• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pers Dalam Dan Suatu Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pers Dalam Dan Suatu Negara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pers di Negara- Negara Berkembang

Sebagian besar negara yang berkambang adalah negara yang baru merdeka pasca perang dunia II. sehingga tatanan sosial modern belum lama trebentuk, Sistem negara di negara berkembang pada umunya melanjutkan peninggalan negara penjajahnya dengan penyesuaian yang diangggap perlu. Ada pula yang melakukan perombakan total karena tidak sesuai dengan keadaan saat ini. Pers di negara berkembang berada dalam proses perubahan dari nilai-nilai lama ( kolonial) ke nilai –nilai baru (nasional).

Ironisnya sebagian negara berkembang masuk kembali dalam pusaran penjajahan. Bedanya kali ini di lakukan oleh pemimpin sendiri yang dipimpin oleh pemimpin otoriter, pemerintah ini berusah mengontrol rakyat dan membebaskan diri dari kontrol rakyat. Lembaga pers juga tidak lepas dari kontrol pemerintah.Hal ini dikarenakan pers dapat membuat opini publik, jika kritisme pers di bungkam besar kemungkinan kendali terhadap kehidupan rakyat aman di tangan penguasa.

Perkembangan gagasan demokrasi yang melanda dunia kemudian berimbas pada kehidupan politik di negara berkembang. Para pemimpin otoriter mulai bertumbangan, baik karena pemilu maupun karena di turunkan paksa oleh masyarakat. Selanjutnya pers semakin mendapat ruang untuk menjalankan fungsi-fungsi idealnya untuk menyebarluaskan informasi secara kritis.

Secara umum, ciri-ciri kehidupan pers di negara-negara berkembang adalah sbb :

 Sistem persnya cenderung mengikuti sistem pers negara bekas jajahan.

 Pers di negara berkembang sampai saat ini berada dalam bentuk transisi. Ia masih mencari bentuk yang tepat atau mencari identitas. Negara berkembang umunya sedang membangun. Hal ini menyebabkan pers di tuntut untuk bisa berperan sebagai agent of social change dimana pers bersama pemerintah mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan pembangunan.

 Secara umum kebebasan pers di negaraberkembang diakui keberadaannya, tetapi dalam pelaksanaannya terdapat batasan-batasan. Hal ini karena pers dituntut untuk Ikut menjamin atau mengusahakan stabilitas politik dan ikut serta dalam pembangunan ekonomi. Pada umumnya pers menganut sistem tanggung jawab sosial.

(2)

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN PERS DI INDONESIA

1. Pers Pada Masa Penjajah Belanda dan Jepang

Pada dasarnya penjajahan adalah penindasan terhadap kehidupan manusia lain. Sehingga pada masa jajahan, enjajah berusaha menindas kehidupan pers. Pemerintah penjajah Belanda mengetahui bahwa pers memiliki pengaruh besar untuk membentuk opini publik. Dalam hal ini penggerakan kemerdekaan indonesia juga menjadikan pers sebagai media menyebarluaskan gagasan kemerdekaan indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah penjajah memandang pelrunya membuat undang-undang untuk membendung pengaruh pers indonesia.

Terhadap pers dikenakan Haatzai artikelen di dalam KUHP. Yaitu pasal-pasal yang memuat ancaman hukuman terhadap siapapun yang mnyebarkan perasaan permusuhan, kebencian serta penghinaan terhadap pemerintah Nederland dan Hindia Belanda (pasal 154 dan 155) dan terhadap sesuatu atau sejumlah kelompok penduduk Hindia Belanda (Pasal 156 dan157). Dalam praktiknya, pemerintah belanda menerapkan kontrol keras terhadap kalangan pers indonesia. Aturan-aturan yang mengekang di berlakukan secara ketat sehingga para tokoh pers indonesia banyak di hukum penjara atau di kenakan hukuman pembuangan.

Diantara para tokoh pers nasional yang menjadi korban adalah S.K Trimukti yang harus di kurung sehingga harus melahirkan di penjara.

Pada Masa penjajahan jepang, perspun tidak lepas dari tekanan. Pers banyak dipaksa harapan-harapan palsu akan lahirnya kemerdekaan setelah Jepang mengalahkan Belanda. Pemerintah Jepang bahkan memanfaatkan para tokoh nasional indonesia secara culas untuk menbujuk rakyat indonesia agar mendukung kepemimpinan Jepang atas negara-negara Asia. Propaganda yang mengagungkan kemenangan Jepang di sebarluaskan melalui media cetak.

