BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu SMA Kristen YPKPM Ambon sebagai kelompok eksperimen dan SMA Kartika XIII-I Ambon sebagai kelompok kontrol. Subyek penelitian mengambil guru-guru di SMA Kristen YPKPM Ambon dan SMA Kartika XIII-I Ambon. Adapun karakteristik guru dari kedua sekolah yang terpilih yaitu 16 guru dari masing-masing sekolah tersaji dalam tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Karakteristik Subyek Penelitian
Tabel 4.2 Kelompok Eksperimen SMA KRISTEN YPKPM Ambon
Tabel 4.3 Kelompok Kontrol SMA Kartika XIII-I Ambon
4.2 Uji Normalitas
Normalitas sebuah data dapat diketahui dengan pengujian normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat normal tidaknya penyebaran data dari variabel penelitian. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan one-sample-kolmogrov test pada SPSS 16.00. Sig (2-tailed) pada output data dari pengolahan tersebut digunakan dalam uji normalitas dalam penelitian ini adalah penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar) guru sebelum di supervisi pada SMA Kristen YPKPM Ambon dan SMA Kartika XIII-I Ambon. Adapun hasil uji normalitas kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol pada tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Eksperimen Kontrol
N 16 16
Normal Parametersa Mean 52.00 53.62
Std. Deviation 6.613 5.032
Most Extreme Differences Absolute .175 .139
Positive .113 .139
Negative -.175 -.085
Kolmogorov-Smirnov Z .700 .558
Asymp. Sig. (2-tailed) .712 .915
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa analisis uji
4.3 Analisis Deskriptif
Sebelum treatment dilakukan terlebihi dahulu dilakukan pretest. Pretest pada penguasaan kompetensi pedagogik antara guru yang disupervisi klinis dengan guru tanpa supervisi klinis dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis komparatif t-tes dengan menggunakan uji beda Paired-Sample t-test (uji t). Hasil pretest ini juga akan merupakan uji kesetaraan pada ke dua kelompok dalam penelitian ini. Tujuan dilakukan analisis pretest adalah untuk mengetahui kondisi awal guru sebelum dilakukan
treatment, apakah dalam kondisi setara atau tidak.
Adapun hasil dari pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol tersaji dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5
Perbandingan Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Interval Kategori Pretest Eksperimen Pretest Kontrol Frekuensi Presentasi Frekuensi Presentasi
79-95 Sangat Tinggi 0 0
Standar Deviasi 6.613 5.032
Pada tabel 4.5 hasil pretest kelompok kontrol dan pretest
kelompok eksperimen pada penguasaan kompetensi pedagogik menyatakan bahwa hasil terlihat pada nilai
mean pretest kelompok eksperimen sebesar 52,00, dan
hasil ini dilakukan uji beda (uji-t) signifikansi pada Paired Sample t-test (uji-t), pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Beda t Nilai Pretest
Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol
Paired Samples Test
Pair 1 PretestEksperiment –
PretestKontrol 1.625 4.617 1.154 -4.085 .835 1.408 15 .180
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 1,408 dan koefisien signifkansi 0,180>0,05 maka dapat dibuktikan tidak signifikan atau dengan arti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikansi antara hasil pretest
pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Dengan demikian menyatakan bahwa hasilnya setara atau tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Oleh karena itu dapat dilanjutkan langkah berikutnya untuk mulai melakukan treatment di kelompok eksperimen.
4.3.1 Analisis Deskriptif Pembelajaran Disupervisi
Klinis di SMA Kristen YPKPM Ambon.
a. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan supervisi pada pertemuan pertama dilakukan pada 12-17 Januari 2015. Adapun prosedur pelaksanaan supervisi klinis dilakukan.
