablet 3x20 mg,jam 14.00 WIB sudah diminum b. Metidopa 3x250 mg.jam 14.00 WIB sudah diminum
5. Memfasilitasi ibu untuk makan dan minum. Ibu sudah makan nasi 1 porsi dan minum teh manis ½ gelas.
6. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan. hasil terlampir dalam lembar pemantauan persalinan.
7. Menginformasikan kembali tentang inisiasi menyusu dini dan rawat gabung, ibu mengerti dan ingin melakukannya.
Jam 16.30 WIB A. Data Subjektif
Ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan keluar air – air banyak dari jalan lahir .
B. Data Objektif
Keadaan umum ibu sedang, kesadaran composmentis, Tekanan darah 130/80 mmhg,Nadi 76 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 36,4oC. Penurunan kepala 3/5, kandung kemih kosong, HIS 3x10’x40”, DJJ 144x/menit, keluar air – air banyak dan lendir bercampur darah. Pemeriksaan dalam Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 4 – 5 cm, ketuban pecah spontan sisa cairan jernih, kepala hodge II-III, penunjuk ubun-ubun kecil kiri depan, tidak ada molase dan tidak ada bagian kecil yang menumbung. Terpasang infuse drip oksitosin 5 iu dalam D5 % 20 tetes / menit.
C. Analisa
G2P0A1 Parturien 35-36 minggu janin tunggal hidup kala I fase Aktif dengan Oligohidramnion dan Hipertensi Dalam Kehamilan, keadaan umum ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan 2. Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi, ibu mau melakukannya.
3. Membantu ibu minum disela-sela his, ibu sudah diberikan air putih ±1/2 gelas. 4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK, sudah BAK menggunakan pispot. 5. Memberikan terapi sesuai program dr.SpOG :
- Melakukan skin test injeksi cefotaxime 2x1,tidak ada reaksi alergi. - Memberikan injeksi Cefotaxime 2x1 gr, jam 15.40 WIB sudah diberikan.
6. Menyiapkan alat partus, resusitasi set dan perlengkapan ibu dan bayi. Sudah disiapkan.
8. Menawarkan kembali pendamping persalinan, ibu memilih suami sebagai pendamping persalinan
9. Merencanakan pemeriksaan dalam 4 jam kemudian atau bila ada indikasi.
Jam 20.00 WIB A. Data Subjektif
Ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan tidak bisa ditahan seperti ingin BAB. B. Data Objektif
Keadaan umum ibu sedang, kesadaran composmentis, Tekanan darah 130/80 mmhg,Nadi 80 x/menit, Pernafasan 24 x/menit, Suhu 36,6oC. Penurunan kepala 1/5, kandung kemih kosong, HIS 5x10’x45”, DJJ 136 x/menit,Adanya dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka.Pemeriksaan dalam Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban negatif sisa cairan jernih, kepala hodge III-IV, penunjuk ubun-ubun kecil depan. Terpasang infuse drip oksitosin 5 iu dalam D5 % 20 tetes / menit.
C. Analisa
Kala II dengan Oligohidramnion dan Hipertensi Dalam Kehamilan, potensial asfiksia dan infeksi, perlu pertolongan persalinan.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Mengatur posisi mengedan dan pendamping persalinan, ibu telah diposisikan dorsal recumbent, diarahkan ketepi tempat tidur dan suami sebagai pendamping persalinan .
3. Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik yaitu membuka mata saat meneran serta mata melihat kearah perut, tempelkan dagu ke dada ibu dan mulai meneran ketika saat ada his dan dipimpin meneran, ibu mau melakukannya.
6. Menyiapkan resusitasi set, resusitasi set sudah siap.
7. Mengecek kembali dan mendekatkan alat partus dan perlengkapan ibu dan bayi., sudah lengkap dan didekatkan.
8. Melakukan observasi DJJ disela-sela his, DJJ 138x/menit. 9. Memasang alas bokong, alas bokong sudah dipasang.
10. Melakukan pertolongan persalinan jam 20.05 WIB bayi lahir secara spontan,terdapat lilitan tali pusat dileher 1x longgar, bayi segera menangis, warna kulit kemerahan, tonus otot kuat,jenis kelamin laki - laki.
11. Melakukan langkah awal penanganan bayi baru lahir, meletakkan bayi diatas perut ibu, keringkan, potong dan ikat tali pusat,tali pusat sudah dipotong dan diikat.