Pemerintah Jepang pada saat itu bersifat fasis memanfaatkan berbagai Instrumen untuk menegakkan kekuasaan pemerintahannya. Sebagaiman praktik fasisme di Eropa segenap bidang kehidupan masyarakat di kerahkan untuk kejayaan negerinya dengan menindas bangsa lain. Menghadapi kenyataan demikian, kalangan pers indonesia banyak yang tetap berjuang ketajaman tulisannya. Sebagian menempuh jalan lain misalkan aktif di oraganisasi keagamaan, pendidika, politik dan lainnya.

(3)

Kemerdekaan indonesia yang diraih pada 17 Agustus 1945 membawa fajar baru bagi pers di indonesia. Informasi proklamasi Indonesia dapat diketahui di berbagai daerah karena jasa pers indonesia yang telah menyebarluaskan berita tersebut. Setelah berperan dalam pengembangan kesadaran nasional, kali ini pers menunjukan tanggung jawab sosialnya sebagai bagian suatu negara baru yang berdaulat. Pada masa itu pers di sebut pers perjuangan.

Hubungan antara pemerintah Indonesia terjalin baik hal ini tidak lepas dari kerja keras dan perjuangan saling bahu membahu dalam memperjuangkan kmerdekaan indonesia.

Pemerintah memberi bantuan dana terhadap pers sementara pers sendiri aktif menyuarakan langkah-langkah pemerintah untuk membentuk lembaga maupun pengaturan baru sebagai perlengkapan bagi suatu negara. Namun, saat pers mulai menyerang pemerintah dengan kritikan-kritikan pedas sesuai dengan fungsinya pers harus menjadi kepentingan publik (public watch dog). Namun kritikanpedas pers telah menjadi beban yang menjengkelkan bagi pemerintah. Maka pemerintah memukul balik pers, konfik keduanya menjadi konfik permanen dan pers dipaksa tunduk di bawah kekuasaan pemerintah. Pemerintah republik indonesia untuk pertama kali mengeluarkan undang-undang yang membatasi kemerdekaan pers pada tahun 1948.

Pembatasan yang dilakukan mencerminkan sikap tidak toleran dikalangan kelompok mmiliter dan ketidak senangan merekan terhadap kecaman pers nasional, ialah pelanggaran selama beberapa minggu surat kabar suara rakyat kediri yang mengakibatkan tutupnya surat kabar tersebut.

3. Pers Pada Masa Demokrasi Liberal ( 1949 -1959)

(4)

jurnalistik sehingga iklim pers saat ini tumbuh dengan baik terbukti dengan bertambahnya surat kabar berbahasa Indonesia, Cina dan Belanda dari 70 menjadi 101 buah dalam kurun waktu 4 tahun setelah 1949.

Untuk menangani masalah-masalah pers, pemerintah membentuk dewan pers pada 17 Maret 1950. Dewan pers tersebut terdiri dari orang-orang persuratkabaran, cendikiawan dan pejabat-pejabat pemerintah. Dewan ini memiliki tugas :

 Penggantian undang-undang pers kolonial.

 Pemberian dasar sosial ekonomi yang lebih kuat kepada pers indonesia.

 Meningkatkan mutu jurnalisme Indonesia.

 Pengaturan yang memadai tentang kedudukan sosial dan hukum bagi wartawan indonesia

4. Perkembangan Pers Pada Era Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Dikeluarkannya Dekrit presiden memulai era baru yang oleh Soekarano di sebut Demokrasi Terpimpin. Akibat adanya pemberontakan di daerah maupun konfrontasi dan sengketa dengan negara lain , pemerintah menetapkan keadaan darurat, sepuluh hari setelah Dekrit pemerintah mulai melakukan tindakan penekanan terhadap Pers dan terus berlanjut.

Era ini kebijakan pemerintah berpedoman pada peraturan penguasa perang tertinggi (peperti) No.10/1960 & penpres No.6/1963 yang menegaskan kembali perlunya izin tertib bagi setiap surat kabar & majalah dan pada tanggal 24 Februari 1965 pemerintah melakukan pembredelan secara masal ada 28 surat kabar di Jakarta dan daerah dilarang tertib serentak. Memasuki 1964 kondisi kebebasan pers berada dalam keadaan yang sangat buruk, kementrian penerangan dan badan-badannya mengontrol semua kegiatan pers. Penekanan-penekana terhadap pers bertambah buruk setelah meningkatnya ketegangan dalam tubuh pemerintah.

5. Perkembangan Pers Pada Era Orde Baru (1966-1998)

Di awal pemerintahan orde baru Soeharto menyatakan bahwa akan membuang jauh-jauh praktik demokrasi terpimpin dan menggantinya dengan demokrasi pancasila.