1. Tahap Perencanaan
yang diberikan sebuah jawaban serta jalan keluar dari masalah-masalah yang dihadapi oleh guru tersebut, sehingga guru menjadi mengerti dan paham. Kemudian hasilnya terlihat dari guru yang belum paham dalam menyusun RPP dengan baik, mulai secara individu dapat menyusun kembali RPP dengan bimbingan dari guru senior yang memiliki basic pengetahuan yang sama. Diskusi pun berjalan secara terbuka dan seimbang.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
dalam penelitian ini tidak diragukan lagi validitasnya. Adapun hasil pengamatan atau observasi berdasarkan kegiatan-kegiatan pada instrumen dengan memiliki aspek atau indikator dalam penilaian pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 I Tahap Perencanaan Awal
1 Pemetaan Standar Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar 5
2 Penyusunan RPP 5
3 Penyusunan Silabus 5
II Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Penguasaan Materi Pembelajaran
4 Menunjukan penguasaan Materi Pembelajaran 2,8 5 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang
relevan 2,4
6 Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan
hierarki belajar 2,7
7 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 2,7 III Pendekatan atau Strategi Pembelajaran dengan aspek/Indikator
8 Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan
kompetensi tujuan yang akan dicapai 2,8 9 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 2,6
10 Menguasai kelas 2,4
11 Melaksanakan Pembelajaran yang kontekstual 2,5 12 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya positif 2,6
13 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi
waktu 4,0
IV Pemanfaatan Sumber atau Media Pembelajaran 14 Menggunakan media secara efektif/efisien 2,6 15 Menghasilkan pesan yang menarik 2,7 16 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 2,4
V Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa 17 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran 2,7
18 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 2,8 19 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam
belajar 2,6
VI Proses dan Hasil Belajar
21 Melakukan Penilaian Akhir sesuai dengan kompetensi
(tujuan) 2,3
VII Penggunaan Bahasa Secara Lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar
22 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik,
dan benar 3
23 Menyampaikan pesan dengan gaya 2,3 VIII Guru Melakukan Tindak Lanjut
24 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa 2,4
25 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan
arahan atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan 2,6 IX Tahap Akhir Pembelajaran
26 Perencanaan alat evaluasi disusun berdasarkan tujuan 2,6
27
Memanfaatkan Hasil penilaian pencapaian
pembelajaran untuk melakukan umpan balik kepada siswa
2,4
Jumlah 78,50
Rata-rata 2,91
Sumber : Data Diolah, 2015
Kemudian hasil observasi yang tersaji dalam tabel 4.7 dianalisis oleh supervisor. Hasil pada pertemuan pertama masih terlihat ada kekurangan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas yang belum menunjuk keberhasilan karena baru mencapai nilai rata-rata 2,91.
3. Tahap Umpan Balik / Evaluasi
telah dianalisis oleh supervisor. Sehingga dari hasil yang dianalisis pada proses pembalajaran yang didapatkan, untuk dievaluasi oleh guru yang diteliti bersama dengan supervisor dan terjadi umpan balik. Maka dari sinilah letaknya supervisi yang ditunjukan kepada usaha memperbaiki masalah-masalah pada kegiatan pembelajaran seperti langkah-langkah supervisi dijalankan oleh supervisor dalam menangani atau mengatasi masalah tersebut. Hasil supervisi akan dijadikan bahan pertimbangan untuk penyempurnaan atau peningkatan penyusunan rencana dan pelaksanaan pembelajaran bagi tiap guru.
dilakukan oleh guru pada proses pembelajaran yaitu
1) Guru kurang mengaitkan materi pengajaran dengan pengetahuan yang relevan.
2) Guru kurang dalam penguasaan Kelas
3) Kurang melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
4) Melakukan penilai akhir belum sesuai dengan kompetensi (tujuan) pembelajaran.
5) Belum terlihat pada penyampaian pesan materi pada proses pembelajaran dengan gaya yang sesuai dalam menyampaikan pesan materi tersebut.
6) Guru kurang memberikan rangkuman akhir, dan tidak ada keterlibatkan siswa secara bersama-sama dalam membuat rangkuman dari akhir materi pembelajaran.
7) Guru belum optimal memanfaatkan hasil penilaian pencapaian pembelajaran untuk melakukan umpan balik kepada siswa belum dilaksanakan karena kekurangan waktu.