12. Memfasilitasi untuk IMD, bayi diletakkan didada ibu.
13. Memfasilitasi lembar informed consent untuk rawat gabung, ibu bersedia dilakukan rawat gabung dan suami sudah menandatangani lembar persetujuan informed consent.
Jam 20.05 WIB A. Data Subjektif
Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dan perutnya masih terasa mules.
B. Data Objektif
C. Analisa
P1A1 Kala III. Keadaan umum ibu baik, potensial retensio plasenta.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu. Ibu mengetahui hasilnya. 2. Memeriksa janin kedua. Janin tunggal.
3. Melakukan kateterisasi. Terdapat ±200 cc Urine dibuang. 4. Melakukan manajemen aktif kala III :
a. Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin 10 IU secara IM di bagian 1/3 paha kanan bagian luar. Ibu bersedia disuntik dan tidak ada reaksi alergi.
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali bila ada kontraksi. Uterus globuler, tali pusat memanjang dan terdapat semburan darah tiba-tiba.
c. Melahirkan plasenta, jam 20.20 WIB Plasenta lahir spontan. d. Melakukan massase 15 kali selama 15 detik. Kontraksi uterus baik.
Jam 20.20 WIB A. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih merasa mules.
B. Data Objektif
C. Analisa
Kala IV. Keadaan umum ibu baik.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan. Ibu mengetahuinya.
2. Memeriksa kelengkapan plasenta. Kotiledon lengkap, selaput lengkap, tali pusat terdapat 2 arteri dan 1 vena.
3. Memeriksa laserasi jalan lahir. Terdapat robekan pada jalan lahir derajat II ( mukosa vagina,komisura posterior,kulit perineum,otot perineum ).
4. Memasang infus RL dan drip oksitosin 2 amp 20 tetes per menit.
5. Melakukan penjahitan dengan menggunakan anastesi local,penjahitan sudah dilakukan
6. Memeriksa kembali kontraksi uterus, kontraksi uterus keras.
7. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB,kandung kemih kosong dan belum mau BAK.
8. Mengajarkan ibu cara memeriksa kontraksi uterus dan melakukan massase agar uterus tetap berkontraksi. Ibu mau melakukannya.
9. Mengecek jumlah pengeluaran darah, estimasi pengeluaran darah terlampir dalam partograf.
10. Memeriksa nadi, nadi 82 x/menit.
11. Membersihkan dan mengganti pakaian ibu. Ibu terlihat nyaman.
12. Membersihkan tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%. Tempat bersalin sudah bersih.
13. Mengantarkan alat partus bekas pakai ke petugas CSSD untuk di sterilisasi. Alat sudah diantar ke CSSD.
15. Membantu ibu untuk makan, minum dan istirahat. Sudah minum air putih ± 100 cc dan makan 1 porsi nasi dan lauk pauk.
16. Memberikan terapi oral post partum sesuai program dokter. Telah diberikan Paracetamol 3x500 mg P.O jam 21.00 WIB dan SF 1x300 mg P.O jam 21.00 WIB sudah diminum.
17. Mengucapkan selamat atas kelahiran putranya pada ibu dan keluarga, respon ibu baik.
18. Memberikan KIE tentang tanda bahaya nifas, menyusui yang baik dan benar,rawat gabung.Ibu dapat mengulang kembali apa yg disampaikan.
19. Melakukan pendokumentasian, terlampir dalam partograf.
ASUHAN KEBIDANAN PADA Y P1A1 2 - 6 JAM POST PARTUM DENGAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hari, tanggal : Senin, 08 Januari 2018 Waktu : Jam 22.05 WIB
Tempat : Ruang Bersalin
Ibu merasa lebih baik, mengeluh perut terasa mules, nyeri pada luka jahitan, sudah menyusui bayinya, ASI belum keluar, bisa duduk dan sudah BAK, tetapi belum BAB karena masih takut nyeri pada luka jahitan, sudah sempat beristirahat, makan roti dan minum teh manis, belum mengetahui tanda-tanda bahaya nifas.
B.DATA OBJEKTIF
Keadaan umum ibu sedang, kesadaran composmentis, Tekanan darah 130/90 mmhg, Nadi 86 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 36,6oC. Abdomen TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong. Genitalia terdapat luka jahitan, pengeluaran darah ± 25 cc. Tangan kanan terpasang infus RL dan drip oksitosin 20 IU 20 tetes/menit sisa cairan ± 300cc.