(5)

pemerintah yang cenderung korupselain itu protes juga dilakukan untuk mengkritisi kebijakan pembangunan pemerintah yang dirasa terllu bergantung pada negara asing.

Pada saat itu Departemen penerangan seolah-olah menjadi pengawas di Indonesia yang mengharuskan SIT atau SIUPP bagi setiap surat kabar yang ada. Koran Detik, Tempo dan Editor menjadi fenomena terakhir dari sejarah pers yang dibredel yaitu tahun 1994. Masa-masa selanjutnya menjadi masa yang suram bagi Pers karena pemerintah melarang pers untuk tidak mengganggu stabilitas kekuasaan hingga berakhirnya pemerintahan Soeharto pada 21 Mei 1998.

6. Perkembangan Pers Pada Era Reformasi (1998-sekarang)

Pada tanggal 5 Juni 1998, kabinet reformasi di bawah presiden B.j.Habibie meninjau dan mencabut permenpen No.01/1984 tentang SIUPP melalui permenpen No.01/1998 kemudian mereformasi UU pers lama dengan UU yang baru dengan UU No.40 tahun 1999 tentang kemerdekaan pers dan kebebasan wartawan dalam memilih organisasi pers.

Di dalam undang-undang pers yang baru, dengan tegas dijamin adanya kemerdekaan pers sebagai hak asasi warga negara, itu sebabnya tidak lagi di singgung perlu tidaknya surat izin terbit . Di samping itu ada jaminan pers nasional tidak di kenakan penyensoran, pemberedelan, dan pelanggaran penyiaran. Di era Reformasi pertanggung jawaban pers adalah kepada profesi dan hati nurani sebagai insan pers. Pers bebas dari tindakan pencegahan, pelanggaran, dan penekanan agar hak masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin

FUNGSI PERS DALAM MASYARAKAT YANG DEMOKRATIS

1. Sifat Pers

Ideologi atau falsafal yang dianut setiap negara akan mempengaruhi sifat pers yang ada di negara tersebut. Oleh sebabitu sifat pers antara satu negara dengan negara yang lainnya berbeda.

2. Misi Pers

Pers sebetulnya dikenal sebagai lembaga sosial (social institution). Sebagai lembaga sosial, pers mempengaruhi pola pikiran dan kehidupan masyarakat, tetapi sebaliknya masyarakat juga berpengaruh terhadap pers.

Pers sebagai lembaga sosial (lembaga kemasyarakatan) yang bergerak di bidang pengumpulan dan pnyebaran informasi mempunyai misi sebagai berikut :

 Ikut mencerdaskan masyarakat  Menegakkan keadilan

(6)

Menurut Mochtar lubis, pers di negara berkembang memiliki 5 fungsi yaitu :

 Adalah sebagai “watchdog” atau pemberi isyarat, pemberi tanda-tanda dini, pembentuk opini dan pengarah agenda ke depan.

 Fungsi Pendidik; Memberikan informasi perkembangan ilmu dan teknologi.

 Fungsi pemersatu; Yakni memperlemah kecenderungan perpecahan.  Fungsi penghapus mito dan mistik dari kehidupan politik negara

berkembang.

 Fungsi sebagai forum untuk membicarakan masalah politik yang ada di negara Asia.

4. Perkembangan Pers di Dunia.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam variabel keterlibatan keluarga terdapat empat indikator. Dalam variabel keterlibatan keluarga terdapat empat indikator. Indikator pertama keluarga/suami memberi

Pembangunan Masjid Mahmud di Malmo dan pengorbanan Harta; Nasehat-nasehat amat penting dari Hadhrat Masih Mau’ud as kepada Jemaat kita tentang keharusan adanya,

Maxwell dalam buku "The Winning Attitude" menggambarkan, "orang berubah ketika mereka cukup sakit sehingga harus berubah; cukup belajar sehingga

The inclusion of palm oil solid waste in the diet of murrah buff alo signi fi cantly improved milk yield and.. calve

Dewan Racana Wijaya PGSD UPP Tegal Periode 2011 menerima tongkat estafet untuk pembinaan Kepramukaan di gudep ini pada tanggal 14 Maret 2011 dengan

Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana kinerja Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dalam menyelenggarakan Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat)

Hasil ini menunjukkan bahwa dari segi aspek pengetahuan yaitu didefinisikan bahwa seseorang dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan serta memiliki

Peningkatan kualitas produk, antara lain: melalui penciptaan desain baru maupun variasi penggunaan bahan mebel (klaster mebel rotan), penambahan peralatan produksi (klaster opak),