1. Mendengarkan.
Supervisor mendengarkan kesan yang dialami oleh guru pada proses pembelajaran yang dilakukan, termasuk masalah/kekurangan yang dihadapi oleh guru berdasarkan hasil yang telah dianalisis bersama yaitu 1) kurang mengaitkan materi pengajaran dengan pengetahuan yang relevan; 2) Guru kurang dalam penguasaan Kelas; 3) Kurang melibatkan siswa dalam pemanfaatan media; 4) Melakukan penilai akhir belum sesuai dengan kompetensi (tujuan) pembelajaran; 5) Penyampaian pesan materi dalam proses pembelajaran dengan gaya yang sesuai dengan pesan materi kurang terlihat; 6) Guru kurang memberikan rangkuman akhir serta tidak ada keterlibatkan siswa secara bersama-sama dalam membuat rangkuman dari akhir materi atau pembelajaran; dan 7) Guru yang belum optimal memanfaatkan hasil Penilaian pencapaian pembelajaran untuk melakukan umpan balik kepada siswa belum dilaksanakan karena kekurangan waktu. 2. Mengklarifikasi
Dari kekurangan tersebut yang diperoleh dari hasil yang didengar dari pihak guru tersebut, supervisor memperjelas tentang masalah yang dihadapi oleh guru, dan melakukan tanya jawab dengan guru untuk mendapatkan apa yang diinginkan oleh guru.
3. Mendorong
guru dalam melakukan perbaikan tidak merasa tertekan.
4. Presentasi
Pada bagian ini, supervisor memberikan gambaran mengenai masalah atau kesulitan yang dihadapi guru dalam pertemuan pertama beserta memberikan solusi/saran kepada guru untuk menjadi lebih baik. 5. Pemecahan masalah
Dari apa yang sudah digambarkan/dipresentasikan oleh supervisor, maka selanjutnya supervisor bersama dengan guru yang bersangkutan melakukan perundingan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh guru. Suasana berunding terjadi dalam suasana yang nyaman.
6. Negosiasi
Pada negosiasi masih sama tujuannya dengan pemecah masalah, yaitu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi guru-guru.
7. Demonstrasi
Setelah mencapai kesepakatan dalam penyelesaian masalah, selanjutnya supervisor mendemonstrasikan atau memberikan contoh untuk memperagakan apa yang akan dilakukan guru dalam pertemuan yang kedua, sehingga diharapkan pada pertemuan ke dua dapat terjadi perubahan yang lebih baik.
8. Mengarahkan
kesempatan kepada guru untuk menanyakan apa saja yang belum jelas.
9. Standarisasi
Jika guru sudah jelas, supervisor memberikan patokan yang perlu dilakukan guru pada pertemuan kedua. Pemberian patokan diambil dari hasil diskusi bersama dengan guru-guru.
10. Penguatan
Supervisor memberikan motivasi kepada guru. Agar dalam pertemuan berikutnya guru menjadi lebih bersemangat.
b. Pertemuan Kedua
Tabel 4.8
Hasil Supervisi Klinis Pertemuan II
No INDIKATOR
Rata-Rata Pertemuan
II
I Tahap Perencanaan
1 Pemetaan Standar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 5,0
2 Penyusunan RPP 5,0
3 Penyusunan Silabus 5,0
II Pelaksanaan Pembelajaran Penguasaan Materi Pembelajaran
4 Menunjukan penguasaan Materi Pembelajaran 3,7 5 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 3,5 6 Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan
hierarki belajar 3,5
7 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 3,5 III Pendekatan atau Strategi Pembelajaran
8 Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan kompetensi
tujuan yang akan dicapai 3,6
9 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 3,6
10 Menguasai kelas 3,5
11 Melaksanakan Pembelajaran yang kontekstual 3,3 12 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya positif 3.6
13 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu 4,0 IV Pemanfaatan sumber atau Media Pembelajaran 14 Menggunakan media secara efektif/efisien 3,6 15 Menghasilkan pesan yang menarik 3,5 16 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 3,1 V Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa 17 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 3,6 18 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 3,8 19 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam
belajar 3,5
VI Proses dan Hasil Belajar
20 Memantau Kemajuan Belajar Selama Proses 3,3 21 Melakukan Penilaian Akhir sesuai dengan kompetensi
(tujuan) 3,0
VII Penggunaan Bahasa secara lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar 22 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan
benar 3,8
23 Menyampaikan pesan dengan gaya 3,3 VIII Guru Melakukan Tindak lanjut
24 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa 3,5
atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan IX Tahap Akhir Pembelajaran
26 Perencanaan alat evaluasi disusun berdasarkan tujuan 3,3 27 Memanfaatkan Hasil penilaian pencapaian pembelajaran
untuk melakukan umpan balik kepada siswa 3,0
Jumlah 97,75
Rata-rata 3,63
Sumber Data Diolah 2015
Hasil observasi pada pertemuan kedua terlihat dalam tabel 4.8. Pertemuan kedua ini sudah terlihat perbaikan yang terjadi dari kekurangan dalam pertemuan pertama. Perbaikan terlihat pada nilai rata-rata yang diperoleh pada pertemuan kedua yaitu 3,63. Ada beberapa kelemahan yang masih dilakukan guru dalam proses pembelajaran pada pertemuan kedua sebagai berikut, yaitu:
1) Masih kurang melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
2) Melakukan penilaian akhir yang sesuai dengan kompetensi tujuan
3) Masih kurang tindak lanjut dengan memberikan arahan / tugas sebagai bagian remedi / pengayaan. 4) Belum optimal pada penilaian pencapaian pembelajaran
untuk melakukan umpan balik kepada siswa karena kurang waktu.