C.ANALISA
P1A1 2 jam postpartum dengan Hipertensi Dalam Kehamilan, potensial terjadi pre eklamsia postpartum, keadaan umum ibu baik perlu pemantauan.
D.PENATALAKSANAAN
1. Meminta persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan, ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil tindakan
3. Melakukan observasi 2-6 jam post partum, hasil terlampir dalam lembar observasi
4. Menganjurkan ibu untuk beristirahat, dapat beristirahat
5. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK, sudah BAK dengan pispot.
6. Memfasilitasi ibu makan dan minum, sudah makan dan minum 7. Memberikan terapi obat oral post partum sesuai program dokter yaitu:
- Metildopa 250 mg 3x1 tablet/hari Jam 22.00 WIB sudah diminum 8. Memberikan KIE tentang :
a. Kebutuhan dasar masa nifas b. Perawatan luka perineum
d. Memberi tahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas seperti keluar darah banyak dari jalan lahir, sakit kepala yang berlebihan, bengkak pada tangan dan wajah, kejang dan lain-lain, ibu mampu menjelaskan kembali apa yang sudah di jelaskan dan tidak ada tanda bahaya
e. Tanda bahaya Bayi Baru Lahir
Ibu mengerti dan dapat mengulang kembali apa yang diinformasikan 9. Memfasilitasi untuk rawat gabung, sudah dilakukan diruang bersalin
10. Merencanakan pindah ke ruang Melati, setelah pemantauan 6 jam post partum dan bila keadaan umum ibu baik
11. Memindahkan pasien ke ruang Melati, sudah dipindahkan jam 05.45 WIB 12. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, tercatat dalam SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA Y P1A1 9 JAM POST PARTUM DENGAN HIPOTENSI
Hari, tanggal : Selasa, 09 Januari 2018 Waktu : Jam 05.45 WIB
Tempat : Ruang Melati
A. DATA SUBJEKTIF
Keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, tekanan darah 80/60 mmhg, nadi 103×/menit, pernapasan 23×/menit, suhu 36,5˚c, kontraksi uterus keras, TFU 2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong. Ekstremitas atas tidak ada oedema, kuku pucat, tangan kanan terpasang infuse RL sisa cairan ±100cc 20 tetes per menit, terdapat gelang identitas ditangan kiri, ekstremitas bawah tidak terdapat oedema, tidak ada varises. Terdapat luka jahitan, tidak ada oedema atau hematoma pengeluaran darah ± 50 cc.
C. ANALISA
P1A1 9 jam post partum dengan hipotensi, keadaan umum lemah. Perlu penanganan
segera.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memfasilitasi ibu untuk informed consent sebelum dilakukan pemeriksaan, ibu bersedia dilakukan pemeriksaan
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan yang akan di berikan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
3. Melakukan observasi keadaan umum, TTV. Hasil TD : 80/60 mmHg, N : 94 x/menit, P : 21 x/menit, S : 36,7℃
4. Melakukan konsul via telpon dengan dr. Sp.OG, advis :
Infus RL loading dose guyur.
Cek GDS cito. Hasil GDS : 131 mg/dL
5. Melakukan pemantauan keadaan ibu dan TTV selama pemberian terapi. Keadaan ibu membaik, TD : 90/60 mmHg, N : 89 x/menit, P : 20 x/menit, S : 36,7℃
ASUHAN KEBIDANAN PADA Y P1A1
1 HARI POST PARTUM DENGAN RIWAYAT HIPOTENSI
Pengkajian jam 17.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa lebih baik, sudah bisa melakukan aktifitas dan sudah menyusui, ibu mengatakan tadi pagi tekanan darahnya sempat turun.
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan penunjang pada tanggal 9 Januari 2018 Jam 06.57 WIB: C. ANALISA
P1A1 1 hari post partum dengan riwayat hipotensi, keadaan umum sedang.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memfasilitasi ibu untuk informed consent sebelum di lakukan pemeriksaan, ibu bersedia dilakukan pemeriksaan
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan yang akan di berikan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
3. Melakukan observasi keadaan umum, TTV, proses involusi dan laktasi. TTV dalam batas normal proses involusi dan laktasi normal.
