• Tidak ada hasil yang ditemukan

DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS UJIAN AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS UJIAN AKHIR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DITULIS UNTUK MEMENUHI

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH: Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi

Dosen Pengampu: Dr. Fahrurrozi M.Pd

NURIN SABRINA LUBIS

KELAS G PGSD 2015

1815153933

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Jakarta

(2)

“Pendidikan Multikultur Pada Abad ke-21”

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Dengan adanya system pendidikan, diharapkan dapat terciptanya pribadi anak-anak bangsa yang cerdas, terampil dan berakhlak mulia yang dapat dibentuk pada saat terjadinya proses pembelajaran.

Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dikarenakan adanya sebuah pedoman yang mengatur segala kegiatan proses pendidikan sehari-hari yaitu kurikulum. Kurikulum itu merupakan suatu kesatuan atau totalitas yang terdiri dari berbagai komponen, di mana antara komponen satu dengan komponen lainnya saling berhubungan dan saling memengaruhi dalam rangka pencapaian tujuan, Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi.2 Secara singkat kurikulum merupakan serangkaian aktivitas atau pengalaman belajar yang dibuat untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Di dalam pendidikan, tujuan yang ingin dicapai ialah merupakan tujuan pendidikan yang berpatokan dengan tujuan pendidikan nasional.

Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat menciptakan generasi-generasi penerus bangsa yang lebih baik dari sebelumnya baik dari segi

1 Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem

Pendidikan Nasional”, UU No. 20 Tahun 2003, Bab 1, Pasal 1.

2 Asep Herry Hernawan dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD

(3)

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kurikulum yang kita anut sekarang yaitu kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diharuskan untuk dirubah dalam rangka menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan abad 21 ini. Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang, sehingga diharapkan pendidikan dapat mempersiapkan siswa untuk menguasai berbagai keterampilan tersebut agar menjadi pribadi yang sukses dalam hidup. Keterampilan-keterampilan penting di abad ke-21 masih relevan dengan empat pilar kehidupan yang mencakup learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together.3

Terjadinya perubahan kurikulum disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan dunia dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu contoh kemajuan dunia adalah adanya kemajuan dibidang informasi dan teknologi, terciptanya pendidikan multikultur yaitu pengajaran mengenai cara menghargai orang lain, respect, and recognize. Selain itu adanya dengan pendekatan multikultur telah memberikan keleluasaan yang optimal bagi siswa untuk mengembangkan dan melatih kemampuan serta keterampilan belajarnya, sehingga berpengaruh langsung terhadap prestasi belajarnya. 4 Pendidikan multikultural di sekolah harus dilakukan secara komprehensif, tidak hanya penyikapan yang adil di antara siswa-siswa yang berbeda agama, ras, etnik dan budayanya, tapi juga harus di dukung dengan kurikulum tertulis maupun kurikulum terselubung, evaluasi yang integratif dan guru yang memiliki pemahaman, sikap dan tindakan yang produktif dalam memberikan layanan pendidikan multikultural pada para siswanya.5 Terlihat jelas menurut pendapat di atas bahwa, pendidikan multikultur tidak terlepas dari adanya kurikulum. Karena dengan dibuatnya

3 Siti Zubaidah, Skripsi: “Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan yang diajarkan

Melalui Pembelajaran” Isu-isu strategis pembelajaran MIPA Abad, 2006.

4 Sudiatmaka, “Pengembangan Model Pendidikan Multikultur Berbantuan Modul

(4)

kurikulum yang baik dan sesuai dengan kebutuhan siswa, maka akan terciptalah kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan yang bias disesuaikan dengan pendidikan multikultural.

Akar dari multikulturalisme adalah bahwa setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggung jawab untuk hidup bersama komunitasnya. Pengingkaran suatu masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui (politics of recognition) merupakan akar dari segala ketimpangan dalam berbagai bidang kehidupan.6Pendidikan multikukturalisme ini sangat baik diterapkan di dalam proses pembelajaran, khususnya sekolah dasar karna anak-anak sekolah dasar merupakan anak-anak yang sangat aktif dan haus akan informasi baru. Ketika mereka salah dalam mengambil informasi maka sampai mereka besar nanti terciptalah pribadi yang tidak baik, namun sebaliknya jika mereka telah diajarkan pendidikan multikultur sejak umur dini mereka akan menjadi pribadi yang lebih baik untuk sekarang maupun di kehidupan masa depan mereka nanti. Menurut teori Konstruktivistik, setelah anak belajar anak mampu memilah dan memilih informasi mana yang bisa dia ambil, dan informasi mana yang dapat dia tolak. Karna pada dasarnya belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan.7

Ketika anak belajar mengenal informasi baru mengenai multikultural anak akan tertarik dan belajar untuk bersikap menjadi pribadi yang lebih menghargai orang lain, dan toleransi yang terjadi di dalam proses pembelajaran akan lebih baik. Namun bagaimana dengan penerapan pendidikan multikultural di abad 21 ini akan berjalan dengan sempurna, jika pendidik dan fasilitator belum mampu memiliki kemampuan 5C yaitu:

chritical thinking, creativity, communication, collaboration, and the last is

5 James A. Banks, Educating Citizens in a Multicultural SocietyTeacher College Press

(Columbia University, New York,1997),h.78.