kekurangan, bersama dengan supervisor. Sehingga hasil dari supervisi pada pertemuan kedua diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar di SMA Kristen YPKPM Ambon, terutama dalam pertemuan yang ketiga.
c. Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan supervisi pada pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 26 – 31 Januari 2015. Hasil pengamatan dalam supervisi pertemuan ketiga tersaji dalam tabel 4.9.
1 Pemetaan Standar Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 5,0
2 Penyusunan RPP 5,0
3 Penyusunan Silabus 5,0
II Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Penguasaan Materi Pembelajaran
4 Menunjukan penguasaan Materi Pembelajaran 4,4 5 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 4,1 6 Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki
belajar 4,4
7 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan 4,1 III Pendekatan atau Strategi Pembelajaran Yang Bervariasi dan Relevan
8 Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan kompetensi tujuan
yang akan dicapai 4,1
9 Melaksanakan pembelajaran secara runtut 4,2
10 Menguasai kelas 4
11 Melaksanakan Pembelajaran yang kontekstual 4,2 12 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
positif 4,2
V Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa 17 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 4,1 18 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 4,2 19 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar 4,1 VI Proses dan Hasil Belajar
20 Memantau Kemajuan Belajar Selama Proses 4,0 21 Melakukan Penilaian Akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) 4,1 VII Penggunaan Bahasa secara lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar
22 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan
benar 4,1
23 Menyampaikan pesan dengan gaya 3,9 VIII Guru melakukan tindak lanjut
24 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa 4,1
25 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
tugas sebagai bagian remedi/pengayaan 3,8 IX Tahap Akhir Pembelajaran
26 Perencanaan alat evaluasi disusun berdasarkan tujuan 4,1 27 Memanfaatkan Hasil penilaian pencapaian pembelajaran untuk
melakukan umpan balik kepada siswa 4,0
Jumlah 114,19
Rata-rata 4,23
Sumber : Data Diolah 2015
pertemuan pertama dan kedua. Diharapkan pada supervisi pertemuan ketiga ini, masalah-masalah yang terjadi pada proses pembelajaran di kelas khusus dalam penyampaian materi dengan gaya yang memberikan arahan atau tugas sebagai remedy atau pengayaan dapat teratasi.
Adapun hasil rekapitulasi data dan persen (%) peningkatan pada tiap pertemuan supervisi klinis tersaji pada tabel 4.10
Tabel 4.10
Hasil Peningkatan Rata-rata Tiap Pertemuan Supervisi Klinis
Kegiatan Banyak Guru Total Rata-Rata Pertemuan I 16 78,50 2,91 Pertemuan II 16 97,75 3,63 Pertemuan III 16 114,19 4,23
Hasil pada tabel 4.10 terlihat peningkatan rata-rata pada pertemuan pertama adalah 2,91 menjadi 3,63 dengan kenaikan 24,4% dan kenaikan juga terlihat pada pertemuan ketiga dimana pada pertemuan kedua rata-rata 3,63 menjadi 4,23 naik 16,5%. Dari hasil tersebut yang diperoleh pada pelaksanaan supervisi klinis terhadap penguasaan kompetensi mengajar guru, mengalami peningkatan di tiap pertemuan dari pertemuan pertama sampai pada pertemuan ketiga.