4. Melanjutkan therapi sesuai instruksi dokter, therapi sudah diberikan
5. Mengingatkan kembali meminum obat pada jam yang telah ditentukan, ibu bersedia minum obat kembali pada jam 23.00 WIB
6. Melakukan manajemen laktasi, ASI sudah keluar, ibu mampu menyusui dengan benar, bayi menyusu kuat perlekatan dan refleks isap baik.
7. Memfasilitasi ibu makan dan minum, sudah makan dan minum 8. Memberikan KIE ulang tentang:
- Kebutuhan dasar masa nifas - Perawatan luka perineum
- Perawatan payudara dan management laktasi - Tanda bahaya nifas
P1A1 2 HARI POST PARTUM
Hari, tanggal : Rabu, 10 Januari 2018 Waktu : Jam 10.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa lebih baik dari hari kemarin, tidak ada keluhan. B. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 140/90 mmhg, nadi 88×/menit, pernapasan 20×/menit, suhu 36,6˚C, ASI sudah keluar, kontraksi uterus keras, TFU 3 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong. Ekstermitas atas tidak ada oedema, Ektermitas bawah tidak oedema, tidak ada varises dan tidak ada tanda homan, pengeluaran lokhea rubra ± 10 cc dan tidak berbau, terdapat luka jahitan perineum, tidak ada tanda-tanda infeksi.
C. ANALISA
P1A1 2 hari post partum, keadaan umum baik dengan proses involusi dan laktasi
normal.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memfasilitasi ibu untuk informed consent sebelum di lakukan pemeriksaan, ibu bersedia dilakukan pemeriksaan
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan yang akan di berikan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
3. Melakukan manajemen laktasi dan mengevaluasi cara menyusui, ibu sudah bisa menyusui dengan posisi yang benar, ASI sudah keluar, bayi menyusu kuat. 4. Melakukan up infus, infus sudah dilepas jam 07.00 WIB.
5. Mendampingi dr.SpOG visit,advise : Pasien boleh pulang
a. Cefadoxil 500mg 2x1 tablet/hari b. Paracetamol 500mg 3x1 tablet/hari c. SF 300mg 1x1 tablet/hari
d. Metildopa 250mg 3x1 tablet/hari
7. Memberikan KIE dan menginformasikan kembali tentang : a. Kebutuhan dasar masa nifas
b. Perawatan payudara dan perineum c. Tanda-tanda bahaya nifas
d. KB dini
Ibu mengerti dan dapat mengulang kembali apa yang sudah dijelaskan.
8. Memotong gelang identitas ibu didampingi oleh bidan jaga, sudah tidak memakai gelang identitas.
9. Mengingatkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu ke poli kandungan RSD Gunung Jati atau bila ada keluhan, jadwal kontrol pada tanggal 17 Januari 2018. 10. Mengantar pulang, ibu dan bayi pulang tanggal 10-1-2018, jam 12.30 WIB. 11. Pendokumentasian asuhan. Sudah dilakukan
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR BAYI Y
Hari, Tanggal : Senin, 8 Januari 2018 Waktu : 20.05 WIB
A. Data Subjektif (-)
B. Data Objektif
Bayi lahir secara spontan dan cukup bulan ditolong oleh Bidan, segera menangis, warna kulit kemerahan, gerakan otot aktif, jenis kelamin laki-laki, ketuban jernih dengan nilai APGAR Score 7/8.
C. Analisa
Neonatal cukup bulan, lahir spontan. Potensial Hipotermi. Perlu jaga kehangatan. D. Penatalaksanaan
1. Meminta persetujuan kepada keluarga untuk tindakan yang akan dilakukan. Keluarga menyetujui.
2. Melakukan penilaian awal :
a. Apakah kehamilan aterm? tidak.
b. Apakah bayi segera bernafas atau menangis? segera menangis. c. Apakah tonus otot aktif? aktif.
Tabel 3.6 APGAR SCORE
Kriteria 1 menit 5 menit
Appearance (warna kulit) 1 2
Pulse (denyut jantung) 2 2
Grimace (refleks) 1 1
Activity (tonus otot) 1 1
Respiration (pernafasan) 2 2
JUMLAH 7 8
Kriteria 0 1 2 Nilai Frekuensi napas <60 x/menit 60-80 x/menit >80 x/menit 0
Retraksi Tidakada Ringan Berat 0
Kesimpulan : Neonatus cukup bulan, tidak ada gawat napas. 3. Melakukan penanganan awal bayi baru lahir:
a. Menjaga kehangatan bayi dengan mengeringkan kepala, muka, tangan, badan dan kaki kecuali telapak tangan dengan handuk bersih. Bayi menangis kuat b. Mengganti kain yang basah dengan kain yang kering, disertai gerakan untuk
merangsang taktil.
c. Mengatur posisi bayi di atas perut ibu. d. Menilai keadaan bayi. Bayi menangis kuat.