(5)

confidence. Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills).8 Perkembangan segala aspek kehidupan di abad 21 ini mengharuskan pendidik dan fasilitator siap dalam mendidik anak-anak millennials yang haus akan segala informasi baru, lapar akan tantangan baru, melek tekonologi, lebih percaya diri dan toleran terhadap perbedaan.

Namun pengamatan di atas berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi di negeri kita ini mengenai anak-anak millennials. Perkembangan dan kemajuan dunia IT memberikan dampak yang positif bagi anak-anak bangsa, namun tidak sedikit yang memberikan dampak negative kepada mereka. Terlihat dari banyaknya kasus kekerasan, bullying, dan pembunuhan yang terjadi akibat maraknya aplikasi di social media dan sebagainya. Acara televisi dan tayangan-tayangan video yang tidak sesuai dengan umur mereka, membuat terjadinya penyimpangan-penyimpangan kegiatan yang belum pantas untuk dilakukan. Dengan adanya aplikasi media social terjadilah sifat ingin tahu yang berlebihan yang menyebabkan rasa iri,dengki, dan kurang bersyukur dengan apa yang telah mereka miliki. Mudahnya pengambilan informasi melalui internet membuat terjadinya berita-berita hoax yang memunculkan perbedaan pendapat antar beberapa orang satu dengan yang lainnya. Melihat fakta yang terjadi di negeri kita ini merupakan alasan bahwa pentingnya pendidikan karakter yang dimulai pada usia dini. Anak usia dini peka terhadap lingkungannya, usia dimana anak-anak mulai sensitif terhadap kejadian disekitarnya.

8 Kuntari Eri Murti,” Pendidikan Abad 21 dan Implementasinya Pada Pembelajaran di

(6)

berfkir, pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Kedua, aspek afektif, meliputi kemampuan dalam bersikap yang ditunjukkan dengan kualitas keimanan, akhlak dan budi pekerti yang luhur. Ketiga, aspek psikomotorik, yakni meliputi kemampuan anak dalam bertingkah laku, mengembangkan kreatiftas dan keterampilan yang dimiliki anak.9

Berdasarkan pembahasan di atas terlihat bawa pendidikan multikultur sangat mencakup ketiga hal tersebut yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotorik. Karena multikulturalisme itu adalah sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Hal yang harus kita perhatikan bersama untuk kesamaan pendapat dan pemahaman adalah bagaimana kebudayaan itu operasional melalui pranata-pranata sosial.

Sebagai sebuah ide atau ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan bisnis, kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya dalam masyarakat yang bersangkutan. Kajian-kajian mengenai corak kegiatan, yaitu hubungan antarmanusia dalam berbagai manajemen pengelolaan sumber-sumber daya akan merupakan sumbangan yang penting dalam upaya mengembangkan dan memantapkan multikulturalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi Indonesia.10 Dengan mengajarkan pendidikan multikulturalisme kepada anak-anak bangsa sejak umur dini, menanamkan modal kepada mereka agar dapat hidup bersama-sama dengan orang lain di dalam kehidupan, jangan hanya bisa dan paham, melainkan bisa menjadi pribadi yang multikuktur dan mengimplementasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Keragaman etnik, bahasa serta budaya, merupakaan kenyataan yang tidak terbantahkan. Dalam peradaban modern bahkan bisa dikatakan tidak ada lagi wilayah di dunia ini yang hanya di huni oleh satu etnik tertentu atau

9 Miftahul Hakiki, “Membangun Kesehatan Mental Dan Karakter Anak Di Era

Millenial”, Pendidikan Keluarga. Vol 10. No.1, April 2017.

10 Parsudi Suparlan, “Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural”, Antropologi

(7)

budaya tertentu. Hampir semua wilayah merupakan percampuran dari berbagai etnik dan budaya. Dalam konteks kehidupan sosial di tengah keragaman, karakter multikultural mutlak diperlukan yaitu sebuah karakter yang mampu mengenal, menerima, menghargai dan merayakan keragaman kultur.11

Tantangan bagi para pendidik dan fasilitator di dalam pendidikan adalah bagaimana caranya menjadikan anak-anak bangsa pada abad ke-21 ini paham betul mengenai pendidikan mutikultural ini. Agar terciptanya lingkungan yang nyaman, menyenangkan, tanpa melihat perbedaan antar teman dan teman lainnya pada saat proses pembelajaran, perbedaan antar teman justru membuat mereka belajar akan cara menghargai pendapat dan perbedaan yang terjadi antar mereka tersebut. Selain itu perlunya kreativitas guru dalam memilih model, startegi dan teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan multikultural tersebut. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi saja, akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka hanya pinar secara teoritis saja, tapi miskin aplikasi.12