4.3.2 Analisis Deskriptif Pembelajaran Tanpa Supervisi
di SMA Kartika XIII-I Ambon.
yang dilakukan dengan menggunakan pembelajaran disupervisi klinis. Pada pertemuan pertama, kedua, ketiga tidak dilakukan dengan supervisi gurupun dalam mengajar tidak dibantu oleh supervisor.
Guru diberikan kebebasan untuk melakukan pembelajaran seperti biasa yang dilakukan di SMA Kartika XIII-I Ambon dalam proses pembelajaran sehari-hari. Pada akhir pertemuan ketiga akan tetap dilakukan posttest. Posttest dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil akhir dari pembelajaran tanpa supervisi.
4.3.3 Analisis Deskriptif Posttest
Setelah dilakukan treatment penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar) guru yang disupervisi klinis bagi kelompok eksperimen dan penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar) guru tanpa supervisi bagi kelompok kontrol, maka dilakukan posttest untuk mengetahui hasil akhir dari treatment yang dilakukan.
Tabel 4.11
Perbandingan Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Interval Kategori Postest Eksperimen Postest Kontrol Frekuensi Presentasi Frekuensi Presentasi
79-95 Sangat Tinggi 0 0
Pada tabel 4.11 hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada penguasaan kompetensi yang memiliki nilai tertinggi pada kelompok eksperimen diperoleh 10 orang dan nilai sedang 6 orang, dengan memiliki mean (rata-rata) 62,19, dan standar deviasi 7.259 jika dibandingkan dengan posttest kelompok kontrol yang memiliki nilai sedang berjumlah 13 orang, nilai rendah 3 orang dengan nilai mean (rata-rata) 53,94 dengan standar deviasi 5.767. Rata-rata (mean) kelompok eksperimen lebih besar. dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan selisih pada mean yaitu 8,25.
4.4. Analisis Komparatif Post Test
Untuk analisis komparatif posttest dilakukan menggunakan uji beda Paired Sample t-test (uji t) dengan menggunakan bantuan SPSS 16.00. Tujuannya untuk melihat perbedaan penguasaan kompetensi pedagogik guru antara guru yang disupervisi dengan guru tanpa supervisi. Adapun hasil uji beda t posttest pada tabel 4.12.
Tabel 4.12
Hasil Uji Beda Postest Penguasaan Kompetensi Pedagogik antara Guru yang Disupervisi Klinis dengan Guru Tanpa Supervisi
Paired Samples Test
Pair 1 PostestEksperiment –
Berdasarkan perhitungan uji beda untuk posttest
penguasaan kompetensi pedagogik guru yang disupervisi klinis dengan guru yang tanpa supervisi seperti yang tersaji pada tabel 4.12, diperoleh hasil t hitung sebesar 4,184 dengan Sig.2-tailed 0,001<0,05. Maka membuktikan hasil hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi jika koefisien signifikansi < 0,05 maka H1 yang berbunyi ada perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar) antara guru yang disupervisi klinis dengan guru tanpa supervisi diterima. Sehingga hasil uji beda t antara guru yang disupervisi klinis dengan tanpa supervisi menghasilkan koefisien signifikansi 0,001<0,05 menyimpulkan H1 diterima Ho ditolak.
4.5. Analisis Pengaruh Pelaksanaan Supervisi
Klinis Terhadap Kompetensi Pedagogik
Analisis pengaruh pelaksanaan supervisi klinis terhadap penguasaan kompetensi pedagogik menggunakan regresi linear yang didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen (Trihendradi, 2007), yang terlihat pada tabel 4.13 berikut ini.
Tabel 4.13
Hasil Supervisi Klinis Terhadap Kompetensi Pedagogik
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .647a .419 .377 5.729
ANOVAb
4.6. Pembahasan
Perbedaan Penguasaan Kompetensi Pedagogik
antara Guru Disupervisi Klinis di SMA Kristen YPKPM
Ambon dengan Guru Tanpa Supervisi di SMA Kartika
XIII-I Ambon. Hasil penelitian ini menemukan ada perbedaan penguasaan kompetensi pedagogik antara guru yang disupervisi klinis dengan guru tanpa supervisi, dengan diketahui hasil posttest rata-rata penguasaan kompetensi pedagogik pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kelompok kontrol yaitu untuk kelompok eksperimen sebesar 62,19 dan kelompok kontrol sebesar 53,94 dengan selisih mean (rata-rata) sebesar 8,25 dengan signifikansi 0,001<0,05, sehingga membuktikan ada perbedaan penguasaan kompetensi pedagogik guru disupervisi klinis dengan tanpa supervisi. Maka dari hasil ini dapat menyimpulkan H1 diterima H0 ditolak. Adanya perbedaan ini dipengaruhi oleh supervisi klinis yang dijalankan sehingga terbukti dapat membantu guru untuk memperbaiki setiap kekurangan yang ada pada penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar guru di kelas).