4. Melakukan IMD. Bayi diletakkan di atas dada ibu selama 1 jam. 5. Melakukan pemeriksaan Antopometri pada bayi :
a. Menimbang berat badan bayi. Hasil : 2600 gram b. Mengukur lingkar kepala bayi. Hasil : 31cm c. Mengukur lingkar dada bayi. Hasil : 30 cm d. Mengukur panjang bayi. Hasil : 46 cm
6. Memberikan vitamin K 1 mg secara IM pada 1/3 paha kiri. Vitamin K sudah diberikan.
7. Memberikan Gentamycin tetes 0,3% pada masing-masing mata dari arah medial. Tetes mata telah diberikan.
8. Melakukan identifikasi pada bayi :
a. Memasangkan gelang pengenal pada tangan ibu serta tangan dan kaki bayi. Gelang pengenal warna warna biru muda telah dipasang di tangan kiri ibu serta tangan kiri dan kaki kiri bayi.
9. Melakukan pemeriksaan lubang anus. Anus berlubang dan BAB mekonium. 10. Melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital. Suhu 36℃, denyut jantung : 138
x/menit, pernapasan 43 x/menit
11. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk melihat kondisi bayi. 12. Pendokumentasian asuhan.
2-6 JAM POST NATAL NORMAL
Waktu : 22.05 WIB Tempat : Ruang Bersalin
A. Data Subjektif (-)
B. Data Objektif
polidactily dan sindactily, simetris kanan – kiri. Kaki gerakan aktif, jari tidak ada polidactily dan sindactily. Simetris kanan – kiri. Sistem saraf reflex rooting (+), reflex moro (+), refleks sucking (+), reflex babinsky (+), refleks swallowing (+), reflex grasping (+).
C. Analisa
BBL 2 jam postnatal normal
D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberikan imunisasi HB0. HB0 diberikan jam 22.00 WIB.
3. Memberikan edukasi mengenai pentingnya pemberian ASI pada bayi, ibu dapat mengulanginya dan dapat menyusui dengan baik.
4. Menjaga agar bayi tetap hangat. Bayi dibedong.
1 HARI POST NATAL NORMAL Hari, tanggal : Selasa, 09 Januari 2017
Waktu : 17.00 WIB Tempat: Ruang Melati A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayi sudah BAK dan BAB. Mau menyusu. Tidur nyenyak tidak gelisah.
B. Data Objektif
Keadaan umum baik,menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan. Denyut jantung 140 x/menit, Pernapasan 40 x/menit, Suhu 36,9˚C.
C. Analisa
BBL 1 hari postnatal normal. Keadaan umum bayi baik. D. Penatalaksanaan
1. Meminta persetujuan pemeriksaan yang akan dilakukan, ibu menyetujui semua pemeriksaan.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu mengetahui keadaan bayinya. 3. Memfasilitasi bayi untuk belajar menetek. Bayi dapat menetek.
4. Memantau tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir. Tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi.
2 HARI POSTNATAL NORMAL Hari, tanggal : Rabu, 10 Januari 2018
Waktu : 10.00 WIB Tempat: Ruang Melati
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayi sudah BAK dan BAB. Mau menyusu. Tidur nyenyak tidak gelisah.
B. Data Objektif
Keadaan umum baik, menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan. Denyut jantung 147 x/menit, Pernapasan 43 x/menit, Suhu 36,7˚C.
C. Analisa
BBL 2 hari postnatal normal. Keadaan umum bayi baik D. Penatalaksanaan
1. Meminta persetujuan pemeriksaan yang akan dilakukan, ibu menyetujui semua pemeriksaan.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu mengetahui keadaan bayinya.
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter, bayi sudah diperbolehkan untuk pulang. 4. Memberikan KIE tentang:
a. cara menjaga kehangatan bayi, memandikan dengan air hangat, memakai baju bayi yang tertutup.
b. pemberian ASI, memcuci tangan sebelum menetek, menopang kepala bayi dengan lengan, mendekatkan tubuh ibu ke bayi, memegang payudara dengan baik, sendawakan bayi.
c. perawatan tali pusat dan perawatan bayi sehari hari
e. Imunisasi lanjutan.
f. Kontrol ulang pada tanggal 17 Januari 2018 atau jika ada keluhan sebelum tanggal kontrol.