Menurut Suryabrata dikutip oleh Nyanyu Khodijah, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu factor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meiliputi pengungsian penduduk bahkan bencana alam yang sangat memungkinkan munculnya ancaman gangguan-gangguan psikologis terutama dalam hal

11 Budi Manfaat, “Praktik Pendidikan Multikultural Di Pondok Pesantren Dar

Al-Tauhid Cirebon”, Holistik. Vol.14.No.01, 2013.

12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses pendidikan

(Jakarta: Kencana, 2006), hlm.1.

(8)

gangguan emosional.14 Melihat berbagai tantangan ddan hambatan di dalam melangsungkan suatu proses pembelajaran dan kegiatan belajar bagi anak-anak bangsa, sangat diperlukan kerjasama yang baik antar para fasilitator, pendidik, dan aspek-aspek lain yangtersangkut paut di dalam proses pendidikan. Khususnya seperti pengembangan kurikulum yang lebih baik di banding kurikulum sebelumnya, harus benar-benar melihat kebutuhan anak secara mendalam dan perbedaan yang ada pada setiap individu dan lingkungan sekolah.

Untuk mengimplementasikan pendidikan multikultural yang baik dan bermanfaat bagi siswa, diharapkan pula keikut sertakan guru dalam mempersiapkan dirinya sebagai pribadi yang multikultural juga. Agar pengajaran pendidikan multikultural bisa disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari dan anak-anak sekolah dasar pun dapat menjadikan kegiatan

respect dan recognize sebagai kebiasaan bagi dirinya di dalam kehidupan dan lingkungan masyarakat.

14 Lailatul Fithriyah dkk, Pengantar Psikologi Klinis (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014),

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Bab 1. Pasal 1.

Herry Hernawan, Asep. 2014. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan. Universitas Terbuka.

Zubaidah S. 2006. Keterampilan yang diajarkan Melalui Pembelajaran. Tugas Akhir. Tidak di Terbitkan. Fakultas MIPA.

Sudiatmaka. 2012. Pengembangan Model Pendidikan Multikultur Berbantuan Modul Berbasis Masalah yang Berorientasi Pada Spiritualisme dalam Pembelajaran IPS SD. Jurnal Pendidikan.

Banks A, James. 1997. Educating Citizens in a Multicultural Society Teacher College Press. Columbia University. New York.

Mahfud, Choirul. 2009. Pendidikan Multikultural. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Jihad, Asep. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Multi Pressindo. Eri Murti, Kuntari. 2013. Pendidikan Abad 21 dan Implementasinya Pada Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Untuk Paket Keahlian Desain Interior. Jurnal Kurikulum.

Hakiki, Miftahul. 2017. Membangun Kesehatan Mental Dan Karakter Anak Di Era Millenial. Jurnal Pendidikan Keluarga.

Suparlan, Parsudi. 2002. Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Jurnal Antropologi Pendidikan.

Manfaat, Budi. 2013. Praktik Pendidikan Multikultural Di Pondok Pesantren Dar Al-Tauhid Cirebon. Jurnal Holistik.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses pendidikan. Jakarta. Kencana.

Khodijah, Nyanyu. 2016. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajawali Pers

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh dari pH dan konsentrasi larutan prekursor koloid silika pada proses pengeringan menggunakan flame spray combustor

a)Mengidentifkasi proses /kegiatan yang diperlukan dalam sistem manajemen mutu & memastikan penerapannya pada seluruh fungsi diperusahaan.. b)Menentukan urutan &

Pada biplot gambar 11 dapat diketahui bahwa fakultas H dan I membentuk sebuah kelompok khusus karena memiliki persentase yang tinggi terhadap beberapa peubah

Selain sebagai profesor dalam teori perilaku di Harvard Business School, Kotter telah banyak memberi kontribusi dalam dunia manajemen khususnya dalam isu seputar kepemimpinan,

- Melakukan gerakan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti - Mendemonstrasikan materi inti yang akan

Dalam memprediksi nilai sumberdaya biasanya hanya menggunakan data yang berkaitan dengan kuantitas, seperti informasi geologi yang berhubungan dengan ketebalan lapisan

Nilai terendah (poin 1) jika jawaban Anda Sangat Tidak Setuju sampai nilai tertinggi (poin 5) jika jawaban Anda Sangat Setuju.. Pertanyaan

Lebih tingginya kepemilikan anjing tersebut disebabkan oleh faktor sosio- budaya masyarakat Bali pada umumnya dan Karangasem pada khususnya yang sangat menyayangi