yang efektif dan efisien tidak terlepas dari kerja sama yang baik antara guru dan peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam memberikan supervisi kepada guru. Supervisi mengandung pengertian melakukan kegiatan pengawasan, membantu dan turut serta dalam perbaikan dan meningkatkan mutu, Sagala (2003). Namun dalam penelitian ini supervisi yang digunakan adalah supervisi klinis. Oleh karena itu menurut Achel dan Gall (2003)
Supervisi klinis “Supervision as the process of helping the
teacher reduce the discrepancy” (suatu proses membantu
guru memperkecil kesenjangan antara perilaku mengajar yang nyata dengan perilaku mengajar yang ideal). Defenisi ini memberi indikasi bahwa supervisi klinis merupakan suatu proses membantu guru mengatasi kesulitannya dalam mengajar. Proses membantu pada supervisi klinis dalam arti memberi pertolongan secara langsung yang diberikan supervisor kepada guru-guru dengan cara melakukan tindakan observasi untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Oleh sebab itu masalah/kesulitan yang terjadi pada penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar) guru dapat dibantu melalui supervisi klinis yang dilakukan oleh perannya kepala sekolah sebagai supervisor, sehingga hasil skor penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar) guru pada kelompok eksperimen menurut data deksriptif yang terdapat pada
meningkatkan lagi ke “sangat tinggi” jika supervisi klinis
terus dilakukan dan secara sistematis yaitu mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap umpan balik atau evaluasi, sehingga dapat memperbaiki masalah yang dialami guru pada penguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi mengajar).
Pada tahap persiapan atau perencanaan supervisor bersama guru-guru senior (guru yang dibentuk) mengajak guru yang disupervisi pada kelompok eksperimen untuk bertatap muka langsung, saling berdiskusi bersama membahas, meriview kembali penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembalajaran (RPP), pemetaan standar kompetensi inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Pertemuan dilakukan secara tatap muka dengan supervisor bersama dengan guru senior dan guru yang diteliti, terlihat bahwa guru-guru serius memperhatikan apa yang menjadi masalah pada administrasi pembelajaran sehingga mereka dengan mudah dapat menganalisis serta menyelesaikan kekurangan yang terjadi pada guru untuk melengkapi administrasi pembelajaran sebelum tahap pelaksanaan pembelajaran.
kelas jika terdapat pembagian kelompok di kelas, agar siswa dapat mengikuti pembelajaran secara baik dan aktif berdiskusi, membahas materi pembelajaran pada masing-masing kelompok sehingga pembelajaran pun menjadi kondusif.
Tahap umpan balik merupakan tahap yang sangat penting karena tahap ini akan benar-benar membantu guru dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pada kompetensi mengajar guru di kelas. Setelah proses pembelajaran selesai dilakukan, maka supervisor selalu menyampaikan hasil pengamatan yang sudah dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Supervisor berperan membantu guru mengatasi kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran dengan cara mengevaluasi bersama dalam bentuk diskusi, mencari solusi agar kekurangan yang terjadi/hasil yang diperoleh dari supervisi menjadi bahan pertimbangan untuk penyempurnaan dan tidak terulang lagi pada pertemuan selanjutnya.
2,91 yang belum menunjukkan keberhasilan yang baik, naik pada pertemuan kedua dengan nilai rata-rata menjadi 3,63 meningkat 24,4% dan kenaikan juga terlihat pada pertemuan ketiga dengan nilai rata-rata 4,23 dengan kenaikan menjadi 16,8%. Pengaruh supervisi klinis terlihat pada setiap pertemuan yang mempunyai aspek-aspek yang harus menjadi perhatian serius untuk diperbaiki oleh masing-masing guru. Namun karena diberikan tindakan melalui supervisi klinis oleh supervisor untuk memperbaiki atau mengatasi masalah pada tiap aspek yang bermasalah, maka aspek-aspek tersebut menunjukkan peningkatan yang signifikan yang dilakukan oleh guru. Hal ini dikarenakan guru mengikuti dengan serius, menerima supervisi yang diberikan oleh supervisor sehingga aspek-aspek tersebut dengan mudah diperbaiki.