Ibu mengerti dan dapat mengulangi informasi dengan baik.
5. Melakukan manajemen laktasi. Manajemen laktasi sudah dilakukan. 6. Tatacara bayi pulang :
a. Menyamakan gelang/ identitas ibu dan bayi. Gelang/identitas ibu dan bayi sama.
b. Menimbang berat badan pulang. BB 2600 gram c. Memeriksa TTV. Terlampir dalam lembar observasi d. Menggantikan pakaian bayi. sudah diganti.
7. Mengantar kepulangan bayi. Bayi pulang dengan ibu dan keluarganya jam 12.30 WIB dan sudah tidak terpasang gelang identitas.
8. Pendokumentasian asuhan. Sudah dilakukan
Dalam studi kasus ini penulis membahas tentang kasus asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Dimana pelaksanaannya sesuai dengan jadwal praktik klinik kebidanan komprehensif yaitu pada tanggal 02 januari – 13 Januari 2018. Penulis melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Y G2P0A1 dengan oligohidramnion dan HDK di RSD Gunung Jati.
4.1 Persalinan
Pada kasus ini dapat kami bahas masalah yang didapatkan yaitu persalinan preterm, oligohidramnion dan HDK. Diagnosis preterm didapatkan dari data subyektif yaitu hasil anamnesa HPHT dan data objektif hasil pemeriksaan USG, sedangkan diagnosis oligohidramnion ditegakkan melalui pemeriksaan USG. Perhitungan usia kehamilan menurut rumus Naegele dari HPHT Y adalah 35 minggu 2 hari. Pada pengkajian tanggal 08 Januari 2018 jam 08.00 WIB dokter melakukan pemeriksaan USG didapatkan hasil diameter biparietal adalah 8,76 cm dengan usia kehamilan 35 minggu 3 hari, letak kepala, ketuban sedikit.
Persalinan preterm biasanya didefinisikan sebagai kontraksi regular disertai perubahan pada serviks yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Terdapat berbagai penyebab terjadinya persalinan preterm, dimana 70% terjadi secara spontan akibat infeksi, PROM, kontraksi idiopatik, kehamilan multipel, disfungsi serviks, perdarahan antepartum, stress dan malnutrisi. Tiga puluh persen persalinan preterm terjadi akibat iatrogenik seperti hipertensi, diabetes dan IUGR. Menurut teori tersebut, pada kasus Y dapat dihubungkan kejadian persalinan preterm dengan hipertensi sebagai faktor resikonya.
Menurut Cuningham (2006) oligohidramnion adalah kondisi dimana cairan ketuban terlalu sedikit, yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI (amniotic fluid index)) di bawah persentil. Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit. Oligohidramnion dapat terjadi kapan saja selama masa kehamilan, walau pada umumnya sering terjadi di masa kehamilan trimester terakhir.
sindroma potter), Retradasi pertumbuhan intra uterin, ketuban pecah sebelum waktunya (usia kehamilan 24 – 26 minggu), sindroma paska maturitas, terdapat riwayat hipertensi atau preeklampsia, dan riwayat obstetric yang jelek. Pada kasus Y ini keadaan yang berhubungan dengan oligohidramnion adalah faktor maternal yaitu hipertensi.
Diagnosis HDK ditegakkan dari hasil pemeriksaan ANC pada saat pasien datang yang menunjukan kenaikan sistole sebesar 30 mmHg dan diastol >15 mmHg dari tekanan darah 100/70 mmHg menjadi 130/90 mmHg, dan tidak ada odema pada ekstremitas. Menurut Junaidi (2010) hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensif, tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg diatas nilai normal.
Selain hasil pemeriksaan tanda vital, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil protein urine negatif. Prawirohardjo (2013) mengatakan bahwa hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kematian dengan tanda-tanda preeklampsi tetapi tanpa proteinuria. Sesuai dengan dua teori tadi, diagnosa hipertensi dalam kehamilan atau hipertensi gestasional dapat ditegakkan, sehingga sebagai penanganan awal diberikan therapi Metildopa 3 X 250 mg. Faktor resiko HDK pada kasus Y yaitu primiparitas.