Berbeda dengan pembelajaran tanpa supervisi klinis yang dilakukan dalam kelompok kontrol, karena peran supervisor tidak ada dalam proses pembelajaran sehingga guru dalam kelompok kontrol di SMA Kartika XIII-I Ambon melakukan pembelajaran sendiri tanpa bantuan supervisor. Pembelajaran berlangsung seperti biasa yang dilakukan guru-guru SMA Kartika XIII-I Ambon sehari-hari. Pada hasil akhir penelitian tidak terjadi peningkatan pengguasaan kompetensi pedagogik karena kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran tidak mendapat perbaikan langsung.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fitriana (2008) dengan judul “Upaya
Peningkatan Kompetensi pedagogik guru PAI Kelas VII SMPN 1 Comal Menggunakan Supervisi Klinis”. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan Korma (2012) dengan judul Pendekatan Supervisi Klinis terhadap Wawasan Kompetensi Pedagogik dan Kualitas Pengelolaan Pembelajaran Para guru di Gugus IV SD Kecamatan Denpasar Selatan yang menyimpulkan bahwa pendekatan supervisi klinis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap wawasan kompetensi pedagogik dan pengelolaan pembelajaran guru sehingga dapat meningkatkan kompetensi guru.
pembelajaran (kompetensi pedagogik) guru. Hal ini di karenakan pada penelitian Chui Mi (2012) dan Hernadi (2010), pelaksanaan supervisi klinis tidak diterapkan atau dilaksanakan secara baik. Chui Mi (2012) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa supervisi klinis hanya dilaksanakan pada pemeriksaan administrasi pembelajaran guru berupa RPP dan Silabus. Sehingga, guru beranggapan bahwa mereka mampu melaksanakan pembelajaran di kelas dengan baik. Maka dari hasil penelitiannya bahwa supervisi klinis tidak effektif dilaksanakan dalam meningkatkan penguasaan kompetensi pedagogik guru.
Sedangkan hasil penelitian Hernadi (2010) bahwa pelaksanaan supervisi klinis, guru-guru tidak dilibatkan pada tahap perencanaan pelaksanaan supervisi klinis sehingga membuat guru tidak dapat memahami manfaat dari supervisi klinis tersebut, kemudian pada tahap umpan balik/pembinaan lanjutan tidak dilakukan oleh supervisor dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan guru pada pelaksanaan pembelajaran sehingga membuat hasil dari supervisi klinis tidak meningkatkan kompetensi pedagogik.
supervisi secara baik yaitu tahap perencanaan, tahap pengamatan, dan tahap umpan balik secara obyektif. Sehingga hasil ini memperkokoh hasil teori yang dikemukakan oleh Ahcelson dan Gall (2003) yang menyatakan supervisi klinis merupakan proses yang sangat membantu guru dalam mengatasi kesulitan guru dalam mengajar.
Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Klinis terhadap
Penguasaan Kompetensi Pedagogik. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa ada perbedaan antara guru yang disupervisi dengan guru tanpa supervisi maka dengan demikian hasil dari pengaruh supervisi klinis terhadap penguasaan kompetensi pedagogik dengan nilai F sebesar 10,086 dengan signifikan sebesar 0,007<0,05. Membuktikan bahwa supervisi klinis memberikan pengaruh yang positif dan signifikan bagi kompetensi pedagogik guru sebesar 41,9% hal ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh yang dapat diberikan supervisi klinis terhadap penguasaan kompetensi pedagogik guru adalah sebesar 41,9% sedangkan sisanya yang 58,1% dipengaruhi oleh faktor/variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti. Artinya semakin tinggi skor supervisi klinis maka semakin tinggi pula skor kompetensi pedagogik. Demikian pula sebaliknya jika skor supervisi klinis semakin rendah maka semakin rendah pula skor penguasaan kompetensi pedagogik.